PENENTUAN UKURAN LOT GABUNGAN UNTUK PEMBELI DAN PEMASOK TUNGGAL DAN USULAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI) PADA PT.PUTRA ALAM TEKNOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENENTUAN UKURAN LOT GABUNGAN DENGAN BARGAINING GAME DAN CONSIGNMENT UNTUK PEMANUFAKTUR DAN PEMBELI TUNGGAL

UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SUPPLY CHAIN DENGAN MENGAKOMODASI KEBIJAKAN PEMBELIAN BAHAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN I-1

MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL

PENDEKATAN SEDERHANA UNTUK FORMULASI MODEL UKURAN LOT GABUNGAN SINGLE-VENDOR MULTI-BUYER

MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA RANTAI PASOK

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PADA SISTEM SUPPLY CHAIN YANG MELIBATKAN PEMASOK, PEMANUFAKTUR DAN PEMBELI

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

INTEGRASI LOT SIZING PADA PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR UNTUK PRODUK YANG DIJUAL DENGAN GARANSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG VENDOR MANAGED INVENTORY TERHADAP SUPPLY CHAIN PT SEMEN GRESIK Tbk. ABSTRAK

Data untuk Perhitungan Biaya Kirim Data untuk Perhitungan Biaya Simpan Pembeli Data untuk Perhitungan Biaya

PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini akan diambil kesimpulan mengenai keseluruhan hasil

PENGURANGAN BULLWHIP EFFECT DENGAN METODE VENDOR MANAGED INVENTORY

PENGEMBANGAN MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE DENGAN MEMPERTIMBANGKAN ADANYA PRODUK CACAT DAN BACKORDERING POLICY

Model Persediaan Just In Time (JIT) Terintegrasi dengan Mengakomodasi Kebijakan Material

PENGEMBANGAN MODEL INTEGRASI PRODUKSI-PERSEDIAAN SINGLE VENDOR SINGLE BUYER KONDISI PROBABILISTIK DENGAN ADANYA LOSSING FLEXIBILITY COSTS

ABSTRAK. Kata kunci: joint economic lot size, supplier, distributor, biaya persediaan, pengendalian persediaan. iv Universitas Kristen Maranatha

BAB 8 MODEL OPTIMAL PENGIRIMAN PRODUK GABUNGAN MENGGUNAKAN PETI KEMAS DALAM RANTAI PASOK DUA LEVEL

PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL

MODEL UKURAN LOT TERKOORDINASI PADA SISTEM RANTAI PASOK SINGLE- VENDOR MULTI-BUYER DENGAN MELIBATKAN PEMESANAN BAHAN BAKU

Jl. Veteran 2 Malang

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENJUALAN BARANG BERBASIS VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI) Eric Alfonsius 1, Muhamad Rifai 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai peneltian terdahulu, penelitian sekarang, dan landasan teori sebagai dasar penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN MODEL VENDOR MANAGED INVENTORY DENGAN BANYAK RETAILER YANG MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN LEAD TIMES

BAB 9 PENUTUP. Pada Bab ini mencakup kesimpulan yang diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran untuk penelitian selanjutnya.

ANALISIS BULLWHIP EFFECT DALAM MANAJEMEN RANTAI PASOK


Penentuan Kebijakan Order dengan Pendekatan Vendor Managed Inventory untuk Single Supplier, Multi Product

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

BAB 2 LANDASAN TEORI

Perancangan Model VMI (Vendor Managed Inventory) dengan Satu Pemasok dan Banyak Retailer yang Meminimasi Ongkos Total Rantai Pasok

BAB 2 LANDASAN TEORI

Program Studi Teknik Industri, Universitas Tarumanagara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi dengan Lead Time yang Terkontrol dan Mekanisme Revenue Sharing

PENENTUAN JOINT LOT SIZE ATAS PERTIMBANGAN JUMLAH PRODUK CACAT DENGAN MODEL VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI)

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PURCHASING PRICE UNTUK PRODUK DEFECT DAN BACKORDER KETIKA PEMERIKSAAN DARI BUYER KE SUPPLIER

