Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJTBU) Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Managemen Aliran Kas

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KECAMATAN ANTAPANI KOTA BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2014

Struktur organisasi Dinas Sosial Kota Bandung ditetapkan dengan Perda nomor 13 tahun 2007 tentang Susunan Organisasi Dinas Pemerintah Kota Bandung.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kontrak Pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau

Penyesuaian Perusahaan Jasa

Manajemen Keuangan. Modal Kerja dan Pengelolaan Kas. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS ARUS KAS PROYEK RUMAH TINGGAL. Theresita Herni Setiawan 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKUNTANSI PEMERINTAHAN SOAL PERSAMAAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Simpulan merupakan ringkasan dari hasil penelitian dan saran merupakan langkah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penganggaran Perusahaan 113 BAB 7 ANGGARAN KAS

BAB II LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. revisi (1994) dengan PSAK 34 sesudah revisi (2010). Kedua, pembahasan dilanjutkan

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

Pertemuan 13 Penyusunan Anggaran Kas Disarikan dari Yusnita, Wenny dan sumber2 relevan lainnya

2. NERACA Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana sampai dengan 31 Desember 2016.

ANALISIS LAPORAN ALIRAN KAS

PEMERINTAH DESA... KECAMATAN... KABUPATEN...

DAFTAR ISTILAH DAN PENUTUP. Istilah yang digunakan dalam Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kabupaten Bungo termuat dalam daftar sebagai berikut :

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 30 JUNI ASET Semester I 2017 Semester II 2016

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII TINJAUAN KHUSUS

Magister Manajemen Univ. Muhammadiyah Yogyakarta

Subject: Manajemen Keuangan Bisnis I Disusun oleh: Nila Firdausi Nuzula Jurusan Administrasi Bisnis Universitas Brawijaya CASH BUDGET

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan hal penting bagi sebuah perusahaan. Pertumbuhan dibutuhkan untuk merangsang dan menyalurkan bakat manajerial

PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PETERNAKAN

BAB III METODOLOGI ANALISIS

IKIN SOLIKIN, SE., MSi., Ak.

DANA PENSIUN BANK DKI PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN ASET NETO PER 31 DESEMBER ASET Semester II 2015 Semester I 2015

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 2 TAHUN 2016 TANGGAL : 04 Januari 2016 TENTANG : PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

SISTEM AKUNTANSI NOMOR 04 AKUNTANSI PEMBIAYAAN

BAB IV SISTEM AKUNTANSI PEMBIAYAAN

KOREKSI KESALAHAN, PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, PERUBAHAN ESTIMASI AKUNTANSI, DAN OPERASI YANG TIDAK DILANJUTKAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB MANAJEMEN KAS A. Kas dan Aliran Kas

PT JEMBO CABLE COMPANY Tbk NERACA 31 Desember 2003 dan 2002 (dalam Ribuan Rupiah, kecuali di nyatakan lain)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Manajemen dan Kebijakan Modal Kerja 1 BAB 5 MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN MODAL KERJA

BAB II BAHAN RUJUKAN

SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK. Phone:

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

PROJECT MANAGEMENT SOFTWARE

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN ARUS KAS I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan

AKUNTANSI KEUANGAN BAB 6 TAGIHAN (2) M. REZEKI APRILIYAN, SE., MM.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PINJAMAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

Analisis Kredit. Analisa Laporan Keuangan Kelas CA. Nadia Damayanti Ranita Ramadhani

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Frequently Asked Questions (FAQ)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk dapat menjalankan usaha setiap perusahaan membutuhkan dana yang

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 05 LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB X KEBIJAKAN AKUNTANSI KONSTRUKSI DALAM PENGERJAAN

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 03 LAPORAN ARUS KAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR : 79 TAHUN 2013 TANGGAL: 27 DESEMBER 2013 KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 04 LAPORAN ARUS KAS

Frequently Asked Questions (FAQ)

LAPORAN ARUS KAS STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PERNYATAAN NO. 03 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

PETUNJUK PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI JIWA

Akuntansi Neraca. Entries)

BAB VI KEBIJAKAN AKUNTANSI PIUTANG

MODUL AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH BERBASIS AKRUAL AKUNTANSI PEMBIAYAAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH

(Dibuat di atas kop surat perusahaan)

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 105 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

AKUNTANSI BASIS AKRUAL SATUAN PERANGKAT KERJA DAERAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Inggris Victory English School. Penulis ditempatkan pada bagian keuangan,

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

MATERI KE 7 PERUSAHAAN DALAM KESULITAN KEUANGAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi. Kode : INA Judul : Sistem Manajemen Keuangan Proyek (Financing Management Project)

BAB IV PEMBAHASAN. CV Scala Mandiri akan memperoleh beberapa manfaat, antara lain: 1. Dapat menyusun laporan keuangannya sendiri.

