INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

dokumen-dokumen yang mirip
INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI

Neraca Perdagangan Januari-Oktober 2015 Surplus USD 8,2 M, Lebih Baik dari Tahun Lalu yang Defisit USD 1,7 M. Kementerian Perdagangan

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MEI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2017

PROVINSI JAWA BARAT JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA OKTOBER 2009

BPS PROVINSI JAWA BARAT

Ekspor Bulan Juni 2014 Menguat. Kementerian Perdagangan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

Ekspor Non Migas Indonesia ke Jepang Selama Januari-Februari 2018 Tumbuh 26,1%

BPS PROVINSI JAWA BARAT

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

BPS PROVINSI JAWA BARAT

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

PROVINSI JAWA BARAT JULI 2017

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015

Kondisi Perekonomian Indonesia

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT JANUARI 2017

he ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

PROVINSI JAWA BARAT MARET 2016

Surplus Neraca Perdagangan Berlanjut di Bulan April 2015

KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Jakarta, Mei 2010

Nilai ekspor Jawa Barat Desember 2015 mencapai US$2,15 milyar naik 5,54 persen dibanding November 2015.

BPS PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT OKTOBER 2015

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2017

SIARAN PERS Pusat Hubungan Masyarakat Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH AGUSTUS 2017

Analisis Perkembangan Industri

RINGKASAN LAPORAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN BULAN JULI 2011

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

BPS PROVINSI JAWA BARAT A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2015 MENCAPAI US$ 2,23 MILYAR

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MEI 2017

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

Ekspor Nonmigas 2010 Mencapai Rekor Tertinggi

Perkembangan Ekspor dan Impor

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JANUARI 2017

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU MARET 2017

Perkembangan Ekspor Impor Provinsi Jawa Timur

SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

VI. SIMPULAN DAN SARAN

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU JULI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JUNI 2017

Ekspor Indonesia Masih Sesuai Target 2008: Pemerintah Ambil Berbagai Langkah Guna Antisipasi Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Dunia

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Transkripsi:

INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH Maret 2010 Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas terpilih mengalami pertumbuhan tahunan yang positif, dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada produksi kendaraan niaga. Sementara secara bulanan, ekspor kayu lapis mengalami pertumbuhan tertinggi dan penjualan listrik ke sektor industri menunjukkan kontraksi terbesar. Secara kumulatif, kecuali ekspor besi & baja, indikator ekonomi migas dan non migas terpilih lainnya mengalami peningkatan. Pertumbuhan Beberapa Indikator Ekonomi: Tahunan Pada Maret 2010, sebagian besar indikator aktivitas ekonomi terpilih migas dan non migas tumbuh positif. Produksi kendaraan niaga mengalami peningkatan tertinggi (94,81%), sementara ekspor besi & baja mengalami kontraksi terbesar (-20,30%). (% ) 150 50 0-50 Grafik 1. Pertumbuhan Tahunan s.d Maret 2010 Mar 2009 - Mar 2010 Tertinggi Mar 2010 Mar 2009 - Mar 2010 Terendah Selama Maret 2009 Maret 2010, pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi pada ekspor kayu lapis yaitu mencapai 131,40% yang terjadi pada Januari 2010. Sementara itu, ekspor besi dan baja mengalami kontraksi terbesar yaitu -65,24% pada Juli 2009 (Grafik. 1). - Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Bulanan (% ) Grafik 2. Pertumbuhan Bulanan s.d Maret 2010 Secara bulanan, ekspor kayu lapis menunjukkan pertumbuhan tertinggi (32,99%). Disisi lain, penjualan listrik ke sektor industri mengalami kontraksi terbesar (-8,59%). 150 50 0 Mar 2009 - Mar 2010 Tertinggi Mar 2010 Mar 2009 - Mar 2010 Terendah Selama periode Maret 2009 Maret 2010, pertumbuhan tertinggi dan terendah dialami oleh indikator ekonomi yang sama yaitu ekspor besi & baja. Indikator ini tumbuh sebesar 73,55% (Maret 2009) dan kontraksi sebesar -47,04% (April 2009) (Grafik. 2). -50 - Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Konsumsi Semen Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan Listrik u/ Industri Penjualan Listrik u/ Perdag. Penjualan Listrik Total Kunj. Wisman Pertumbuhan Indikator Ekonomi Kumulatif Secara kumulatif dalam periode Januari-Maret 2010, hampir seluruh indikator aktivitas ekonomi terpilih mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dua diantara indikator tersebut mengalami pertumbuhan lebih dari 50%, yaitu produksi kendaraan niaga (81,17%) dan produksi kendaraan non niaga (54,80%). Satu-satunya indikator aktivitas ekonomi migas dan non migas yang mengalami pertumbuhan negatif adalah ekspor besi & baja (-13,64%). Metodologi Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih (IAE) merupakan laporan perkembangan beberapa indikator ekonomi serta analisis mengenai perkembangan subsektor ekonomi terpilih. Pada laporan ini fokus analisis mengenai Sektor Pertambangan dan Penggalian khususnya sub sektor Penggalian. Data dan informasi diperoleh dari sektor riil baik dari Bank Indonesia maupun pihak eksternal, diantaranya Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) serta instansi/departemen terkait lainnya. 1

