BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

Sanitasi Penyedia Makanan

Jasaboga. Usaha pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan yang dilakukan oleh perseorangan atau Badan Usaha.

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGAWASAN HIGIENE SANITASI MAKANAN DAN MINUMAN DAN PENGERTIAN RESTORAN HOTEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Definisi sanitasi menurut WHO adalah usaha pencegahan/

II Observasi. No Objek pengamatan. Total skor masing masing setiap kantin Bobot Nilai Lokasi & Bangunan SMA Lokasi : a.

II OBSERVASI. NO OBJEK PENGAMATAN. TOTAL SKOR MASING MASING SETIAP KANTIN BOBOT NILAI LOKASI & BANGUNAN SMA LOKASI : A

I. Data Responden Penjamah Makanan 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan :

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI

LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Keluhan Konsumen

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

HIGIENE SANITASI PANGAN

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

1 KUISIONER GAMBARAN HYGIENE SANITASI PENGELOLAAN MAKANAN DAN PEMERIKSAAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN. Produksi. Pangan Olahan.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

LAMPIRAN ORGANISASI PENELITIAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN, TEMPAT-TEMPAT UMUM DAN PENGAWASAN KUALITAS AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo, yang secara geografis terletak pada 00⁰ ⁰ 35 56

HANDOUT. PERTEMUAN KE : 7, 8 dan 9 MATA KULIAH : MANAJEMEN USAHA BOGA POKOK MATERI : Proses produksi dalam Suatu Usaha Boga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1096/MENKES/PER/VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.7 Kerangka Teori Gambar 3.1 Kerangka Konsep... 24

From Farm to Fork...

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB IV HASIL PENELITIAN. Karanganyar terdapat 13 perusahaan tekstil. Salah satu perusahaan di daerah

Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang. pemerintah, swasta, dan atau perorangan yang dipergunakan langsung oleh

PEMERIKSAAN KELAIKAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN 1. Nama rumah makan/restoran :. 2. Alamat :.

PENILAIAN PEMERIKSAAN KESEHATAN LINGKUNGAN HYGIENE SANITASI DI RUMAH MAKAN/RESTORAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat melangsungkan kehidupan selain sandang dan perumahan. Makanan, selain mengandung nilai gizi, juga merupakan media untuk dapat

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB I PENDAHULUAN. serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya (Depkes RI, 1999). Memenuhi kebutuhan makhluk hidup membutuhkan bermacam-macam

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1098/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI RUMAH MAKAN DAN RESTORAN

SANITASI DAN KEAMANAN

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesehatan dan kesejahteraan manusia (Sumantri, 2010).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

BAB IV KURSUS HIGIENE SANITASI MAKANAN

BAB V PEMBAHASAN. higiene sanitasi di perusahaan dan konsep HACCP yang telah diteliti pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dengan cara menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 942/MENKES/SK/VII/2003 TENTANG PEDOMAN PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN JAJANAN

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penyusunan dan penelitian tugas akhir ini dilakukan di Usaha Kecil Menengah

BAB III METODE PELAKSANAAN

KUISIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT TENTANG SANITASI DASAR DAN RUMAH SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk dikonsumsi. Maka dari itu, dalam hal ini higienitas sangat berperan penting

MATERI KESEHATAN LINGKUNGAN

Lampiran 1 : Uji kelaikan fisik untuk higiene sanitasi makanan jasaboga *

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi

PENDAPAT SUPERVISOR TENTANG PENERAPAN SANITASI HIGIENE OLEH MAHASISWA PADA PELAKSANAAN PRAKTEK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan. Tanpa air kehidupan di

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 236/MENKES/PER/IV/1997 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN MAKANAN JAJANAN

LAMPIRAN 1. DAFTAR PERTANYAAN

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FORMULIR PEMERIKSAAN SARANA PRODUKSI PANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA. Kabupaten / Kota Propinsi Nomor P-IRT. Penanggungjawab :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG SERTIFIKASI LAIK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hygiene Sanitasi Makanan

IMPLEMENTASI PERMENKES RI NO. 1096/MENKES/PER/ VI/2011 TENTANG HIGIENE SANITASI JASABOGA TERHADAP KELAYAKANAN FISIK JASABOGA DI KOTA SIBOLGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2004 TENTANG PERSYARATAN HYGIENE SANITASI MAKANAN DI TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG IZIN USAHA DEPOT AIR MINUM

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

Lembar Observasi. Hygiene Petugas Kesehatan BP 4 Medan Tahun sesuai dengan Kepmenkes No. 1204/Menkes/Per/X/2004.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) : Ilmu Kesehatan Masyarakat. Semester : Dosen Pengampuh :

GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013

TITIS SARI KUSUMA 08/01/2015 1

UNTUK KEPALA SEKOLAH SDN KOTA BINJAI

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh enzim, aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keamanan makanan serta efektivitas dalam proses produksi menjadi suatu

CARA PRODUKSI PANGAN YANG BAIK UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA (IRT)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Faktor-faktor yang menentukan kualitas makanan baik, dapat ditinjau dari

DOKUMEN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (DPLH)

BAB 1 : PENDAHULUAN. disebut penyakit bawaan makanan (foodborned diseases). WHO (2006)

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/VI/ 2011 tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga, yang dimaksud jasaboga adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar pesanan. Usaha jasaboga telah berkembang dengan pesat selaras dengan kemajuan pembangunan pada bidang lain. Usaha jasaboga yang semula hanya merupakan kegiatan masak memasak sebagai penyaluran hobi ibu-ibu dalam mengisi waktu luang serta hanya merupakan usaha sampingan pendapatan keluarga, kini telah berkembang menjadi suatu unit usaha yang diandalkan dan dikelola secara profesional. Sentralisasi produksi makanan pada usaha jasaboga menimbulkan jarak antara tempat memasak dan tempat penyajian atau tempat makan serta jarak antara waktu pengolahan/memasak dan waktu penyajian atau waktu makan. Sedangkan makanan tersebut dimakan pada waktu yang bersamaan oleh banyak orang. Hal tersebut apabila tidak ditangani secara baik akan menimbulkan risiko rusak atau tercemarnya makanan yang dapat membahayakan kesehatan konsumen. Dari berbagai kejadian keracunan makanan di Inggris & Wales, setelah dianalisis 67% disebabkan oleh 1

2 makanan yang diproduksi dalam skala besar, dan 60% dari kejadian tersebut makanannya disajikan sekurang-kurangnya setengah hari sebelum dikonsumsi (Charles, 1999). Di Indonesia, berdasarkan hasil pemantauan Direktorat Jendral Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan tahun 2001 sampai dengan 2005, terdapat 17 kejadian keracunan makanan dengan 2.478 penderita atau 389 orang rata-rata pertahun yang diperkirakan keracunan kercunan makanan dari jasaboga. Jumlah tersebut belum termasuk kejadian dibeberapa perusahaan yang mengalami keluhan akibat makan makanan jasaboga tetapi belum melaporkan. Begitu juga hasil pemeriksaan laboratorium sampel makanan dari 30 buah jasaboga yang tersebar di Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur menunjukkan 53,2% tidak memenuhi syarat (Depkes RI, 2006). Keadaan sanitasi tempat pengelolaan makanan serta penggunanaan peralatan masak akan mempengaruhi kualitas makanan. Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni faktor fisik, faktor kimia dan faktor mikrobiologi. Faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang kurang baik, temperatur ruangan yang panas dan lembab. Tempat pengolahan makanan merupakan tempat dimana makanan diolah sehingga menjadi makanan terolah ataupun makanan jadi biasanya disebut dapur, memerlukan syarat sanitasi, baik dari konstruksinya, perlengkapan yang ada maupun tata letak perlengkapan yang lazim ada di dapur. Untuk konstruksi, hal-hal yang harus diperhatikan yaitu lantai, dinding, atap dan langit-langit, penerangan/pencahayaan, ventilasi, pembuangan asap

3 persediaan air yang cukup dan memenuhi syarat-syarat kesehatan, tersedia tempat/bak pencuci tangan dan alat-alat dapur, perlindungan dari serangga, tikus dan binatang perusak lainnya, barang-barang yang mungkin dapat menimbulkan bahaya tidak diperbolehkan disimpan di dapur. Hal-hal tersebut diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 Tentang Hygiene Sanitasi Jasaboga. Maksud dan tujuan ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1096/Menkes/Per/VI/2011 adalah: 1) Sebagai dasar hukum Pemerintah untuk melakukan pengawasan, pengendalian, pemeriksaan kesehatan makanan, minuman jasa boga atau katering yang akan dikonsumsi untuk umum; 2) Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat serta mencegah adanya pengelolaan makanan dan minuman yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan masyarakat akibat kualitas yang tidak memenuhi syarat kesehatan; 3) Memberikan perlindungan dan informasi kepada masyarakat agar terhindar dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan, pencemaran lingkungan dan penyalahgunaan bahan tambahan bukan pangan, bahan kimia yang bukan peruntukannya serta pencemaran karena pestisida; 4) Memelihara, mengembangkan, menjaga kualitas makanan, minuman, pelestarian lingkungan dan kesehatan karyawan; 5) Melindungi masyarakat dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar atau persyaratan kesehatan; 6) Melindungi masyarakat dari penyebaran penyakit akibat pencemaran lingkungan dan sanitasi yang kurang sehat; dan 7) Tersedianya makanan dan minuman yang memenuhi persyaratan keamanan, mutu dan gizi bagi kepentingan kesehatan masyarakat.