DAFTAR PENYUSUTAN DAN AMORTISASI FISKAL TAHUN PAJAK 2 0 NPWP : NAMA WAJIB PAJAK : BULAN / TAHUN PEROLEHAN HARGA PEROLEHAN (US$)


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERHUBUNGAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 DAN 2015

PROJECT MANAGEMENT SOFTWARE

BUPATI KUANTANSINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

Transkripsi:

Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha (PJTBU) Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil Managemen Aliran Kas Denies Priantinah SE., M.Si., Ak

Pendahuluan Laporan Akuntansi bersifat Akrual Basis. transaksi diakui dan dicatat berdasarkan saat terjadinya transaksi, bukan pada saat penerimaan/ penyerahan kas. Pencatatan berdasarkan timbulnya hak dan kewajiban, timbulnya tagihan dan utang-piutang. Di sisi lain harus dipahami bahwa jenis bisnis jasa konstruksi umumnya untuk proyek dilakukan pencatatan secara sederhana berbasis kas tersedianya dana likuid dan pembayaran likuid menjadi lebih penting. Maka peranan perencanaan Arus Kas harus dikuasai dengan baik agar tidak menghambat progres fisik di lapangan

Cont Setiap kontraktor yang bergerak atau menjalankan usahanya di bidang jasa konstruksi harus mempunyai visi dan misi. Pencapaian misi dan visi tidak lepas dari aspek keuangan profitabilitas badan usaha. Tidak satupun kontraktor yang menginginkan usahanya selesai di lapangan secara phisik namun gagal ditagih dan menjadi uang apalagi merugi. Disisi lain rekanan kontraktor berharap menerima pembayaran haknya (sesuai dengan perjanjian). Karena itu sangat penting bagi seorang PJT untuk paham mengenai arus kas.

Tujuan 1. Mengetahui Arus Kas 2. Mengetahui tahapan penyusunan Arus Kas 3. Mengetahui pedoman dasar penyusunan Arus Kas 4. Mengetahui contoh Arus Kas secara sederhana

ARUS KAS Arus Kas merupakan suatu Laporan atau daftar yang mencakup prakiraan penerimaan dan pengeluaran dana yang terjadi pada suatu unit usaha (bisa proyek, cabang, divisi bahkan badan usaha) selama jangka waktu yang ditentukan.

Untuk proyek biasanya selama umur proyek, sedangkan unit yang jangka panjang ditetapkan sesuatu dengan masa kalender. Akurasinya tergantung kepada pengalaman dan biasanya semakin dekat-masanya (misalnya minggu ini atau bulan ini) semakin akurat dan detil. Tetapi semakin jauh-panjang masanya (misalnya untuk tahun ini atau semester ini) cukup secara jutaan rupiah asalkan secara total sama dengan anggaran pendapatan dan biaya unit yang bersangkutan.

TAHAPAN PENYUSUNAN ARUS KAS

1. Tahapan Operasional Penyediaan data dan perhitungan dari : 1. Data kontrak antara pemberi kerja dan kontraktor berikut pasal-pasal yang berkaitan dengan : a) Nilai kontrak (jenis mata uang dan kandungan pajak di dalamnya) b) Tata cara progres tagihan (uang muka, fisik, retensi) dan pemotongan c) Persyaratan penagihan dan perkiraan waktu yang dibutuhkan hingga pencairan dana

Cont d 2. Data pekerjaan yang dikerjakan oleh mandor/pekerja harian a)anggaran dan tarif pengupahan setempat b)jadwal progres dan kemajuan pekerjaan c)jadwal penggunaan tenaga proyek borongan dan pekerja harian d)jadwal pembayaran rutin mingguan/dua mingguan atau bulanan

Cont d 3. Data pekerjaan yang dikerjakan oleh sub kontraktor a)anggaran dan biaya sub kontraktor b)jadwal progres dan kemajuan pekerjaan sub. c)persyaratan penagihan (Uang muka, fisik dan retensi) d)pengalaman waktu proses verifikasi hingga biasanya berapa lama (contoh : sebulan atau dua bulan) serta kebijakan perusahaan dalam melakukan pembayaran Sub.