ASSESMEN SUBSEKTOR EKONOMI (SUBSEKTOR PENGGALIAN) Rata-rata pertumbuhan subsektor penggalian selama tahun 2001-2009 sebesar 6,97%, atau pertumbuhan tertinggi dibandingkan subsektor lain dalam sektor pertambangan & penggalian. Sementara itu, rata-rata share terhadap total PDB adalah sebesar 1,07%. Dengan pertumbuhan yang cukup tinggi dan share/distribusi terhadap total PDB tersebut, subsektor penggalian memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi rata-rata sebesar 6% terhadap PDB. Meskipun subsektor penggalian tersebut memberikan sumbangan positif terhadap PDB, namun peran perbankan terhadap subsektor ini relatif kecil sebagaimana terlihat dari rata-rata pangsa kredit yang diterima kelompok pertambangan hanya sebesar 1,72% terhadap total kredit seluruh sektor ekonomi. A. Peranan terhadap PDB Subsektor penggalian adalah salah satu subsektor dalam sektor pertambangan & penggalian dengan pertumbuhan yang relatif tinggi. Subsektor penggalian merupakan salah satu subsektor dalam sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada tahun 2001 subsektor penggalian tumbuh sebesar 4,57%, dan terus mengalami perkembangan yang positif hingga mencapai 7,04% pada tahun 2009. Dalam kurun waktu 2001-2009, subsektor penggalian pernah mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,53% pada tahun 2007 (Tabel 1). Komoditi yang tercakup dalam subsektor penggalian terdiri atas garam kasar dan penggalian lainnya seperti pasir, karang, tanah uruk, tanah liat, batu, kerikil dan jenis penggalian lainnya. Pertumbuhan subsektor penggalian tertinggi dibandingkan pertumbuhan subsektor lain dalam sektor pertambangan dan penggalian. Secara rata-rata (2001-2009) subsektor penggalian tumbuh sebesar 6,97%, atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan subsektor pertambangan non migas (5,80%), dan subsektor pertambangan migas (-2,26%). Pertumbuhan subsektor penggalian tersebut bahkan jauh diatas pertumbuhan sektor pertambangan & penggalian yang hanya sebesar 0,82%. Pada triwulan I-2010 subsektor penggalian tumbuh sebesar 6,83% (), atau mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2009 (6,24%; ) (Tabel 1). Tabel 1. Pertumbuhan, Distribusi, dan Kontribusi Subsektor dalam Sektor Pertambangan dan Penggalian (%) RINCIAN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 a. Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian Rata-rata (2001-2009) Q1-2010 0,33 1,00 (1,37) (4,48) 3,20 1,70 1,93 0,68 4,37 0,82 3,54 1) Minyak dan gas bumi (4,87) (2,98) (4,66) (4,32) (1,77) (1,07) (1,15) 0,45 7 (2,26) (0,18) 2) Pertambangan tanpa migas 14,70 9,72 3,96 (7,96) 12,24 4,84 5,27 (1,10) 10,56 5,80 8,36 3) Penggalian 4,57 5,48 6,08 7,46 7,69 8,33 8,53 7,51 7,04 6,97 6,83 b. Distribusi/Share thd PDB Sektor Pertambangan dan Penggalian 11,05 8,83 8,32 8,94 11,14 10,98 11,15 10,92 10,54 10,21 11,22 1) Minyak dan gas bumi 7,01 5,11 4,73 5,16 6,40 5,99 5,93 5,70 4,51 5,61 4,62 2) Pertambangan tanpa migas 3,19 2,81 2,65 2,84 3,77 3,91 4,06 3,95 4,54 3,52 5,09 3) Penggalian 0,85 0,91 0,95 0,94 0,97 1,07 1,17 1,27 1,49 1,07 1,50 c. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian 4 0,12 (0,15) (0,48) 0,31 0,16 0,18 6 0,36 7 0,29 1) Minyak dan gas bumi (0,41) (0,23) (0,34) (0,28) (0,11) (6) (6) 2 0 (0,16) (1) 2) Pertambangan tanpa migas 0,41 0,30 0,13 (0,26) 0,35 0,15 0,16 (3) 0,29 0,17 0,23 3) Penggalian 4 5 5 6 7 7 8 7 7 6 7 Sumber : BPS diolah 2