4 Beberapa ketentuan yang tercantum dalam surat Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 antara lain menyebutkan, bahwa setiap jasaboga harus memperkerjakan seorang penanggungjawab yang mempunyai pengetahuan higiene sanitasi makanan dan memiliki sertifikat higiene sanitasi makanan. Pengertian hygiene, merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subjeknya. Sedangkan pengertian sanitasi merupakan upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan lingkungan dari subjeknya, misalnya menyediakan air bersih untuk mencuci tangan, menyediakan tempat sampah untuk menjaga agar sampah tidak dibuang sembarangan. Pengertian lain menyatakan sanitasi sebagai pencegahan penyakit dengan cara menghilangkan atau mengawasi faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan mata rantai perpindahan penyakit. Ruangan pengolahan makanan berdasarakan Surat Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011, yaitu tempat pengolahan makanan harus cukup untuk bekerja dengan mudah dan efisien untuk menghindari kemungkinan kontaminasi makanan dan memudahkan pembersihan. Luas lantai dapur yang bebas dari peralatan sedikitnya 2 meter persegi untuk setiap orang pekerja. Ruang pengolahan makanan tidak boleh berhubungan langsung dengan jamban, peturasan dan kamar mandi. Pada bangunan yang dipergunakan untuk memasak harus dapat ditutup dengan baik dan membuka ke arah luar. Jendela, pintu dan lubang ventilasi tempat makanan diolah dilengkapi kasa yang dapat dibuka dan dipasang. Semua pintu dari ruang tempat

5 pengolahan makanan dibuat menutup sendiri atau dilengkapi dengan peralatan anti lalat seperti kasa dan tirai. Dari hasil survei awal yang dilakukan di salah satu jasa boga di Kota Sibolga terlihat bahwa jasa boga tersebut cukup strategis karena dekat dengan jalan raya, sehingga jasa boga tersebut banyak dikenal oleh masyarakat luas. Jasa boga tersebut bersatu dengan rumah makan, sehingga halaman yang dimiliki jasa boga tersebut kecil dan biasanya dijadikan tempat parkiran. Bangunan gedung kokoh, kuat, aman, terpelihara, bersih dan bebas dari barang-barang yang tidak berguna atau barang sisa, tetapi bangunannya tidak rapat dari serangga dan tikus. Hal ini disebabkan karena tidak ada ventilasi yang dilapisi dengan kawat kasa. Selain itu pintu yang digunakan tidak membuka kedua arah hanya satu arah. Pembagian ruangnya kurang baik, karena antara ruang memasak dengan ruang mencuci peralatan menjadi satu. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Implementasi Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 Tentang Higiene Sanitasi Jasaboga Terhadap Kelayakanan Fisik Jasaboga di Kota Sibolga. 1.2. Permasalahan Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa jasaboga di Kota Sibolga secara keseluruhan lingkungan fisiknya belum memenuhi persyaratan sesuai dengan Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga. Sehingga rumusan permasalah dalam dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan atau implementasi Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang Higiene Sanitasi Jasaboga terhadap Kelayakanan Fisik Jasaboga di Kota Sibolga.

6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga terhadap kelayakanan fisik jasaboga di Kota Sibolga tahun 2014. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kondisi bangunan jasaboga, yang meliputi: lokasi, langitlangit, pintu dan jendela, pencahayaan, ventilasi, dan ruang pengolahan makanan berdasarkan Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga terhadap kelayakanan fisik jasaboga di Kota Sibolga tahun 2014. 2. Untuk mengetahui kondisi fasilitas sanitasi jasaboga, yang meliputi: tempat cuci tangan, air bersih, jamban, kamar mandi, dan tempat sampah berdasarkan Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga terhadap kelayakanan fisik jasaboga di Kota Sibolga tahun 2014. 3. Untuk mengetahui kondisi peralatan jasaboga berdasarkan Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga terhadap kelayakanan fisik jasaboga di Kota Sibolga tahun 2014. 4. Untuk mengetahui gambaran implementasi Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga terhadap kelayakanan fisik jasaboga di Kota Sibolga tahun 2014.

7 1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Pimpinan Jasaboga di Kota Sibolga berkenaan dengan pelaksanaan Kebijakan Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga. 2. Bagi peneliti, dapat menjadi wahana pembanding antara teori yang didapat di bangku kuliah dengan penerapannya di lapangan, khususnya tentang Kebijakan Permenkes RI No. 1096/Menkes/Per/ VI/2011 tentang higiene sanitasi jasaboga.