BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH COG CO NITIV

Ni Putu Diah Prabandari, I Made Sukarja, Ni Luh Gde Maryati Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

PTSD POSTTRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB I PENDAHULUAN. intelektual serta gangguan fungsi fisiologis lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. di lingkungan sekitar kita, seperti gempa bumi yang melanda Yogyakarta,

BAB I PENDAHULUAN. menyerang perempuan. Di Indonesia, data Global Burden Of Center pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi segala kebutuhan dirinya dan kehidupan keluarga. yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, jumlah. korban meninggal , luka berat yang menderita luka ringan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi serebral yang menetap minimal 24 jam atau menyebabkan. kematian, tanpa penyebab lain selain vaskuler. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IPAP PTSD Tambahan. Pilihan penatalaksanaan: dengan obat, psikososial atau kedua-duanya.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Ginjal merupakan salah satu organ penting dalam tubuh, dapat

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa. prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB I PENDAHULUAN. masalah kejiwaan yang mencapai 20 juta orang/tahun. 1. somatik. Somatic Symptom and related disorder merupakan

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Mortalitas Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proporsi usia lanjut (WHO, 2005, pp. 8-9). Di Indonesia, data survei kesehatan

2005). Hasil 62 survei di 12 negara dan mencakup narapidana menemukan tiap 6

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleks, tidak hanya menyangkut penderita tetapi juga keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan masalah kesehatan, sosial, ekonomi yang penting di seluruh dunia dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Tesis ini mengkaji tentang perilaku keluarga dalam penanganan penderita

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

GANGGUAN STRESS PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kanker payudara seperti dapat melakukan sadari (periksa payudara

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Cedera atau trauma adalah permasalahan yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, sehingga resiko kecelakaan lalu lintas juga ikut meningkat. 1,2

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Cedera kepala merupakan kasus yang sering ditemui. di Instalasi Rawat Darurat. Cedera kepala adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Bagi sebagian besar pasien, masuk rumah sakit karena sakitnya dan harus

GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

BAB I PENDAHULUAN. yang menyebabkan meningkatnya penderita gangguan jiwa. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Padahal deteksi dini dan penanganan yang tepat terhadap depresi dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan

BAB I PENDAHULUAN. kematian nomor dua di dunia setelah penyakit jantung. Di tahun 2008, stroke dan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh energi panas, bahan kimia,

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. M DENGAN POST OPERASI ORIF FRAKTUR FEMUR DISTAL DEXTRA DI BANGSAL AB RSU PANDANARANG BOYOLALI

POST TRAUMATIC STRESS DISORDER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia yaitu sebesar 8%.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain apa adanya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. reversible di mana trakea dan bronkus berespon secara hiperaktif terhadap stimuli

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai kebutuhan yang spesifik (fisik, psikologis, sosial dan spiritual) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. penduduk dunia seluruhnya, bahkan relatif akan lebih besar di negara-negara sedang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar belakang. Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Infeksi HIV di Indonesia sudah merupakan masalah kesehatan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kanker payudara dapat tumbuh di dalam kelenjer susu, saluran susu dan jaringan ikat

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Setiap orang memiliki dinamika kehidupan yang berubah dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan operasi seksio sesaria menurut Sarwono (2008) dalam buku Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini banyak kasus tindak kekerasan terhadap perempuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif. 1

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat. Secara tidak langsung hal ini dapat memicu terjadinya permasalahan lalu lintas, seperti kemacetan bahkan kecelakaan lalu lintas. Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia sendiri masih tergolong cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari data Badan Pusat Statistik yang menyebutkan bahwa pada tahun 2012 telah terjadi 117.949 kecelakaan lalu lintas. Angka ini mengalami peningkatan yang signifikan 8,5% dari tahun 2011. Data Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah Bali, Direktorat Lalu Lintas menyebutkan bahwa angka kejadian kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013 mencapai 2.127 kasus, yang mengakibatkan 564 orang meninggal dunia, 636 orang mengalami luka berat dan 2.675 orang mengalami luka ringan, sedangkan data yang diperoleh dari Triage Bedah RSUP Sanglah pada bulan September November 2013 didapatkan jumlah pasien kecelakaan lalu lintas yang menjalani pengobatan sebanyak 402 orang, dengan rincian 357 orang pasien rawat jalan, 42 orang pasien rawat inap dan tiga lainnya merupakan korban yang meninggal dunia. Selain masalah fisik, suatu kejadian atau peristiwa traumatik seperti kasus kecelakaan lalu lintas juga akan memicu terjadinya gangguan psikologis salah satunya dapat berupa gangguan stres pascatrauma, Post Traumatic Stress 1