Subsektor penggalian merupakan subsektor dengan share terkecil pada sektor pertambangan dan penggalian terhadap total PDB, dan mengalami pergerakan yang relatif stabil. Rata-rata share/distribusi subsektor penggalian terhadap total PDB tahun 2001-2009 adalah sebesar 1,07%, atau merupakan share terendah dibandingkan share subsektor pertambangan migas (5,61%) dan subsektor pertambangan non migas (3,52%). Pada triwulan I-2010, share subsektor penggalian sebesar 1,50% (), atau lebih besar dibandingkan rata-rata share selama 2001-2009 (1,07%) (Tabel 1). Subsektor penggalian memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi, dimana subsektor tersebut memberikan kontribusi rata-rata sebesar 6%. Secara rata-rata tahun 2001-2009, subsektor penggalian memberikan kontribusi/sumbangan terhadap pertumbuhan PDB sebesar 6%. Kontribusi tersebut lebih tinggi dibandingkan rata-rata kontribusi subsektor pertambangan migas (-0,16%), namun sedikit dibawah kontribusi subsektor pertambangan non migas (0,17%) (Tabel 1). Jika dilihat secara sektoral, rata-rata pangsa subsektor penggalian terhadap sektor pertambangan & penggalian sebesar 10,52%. Secara rata-rata 2001-2009, pangsa subsektor penggalian terhadap sektor pertambangan & penggalian adalah sebesar 10,52%, atau merupakan pangsa terendah dibandingkan pangsa subsektor pertambangan migas (55,11%) dan subsektor pertambangan non migas (34,37%) (Grafik 3). Grafik 3. Pangsa Subsektor Penggalian Terhadap Sektor Pertambangan & Penggalian % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Penggalian Pertambangan tanpa migas Minyak dan gas bumi Sumber : BPS diolah B. Keterkaitan dengan Sektor Lain Keterkaitan output kelompok penambangan dan penggalian lainnya dengan sektor ekonomi lain relatif rendah. Berdasarkan pendekatan linkages dalam tabel I-O, komoditas dalam subsektor penggalian tercermin dari kelompok penambangan & penggalian lainnya. Kelompok tersebut memiliki indeks derajat kepekaan dan daya penyebaran dibawah 1, hal ini mengindikasikan bahwa keterkaitan kelompok baik ke depan maupun ke belakang relatif rendah. Secara rinci, kelompok penambangan & penggalian mempunyai indeks derajat kepekaan sebesar 0,82. Hal ini mengindikasikan bahwa untuk menghasilkan 1 unit output kelompok tersebut maka dibutuhkan input dari sektor ekonomi lainnya hanya sebesar 0,82 unit. Sementara derajat penyebaran kelompok penambangan & penggalian lainnya adalah juga tercatat sebesar 0,82 yang berarti bahwa 1 unit output kelompok tersebut akan mendorong output komoditas sektor ekonomi lainnya sebesar 0,82 unit. 3