4. Data pengadaan bahan utama dan bahan tambahan a)anggaran dan biaya bahan b)jadwal kebutuhan dan pembelian bahan c)prakiraan waktu proses pengadaan dan verifikasi dokumen pembayaran d)kebijaksanaan pembayaran di masing-masing perusahaan untuk suplier

5. Data pekerjaan yang menggunakan alat sendiri ataupun sewa (abaikan penyusutan) a)anggaran dan biaya peralatan b)jadwal penggunaan alat c)prakiraan biaya operasi alat dan operator serta mekanik d)pembelian alat di luar sewa atau investasi e)mobilisasi dan demobilisasi f)prakiraan waktu dan biaya pemeliharaan

6. Data sumberdaya manusia dan sarana penunjang (overhead) a)anggaran dan biaya umum b)anggaran jaminan, asuransi dan mutasi c)anggaran kantor, mess dan sarana lain

7. Rangkuman data diatas akan menghasilkan nilai rupiah dan skedul waktu realisasi atas: a)penerimaan yang terdiri dari : Penerimaan uang muka, Penerimaan tahapan (dipotong macammacam, dan pajak), Penerimaan retensi b)pengeluaran yang terdiri dari : Pengeluaran sub kontraktor (uang muka, tahapan dan retensi), Pengeluaran untuk mandor dan pekerja, Pengeluaran untuk bahan, Pengeluaran untuk peralatan dan Pengeluaran untuk overhead c)selisih antara penerimaan dan pengeluaran, yang akan menggambarkan bila : Lebih (surplus) berarti masih ada dana yang dapat digunakan periode berikutnya Kurang (defisit) berarti tidak ada dana bahkan kurang yang dapat digunakan periode berikutnya.

Menentukan Kas Awal Kas awal menunjukan dana yang tersedia atau diberikan oleh kantor pusat/cabang/divisi kepada proyek yang diberikan pada awal sebelum proyek membuat perencanaan cash flow secara akurat. Besarnya ditentukan oleh pengalaman dan asumsi masing-masing kebutuhan.

2. Tahapan Finansial Tahapan finansial adalah usaha untuk menutup defisit operasional baik lewat pinjaman bank (jika proyek mandiri) ataupun lewat droping oleh kantor di atasnya secara terencana dengan baik. Demikian pula jika surplus, ada usaha untuk mengembalikan/menutup pinjaman/droping ataupun menempatkan kelebihan dana pada bank yang menguntungkan ataupun meminjamkannya ke pusat atau proyek lain.

a). Estimasi kebutuhan dana pada awal periode 1) Nilai rupiah atas usaha diatas juga dipengaruhi oleh asumsi kebutuhan dana pada awal periode berikut (kas awal periode berikut) dimana dana tersebut siap digunakan untuk membiayai pengeluaran pada periode berikut sebelum ada dana penerimaan. 2) Besarannya juga dapat ditetapkan berdasarkan kapan estimasi tanggal jatuh tempo penerimaan dana (tagihan-progres), maka persentase pengeluaran dapat ditetapkan. 3) Contoh : penerimaan diperkirakan cair pada pertengahan bulan, sedangkan estimasi pengeluaran bulan tersebut Rp. 1 juta, maka kebutuhan dana pada awal periode tersebut adalah 50% nya, yaitu Rp. 500 ribu.

b). Estimasi Beban Bunga dan Hasil Penempatan Baik meminjam ke bank ataupun ke kantor pusat, estimasi kebutuhan dana pada awal periode/cabang/ divisi selalu diikuti oleh risiko beban atau kewajiban yang dinyatakan dalam persentase (%) dari suatu nilai kumulatif. Lembaga Peminjam Dana apapun bentuknya (Bank ataupun Lembaga lainnya) sepanjang dapat bermanfaat dan Risikonya telah diperhitungkan dengan benar (masuk dalam perhitungan biaya proyek), maka dapat saja digunakan untuk menutup kekurangan arus kas. Persentase tersebut umumnya diasumsikan lebih besar untuk kondisi peminjaman dan lebih kecil untuk kondisi penempatan, selisih antara 1-3% adalah wajar walaupun nanti realisasinya berbeda. Tahapan finansial ini merupakan rangkaian akhir dari pada penyusunan perencanaan arus kas. Namun demikian ada beberapa pedoman penyusunan lain yang harus diperhatikan benar agar pekerjaan penyusunan yang dilakukan tersebut tidak mubazir dan tepat guna.