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN SINGLE VENDOR MULTI BUYER DENGAN KEBIJAKAN PENGIRIMAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERBANDINGAN PAIRWISE REVENUE SHARING CONTRACT DENGAN SPANNING REVENUE SHARING CONTRACT PADA MULTI ECHELON SUPPLY CHAIN

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

KONSEP SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) PADA PROSES PRODUKSI DALAM PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU ABSTRAK

MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015

MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN DISTRIBUTOR DENGAN KEBIJAKAN MANAJEMEN BIAYA EMISI KARBON DAN PROSES INSPEKSI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113

Pengembangan Model Consignment Stock pada Sistem Rantai Pasok Dua Eselon dengan Permintaan Berfluktuasi dan Perubahan Order Awal

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

KONSEP TRADISIONAL. Kirim. Retail. Vendor. Order (q & T) Make q & T Decision

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

B2B E-Commerce. Achmad Yasid, S.Kom Web blog :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan Model Consignment Stock pada Sistem Rantai Pasok Dua Eselon dengan Permintaan Berfluktuasi dan Perubahan Order Awal

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata kunci: inventory, imperfect quality, inspection error, defect return, rework, salvage, lot size, JELS.

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MODEL PROGRAM DINAMIS DALAM PENENTUAN LOT PEMESANAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN MODAL

MODEL KEBIJAKAN CAN ORDER PADA DUA ESELON RANTAI PASOK DENGAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

SILABUS MATAKULIAH. Revisi : 4 Tanggal Berlaku : 4 September 2015

Deskripsi Mata Kuliah

PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem penjualan merupakan bagian yang penting dalam pengoperasian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SKRIPSI PENENTUAN METODE LOT SIZING UNTUK MENGURANGI BULLWHIP EFFECT DAN TOTAL BIAYA PERSEDIAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan. Sekarang komputer bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. baik antara perusahaan retail dengan pihak-pihak dalam rantai suplainya.

APLIKASI MANAJEMEN INVENTORY MANUFAKTUR BAHAN KIMIA BERBASIS CLIENT SERVER DI PT KHARISMA TRIJAYA MANDIRI

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I)

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Manjemen rantai suplai merupakan suatu proses untuk mengintegrasi,

BAB III LANDASAN TEORI

MEMINIMASI MANUFACTURING LEAD TIME MENGGUNAKAN VALUE STREAM MAPPING DAN DAMPAKNYA PADA BULLWHIP EFFECT

MODEL JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) PADA KASUS PEMASOK DAN PEMBELI DENGAN PERMINTAAAN PROBABILISTIK SKRIPSI ENDANG MARLINA HUTAJULU

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

Transkripsi:

PENENTUAN UKURAN LOT GABUNGAN UNTUK PEMBELI DAN PEMASOK TUNGGAL DAN USULAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI) PADA PT.PUTRA ALAM TEKNOLOGI ERLANGGA ABSTRAK Pengelolaan persediaan secara konvensional menyebabkan ukuran lot yang tidak ideal dan distorsi informasi yang berakibat kerugian pada salah satu pihak supply chain. Penelitian ini menggunakan model ukuran lot gabungan antara pembeli tunggal dan pemasok tunggal (Joint Economic Lot Size), model ini dapat menentukan ukuran lot optimal antara pemasok dan pembeli, sehingga kerugian dari salah satu pihak dapat lebih minimal. Kemudian perancangan sistem informasi yang terintegrasi antara pemasok dan pembeli, dalam hal ini pemasok untuk mengawasi status persediaan pembeli, sehingga pembeli tidak perlu melakukan proses pemesanan (Vendor Managed Inventory). Kata Kunci : Ukuran lot, pembeli, pemasok, joint economic lot size, vendor managed inventory 1. PENDAHULUAN Ketika suatu perusahaan memiliki kebutuhan untuk membeli suatu produk, maka tercipta hubungan antara perusahaan yang membutuhkan produk dengan perusahaan yang menyediakan produk. Pengelolaan persediaan secara konvensional dipandang sudah tidak cocok lagi dengan kondisi saat ini, yang berakibat kerugian pada salah satu pihak supply chain. Model persediaan seperti Joint Economic Lot Size (JELS), yang mengintegrasikan pengelolaan persediaan dalam supply chain, telah menarik perhatian beberapa peneliti untuk mengembangkannya. Goyal (1976) merupakan peneliti yang pertama kali memodelkan JELS. Solusi yang dihasilkan dari model ini dapat memberikan penghematan yang signifikan pada total biaya persediaan gabungan. Selanjutnya Banerjee (1986) membuat model persediaan pemasok- pembeli dengan kebijakan lot for lot dimana pemasok memproduksi tiap pengiriman ke pembeli dalam batch produksi yang terpisah. 1

