BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI PERMAINAN SCRABBLE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

KUALITAS INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 24 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Di lingkungan sekolah Guru tidak hanyan mendidik siswa dalam aspek kognitif saja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. tradisional. Pendidikan formal, informal dan non-formal merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak-anak. Kata remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

2015 INTERAKSI SOSIAL KELUARGA YANG SELURUH ANGGOTANYA TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Atiasih, 2014

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar untuk mengarahkan tindakan orang lain sebagai reaksi antara pihakpihak

I. PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dalam memenuhi harapan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menuntut ilmu, tetapi juga untuk mencari teman, dari berteman itulah maka

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. anugerah manusia sebagai mahluk sosial, baik secara internal ( sosial untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk budaya yang memiliki ciri-ciri yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai segi kehidupan. Kenyataan menunjukkan bahwa pemakaian bahasa. dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang individu atau lebih,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia telah mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesamanya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan individu maupun kelompok. Begitu juga dengan siswa diusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vera Ratna Pratiwi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. berdampingan, manusia membutuhkan adanya interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini adalah anak yang unik, dan memiliki karakteristik khusus,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk individu. Dalam kehidupannya, manusia selain sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

UPAYA MENINGKATKAN PERILAKU PRO-SOSIAL MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN METODE SOSIODRAMA. Arni Murnita SMK Negeri 1 Batang, Jawa Tengah

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DI SD MUHAMMADIYAH PAHANDUT PALANGKARAYA.

KOMUNIKASI DAN ETIKA PROFESI

Modul ke: PENDIDIKAN ETIK. Komunikasi Efektif. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen

menyebabkan perkembangan otaknya terhambat, sehingga anak mengalami kurang dapat mengendalikan emosinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan pendidikan yang. diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian, pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. konferensi Jenewa tahun 1979 ( Saputra, 2005: 3) bahwa aspek aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok teman sebaya memiliki kedudukan yang penting bagi siswa

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

KEMAMPUAN BEREMPATI DITINJAU DARI INTERAKSI TEMAN SEBAYA PADA ANAK USIA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

BAB II TINJAUN PUSTAKA. socialnya (action theory), yaitu mengenai tindakan yang dilakukan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB 1 PENDAHULUAN. berhubungan dengan manusia lainnya dan mempunyai hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi manusia antara lain imitasi, sugesti, simpati, identifikasi, dan empati.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. sebaya ataupun orang dewasa lainnya (Yusuf,2001;122, Mubiar: 2008;13).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB II LANDASAN TEORI. kelompok dan kelompok, ataukah individu dengan kelompok. Menurut Walgito (2000)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

GAMBARAN KETERBUKAAN DIRI (Studi Deskriptif pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 48 Jakarta) Dwiny Yusnita Sari 1 Wirda Hanim 2 Dharma Setiawaty R.

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Hakikat Dan Makna Lingkungan Bagi Manusia

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. individu. Maka tidak diragukan lagi bahwa pengalaman-pengalaman pada masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Diri Pengertian Konsep Diri. Hurlock (1990) mengemukakan, konsep diri merupakan inti dari pola

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial telah dibekali naluri untuk selalu mengadakan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Interaksi tersebut diantaranya dapat diwujudkan dalam kegiatan berbicara, bersalaman, atau bahkan bermusuhan. Soerjono Soekanto (1982: 11) menjelaskan bahwa Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, oleh karena itu dengan pemenuhan kebutuhan tersebut, dia akan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan lainnya, untuk menjadi anggota suatu kelompok, diakui, dan seterusnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa interaksi dengan orang lain merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia. Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2011: 64) menjelaskan bahwa Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok atau kelompok dan kelompok dalam bentuk kerja sama, persaingan maupun pertikaian. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa interaksi sosial terjadi apabila terdapat hubungan dua orang atau lebih yang dapat menghasilkan kerja sama, persaingan, atau pertikaian. Menurut pendapat Syahrial Syarbaini, A. Rahman, dan Monang Djihado (2002: 23) mengemukakan bahwa Interaksi sosial berupa hubungan pengaruh yang tampak dalam pergaulan hidup bersama. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa interaksi sosial merupakan hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Interaksi sosial sebagai proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan sebagai dasar dalam kehidupan sosial di masyarakat. Sejalan dengan pendapat Bimo Walgito (2003: 65) bahwa: Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok. 1