D. PEDOMAN DASAR PENYUSUNAN ARUS KAS Berdasarkan pengalaman menyusun perencanaan arus kas, ada hal-hal yang harus dilaksanakan dan jangan dilakukan (dihindarkan) sebagai berikut :

1. Pilih yang signifikan dan gabungkan yang kecil-kecil Tetapkan beberapa item besar yang menentukan baik nama dan nilainya, sedangkan sisanya cukup digabungkan dan dibagi prorata. Misalkan : Total biaya sub kontraktor Rp. 100 juta selama bulan ke 6 sd bulan ke 15. Pekerjaan sub kontraktor yang besar diwakili oleh sub.kont A Rp. 20 juta: sub. kont B Rp. 25 juta dan sub. kont C Rp. 30 juta. Masing-masing harus detil per-periode pengeluaran dana. Sedangkan Sub.Kontraktor lainnya yang kecil kecil digabung saja menjadi Rp. 25 juta dengan pembagian per periode pro-rata Rp. 2.5 juta mulai bulan ke 6 sampai dengan bulan ke 15. (catatan : secara total biaya sub kontraktor tetap harus sama dengan rencana anggaran dan biaya)

2. Penggunaan angka digit Tidak perlu menggunakan angka satuan bahkan koma terutama untuk rupiah, cukup dalam ribuan dan bahkan dalam jutaan (tergantung juga dengan total nilai proyek), karena kesalahan yang mungkin terjadi hanya perbedaan yang angka maksimalnya paling-paling mendekati seribu sampai sejuta. 3. Mata Uang. Jika dijumpai penggunaan mata uang yang berbeda sebaiknya perencanaan cash flow juga sesuai dengan masing-masing mata uang terkecuali ada saatnya pada satu periode terjadi defisit mata uang rupiah yang dikonversikan dalam mata uang USD contohnya.

4. Periode Kolom periode sebaiknya semakin dekat semakin detil, bila perlu mingguan, dan semakin jauh bila perlu disajikan dalam triwulan atau semester. Sebagai contoh: jika masa proyek selama 3 tahun atau 36 bulan maka kolom periode disajikan sebagai berikut : Bulan pertama sampai bulan ke 3 secara mingguan berarti ada 12 kolom Bulan ke 4 sampai akhir tahun ke 1 secara bulanan berarti ada 9 kolom Tahun ke 2 sampai tahun ke 3 secara triwulanan berarti ada 8 kolom Berarti secara total ada periode sebanyak 29 kolom untuk proyek 3 tahun. Demikian selanjutnya menginjak waktu terdekat dirubah lebih akurat menjadi periode mingguan

5. Fokus kedepan Realisasi tidak akan berubah terlalu banyak karena dana yang telah dikeluarkan tidak akan kembali lagi secara kas dan cukup disajikan secara kumulatif, di sinilah letak perbedaan dengan metode akrual akuntansi. Perhatian lebih dicurahkan ke depan

E. MENYUSUN ARUS KAS Secara sederhana ditampilkan dalam contoh berikut dalam jutaan : dimana diasumsikan kas awal sebesar 2 juta, kas awal setiap periode berikutnya minimal 50% dari rencana pengeluaran karena penerimaan diterima dipertengahan periode. Baik meminjam dana ataupun mengembalikan atau menempatkan dana belum memperhitungkan bunga.

Penjelasan data diatas : 1.Total Kontrak proyek Rp. 150 juta, biaya Rp.140 juta dan keuntungan Rp.10 juta 2.Lama pekerjaan 5 bulan dan pemeliharaan 1 bulan

Penerimaan 4. Direncanakan berdasarkan tahapan progress, kapan boleh menagih, potongannya apa saja dan berapa lama diperjalanan hingga cair menjadi uang (diterima di bank) lamanya 1 bulan hingga cair Progres terakhir mencapai 100%, bagian prosentasenya ditagih pada bulan ke 6 dan diperkirakan cair pada bulan ke 7 5. Retensi, selesai pada bulan ke 6 dan ditagihkan pada bulan ke 7 dan diperkirakan cair pada awal bulan ke 9 (mundur sedikit supaya aman) 6. Dengan demikian kolom cashflow dibuat untuk 9 kolom, dan cukup untuk nilai jutaan saja

Pengeluaran 7. Rencana pengeluaran uang untuk supplier bahan, sub.kon, alat, overhead dan lainnya digambarkan secara bertahap dari bulan 1 sampai dengan bulan 8 saja, dengan total Rp. 140juta 8. Dengan demikian, kolom SURPLUS (DEFISIT) dapat dihitung dengan mengurangkan kolom penerimaan dan kolom pengeluaran pada bulan yang sama

Kas Awal 9. Selanjutnya apakah nilai surplus bulanan (contoh: bulan ke 1 surplus Rp.5juta) tersebut sudah cukup? atau bisa terjadi deficit (contoh: bulan ke 2 defisit Rp.5juta), apakah harus dicari pemenuhannya dengan nilai yang sama?