Goyal (1988) mengkritisi model Banerjee (1986) yang mempertimbangkan kebijakan lot for lot.. Goyal (1988) mengembangkan model persediaan yang merelaksasi adanya asumsi lot for lot pada model Banerjee (1986). Pada model ini pemasok akan memproduksi sejumlah kelipatan integer dari lot pemesanan pembeli. Model ini menghasilkan penghematan total biaya persediaan yang relatif lebih besar dari model sebelumnya. Terdapat beberapa pendekatan yang digunakan dalam memanfaatkan teknologi informasi pada hubungan kontrak antara lain information sharing (Lee dan Whang, 1998, Lee dkk., 2000 dan Huang dkk., 2003), vendor- Sistem yang diamati terdiri dari pemasok tunggal dan pembeli tunggal. Pembeli melakukan pemesanan kepada pemasok, pemasok kemudian managed inventory (Dong dan Xu, 2002, Disney dan Towill, 2003, Bertazzi dkk., 2005, Iyer dkk., 2007 dan Yao dan Dresner, 2008). Pendekatan information sharing (IS) merupakan pendekatan yang memanfaatkan teknologi informasi untuk dapat berbagi informasi antara pemasok dan pembeli (Lee dan Whang, 1998). Pendekatan vendor managed inventory (VMI) melibatkan pemasok dalam melakukan monitoring terhadap status persediaan pembeli dan pemasok bertanggung jawab terhadap ketersediaan produk sehingga pembeli tidak perlu melakukan pemesanan (Dong dan Xu, 2002). 2. METODOLOGI memproduksi produk yang dibutuhkan dalam ukuran lot. Gambar 1. Model integrasi penjual-pembeli Notasi-notasi yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut: D = Permintaan/tahun atau penggunaan barang inventori P = kecepatan produksi penjual untuk suatu barang/tahun A = ongkos pesan pembeli setiap kali pemesanan S = ongkos set up penjual/setup 2

r = ongkos penyimpanan inventori/tahun, dalam pecahan atau persen Cv = Biaya produksi/unit yang harus dibayar penjual Cp = harga pembelian barang yang harus dibayar oleh pembeli Q = ukuran lot barang yang dipesan atau diproduksi Selain itu, diasumsikan bahwa ongkos penyimpanan, r, adalah sama untuk pembeli dan penjual, dan pelu diketahui bahwa P D, serta Cv Cp. 2.1 Model Joint Economic Lot Size Ukuran lot gabungan yang dapat meminimasi total biaya gabungan bagi perusahaan dan pembeli adalah sebagai berikut: Total biaya gabungan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dan pembeli dengan memakai adalah: 2.1.1 Pengaruh Penggunaan JELS Pada Pembeli Jika digunakan sebagai ukuran lot pemesanan, maka total biaya yang harus dikeluarkan pembeli adalah: Biaya ini lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan jika menggunakan Q ( ), namun lebih kecil biaya yang harus dikeluarkan dengan menggunakan ukuran lot 2.1.2 Pengaruh Penggunaan JELS pada perusahaan Jika digunakan sebagai ukuran lot pemesanan, maka total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah: ekonomis perusahaan ( ). Penggunaan akan mengakibatkan peningkatan biaya bagi toko. Persentase biaya penalti bagi toko jika mengubah Q menjadi adalah: Persentase sebesar 38,30 % menghasilkan biaya penalti sebagai berikut: Biaya ini lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan dengan menggunakan Q ( ), juga lebih kecil jika 3