2 Berkaitan dengan hal tersebut maka interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik dan dapat saling mempengaruhi antara individu satu dengan individu yang lain dalam kehidupannya. Hubungan timbal balik antara individu satu dengan individu lain tersebut dapat terjadi akibat adanya kontak dan komunikasi. Kontak dan komunikasi merupakan syarat terjadinya interaksi sosial. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Syahrial Syarbaini, dkk (2002: 23) bahwa Interaksi sosial terjadi apabila: 1). ada kontak sosial, dan 2). ada komunikasi. Kontak sosial merupakan suatu pendekatan fisik dan rohaniah. Kontak sosial dapat bersifat primer (berjumpa face to face) dan dapat bersifat sekunder (berhubungan melalui media komunikasi, baik menggunakan perantara orang, telepon, surat kabar, tv, maupun radio ). Kontak sosial terjadi apabila kedua belah pihak yang mengadakan interaksi sosial menyadari bahwa mereka membutuhkan kerja sama. Berdasarkan penjelasan Idianto M. (2004: 63) bahwa Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu: kontak antar individu, kontak antar kelompok, dan kontak antara individu dan kelompok. Kontak sosial antar individu misalnya kontak antara siswa dengan guru, kontak sosial antar kelompok misalnya kontak antara dua kesebelasan dalam memperebutkan gelar juara, sedangkan kontak sosial antara individu dan kelompok misalnya antara dai dengan jemaah pengajian. Kontak sosial dapat bersifat positif dan negatif. Kontak sosial yang positif akan menghasilkan interaksi sosial dan mengarah pada terbentuknya kerja sama, sedangkan kontak sosial negatif akan mengarah pada pertentangan atau pertikaian. Dalam interaksi sosial, komunikasi merupakan hal penting sebagai salah satu syarat terjadinya interaksi sosial. Komunikasi merupakan usaha menyampaikan informasi kepada manusia lain. Tanpa komunikasi tidak akan mungkin terjadi suatu interaksi sosial dalam masyarakat. Pada umumnya komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal atau katakata yang dapat dimengerti oleh keduanya, maka komunikasi masih dapat

dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, dan mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa non-verbal atau bahasa isyarat. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi dapat efektif apabila pesan yang disampaikan ditafsirkan sama oleh pihak penerima pesan karena kemampuan berkomunikasi efektif merupakan modal utama di dalam melakukan interaksi sosial. Kontak sosial dan komunikasi yang mendasari terjadinya interaksi sosial merupakan sarana membangun hubungan sosial dengan sesama. Hubungan sosial pada anak akan semakin luas ketika masuk di lingkungan sekolah. Sekolah merupakan tempat bertemunya anak-anak yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat dan beragam corak latar belakang keluarga. Di samping keluarga dan masyarakat, sekolah juga berpengaruh dalam perkembangan anak. Sebagaimana dijelaskan oleh Desmita (2009: 187) bahwa: Interaksi dengan guru dan teman sebayanya di sekolah, memberikan peluang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia, serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir masa anak-anak. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa interaksi sosial yang terjadi di sekolah mempunyai pengaruh penting bagi perkembangan anak dalam hal kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia, serta pengembangan konsep diri. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Herawati Mansur (2009: 90) yang memaparkan bahwa Perkembangan sosial pada anak sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan keluarga anak juga mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya atau teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya telah bertambah luas. Interaksi di lingkungan sekolah meliputi hubungan yang terjadi antara siswa, guru, dan seluruh komponen yang ada di sekolah. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Hal tersebut dapat diartikan bahwa perkembangan sosial sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan, 3