C. Pembiayaan Peran perbankan terhadap subsektor penggalian masih relatif kecil. Meskipun subsektor penggalian telah memberikan sumbangan positif terhadap PDB, namun peran perbankan terhadap subsektor tersebut masih relatif kecil. Secara rata-rata tahun 2000-2009 pangsa kredit yang diterima kelompok pertambangan hanya sebesar 1,72% terhadap total kredit seluruh sektor ekonomi. Rendahnya rata-rata pangsa kredit kepada kelompok pertambangan mengindikasikan bahwa kredit yang diterima kelompok pertambangan penggalian lebih kecil dari rerata tersebut. D. Perkembangan Ekspor dan Impor Data ekspor danimpor subsektor penggalian tercermin dari data ekspor dan impor kelompok SITC 3 digit yaitu kelompok batu, pasir, dan kerikil. 1) Perkembangan Ekspor a. Nilai ekspor subsektor penggalian relatif kecil, atau hanya sebesar 0,10% dari total ekspor non migas. Nilai ekspor subsektor penggalian selama 2000-2009 tumbuh rata-rata sebesar 4,69% dengan pangsa hanya sebesar 0,10% dari total ekspor non migas. Secara rata-rata, nilai ekspor subsektor penggalian selama 2000-2009 adalah sebesar USD61,26 juta. Pada tahun 2009, nilai ekspor mencapai USD 27 juta, atau turun 74,12% dibandingkan nilai ekspor tahun 2008 (USD105 juta) (Grafik 4). b. Tujuan utama ekspor subsektor penggalian adalah negara kawasan Asean. Berdasarkan nilai ekspor tahun 2000-2009, tujuan utama ekspor subsektor penggalian adalah negara-negara di kawasan Asean terutama Singapura dan Malaysia. Adapun komoditi utama ekspor Indonesia ke Singapura berupa batu granit, batu apung, batu vulkan, pasir, dan bebatuan lainnya. Sementara, komoditas ekspor ke Malaysia berupa marmer/pualam, travertine, batuan hasil proses kimiawi, dan bebatuan kapur lainnya. 120 80 60 40 20 Grafik 4. Perkembangan Nilai Ekspor Subsektor Penggalian (juta USD) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 (%, ) 120 80 60 40 20 0 20 40 60 80 Nilai Ekspor Growth Sumber : Bank Indonesia, diolah 2) Perkembangan Impor a. Rata-rata nilai impor Subsektor Penggalian tahun 2000-2009 sebesar USD48,24 juta. Secara rata-rata, nilai impor subsektor penggalian selama 2000-2009 adalah sebesar USD48,24 juta, atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,64% dengan pangsa sebesar 0,12% dari total impor non migas (Grafik 5). 4