dibandingkan biaya yang dikeluarkan menggunakan ukuran lot ekonomis toko ( ). Penggunaan akan menghasilkan penghematan biaya bagi perusahaan. Persentase penghematan biaya bagi perusahaan jika mengubah Q menjadi adalah: Penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan mengubah Q menjadi adalah: Penggunaan akan mengakibatkan peningkatan biaya pada pihak pembeli, sebaliknya menghasilkan penurunan biaya bagi pihak perusahaan. Walaupun begitu, sebaiknya dapat digunakan sebagai ukuran lot bagi perusahaan dan pembeli sehingga perusahaan tidak harus mengeluarkan biaya tinggi. Penghematan biaya gabungan (JACA) yang dihasilkan dengan mengubah Q menjadi adalah sebesar: Persentase penghematan biaya: Pihak yang mengalami penurunan biaya, yaitu perusahaan harus bernegoisasi dengan pihak pembeli supaya ukuran lot gabungan ( ) dapat digunakan. Perusahaan dapat menawarkan diskon kepada pembeli. Agar adil, maka diskon yang diberikan kepada pembeli sebesar: Dengan demikian, kedua belah pihak dapat menghemat sejumlah biaya yang hampir sama. 2.2 Sistem Informasi Vendor Managed Inventory (VMI) Metode VMI pada penelitian ini digunakan untuk membangun suatu sistem 2.2.1 Tahap Perencanaan Sebelum merancang sistem informasi VMI terlebih dahulu dipahami sistem aliran informasi informasi supaya terjadi koordinasi dan pertukaran informasi yang baik akan kebutuhan produk antara pembeli dan perusahaan (pemasok). yang ada pada perusahaan yang berhubungan dengan pembeli, berikut ini adalah aliran informasi perusahaan: 4

Gambar 2 Aliran Informasi Pada Perusahaan 2.2.2 Tahap Analisa Dalam tahap ini membahas analisis dan pemahaman masalah serta identifikasi kebutuhan informasi. 2.2.3 Tahap Perancangan merupakan tahapan dimana dilakukan penentuan data dan proses dari sistem yang dibuat. Selain itu pada tahapan ini juga dijelaskan mengenai usulan sistem baru yang merupakan pengembangan dari sistem lama. 3. PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada perusahaan yang bergerak dibidang otomotif yang memproduksi komponen standart misumi dan komponen stamping manufaktur. Perusahaan ini merupakan pemasok produk corepim, yaitu sejenis Jig (alat bantu) untuk membuat suatu produk yang lebih tinggi nilai nya. A. Perhitungan Joint Economic Lot Size (JELS) Data yang dibutuhkan untuk perhitungan JELS: Permintaan produk (D) = 2920/tahun Kecepatan Produksi per tahun = 7800 unit/tahun 5

Biaya Administrasi = Rp.1.500/pemesanan Ongkos set up = Rp.15.384,61/ setup Ongkos Simpan = 5.00% Ongkos Produksi = Rp.200.000/unit Harga Jual = Rp.450.000/ unit Hasil perhitungan JELS diperoleh output ukuran lot gabungan yang optimal ( ) yang menghasilkan total biaya yang harus dikeluarkan oleh buyer dan supplier. Selain itu dapat dihitung besarnya keuntungan yang diperoleh oleh buyer dan supplier. Keuntungan bagi masing-masing pihak dengan mengubah Q menjadi adalah: Perusahaan : Vben = Rp.1.738.111,9 atau sebesar 38,33 % Pembeli : Pben = Rp.869.978,57 atau sebesar 158 % Berikut ini adalah Hasil perhitungan penggunaan kebijakan optimal pembeli, kebijakan optimal perusahaan, perhitungan JELS dan perhitungan ukuran lot yang diterapkan (Q) dengan JELS: Tabel 1 Hasil perhitungan penggunaan kebijakan optimal pembeli, kebijakan optimal perusahaan dan Perhitungan JELS Pembeli Perusahaan Lot gabungan Biaya Lot Gabungan 6