moral (agama). Pada usia sekolah, anak mulai memiliki kesanggupan dalam menyesuaikan keinginannya sendiri dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain terutama teman sebayanya di sekolah. Santrock (2007: 205) mengemukakan bahwa Sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira-kira sama. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa teman sebaya adalah orang yang memiliki tingkat usia yang kirakira sama. Interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan hubungan yang paling sering dilakukan oleh siswa selama berada di lingkungan sekolah, karena siswa lebih banyak terlibat dalam aktivitas dengan siswa lain yang ada di sekolah. Sejalan dengan pendapat Desmita (2009: 224) bahwa Seperti halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-anak. pendapatnya: Selanjutnya, Barker dan Wright (dalam Desmita, 2009: 224) mamaparkan Mencatat bahwa anak-anak usia 2 tahun menghabiskan 10 % dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4 tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20 %. Sedangkan anak usia 7 tahun hingga 11 meluangkan lebih dari 40 % waktunya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa berinteraksi dengan teman sebaya merupakan aktivitas yang menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya waktu yang mereka habiskan bersama, terutama di lingkungan sekolah. Anak tidak lagi puas bermain sendirian di rumah atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota keluarga. Hal tersebut dikarenakan anak telah memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok, serta merasa tidak puas apabila tidak bersama temantemannya. Interaksi dengan teman sebaya pada anak usia sekolah dasar diwujudkan dalam bentuk aktivitas yang dilakukan bersama-sama, diantaranya berbicara, mendengarkan musik, berangkat ke sekolah bersama, dan bermain. Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2002: 99) memaparkan bahwa Bermain bagi anak mempunyai peran yang sangat penting untuk perkembangan fisik psikologis dan 4

5 sosial anak, sehingga untuk dapat mencapai perkembangan yang optimal anak harus diberi waktu dan kesempatan untuk bermain terutama dengan teman sebaya. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa perlu memberikan waktu dan kesempatan yang cukup bagi anak untuk bermain dengan teman sebayanya sehingga anak akan mengembangkan berbagai keterampilan dan sosialisasi kepada dunia luar. Kenyataan yang terjadi pada siswa kelas IV di SD Negeri Tlogorejo Temanggung terdapat siswa yang belum mampu melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya di sekolah. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari wali kelas IV terdapat siswa yang masih mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya. Informasi tersebut diperoleh dari hasil wawancara pada tanggal 20 dan 25 Februari 2013. Indikator siswa yang belum mampu melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya diantaranya sering menyendiri, duduk di bangku paling belakang, lebih banyak diam, apabila jam istirahat sering terlihat sendiri, kurang percaya diri dalam melakukan kegiatan di kelas, dan pasif dalam kegiatan belajar. Hal tersebut dikarenakan siswa merasa minder, kurang percaya diri, dan penakut sehingga tidak mau berinteraksi dengan teman sebayanya, dan merasa lebih nyaman apabila sendiri. Selain itu, terdapat siswa pindahan yang masih canggung untuk berinteraksi dengan lingkungan barunya, sehingga cenderung untuk pasif dan senang menyendiri. Siswa yang tidak mampu mengadakan interaksi dengan teman sebayanya di sekolah akan muncul masalah diantaranya kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, terisolir, dan kehilangan kesempatan untuk bermain dengan temantemannya. Perkembangan sosial pada anak usia sekolah ditandai dengan adanya perluasan hubungan dengan teman sebaya sehingga hubungan sosial dengan dunia luar semakin luas. Endang Poerwanti dan Nur Widodo (2002, 97) mengatakan bahwa Masa sekolah yaitu fase antara usia 6 sampai 12 tahun, sering juga disebut masa kanak-kanak akhir atau masa bermain. Penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa masa sekolah adalah fase antara usia 6 sampai 12 tahun, di mana anak

