ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. setelah sandang, pangan, dan papan. Setiap rumah tangga (RT) pasti menginginkan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN. faktor faktor yang mempengaruhi, model regresi global, model Geographically

PEMODELAN DAN PEMETAAN ANGKA BUTA HURUF PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN REGRESI SPASIAL. Bertoto Eka Firmansyah 1 dan Sutikno 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

EVALUASI/FEEDBACK KOMDAT PRIORITAS, PROFIL KESEHATAN, & SPM BIDANG KESEHATAN

Lampiran 1 LAPORAN REALISASI DAU, PAD TAHUN 2010 DAN REALISASI BELANJA DAERAH TAHUN 2010 KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR (dalam Rp 000)

JURUSAN STATISTIKA - FMIPA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER. Ayunanda Melliana Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 78 TAHUN 2013 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2014

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2016

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2009 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2010

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2014 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2015

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 121 TAHUN 2016 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2017

SEMINAR TUGAS AKHIR 16 JANUARI Penyaji : I Dewa Ayu Made Istri Wulandari Pembimbing : Prof.Dr.Drs. I Nyoman Budiantara, M.

Grafik Skor Daya Saing Kabupaten/Kota di Jawa Timur

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. 2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur

PEMETAAN DAN MODEL REMAJA PUTUS SEKOLAH USIA SMA DI PROVINSI JAWA TIMUR PADA TAHUN 2009 DENGAN METODE GWR (GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION)

PREDIKSI DAN INTERPOLASI MELALUI ORDINARY KRIGING: STUDI KASUS KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TIMUR

S - 17 MODEL GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION PENDERITA DIARE DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE


PEMODELAN DATA KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DENGAN METODE GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL BISQUARE

2. JUMLAH USAHA PERTANIAN

Pemodelan Angka Putus Sekolah Usia SMA di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spline Multivariabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 72 TAHUN 2012 TENTANG UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA TIMUR TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITAN. Lokasi pada penelitian ini adalah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur.

P E N U T U P P E N U T U P

Pemodelan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan Kabupaten/Kota di Jawa Timur Menggunakan Regresi Data Panel

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 557 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN KABUPATEN / KOTA SEHAT PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2016

Analisis Biplot pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Berdasarkan Variabel-variabel Komponen Penyusun Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pemodelan Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Metode Geographically Weighted Regression di Jawa Timur

Pemodelan dan Pemetaan Pendidikan di Provinsi Jawa Timur Menggunakan Geographically Weighted Regression

PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DESA/KELURAHAN DI JAWA TIMUR 22 MEI 2012

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

Pemodelan Jumlah Kematian Bayi di Propinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Geographically Weighted Poisson Regression Semi Parametric (GWPRS)

GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR

REGRESI SPATIAL DURBIN MODEL UNTUK MENGIDENTIFIKASI FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA ANGKA KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR

Pemodelan Angka Putus Sekolah Tingkat SLTP dan sederajat di Jawa Timur Tahun 2012 dengan Menggunakan Analisis Regresi Logistik Ordinal

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR

PEMODELAN JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR DENGAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED POISSON REGESSION (GWPR)

per km 2 LAMPIRAN 1 LUAS JUMLAH WILAYAH JUMLAH KABUPATEN/KOTA (km 2 )

DANA PERIMBANGAN. Lampiran 1. Data Dana Perimbangan

BAB III METODE PENELITIAN

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 41/PHPU.D-VI/2008 Tentang Sengketa perselisihan hasil suara pilkada provinsi Jawa Timur

EVALUASI TEPRA KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR OKTOBER 2016

8/7/2014. Sumber Data

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode statistik. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : Nita Indah Mayasari Dosen Pembimbing : Dra. Ismaini Zain, M.Si

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) JAWA TIMUR TAHUN 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Seminar Hasil Tugas Akhir

ANALISIS GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) DENGAN PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN UNTUK DATA KEMISKINAN. Rita Rahmawati 1, Anik Djuraidah 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Provinsi yang memiliki jumlah tenaga kerja yang tinggi.

