BAB I PENDAHULUAN. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
Tabel 3. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien. Tabel 4. Jumlah angka kuman dan. jumlah kunjungan pasien

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jumlah pasien. Pengambilan sampel angka kuman udara dilakukan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berisiko tinggi terhadap penularan penyakit, mengingat ruang lingkup kerjanya

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. perawatan gigi dan mulut. Ketika klinik tersebut dipergunakan, personil yang

PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG PERINATOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM PKU MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat dinamis dan merupakan masalah kesehatan yang sedang dihadapi terutama

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya infeksi silang atau infeksi nosokomial. penting di seluruh dunia dan angka kejadiannya terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tenaga kesehatan gigi dalam menjalankan profesinya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ke pasien, operator ke lingkungan dan lingkungan ke pasien (Infection Control

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahwa dengan berakhirnya kehidupan seseorang, mikro-organisme. tidak diwaspadai dapat ditularkan kepada orang orang yang menangani

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh perhatian dari dokter (medical provider) untuk menegakkan diagnosis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

BAB 1 PENDAHULUAN. di udara, permukaan kulit, jari tangan, rambut, dalam rongga mulut, usus, saluran

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

Pengendalian infeksi

BAB I PENDAHULUAN. secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh dunia termasuk juga Indonesia.

BAB II TINJAUAN TEORI. kecil dan hanya dapat dilihat di bawah mikroskop atau mikroskop elektron.

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

INFEKSI NOSOKOMIAL OLEH : RETNO ARDANARI AGUSTIN

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Komunitas

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam bidang kedokteran gigi semakin beragam dan pesat. Terdapat berbagai jenis

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA

swasta dan dari jumlah pasien 254 pasien yang beresiko (9,1) terjadi di rumah sakit ABRI (Depkes RI, 2004). Salah satu strategi pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan besar yaitu Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tuberkulosis, Human Immunodeficiency Virus (HIV), hepatitis B, dan hepatitis C

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN (Informed Consent)

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan semakin meningkat. Istilah infeksi nosokomial diperluas

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA

BAB VIII INFEKSI NOSOKOMIAL

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang kualitasnya memenuhi syarat-syarat kesehatan dan dapat diminum

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk golongan tumbuhan. Jamur bersifat heterotropik yaitu organisme yang tidak

KEWASPADAAN BERDASARKAN TRANSMISI

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti keselamatan pasien adalah hukum yang tertinggi (Hanafiah & Amir,

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (kontak langsung, melalui makanan minuman maupun udara). Penyakit menular

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

BAB I PENDAHULUAN. di kenal oleh masyarakat. Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium

BAB 1 PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, lebih

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi merupakan suatu keadaan ditemukan adanya agen infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

COXIELLA BURNETII OLEH : YUNITA DWI WULANSARI ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. utama tingginya angka kesakitan dan kematian di dunia dengan 9% (variasi 3-

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal (Depkes RI, 2005). Peran udara kesehatan masyarakat, tidak hanya penting untuk bernafas, mendinginkan tubuh, mendengar dan membau tetapi juga sebagai media perpindahan penyakit (Suryakantha, 2006). Kualitas udara ruang sangat penting perannya sebagai salah satu persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Pemantauan kualitas udara dilakukan dengan pengambilan sampel dan pemeriksaan parameter kualitas udara yaitu kuman, debu dan gas sesuai Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004 (Depkes RI, 2005). Udara dapat tercemar mikroba pathogen seperti bakteri, virus, jamur, parasit dan spora. Mikroba diidentifikasi menjadi 2 jenis yaitu mikroba flora normal atau mikroba non pathogen dan mikroba patogen. Mikroba patogen yang terdapat di udara adalah salah satu penyebab terjadinya infeksi di lingkungan ruang praktek dokter gigi (Azari, dkk). Mikroba patogen yang berada di udara merupakan penyebab penyakit yang cara penularannya lewat udara (airborne disease) (Lesnicar & Zerdoner, 2003). Infeksi nosokomial atau hospital accuired infection (HAI) merupakan infeksi yang didapat oleh pasien, pengunjung, petugas kesehatan yang tidak 1

2 berhubungan dengan penyakit sebelum pasien dating atau setelah perawatan di Rumah Sakit (Suryakantha, 2006). Menurut Depkes RI (2005), infeksi nosokomial merupakan infeksi silang yang dapat terjadi melalui penularan dari pasien kepada petugas, pasien ke pasien lain, pasien ke pengunjung atau keluarga maupun petugas kepada pasien, melalui kontak langsung maupun melalui pengunjung, petugas kesehatan, alat-alat kesehatan dan lingkungan rumah sakit, peralatan atau bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Infeksi yang dapat terjadi di ruang lingkup dokter gigi adalah penularan langsung (direct), tidak langsung (indirect), dan melalui udara (Lesnicar & Zerdoner, 2003). Penggunaan handpiece putaran tinggi dalam praktek dokter gigi dapat menghasilkan butiran air halus (aerosol) dan droplet saliva yang mengandung bakteri dapat terbawa oleh udara (Azari, dkk, 2008). Selain itu penggunanan ultra sonic scaler merupakan salah satu penyebab kontaminasi udara dalam praktek dokter gigi (Barlean, dkk, 2008). Mikroba patogen yang dapat terbawa udara terdapat dalam aerosol yang terkontaminasi bakteri (Tablan, dkk 2008). Menurut Depkes RI, 2005 airbone droplet nuclei memiliki 2 klasifikasi yaitu lebih dari 5µm ( percikan besar) dan kurang dari 5µm (percikan kecil). Penyakit berbahaya yang dihubungkan dengan kontaminasi udara di ruang praktek dokter gigi antara lain yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis dan juga berbagai virus yang terdapat pada saliva, jaringan gingival, hidung, tenggorokan dan paru-paru yaitu