10. Jawabannya adalah tergantung kepada nilai MINIMAL KAS AWAL yang harus tersedia diawal bulan. Nilai tersebut terutama ditentukan oleh prioritasnya secara berurutan adalah : a. Kebutuhan upah buruh, harus ada - berbahaya jika meleset uang masuknya b. Kebutuhan rutin sehari hari c. Cadangan, tergantung pengalaman proyek dan jarak antara proyek dan Bank atau apakah mudah/cepat atau sulit/lambat mengambil uang tunai 11. Setelah menetapkan kondisi nilai minimal tersedianya kas, maka dihasilkan kondisi yang konservatif terhadap arus kas yaitu dengan cara menghubungkan atau menjumlahkan pada kolom yang sama (angka surplus/defisit operasional dan kebutuhan kas awal)

Tahap Finansial 12. Sebelum mengisi TAHAP FINANSIAL, perlu dipahami bahwa nilai awal kas pada bulan ke2 Rp.7.5juta adalah sama saja dengan kondisi pada akhir bulan ke1, maka nilai tersebut harus ditulis juga pada kolom kas akhir bulan ke1 dengan angka Rp.7.5juta. Demikian seterusnya hingga bulan ke8 nilai kas akhir dengan angka Rp2juta (yang berasal dari catatan nilai kas awal bulan ke9) saja.

13. Dengan demikian nilai Kas Akhir masingmasing kolom bulan ke1 sampai dengan bulan ke8 dapat terisi. 14. Bulan ke1, Kas akhir bulan harus tersedia Rp.7.5juta dan deficit Rp.3.5juta sehingga diperlukan pemenuhan Rp.10.5juta dengan cara meminjam. 15. Bulan ke2, Kas akhir dipertahankan Rp.15juta sedangkan posisi surplus Rp.12,5juta sehingga cukup dengan meminjam Rp.2.5juta

16. Bulan ke3, Kas akhir dipertahankan Rp.15juta sedangkan posisi surplus Rp.10juta sehingga cukup dengan meminjam Rp.5juta saja. 17. Bulan ke4, Kas akhir dipertahankan Rp.7.5juta sedangkan posisi surplus Rp.5juta sehingga cukup dengan meminjam Rp.2.5juta saja.

18. Bulan ke5, Kas akhir dipertahanka Rp.10juta sedangkan posisi surplus Rp.22.5juta sehingga perlu mengembalikan pinjaman Rp.12.5juta. Pinjaman saat ini menjadi berkurang dan sisanya senilai Rp.13juta 19. Bulan ke6, Kas akhir dipertahankan Rp.5juta sedangkan posisi surplus Rp.20juta sehingga perlu melunasi pinjaman Rp.13juta. Sisanya dapat disimpan senilai Rp.2juta

20. Bulan ke7, Kas akhir dipertahankan Rp.2.5juta sedangkan posisi surplus Rp.5 juta sehingga perlu sisanya ditabung senilai Rp.2.5juta, jumlah tabungan sampai saat ini Rp.4.5juta 21. Bulan ke8, Kas akhir dipertahankan Rp.2juta sedangkan posisi defisit Rp.2.5juta sehingga perlu menggunakan simpanan sendiri senilai Rp.4.5 juta, jumlah tabungan sampai saat ini habis.

22. Bulan ke9, Kas akhir dipertahankan Rp.2juta sedangkan posisi surplus Rp.10juta sehingga bisa saja ditabung senilai Rp.10juta, yang sebenarnya adalah keuntungan proyek. Kas awal harus dikembalikan kepada pemilik perusahaan karena didapat dari awal mulai bekerjanya proyek 23. Bisa saja proyek memperhitungkan beban atau penghasilan bunga, dengan cara menambahkan baris untuk perhitungannya, namun untuk contoh diatas tidak disediakan

Thank You Denies Priantinah Senopranoto, SE., M.Si., Ak