2 Disorder (PTSD). Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) merupakan sindrom kecemasan yang dapat timbul setelah seseorang melihat, mendengar, atau mengalami suatu kejadian trauma yang hebat dan atau kejadian yang mengancam kehidupannya (Sadock, B.J. & Sadock, V.A., 2007). Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) dapat bertahan selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah pengalaman traumatis dan mungkin juga tidak menimbulkan gejala setelah adanya pemaparan terhadap peristiwa traumatis (Nevid, J.S., Rathus, S.A., Greene, Beverly, 2002). Dharmono, S (2008) juga menyatakan bahwa PTSD merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat yang dapat mengganggu kualitas hidup dan apabila tidak ditangani dengan benar dapat berlangsung kronis atau menahun dan berkembang menjadi gangguan stres pascatrauma yang kompleks. Menurut laporan WHO (2005), jumlah penderita PTSD mencapai 3.230.000 orang yaitu 0,2% dari seluruh angka kesakitan di dunia. Dengan penyebaran 28,5% (921.000 jiwa) penderita PTSD yang terdapat di Pasifik Barat; 27,4% (885.000 jiwa) di Asia Tenggara; 14,2% (460.000 jiwa) di Eropa; 12,6% (407.000 jiwa) di Amerika; 9,3% (299.000 jiwa) di Afrika dan 8,0% (258.000 jiwa) di Mediterania Timur. Secara epidemiologi, kasus PTSD di Indonesia berdasarkan hasil dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2005, didapatkan prevalensi gangguan jiwa sebanyak 140 per 1000 penduduk pada usia 15 tahun ke atas, dan 23% diantaranya adalah PTSD (Depkes, 2006). Pada umumnya, PTSD dapat disembuhkan apabila segera terdeteksi dan mendapatkan penanganan yang tepat. Jika tidak terdeteksi dini dan dibiarkan tanpa penanganan, PTSD secara signifikan dapat meningkatkan angka morbiditas

3 dan komorbiditas. Kajian terkini menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar dalam hal ketidakmampuan terkait keterbatasan penderita PTSD dalam melakukan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Selain itu, diantara semua gangguan cemas, PTSD dinilai paling merugikan terkait dengan hilangnya jam kerja yang substansial dan penurunan produktivitas para penderitanya (Kessler, R.C. & Greenberg, P.E., 2004). Individu dengan PTSD jika dibandingkan dengan penduduk pada umumnya, pasien-pasien rawat jalan dan mereka yang menderita depresi atau gangguan cemas lain, lebih menunjukkan kecenderungan dalam ketidakmampuan menghadapi stres (Connor & Butterfield, 2003). Dicatat pula adanya peningkatan yang cukup besar terkait upaya bunuh diri dan kesehatan fisik yang buruk sebagai akibat dari PTSD (Boscarino, J.A. & Adams, R.E., 2006). Menurut proyeksi WHO, dalam 20 tahun mendatang beban global terkait dengan PTSD akan meningkat secara dramatis, dengan adanya kecelakaan lalu lintas, cedera karena peperangan, dan tindak kekerasan lain. Jika kita melihat yang secara luas terkait trauma, PTSD merupakan salah satu dari 12 penyebab kecacatan utama di seluruh dunia (Murray, C.J.L. & Lopez, A.D., 1997). Menurut Kaplan dan Sadock (2007), upaya kesembuhan penderita gangguan jiwa seperti PTSD tergantung pada pengobatan yang diberikan berdasarkan etiologinya. Peran petugas kesehatan baik dokter maupun perawat kesehatan, serta adanya keterlibatan keluarga sangatlah penting dalam upaya kesembuhan ini. Terdapat dua jenis pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita PTSD, yaitu dengan menggunakan farmakoterapi dan psikoterapi. Pengobatan farmakoterapi berupa pemberian terapi obat anti depresi, anti cemas,