mengadakan interaksi sosial melalui kegiatan bermain yang dilakukan dengan teman sebayanya. 6 Santrock (2007: 206) berpandat bahwa Ketika anak memasuki sekolah dasar, sifat timbal balik menjadi sangat penting dalam hubungan sebaya. Anakanak bermain, berkelompok, dan membina persahabatan. Pendapat tersebut mengandung pengertian bahwa pada saat anak memasuki sekolah dasar, hubungan timbal balik terjadi diantara teman sebayanya dalam bentuk kegiatan bermain, berkelompok, dan membina persahabatan. Pada masa sekolah anak-anak menghabiskan lebih banyak waktunya di luar rumah untuk bermain dengan teman-teman daripada terlibat dalam aktivitas lain. Umumnya hubungan sosial dengan teman sebaya pada masa anak usia sekolah terjadi dalam bentuk kegiatan bermain melalui media permainan. Andang Ismail (dalam Suwarjo dan Eva Imania Eliasa, 2010: 3) memaparkan bahwa permainan (games) adalah Aktivitas bermain yang dilakukan dalam rangka mencari kesenangan, kepuasan, namun ditandai dengan adanya pencarian menang-kalah. Melalui permainan, anak-anak dapat mengekspresikan diri, mengenal orang-orang dan hal-hal yang ada di sekitarnya menjadi lebih akrab, dan belajar untuk berkompetisi. Jadi, permainan bagi anak usia sekolah merupakan bentuk aktivitas yang menyenangkan sebagai bagian dari sarana penghubung dengan dunia luar. Permainan mempunyai arti penting bagi perkembangan anak. Hetherington dan Parke (dalam Desmita, 2009: 141) menyebutkan bahwa: Tiga fungsi permainan, yaitu fungsi kognitif, fungsi sosial, dan fungsi emosi. Salah satu dari fungsi permainan adalah fungsi sosial. Fungsi sosial yang dapat diperolah dari permainan adalah anak belajar memahami peran orang lain dan peran orang dewasa yang diperolah dari interaksi sosial dengan lingkungannya, khususnya interaksi sosial dengan teman sebaya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya pada anak usia sekolah yaitu usia 6 sampai 12 tahun dapat dibangun melalui permainan. Salah satu upaya untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya pada siswa kelas IV SD Negeri Tlogorejo Temanggung tahun pelajaran 2012/2013 adalah melalui permainan scrabble.

7 Yusep Nurjatmika (2012: 25) menjelaskan bahwa Scrabble merupakan permainan yang banyak manfaatnya, salah satu manfaat dari permainan scrabble adalah kemampuan untuk berhubungan/berinteraksi dengan teman-temannya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dimaknai bahwa melalui permainan scrabble dapat membina kemampuan anak dalam melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian eksperimen dengan judul Peningkatan Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya melalui Permainan Scrabble Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tlogorejo Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013. Permasalahan Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan tersebut, dapat diidentifikasi berbagai permasalahan yaitu sebagai berikut: Terdapat beberapa siswa yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya di sekolah. Beberapa siswa yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya tersebut pada umumnya sering menyendiri, duduk di bangku paling belakang, lebih banyak diam, apabila jam istirahat sering terlihat sendiri, kurang percaya diri dalam melakukan kegiatan di kelas, dan pasif dalam kegiatan belajar sehingga mengalami kesulitan dalam bergaul dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Rumusan Masalah Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah permainan scrabble efektif untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya pada siswa kelas IV SD Negeri Tlogorejo Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013?

8 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ditemukan, tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui keefektifan permainan scrabble terhadap peningkatan interaksi sosial dengan teman sebaya pada siswa kelas IV SD Negeri Tlogorejo Temanggung Tahun Pelajaran 2012/2013. Manfaat Penelitian Berdasarkan paparan di atas, dikemukakan bahwa manfaat penelitian sebagai berikut: Manfaat Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Memberikan pemahaman kepada siswa tentang perlunya interaksi sosial dengan teman sebaya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa mengenai interaksi sosial dengan teman sebaya yang dilakukan di sekolah. Memberikan wawasan tentang pengembangan ilmu kepada program studi Bimbingan dan Konseling Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Membantu siswa agar dapat melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya di lingkungan sekolah. Membantu siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan teman sebaya di sekolah melalui permainan scrabble. Diharapkan dapat memberikan wawasan kepada guru bahwa permainan scrabble dapat digunakan untuk meningkatkan interaksi sosial dengan teman sebaya.