PENGARUH UPAH MINIMUM DAN DISITRIBUSI PENDAPATAN TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) KOTA PROBOLINGGO TAHUN 2016

PEMODELAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN DENGAN REGRESI PANEL

PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN EKONOMI ANTAR WILAYAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TESIS

BAB I PENDAHULUAN. mengurus dan mengatur keuangan daerahnya masing-masing. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi harus di pandang sebagai suatu proses yang saling

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ABSTRAK. Kata kunci : regresi Poisson, GWPR, Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. sebuah provinsi yang dulu dilakukan di Indonesia atau dahulu disebut Hindia

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/359/KPTS/013/2015 TENTANG PELAKSANAAN REGIONAL SISTEM RUJUKAN PROVINSI JAWA TIMUR

MODEL REGRESI TERBOBOTI GEOGRAFIS DENGAN FUNGSI PEMBOBOT KERNEL GAUSSIAN, BISQUARE, DAN TRICUBE PADA PERSENTASE KEMISKINAN DI PROVINSI JAWA TENGAH

STATISTIK UJI PARSIAL PADA MODEL MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (STUDI KASUS JUMLAH KEMATIAN BAYI DI JAWA TIMUR TAHUN 2012)

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2016

PEMODELAN RISIKO PENYAKIT PNEUMONIA PADA BALITA DI PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED LOGISTIC REGRESSION

BAB III MIXED GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (MGWR)

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

Pemodelan Angka Harapan Hidup di Papua dengan pendekatan Geographically Weighted Regression

Analisis Indikator Tingkat Kemiskinan di Jawa Timur Menggunakan Regresi Panel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TIMUR (Indikator Makro)

BERITA RESMI STATISTIK

BAB IV HASIL PENELITIAN

PERBANDINGAN MODEL GWR DENGAN FIXED DAN ADAPTIVE BANDWIDTH UNTUK PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI JAWA TENGAH

Muhammad Aqik Ardiansyah. Dra. Destri Susilaningrum, M.Si Januari Dr. Setiawan, MS

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

VISITASI KE SEKOLAH/MADRASAH BADAN AKREDITASI NASIONAL SEKOLAH/MADRASAH

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

Gambar 1. Analisa medan angin (streamlines) (Sumber :

Lampiran 1. Tabel Durbin-Watson LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang melatarbelakangi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

ANALISIS BIPLOT UNTUK PEMETAAN KARAKTERISTIK KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR. Gangga Anuraga ABSTRAK

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

ANALISIS ANGKA BUTA HURUF DI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION BERBASIS KOMPUTER Andiyono Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat, Indonesia, 11480, 021-5345830 / 021-5300244 andiyono@hotmail.com Edy Irwansyah Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat, Indonesia, 11480, 021-5345830 / 021-5300244 edirwan@binus.ac.id Rokhana Dwi Bekti Universitas Bina Nusantara Jl. K.H Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta Barat, Indonesia, 11480, 021-5345830 / 021-5300244 rokhana_db@binus.ac.id ABSTRACT Analysis of the factors that influence the rate of illiteracy will provide important information in education. One such factor is the development of information and communication technology (ICT). Characteristics of illiteracy in the province of East Java showed a spatial pattern. Therefore, to obtain the factors that influence through Geographically Weighted Regression spatial modeling (GWR). Further mapping for geospatial information about the significance of the factors that influence it. Modeling results showed that the factors that influence the rate of illiteracy in every location is different. In general, the factors that affect the rate of illiteracy at α = 5% is the percentage of households owning a mobile phone, the percentage of households with a computer and the percentage of households who access the internet at school in the past month. Obtained by mapping the spread of ICT indicators significance of ABH. Factors percentage of households with mobile phones spread in the southern part of East Java Province, while the percentage factor of households have a computer and access the internet at school in the past month spread over the northern part of East Java province. Keywords: Illiteracy, ICT, Geographically Weighted Regression (GWR)