3 common cold, influenza, severe acute respiratory syndrome (SARS) dan virus herpes (Barlean, dkk, 2010). Berdasarkan Kepmenkes no. 1204/MENKES/SK/X/2004 (Depkes RI, 2005) pengelompokan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya penularan penyakit, ruang perawatan gigi di rumah sakit termasuk pada zona dengan risiko sangat tinggi dapat disetarakan dengan ruang bedah mulut, ruang operasi, ruang gawat darurat, ruang bersalin, dan ruang patologi. Sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan, maka untuk menghindari resiko dan gangguan kesehatan diperlukan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan. Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (RSGM UMY) merupakan fasilitas kesehatan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat jasmani dan rohani. Fasilitas kesehatan harus memberikan pelayanan secara komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatife. RSGM UMY memilki 4 ruang klinik perawatan yang dipergunakan untuk kegiatan perawatan pasien (Profil RSGMUMY 2012). Berdasarkan komunikasi interpersonal dengan pihak pengelola RSGM diketahui bahwa sejak mulai beroperasi tahun 2008 sampai saat ini belum pernah dilakukan pemeriksaan khusus mikrobiologi udara. Hasil survey pre penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pengelolaan kebersihan klinik dilakukan oleh petugas kebersihan selama 3 kali dalam satu hari. Dari hasil

4 pengamatan juga diketahui bahwa setiap ruang dilengkapi air conditioner. Pencahayaan didapat dari lampu dan cahaya matahari melalui jendela. Pemeriksaan khusus mikrobiologi udara penting dilakukan untuk memberikan pengetahuan secara informal dan formal kepada mahasiswa kedokteran gigi, dokter gigi dan staft entang manajemen resiko berada dalam lingkungan ruang praktek dokter gigi yang infeksius.selain memberikan pengetahuan, pemeriksaan kontaminasi lingkungan secara berkala sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas lingkungan ruang praktek dokter gigi (Azari, dkk, 2008). Berdasarkan uraian diatas dirasa perlu untuk melakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui kualitas udara di ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY yang selama ini belum pernah dilakukan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas dirumuskan masalah: Bagaimana gambaran kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY berdasarkan konsentrasi angka kuman (CFU/ml)? C. Tujuan Penelitian 1.Tujuan Umum Mengetahui kualitas udara ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY berdasar pemeriksaan mikrobiologi udara. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui konsentrasi angka kuman udara pada setiap ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY.

5 b. Mengetahui peningkatan konsentrasi angka kuman setelah ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMYdigunakan. c. Mengetahui hubungan jumlah kunjungan pasien dengan konsentrasi angka kuman di ruang klinik perawatan gigi dan mulut RSGM UMY. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat kepada: 1. Manajemen RSGM UMY Manajemen pengelola RSGM UMY dapat melakukan evaluasi pengelolaan kesehatan lingkungan RSGM UMY. 2. Masyarakat dan Karyawan RSGM UMY Memberikan informasi tentang kualitas udara ruangan kepada masyarakat dan petugas kesehatan dalam upaya turut menjaga dan memperbaiki kualitas udara ruang. 3. Dokter gigi / Mahasiswa Profesi Pendidikan Dokter Gigi Memberikan bahan masukan kepada dokter gigi dan mahasiswa profesi pendidikan dokter gigi dalam meningkatkan kesehatan lingkungan khususnya kualitas udara di ruang klinik perawatan gigi dan mulut, serta memberikan informasi pentingnya proteksi dini dari bahaya infeksi silang melalui udara. E. Keaslian Penelitian 1. Barlean, dkk (2010), tentang Air Borne Microbial Contamination in Dental Practices in Lasi, Romania. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kontaminasi bakteri di udara saat terjadi aktivitas klinis untuk

6 mengevaluasi resiko infeksi pasien, dan petugas kesehatan gigi. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi korelatif. Sampel sebanyak 90 buahdari 15 ruang praktek dokter gigi dalam satu hari. Sampel diambil dua kali yaitu sebelum tindakan klinis dan sesudah tindakan klinis. Teknik pengambilan sampelnya settling plates dengan media TSA, agar darah dan agar Sabouraud. Pengambilan sampel dalam setiap ruang dilakukan di dua tempat yaitu area aktif operatif dekat dengan dental unit (kurang lebih 30cm) dan di sudut ruangan (kurang lebih 2,5 meter dari dental unit). Sampel diinkubasi selama 1-2 hari dengan suhu 37 0 C dan untuk sampel dengan media Sabouraud diinkubasi selama 5 hari dengan suhu 25 0 C. Perbedaannya, pada penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan mikrobiologi air sampler (sentrifugal sampler) dan menggunakan media agar untuk media bakteri. Pengambilan sampel diambil dua kali pada pagi dan sore hari sebelum dan sesudah digunakan. 2. Azari, dkk (2008), meneliti tentang Airborne Microbial Contamination of Dental Unit. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan mengetahui konsentrasi bakteri dan jamur yang berada di udara pada sekolah kedokteran gigi. Sampel diambil di dua kelompok tempat yang berbeda yaitu di ruang operatif dokter gigi dan di luar ruang operatif dokter gigi. Waktu diambilnya sampel adalah pada pukul 08.00-12.00. teknik pengambilan sampel menggunakan slit impactor. Sampel diinkubasi dengan suhu 37 0 C selama dua hari. Perbedaannya, penelitian ini variabel penelitiannya adalah tempat

7 pengambilan sampel yaitu di ruang perawatan gigi dan mulut di RSGM UMY. Alat pengambilan sampel dengan menggunakan sentrifuga limpactor. Sampel diinkubasi selama dua hari dengan suhu 35 0 C.