b. Negara asal impor komoditi subsektor penggalian mayoritas berasal dari negara di kawasan Asean. Berdasarkan nilai impor tahun 2000-2009, negara asal komoditi subsektor penggalian sebagian besar adalah dari negara di kawasan Asean terutama Thailand dan Malaysia. Komoditi utama dalam subsektor penggalian yang diimpor dari Thailand dalam bentuk gypsum dan anhydrite. Sementara komoditi utama yang diimpor dari Malaysia berupa batu koral, kerikil, pecahan batu, dan bermacam bebatuan kecil. Grafik 5. Perkembangan Nilai Impor Subsektor Penggalian (juta USD) 90 80 70 60 50 40 30 20 10 (%, ) 60 40 20 0 20 40 60 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 80 Nilai Impor Growth Sumber : Bank Indonesia, diolah 3) Perkembangan Neraca Perdagangan Secara rata-rata tahun 2000-2009, neraca perdagangan subsektor penggalian mengalami net ekspor. Rata-rata dalam 10 tahun terakhir neraca perdagangan subsektor penggalian mengalami net ekspor sebesar USD13,01 juta. Namun secara rata-rata 2000-2009 neraca perdagangan subsektor penggalian mengalami pertumbuhan negatif sebesar 42,95% (Grafik 6). Grafik 6. Perkembangan Neraca Perdagangan Subsektor Penggalian (juta USD) 120 80 60 40 20 - (20) 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Sumber : Bank Indonesia, diolah Nilai Ekspor Nilai Impor Trade Balance 5

BOKS : Rencana Strategis Kementrian ESDM (Renstra KESDM) Tahun 2010-2014 1 Sektor Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) memiliki sekitar delapan peran penting dalam pembangunan nasional, yaitu: sumber penerimaan negara; penggerak pembangunan daerah (melalui pemberian dana bagi hasil, pengembangan masyarakat, listrik pedesaan, Desa Mandiri Energi, dan penyediaan air bersih); investasi; subsidi energi mendukung daya beli dan aktivitas perekonomian dengan subsidi BBM/LPG dan listrik; penyediaan energi dan bahan baku domestik optimasi produksi energi fosil (minyak bumi, gas bumi, batubara), pengembangan energi baru terbarukan (panas bumi, surya), serta pasokan mineral domestik; penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan sektor ESDM; neraca perdagangan ekspor komoditas migas, mineral dan batubara; faktor dominan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pergerakan saham perusahaan tambang di Bursa Efek Indonesia. Potensi sektor ESDM meliputi Sumber Daya Alam/SDA energi dan mineral yang berada didalam bumi, antara lain: energi fosil cadangan minyak bumi 8,2 miliar barel, gas bumi 170 TSCF, batubara 21 miliar ton; energi non fosil sumber daya panas bumi 28 GW, tenaga air 75 GW; mineral cadangan nikel 627 juta ton, tembaga 41 juta ton, bauksit 24 juta ton, emas 3 ribu ton, granit 13 juta meter kubik; potensi peningkatan efisiensi, nilai tambah dan konservasi efisiensi energi, pasar energi nasional, pengurangan emisi gas rumah kaca, peningkatan nilai tambah dan konservasi energi; sumber daya geologi 15 jalur mineralisasi, 128 cekungan sedimen, 421 cekungan air tanah, 25 sesar aktif, 129 gunung api aktif; sejumlah wilayah kars dan wilayah endapan kuarter berpotensi kebencanaan; dan potensi penelitian, pengembangan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia kemampuan teknologi di bidang energi, diversifikasi energi dan ekstensifikasi energi, konservasi, peningkatan nilai tambah, peningkatan kapasitas sumber daya di sektor ESDM. Selain berperan penting dalam pembangunan nasional dan mempunyai potensi yang relatif banyak, sektor ESDM dalam perkembangannya memiliki beberapa tantangan seperti : bauran energi nasional masih didominasi oleh BBM, belum optimalnya pengembangan energi non fosil khususnya panas bumi, penurunan produksi minyak dan gas bumi nasional, belum optimalnya investasi pengembangan sektor ESDM, harga energi belum mencapai nilai keekonomiannya, pemanfaatan energi belum efisien, nilai tambah industri pertambangan dan local content rendah, belum optimalnya pelaksanaan prinsip good mining practices dan belum terungkapnya seluruh informasi geologi Indonesia. Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun 2010-2014 ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM No. 04 Tahun 2010 tanggal 27 Januari 2010 merupakan dokumen memuat visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan sesuai tugas dan fungsi Kementerian ESDM berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional tahun 2010-2014. Renstra KESDM dibuat setiap lima tahun sekali, menjadi acuan perencanaan di seluruh unit lingkungan KESDM dan menjadi bahan masukan bagi seluruh pemangku kepentingan sektor ESDM. Visi Kementerian ESDM tahun 2010-2014 adalah : Terwujudnya ketahanan dan kemandirian energi serta peningkatan nilai tambah energi dan mineral yang berwawasan lingkungan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Pencapaian visi tersebut akan dilaksanakan melalui misi sebagai berikut : 1. Meningkatkan keamanan pasokan energi dan mineral dalam negeri 2. Meningkatkan aksesbilitas masyarakat pada energi, mineral dan informasi geologi 3. Mendorong keekonomian harga energi dan mineral 4. Meningkatkan kemampuan dalam negeri mengelola energi, mineral, dan geologi 5. Meningkatkan nilai tambah energi dan mineral 6. Meningkatkan pembinaan, pengelolaan dan pengendalian usaha energi dan mineral 1 Sumber : Dinas Energi Sumberdaya Daya Mineral (http://www.esdm.go.id; 31 Mei 2010) 6