ABSTRAK Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap angka buta huruf akan memberikan informasi penting dalam pendidikan. Salah satu faktor tersebut adalah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Karakteristik angka buta huruf di Provinsi Jawa Timur menunjukkan adanya pola spasial. Oleh karena itu, untuk mendapatkan faktor-faktor yang mempengaruhi dilakukan melalui pemodelan spasial Geographically Weighted Regression (GWR). Selanjutnya dilakukan pemetaan untuk mendapatkan informasi geospasial tentang signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil pemodelan menujukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap angka buta huruf di setiap lokasi adalah berbeda. Secara umum, faktor yang mempengaruhi angka buta huruf pada α = 5% adalah persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular, persentase rumah tangga yang memiliki komputer dan persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir. Melalui pemetaan didapatkan penyebaran signifikansi indikator TIK terhadap ABH. Faktor persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular tersebar di Provinsi Jawa Timur bagian selatan, sedangkan faktor persentase rumah tangga yang memiliki komputer dan mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir tersebar di Provinsi Jawa Timur bagian utara. Kata kunci: Angka buta huruf, TIK, Geographically Weighted Regression (GWR) PENDAHULUAN Pada saat ini, pendidikan dapat dikatakan termasuk dalam kebutuhan primer setelah sandang, pangan, dan papan. Salah satu indikator tingkat pendidikan adalah angka buta huruf (ABH). Jawa Timur merupakan provinsi yang memiliki ABH tertinggi di Pulau Jawa. BPS (2012) menyebutkan bahwa ABH penduduk usia di atas 15 tahun di Jawa Timur 2009 dan 2010 adalah 12,20% dan 11,66%. Begitu juga untuk jenjang usia lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa perlu dikaji lagi sektor pendidikan di Jawa Timur. Faktor faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pendidikan suatu daerah antara lain tingkat kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, subsidi pemerintah, dan tersedianya fasilitas yang memadai. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran dan pendidikan. Analisis data spasial merupakan analisis yang berhubungan dengan efek lokasi. Hal ini didasarkan pada hukum pertama tentang geografi dikemukakan oleh Tobler dalam Anselin dan Rey (2010, p17) menyatakan bahwa segala sesuatu saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tetapi sesuatu yang dekat lebih mempunyai pengaruh daripada sesuatu yang jauh. Salah satu analisis spasial adalah menggunakan metode Geographically Weighted Regression (GWR). Metode GWR adalah suatu teknik yang membawa kerangka dari model regresi sederhana menjadi model regresi yang terboboti (Fotheringham, Brunsdon, Charlton, 2002). Untuk memodelkan dan mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi tingkat ABH dapat dilakukan dengan regresi Ordinary Least Square (OLS). Regresi OLS mengasumsikan residual normal, identik, dan independen. Apabila ada asumsi yang tidak terpenuhi, maka dapat dikatakan ada pengaruh spasial (Anselin, 1988, p12-13). Oleh karena itu digunakan GWR. Pengaruh spasial tersebut juga ditunjukkan oleh ABH yang memiliki karakteristik yang hampir sama di daerah yang berdekatan. Contohnya di wilayah dengan ABH tertinggi berada di wilayah Madura yang letaknya dekat dengan Pandalungan yang meliputi daerah Bondowoso, Situbondo, dan Probolinggo (Firmansyah dan Sutikno, 2011). Hal ini menunjukkan ada pengaruh faktor lokasi atau spasial. Beberapa penelitian yang menggunakan model spasial antara lain Firmansyah dan Sutikno (2011) yang melakukan pemodelan dan pemetaan ABH di Provinsi Jawa Timur menggunakan Spatial Lag Model (SLM), Spatial Error Model (SEM), dan Spatial Autoregressive Moving Avarage (SARMA). Hasil penelitian tersebut adalah ABH dipengaruhi oleh rasio penduduk miskin, rasio tenaga pendidik SD, rasio tenaga pendidik SMP, dan angka partisipasi murni 13-15 tahun dengan R 2 sebesar 90,6%. Penelitian selanjutnya yang menggunakan model spasial dilakukan oleh Kam, Hossain,