Tabel 2 Hasil Perhitungan ukuran lot yang di terapkan (Q) dengan JELS Pembeli Perusahaan Diskon: d = Rp.595,24 Vben = Rp.1.738.111,9 Pben = Rp.869.978,57 Penghematan total biaya yang terjadi antara buyer dan supplier akibat menggunakan ukuran lot gabungan cukup besar. Dengan demikian total biaya per tahun yang harus dikeluarkan antara buyer dan supplier jauh lebih rendah dibandingan total biaya per tahun dengan menggunakan ukuran lot optimal masing-masing pihak. B. Usulan Sistem Vendor Managed Inventory (VMI) Setelah ukuran lot gabungan di dapat pada, penelitian ini menggunakan metode VMI untuk membangun suatu sistem informasi supaya terjadi koordinasi dan pertukaran informasi akan kebutuhan produk antara pembeli dan perusahaan (pemasok). Ada beberapa tahap untuk membuat suatu system vendor managed inventory, tahap-tahap tersebut yaitu: 1. Tahap Perencanaan Merupakan tahap pemahaman aliran informasi yang terjadi antara perusahaan dan pembeli, dalam tahap ini dikumpulkan data-data yang akan digunakan untuk membangun suatu system VMI. 2. Tahap Analisa Menganalisa dan memahami permasalahan informasi yang terjadi antara perusahaan dan pembeli 3. Tahap Perancangan Sistem Informasi VMI Merupakan tahapan dimana dilakukan penentuan data dan proses dari system yang dibuat. Selain itu pada tahapan ini juga dijelaskan mengenai usulan system yang baru yang merupakan pengembangan dari system lama. 7

Berikut ini adalah gambaran aliran informasi antara perusahaan (pemasok) dengan pembeli dan Usulan aliran informasi yang baru antara perusahaan (pemasok) dengan pembeli. Gambar 3 Aliran Informasi antara Perusahaan dan Pembeli 8

Gambar 4 Usulan Aliran Informasi antara Perusahaan dan Pembeli 9

4. KESIMPULAN Penentuan ukuran lot menggunakan JELS menghasilkan total biaya gabungan yang harus dikeluarkan oleh pemasok dan pembeli lebih rendah dibandingkan menggunakan ukuran lot optimal masing-masing pihak. Penggunaan ukuran lot gabungan juga dapat memberikan keuntungan bersama. Dengan demikian perubahan ukuran lot dari Q (10 unit) menjadi (62 unit) menghasilkan penghematan biaya gabungan sebesar 68,36%. Diskon yang harus diberikan perusahaan kepada pembeli agar pembeli menyetujui penggunaan JELS adalah sebesar Rp.595,24 /unit. Kemudian penerapan system informasi Vendor Managed Inventory menghasilkan kecepatan dan ketepatan pemasok dalam hal mengetahui jumlah persediaan pembeli. Hal ini sangat membantu perusahaan (pemasok) dalam menentukan kapan perusahaan akan membuat produk yang dibutuhkan oleh pembeli, sehingga tidak ada lagi kelebihan atau kekurangan stok yang dialami oleh pemasok dan pembeli. Chen Jen-Ming, Lin I-Chen, 2010. Ordering and Pricing Policies under Vendor Managed Inventory and Consignment Arrangements, International Journal of Information and Management Sciences, 21(10), 453-468 Herjanto, Eddy. 1999. Manajemen Produksi Dan Operasi Edisi Kedua. Jakarta. Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo). Kurniasari, Mira. Maulidya, Rahmi. Saraswati Docki, 2011. Penentuan Ukuran Lot Gabungan Untuk Pembeli Dan Pemasok Tunggal Mempergunakan Pendekatan Vendor Managed Inventory Consignment, Teknik Industry, Universitas Trisakti Pujawan, I Nyoman. 2005. Supply Chain Management. Surabaya. Guna Widya. http://teknikindustritalk.wordpress.com/2 012/03/04/vendor-managed-inventoryvmi yang diakses pada 29 Maret, 2012. DAFTAR PUSTAKA Banerjee, A. 1986, A Joint Economic Lot Size Model For Purchaser and Vendor, Decision Sciences, 17, 292-311 10