7. Meningkatkan kemampuan kelitbangan dan kediklatan ESDM 8. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sektor ESDM 9. Melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) Dalam rangka mencapai visi tersebut selama 5 tahun ke depan (2010-2015), Kementerian ESDM mencanangkan tujuan dan sasaran strategis, antara lain terjaminnya pasokan energi dan bahan baku domestik, terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM, terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam penerimaan negara, terwujudnya peningkatan peran sektor ESDM dalam pembangunan daerah, terwujudnya pengurangan beban subsidi BBM dan listrik, terwujudnya peran penting sektor ESDM dalam peningkatan surplus neraca perdagangan dengan mengurangi impor, dan terwujudnya peningkatan efek berantai/ketenagakerjaan. Arah kebijakan dan strategi nasional tersebut diproiritaskan pada bidang sarana & prasarana dan bidang SDA & lingkungan hidup. Secara rinci, prioritas bidang sarana dan prasarana adalah untuk mendukung peningkatan daya saing sektor riil dan meningkatkan kerjasama pemerintah dan swasta. Sementara itu, fokus prioritas bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup adalah peningkatan ketahanan dan kemandirian energi dan peningkatan pengelolaan sumber daya mineral dan pertambangan. Beberapa kebijakan untuk mendukung pencapaian sasaran pembangunan nasional, Kemeterian ESDM menerapkan kebijakan utama dan pendukung, yaitu: 1. Kebijakan Utama a. Menjamin keamanan pasokan energi melalui eksplorasi dan optimasi produksi b. Melakukan pengaturan harga energi melalui alokasi subsidi kepada yang berhak c. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui diversifikasi dan konservasi energy 2. Kebijakan Pendukung a. Kebijakan domestic market obligation b. Peningkatan local content c. Peningkatan nilai tambah pertambangan d. Peningkatan investasi. Pelaksanaan kebijakan KESDM ini didukung oleh strategi yang diperinci pada masing-masing sub sektor di KESDM yaitu: sub sektor minyak dan gas bumi; sub sektor listrik dan pemanfaatan energi; dan sub sektor mineral batubara dan panas bumi. 7