Bose, dan Villano (2005). Penelitian tersebut melakukan pemodelan antara tingkat kemiskinan pedesaan dengan faktor kesejahteraan yang mempengaruhinya dengan menggunakan GWR. Informasi geospasial atau peta dapat memberikan informasi yang dapat dimanfaatkan oleh mendukung sektor publik dalam melaksanakan proses perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pembangunan. Sehingga dalam penelitian ini ABH dan faktor-faktor yang mempengaruhinya juga disajikan dalam bentuk pemetaan. Pemetaan tersebut akan memberikan informasi tentang penyebaran ABH di Provinsi Jawa Timur. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ada di wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota seperti yang terlihat Gambar 1. Teknik pengumpulan data untuk penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2009. Variabel penelitian dalam penelitian ini adalah variabel dependen (Y) dan variabel independen (X), dimana: Y X = Angka buta huruf = Teknologi, informasi, dan komunikasi, yang terdiri dari: X1 = Persentase rumah tangga yang memiliki telepon rumah X2 = Persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular X3 = Persentase rumah tangga yang memiliki computer X4 = Persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah dalam sebulan terakhir Gambar 1 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Langkah langkah penelitian adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan data ABH dan indikator TIK 2. Explorasi Data Untuk mengetahui gambaran umum setiap variabel dan pola hubungan setiap wilayah di Provinsi Jawa Timur. 3. Regresi Global Melakukan regresi antara variabel independent dengan variabel dependennya dengan cara melakukan penaksiran parameter, uji signifikansi, dan uji asumsi residual. Penaksiran parameter dilakukan dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Analisis regresi adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan hubungan antara variabel independen (x) dengan variabel dependen (y). Untuk n pengamatan dengan p variabel independen, maka model regresi tersebut dapat ditulis sebagai berikut: p y = β 0 + βk xik + εi ; i 1,2,3,..., n i = k= 1 (1)