4 dan lain-lain. Pengobatan psikoterapi dapat berupa Eye Movement Desensitization And Reprocessing (EMDR), Playtherapy, dan Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Cognitive Behavioral Therapy (CBT) merupakan penggabungan antara terapi perilaku dan terapi kognitif yang didasarkan pada asumsi bahwa perilaku manusia secara bersamaan dipengaruhi oleh pemikiran, perasaan, proses fisiologis serta konsekuensinya pada perilaku. Pendekatan psikoterapi dengan metode Cognitive Behavioral Therapy (CBT) dikatakan sebagai salah satu metode pengobatan psikoterapi yang paling efektif dalam menangani kasus PTSD (National Centre of PTSD, 2011). Pada penelitian yang dilakukan oleh Bolton, E. et al (2004) disimpulkan bahwa metode manajemen stres dan manajemen kemarahan sebagai salah satu contoh terapi CBT dikatakan efektif secara signifikan dalam mengurangi keluhan dan gejala PTSD pada veteran perang di Amerika. Dikatakan bahwa pada kelompok manajemen stres mengalami penurunan tingkat depresi yang signifikan diukur berdasarkan Beck Depression Inventory (BDI) dengan nilai p < 0,001. Sedangkan pada kelompok manajemen kemarahan terdapat perubahan yang signifikan terkait tingkat kemarahan dan kekerasan, dengan nilai p < 0,001. Selain itu pada penelitian randomized controlled trial yang dilakukan oleh Maercker, A. et al (2006) disimpulkan bahwa metode CBT berpengaruh secara signifikan terkait skor Clinician Administered PTSD Scale (CAPS) pada kelompok pasien post kecelakaan dengan intervensi CBT dibandingkan dengan kelompok waitlist. Dikatakan terdapat perubahan sebesar 67% (post terapi) dan 76% (setelah follow up 3 bulan) pada kelompok CBT terkait keluhan klinis PTSD.

5 Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUP Sanglah selama bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014 pada 10 orang pasien post kecelakaan lalu lintas yang menjalani pengobatan di RSUP Sanglah, didapatkan kasus PTSD sebanyak 4 orang, yang terdiri dari 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Sedangkan rerata skor PTSD Symptom Scale (PSS) mencapai 18 dari 51 skor total. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti juga didapatkan bahwa pengelolaan keluhan psikologis pada pasien post kecelakaan lalu lintas di RSUP Sanglah belum menjadi prioritas penanganan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terhadap Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada pasien post kecelakaan lalu lintas di RSUP Sanglah Denpasar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Seberapa besar pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terhadap kasus Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada pasien post kecelakaan lalu lintas di RSUP Sanglah Denpasar? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terhadap kasus Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) pada pasien post kecelakaan lalu lintas.

6 1.3.2 Tujuan Khusus a. Memperoleh gambaran keluhan dan gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) sebelum perlakuan. b. Memperoleh gambaran keluhan dan gejala Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) setelah perlakuan. c. Menganalisis perbedaan rerata skor PTSD Symptom Scale (PSS) sebelum dan setelah perlakuan. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan bagi perawat dalam melakukan intervensi CBT pasien post kecelakaan lalu lintas dengan gangguan PTSD. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman perawat tentang pentingnya deteksi dini terkait keluhan dan gejala dari PTSD sehingga dapat ditangani dengan cepat dan tepat. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk menambah ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan khususnya perawat agar nantinya penanganan pasien post kecelakaan lalu lintas dengan PTSD menggunakan metode CBT dapat dilakukan sedini mungkin sehingga didapatkan hasil yang lebih optimal.

7 b. Dapat memberikan informasi atau data dasar bagi peneliti selanjutnya terkait dengan pengaruh metode CBT dalam menangani kasus PTSD pada pasien post kecelakaan lalu lintas.