Tabel 2 Perkembangan Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih 2009 2010 Pertumbuhan (%) Indikator Satuan Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Mar-10 y-o-y ytd* Migas - Produksi Minyak Mentah ribu barel 26.175 24.650 25.579 24.929 25.498 25.290 24.534 25.644 24.882 25.944 25.271 25.547 25.470-2,69-0,30 0,66 - Produksi Kondensat ribu barel 3.551 3.470 3.502 3.510 3.847 3.776 3.846 3.697 3.587 3.740 4.030 4.185 4.340 22,20 3,70 16,56 Non Migas - Produksi Kendaraan Non Niaga unit 25.248 26.072 25.240 27.305 28.623 32.250 26.254 35.630 32.722 46.053 36.693 34.428 40.371 59,90 17,26 54,80 - Produksi Kendaraan Niaga unit 8.650 8.864 8.978 10.063 9.941 9.403 7.130 11.592 9.869 10.295 12.877 14.081 16.851 94,81 19,67 81,17 - Produksi Sepeda Motor unit 442.222 377.877 455.585 486.475 547.582 627.831 422.272 624.823 556.670 539.594 515.962 528.302 628.967 42,23 19,05 34,36 - Ekspor Besi dan Baja ton 188.607 99.889 86.411 98.063 82.911 107.825 108.894 111.534 114.774 102.281 133.171 120.568 150.328-20,30 24,68-13,64 - Konsumsi Semen ton 2.667.435 2.850.306 3.052.917 3.395.717 3.512.245 3.565.168 2.545.349 3.793.505 3.542.132 3.825.165 3.362.322 2.989.762 3.386.321 26,95 13,26 17,71 - Ekspor Kayu Lapis ton 126.897 142.630 140.784 150.563 139.328 143.045 118.391 175.465 147.061 153.304 165.928 135.384 180.051 41,89 32,99 49,17 - Ekspor Kayu Gergajian ton 24.222 24.983 29.342 29.303 31.678 32.905 25.653 37.473 32.891 36.203 33.068 31.603 36.659 51,35 16,00 41,60 - Penjualan Minyak Diesel kiloliter 11.975 6.970 10.527 10.816 11.126 12.750 10.776 12.525 12.244 10.678 10.204 12.136 13.229 10,47 9,00 13,88 - Penjualan Listrik ke Sektor Industri ribu KWH 3.423.848 3.741.076 3.776.972 4.022.794 4.015.933 4.083.537 4.157.200 3.388.036 4.204.706 4.047.214 4.144.546 4.262.799 3.896.798 13,81-8,59 18,97 - Penjualan Listrik ke Bisnis/ Perdagangan ribu KWH 1.708.986 1.849.339 1.923.924 1.962.235 1.958.602 1.955.457 1.977.683 1.877.291 2.003.566 1.980.942 2.061.203 2.001.441 1.937.729 13,38-3,18 12,71 - Penjualan Listrik Total ribu KWH 10.011.438 10.754.268 11.069.647 11.466.428 11.490.339 11.496.453 11.642.951 10.821.866 11.865.882 11.710.115 11.986.552 11.685.755 11.200.232 11,87-4,15 13,22 - Kunjungan Wisman orang 434.101 413.051 446.646 472.085 515.265 487.365 417.376 468.251 445.892 521.630 511.314 523.135 594.242 36,89 13,59 37,03 Ekspor Non Migas Utama - Barang dari Logam Tidak Mulia ribu ton 292 179 179 388 170 233 195 229 350 221 305 218 243-16,90 11,16 0,49 - Batubara ribu ton 14.047 13.407 17.566 27.387 22.935 20.862 20.062 23.459 20.668 27.072 24.235 23.759 25.288 83 6,44 89,34 - Biji Tembaga ribu ton 373 28 253 202 206 149 238 204 119 349 102 104 392 5,07 276,44-18,03 - Peralatan Listrik ribu ton 49 51 55 56 61 66 54 70 64 57 55 54 63 27,65 15,58 29,39 - Makanan Olahan ribu ton 143 102 114 178 218 218 122 197 185 177 139 130 140-2,45 7,31 17,72 - Karet Olahan ribu ton 205 199 227 209 247 218 191 227 182 211 207 214 257 25,24 20,25 28,15 - Bahan Kertas dan Kertas ribu ton 539 517 541 562 502 515 472 588 529 605 478 521 584 8,26 12,09-3,81 - Tekstil dan Produk Tekstil ribu ton 146 142 159 149 158 157 130 154 140 169 152 158 173 18,82 9,75 19,80 - Alat Angkutan dan Bagiannya ribu ton 49 57 75 56 32 27 29 63 71 50 53 50 61 26,19 23,56-11,22 - Minyak Nabati ribu ton 1383 1329 1825 1133 1173 2161 1487 1957 1524 2601 980 1243 1346-2,66 8,31-9,12 Sumber data : Bank Indonesia, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Asosiasi Semen Indonesia (ASI), Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI). Keterangan : *) Pertumbuhan kumulatif (ytd) dihitung dengan cara membandingkan data kumulatif dari bulan Januari hingga periode laporan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Perhitungan pertumbuhan kumulatif mulai dilakukan pada periode Laporan IAE September 2008. - Data ekspor 10 komoditas utama ekspor non migas (selanjutnya disebut Ekspor Non Migas Utama) mulai ditambahkan ke dalam publikasi Indikator Aktivitas Ekonomi Terpilih sejak edisi Mei 2009. Ekspor Non Migas Utama dipilih berdasarkan pangsa ekspor terhadap total ekspor periode Januari-Desember 2008. Analisis indikator aktivitas ekonomi Ekspor Non Migas Utama akan dilakukan pada saat ketersediaan data pertumbuhan secara bulanan (), tahunan () dan kumulatif (ytd) telah mencukupi 12 periode. 8