Keterangan : y i = variabel dependen pada pengamatan ke-i (i = 1, 2,..., n) β 0 = konstanta β k = koefisien regresi ke k (k = 1,2,, p) x ik = variabel independen ke-k pada pengamatan ke-i (i = 1, 2,..., n) ε = error yang diasumsikan identik, independen, dan berdistribusi i normal dengan mean nol dan varians 4. Regresi Lokal / GWR Melakukan regresi secara lokal di setiap wilayah dengan cara menentukan bandwidth optimum, penentuan pembobot, melakukan penaksiran parameter GWR, dan pengujian signifikansi. Penaksiran parameter yang digunakan adalah Weighted Least Square (WLS) dan pembobot yang digunakan adalah kernel bi-square. Model GWR adalah suatu model regresi sederhana yang diubah menjadi model regresi yang terboboti (Fotheringham, Brunsdon, Charlton, 2002). Setiap nilai parameter akan dihitung pada setiap titik lokasi geografis sehingga setiap titik lokasi geografis mempunyai nilai parameter regresi yang berbeda-beda. Hal ini akan memberikan variasi pada nilai parameter regresi di suatu kumpulan wilayah geografis. Jika nilai parameter regresi konstan pada tiap-tiap wilayah geografis, maka model GWR adalah model global. Artinya tiap-tiap wilayah geografis mempunyai model yang sama. 2 σ Model umum untuk model GWR adalah p yi = β 0( ui, vi ) + βk ( ui, vi ) xik + εi (2) k= 1 Keterangan: y i = variabel dependen pada lokasi ke-i (i = 1, 2,..., n) x ik = variabel independen ke-k pada lokasi ke-i (i = 1, 2,..., n) (u i,v i ) = koordinat longitude latitude dari titik ke-i pada suatu lokasi geografis. β k (u i,v i ) = koefisien regresi ke-k pada masing-masing lokasi ε =error yang diasumsikan identik, independen, dan berdistribusi Normaldengan i mean nol dan varians konstan 5. Pemetaan Pemetaan dilakukan berdasarkan P value yang didapat dari hasil penaksiran parameter lokal / GWR. 6. Pembuatan aplikasi program HASIL DAN BAHASAN Kabupaten/Kota di Jawa Timur berdasarkan karakteristik persentase penduduk yang buta huruf (angka buta huruf) disajikan pada Gambar 1. Dapat diketahui bahwa ada Kabupaten/Kota yang memiliki karakteristik sama dan saling berdekatan lokasinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bawasannya terdapat kasus faktor lokasi atau Spasial terhadap angka buta huruf di lokasi tersebut. Seperti di Kabupaten Sampang, Pamekasan, Bangkalan, dan Sumenep. Lokasi tersebut berada di Pulau Madura dan memiliki angka buta huruf di atas 24%. Tercatat 8 dari 9 daerah Kota yang ada di Provinsi Jawa Timur, memiliki angka buta huruf yang termasuk dalam kelompok 1, antara lain Kota Batu, Kota Surabaya, Kota Mojokerto, Kota Kediri, Kota Pasuruan, Kota Madiun, Kota Malang dan Kota Blitar. Kota Probolinggo adalah satu satunya daerah kota yang termasuk dalam angka buta huruf kelompok 2 dengan tingkat angka buta huruf sebesar 7,08%. Hampir seluruh daerah Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur memiliki angka buta huruf yang lebih tinggi dari daerah Kota. Hanya ada 2 kabupaten yang memiliki angka buta huruf yang termasuk dalam kelompok 1, yaitu Kabupaten Sidoarjo dengan tingkat angka buta huruf di angka 2,94% dan Kabupaten Gresik dengan tingkat angka buta huruf di angka 5,17%. 2 σ

Gambar 2 Penyebaran Angka Buta Huruf Daerah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang termasuk dalam kelompok 2 antara lain Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Kediri, Kabupaten Jombang, Kabupaten Blitar, Kabupaten Pacitan, Kabupaten Magetan, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Madiun. Kemudian daerah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang termasuk dalam kelompok 3 antara lain Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Tuban, Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Jember, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Pamekasan. Daerah Kabupaten di Pronvinsi Jawa Timur yang termasuk dalam kelompok 4 antara lain Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Bangkalan. Angka buat huruf di kelompok 5 hanya meliputi 1 kabupaten saja, yaitu Kabupaten Sampang dengan tingkat angka buta huruf di angka 28,44% dan dapat dikatakan bahwa Kabupaten Sampang adalah Kabupaten yang memiliki angka buta huruf terbesar di Provinsi Jawa Timur. Model Regresi Global Hasil pemodelan regresi global disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil uji signifikansi menggunakan uji F, didapatkan nilai F hitung = 14,97 yang lebih dari F (0,05;4;33) =2,65. Hal ini menunjukkan bahwa ada variabel independen yang sifnifikan berpengaruh. Setelah melakukan uji F, maka dilakukan uji signifikansi secara parsial melalui uji T. Variabel yang signifikan berpengaruh dengan α = 5% adalah persentase rumah tangga yang mempunyai telepon selular. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai t hit = 3.077 yang lebih besar dari t (0,025;33) yaitu sebesar 2,0345. Sementara itu variabel yang signifikan berpengaruh dengan α = 10% adalah persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t hit = 1.842 yang lebih besar dari t (0,05;33) yaitu sebesar 1,69. Asumsi residual yang terpenuhi melalui regresi global adalah asumsi identik dan berdistribusi normal. Sementara itu asumsi residual yang tidak terpenuhi melalui regresi global adalah asumsi independen. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya pengaruh spasial pada ABH di Provinsi Jawa Timur dengan indikator TIK. Asumsi independen yang tidak terpenuhi menunjukkan bahwa antar pengamatan atau lokasi saling berhubungan.