GRAFIK PERTUMBUHAN 14 INDIKATOR TERPILIH 24,0 2 16,0 12,0 Grafik 7. Produksi Minyak Mentah (% ) (% ) 12,0 8,0 4,0 3 2 15,0 1 Grafik 8. Produksi Kondensat (% ) (% ) 15,0 1 5,0 8,0 4,0-4,0 5,0-5,0-5,0-4,0-8,0-1 -15,0-1 -8,0-12,0-2 -15,0 Grafik 9. Produksi Kendaraan Non Niaga Grafik 10. Produksi Kendaraan Niaga (% ) (% ) (% ) (% ) 12 5 35 8 10 8 6 4 2-2 -4-6 4 3 2 1-1 -2-3 30 25 20 15 10 5-5 -10 6 4 2-2 -4-6 Grafik 11. Produksi Sepeda Motor Grafik 12. Ekspor Besi dan Baja (% ) (% ) 8 6 4 2-2 -4 6 5 4 3 2 1-1 -2-3 -4 (% ) (% ) 12 14 10 12 8 10 6 8 4 6 2 4 2-2 -4-6 -2-8 -4-10 -6 11121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 9

Grafik 13. Konsumsi Semen Grafik 14. Ekspor Kayu Lapis (% ) (% ) 8 8 6 6 4 4 (% ) 15 1 10 5 (% ) 10 5 2 2-2 -2 - -5 - -5-4 11121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3-4 - - Grafik 15. Ekspor Kayu Gergajian Grafik 16. Penjualan Minyak Diesel (% ) (% ) 5 - -5 - -10 10 5 - -5 (% ) (% ) 10 10 5 5 - -5 - - -10-5 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1011121 2 3 (% ) 2 15,0 1 5,0-5,0-1 -15,0-2 Grafik 17. Penjualan Listrik ke Sektor Industri 1112123456789101112123456789101112123 (% ) 2 15,0 1 5,0-5,0-1 -15,0-2 (% y-o-y) 18,0 16,0 14,0 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0 Grafik 18. Penjualan Listrik ke Bisnis/Perdagangan (% m-t-m ) 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0-2,0-4,0-6,0-8,0 10

(% ) 18,0 16,0 14,0 12,0 1 8,0 6,0 4,0 2,0-2,0-4,0 Grafik 19. Penjualan Listrik Total (% ) 15,0 1 5,0-5,0-1 Grafik 20. Kunjungan Wisman (% ) (% ) 5 4 3 2 1-1 -2 4 3 2 1-1 -2-3 11