Tabel 1 Penaksiran Parameter Model Regresi Global Variabel Koefisien T value P value Konstanta 32.33063 6.639* 1.49e-07 persentase rumah tangga yang telepon rumah 0.01647 0.084 0.93353 persentase rumah tangga yang mempunyai telepon selular(hp) -0.33296-3.077* 0.00418 persentase rumah tangga yang memiliki komputer 0.13259 0.459 0.64951 persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah -0.94074-1.842** 0.07455 S = 4.323 ; R 2 = 64,47%, F-statistic = 14.97 F(0,05;4;33) =2,65 T(0,05;33) = 2,0345, T(0,10;33) = 1,69 * : signifikan pada α = 5% ** : signifikan pada α = 10% Model Geographically Weighted Regression (GWR) Langkah-langkah dalam pemodelan GWR adalah menentukan bandwidth optimum, pembobot dan penaksiran parameter GWR. Hasil perhitungan badhwidth optimum disajikan dalam Tabel 2 dan pembobot yang digunakan adalah pembobot kernel bi-square. Hasil panaksiran parameter GWR dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2 Tabel Bandwidth Optimum Setiap Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Kabupaten Pacitan 1,6652 Kabupaten Magetan 1,3564 Kabupaten Ponorogo 1,2924 Kabupaten Ngawi 1,3793 Kabupaten Trenggalek 1,2714 Kabupaten Bojonegoro 1,0742 Kabupaten Tulungagung 1,0623 Kabupaten Tuban 1,2279 Kabupaten Blitar 0,9487 Kabupaten Lamongan 0,9993 Kabupaten Kediri 0,7976 Kabupaten Gresik 1,0160 Kabupaten Malang 1,0373 Kabupaten Bangkalan 1,1414 Kabupaten Lumajang 1,1595 Kabupaten Sampang 1,2903 Kabupaten Jember 1,6614 Kabupaten Pamekasan 1,4725 Kabupaten Banyuwangi 2,1924 Kabupaten Sumenep 1,7078 Kabupaten Bondowoso 1,8381 Kota Kediri 0,8640 Kabupaten Situbondo 1,8739 Kota Blitar 0,9339 Kabupaten Probolinggo 1,2417 Kota Malang 1,0179 Kabupaten Pasuruan 0,9475 Kota Probolinggo 1,1521 Kabupaten Sidoarjo 0,9091 Kota Pasuruan 0,9640 Kabupaten Mojokerto 0,8811 Kota Mojokerto 0,8814 Kabupaten Jombang 0,8420 Kota Madiun 1,1838 Kabupaten Nganjuk 0,8431 Kota Surabaya 0,9481 Kabupaten Madiun 1,0653 Kota Batu 0,7893

Tabel 3 Penaksiran Parameter GWR Kabupaten/Kota Konstanta b1 b2 b3 b4 R 2 Kab. Pacitan 33,163 0,143-0,435* -0,074 0,221 73,05 % Kab. Ponorogo 34,046 0,153-0,449* -0,069 0,167 76,78 % Kab. Trenggalek 34,427 0,159-0,471* -0,046 0,309 74,24 % Kab. Tulungagung 33,892 0,157-0,465* -0,022 0,245 78,28 % Kab. Blitar 33,377 0,150-0,454* -0,001 0,157 82,46 % Kab. Kediri 26,384 0,179-0,264-0,323-0,266 92,75 % Kab. Malang 32,677 0,178-0,428* -0,029-0,007 85,65 % Kab. Lumajang 36,954 0,547-0,489* -0,454 0,200 90,56 % Kab. Jember 33,757 0,151-0,337* -0,290-0,124 90,58 % Kab. Banyuwangi 32,581 0,134-0,288* -0,308-0,413 89,65 % Kab. Bondowoso 31,125 0,000-0,225* -0,285-0,540 88,99 % Kab. Situbondo 30,400-0,039-0,191** -0,312-0,631 88,18 % Kab. Probolinggo 31,792-0,103-0,271* -0,148-0,134 89,91 % Kab. Pasuruan 28,512 0,189-0,296* -0,170-0,411 84,70 % Kab. Sidoarjo 19,719 0,094-0,073-0,349-0,852** 83,11 % Kab. Mojokerto 23,183 0,241-0,187-0,370-0,626 85,85 % Kab. Jombang 26,017 0,152-0,287** -0,111-0,333 84,26 % Kab. Nganjuk 30,875 0,175-0,367* -0,193-0,109 90,60 % Kab. Madiun 32,795 0,165-0,402* -0,164-0,031 83,13 % Kab. Magetan 31,963 0,152-0,389* -0,164 0,014 78,54 % Kab. Ngawi 30,292 0,155-0,341* -0,249-0,110 80,60 % Kab.Bojonegoro 27,063 0,170-0,254-0,388-0,311 88,52 % Kab. Tuban 23,632 0,173-0,165-0,497-0,496 88,33 % Kab. Lamongan 19,958 0,269-0,080-0,590* -0,845** 86,71 % Kab. Gresik 16,547 0,163 0,043-0,676* -1,129* 86,27 % Kab. Bangkalan 18,412-0,058 0,131-0,816* -1,311* 87,09 % Kab. Sampang 21,076-0,315 0,094-0,575** -1,024** 86,79 % Kab. Pamekasan 25,058-0,315 0,005-0,460-0,847 86,59 % Kab. Sumenep 26,115-0,302-0,008-0,504-0,759 84,20 % Kota Kediri 33,146 0,154-0,440* -0,013 0,019 88,08 % Kota Blitar 31,378 0,123-0,418** 0,017 0,090 83,01 % Kota Malang 30,873 0,181-0,393* -0,039-0,104 83,51 % Kota Probolinggo 30,213-0,200-0,232* -0,073-0,259 89,21 % Kota Pasuruan 27,079 0,037-0,216** -0,168-0,573 86,19 % Kota Mojokerto 19,657 0,168-0,126-0,307-0,658 80,16 % Kota Madiun 32,306 0,159-0,393* -0,169-0,018 80,99 % Kota Surabaya 17,599 0,068 0,043-0,599** -1,124* 85,71 % Kota Batu 24,564 0,170-0,255-0,153-0,416 81,77 % Keterangan : * : α = 5%, t (α/2; 24,505) = 2,0638 ** : α = 10%, t (α/2; 24,505) = 1,7108 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ABH di tiap kabupaten adalah dapat berbeda beda. Sebagai contoh Kabupaten Sampang, faktor yang mempengaruhi nilai ABH adalah persentase rumah tangga yang memiliki komputer dan persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir. Contoh lainnya adalah Kabupaten Sidoarjo dimana faktor yang mempengaruhi nilai ABH adalah persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah. Pada Tabel 3 terlihat juga nilai R 2 yang menunjukkan seberapa besar varian yang mampu dijelaskan oleh

faktor-faktor independen terhadap nilai ABH. Pada penaksiran parameter GWR, semua kabupaten/kota memiliki nilai R 2 antara 73.05% dan 92.75%. A B C D Gambar 3 Pemetaan Berdasarkan Indikator TIK A). Persentase Kepemilikan Telepon Rumah B). Persentase Kepemilikan Telepon Seleluar C). Persentase Kepemilikan Komputer D). Persentase Penggunaan Internet Di Sekolah Gambar 3 menggambarkan pemetaan signifikansi indikator TIK terhadap ABH di Provinsi Jawa Timur. Signifikansi tersebut dihitung dari nilai p value dari penaksiran parameter GWR di Tabel 3. Melalui pemetaan didapatkan penyebaran signifikansi indikator TIK terhadap ABH. Faktor persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular tersebar di Provinsi Jawa Timur bagian selatan, sedangkan faktor persentase rumah tangga yang memiliki komputer dan mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir tersebar di Provinsi Jawa Timur bagian utara. ABH di lokasi yang berdekatan dipengaruhi oleh variabel yang sama. Hal ini juga menunjukkan karakteristik ABH di daerah yang berdekatan adalah sama. Hasil Perancangan Layar Hasil perancangan layar disajikan pada Gambar 4. Perancangan layar ini terdiri dari 4 tahapan, yaitu tahap memasukkan data (Gambar 4A), tahap regresi global (Gambar 4B), tahap penaksiran parameter GWR (Gambar 4C) dan tahap pemetaan (Gambar 4D).

A B C D Gambar 4 Layar Aplikasi Program SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur memiliki karakteristik ABH yang hampir sama pada lokasi yang berdekatan. Lokasi yang memiliki ABH tinggi ada di Pulau Madura, antara lain Kabupaten Sampang (28,44%), Bangkalan (22,43%), Pamekasan (17,61%), dan Sumenep (21,83%). 2. Melalui model GWR, faktor-faktor TIK yang berpengaruh terhadap ABH dengan α = 5% adalah sebagai berikut: a. Persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular berpengaruh di Kabupaten Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Blitar, Malang, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Bondowoso, Probolinggo, Pasuruan, Nganjuk, Madiun, Magetan, Ngawi, Kota Kediri, Kota Malang, Kota Probolinggo dan Kota Madiun. b. Persentase rumah tangga yang memiliki komputer berpengaruh di Kabupaten Lamongan, Gresik, dan Bangkalan. c. Persentase rumah tangga yang mengakses internet di sekolah berpengaruh di Kabupaten Gresik, Bangkalan, dan Kota Surabaya. 3. Melalui pemetaan didapatkan penyebaran signifikansi indikator TIK terhadap ABH. Faktor persentase rumah tangga yang memiliki telepon selular tersebar di Provinsi Jawa Timur bagian selatan, sedangkan faktor persentase rumah tangga yang memiliki komputer dan mengakses internet di sekolah dalam waktu sebulan terakhir tersebar di Provinsi Jawa Timur bagian utara. Saran yang dapat direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Menambahkan indikator indikator TIK yang belum masuk di penelitian ini. Dengan menambahkan indikator tersebut diharapkan akan mendapatkan hasil yang lebih luas mengenai faktor faktor yang mempengaruhi ABH. 2. Dapat menggunakan metode lain yang sesuai untuk pengelompokkan lokasi di pemetaan.

REFERENSI Anselin, L. (1988). Spatial Econometrics : Methods and Models. Netherlands : Kluwer Academic Publishers. Anselin, L dan Rey S.J (2010). Perspectives on Spatial Data Analysis. Santa Barbara, CA, USA. Badan Pusat Statistik (2009). Survey Sosial Ekonomi Nasional 2009. Jakarta: BPS. Badan Pusat Statistik. (2012). Konsep (04-10-2012) dari http://www.bps.go.id/ menutab.php?kat=1&tabel=1&id_subyek=28. Badan Pusat Statistik. (2012). Tabel 4. Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Umur Tahun 2003-2010. (04-10-2012) dari http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=1&tabel=1&daftar=1&id_subyek=28&notab=5. Firmansyah dan Sutikno (2011). Pemodelan dan Pemetaan Angka Buta Huruf Provinsi Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Spasial. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Fotheringham, Brunsdon, dan Charlton (2002). Geographically Weighted Regression : the analysis of spatially varying relationships. UK : John Wiley & Sons, Ltd. Kam, S.P., Hossain, H., Bose, M.L., dan Villano, L.S. (2005). Spatial patterns of rural poverty and their relationship with welfare-influencing factors in Bangladesh. Food Policy, 30(2005), 551-567. RIWAYAT PENULIS Andiyono lahir di kota Medan pada tanggal 26 Mei 1989. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Informatika dan Statistika pada tahun 2012. Saat ini penulis bekerja sebagai Java Developer di PT. Teravin Technovations.