PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

PENGARUH TINDAKAN GENERALIS HALUSINASI TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RS JIWA GRHASIA PEMDA DIY NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

PENGARUH TERAPI KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEMAMPUAN BERINTERAKSI KLIEN ISOLASI SOSIAL DI RSJD DR.AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS : MENARIK DIRI) BAB I PENDAHULUAN

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

Aristina Halawa ABSTRAK

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dikenali meliputi kausa pada area organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural.

Effect of Therapy Group Activities Increase In Price of Self Interest Clients In The Soul Dr Seruni Rs Radjiman Wediodiningrat Lawang

PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI SESSI 1-3 TERHADAP KEMAMPUAN MENGENDALIKAN HALUSINASI PADA PASIEN SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok Oleh Perawat Pada Pasien Rawat Inap di RSD Madani Palu Tahun 2013

PENGARUH COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN DAN HALUSINASI DI RSJD DR. RM SOEDJARWADI KLATEN

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

PENGARUH MENGHARDIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT HALUSINASI DENGAR PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD DR. AMINOGONDOHUTOMO SEMARANG

Muzayyin 1, Abdul Wakhid 2, Tri Susilo 3 AKADEMI KEPERAWATAN NGUDI WALUYO UNGARAN ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

Pengaruh Terapi Individu Generalis Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi Pada Pasien Halusinasi

PENERAPAN TINDAKAN KEPERAWATAN: TERAPI GENERALIS TERHADAP KETIDAKBERDAYAAN PADA LANSIA

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 86-94

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

PEMBERIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH. Kata Kunci : harga diri rendah, pengelolaan asuhan keperawatan jiwa

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

PENGARUH TERAPI KELOMPOK SUPORTIF TERHADAP KEMANDIRIAN PASIEN SKIZOFRENIA YANG MENGALAMI DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB

TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI (TAKS) SESI 1-4 MENURUNKAN TINGKAT DEPRESI PADA PENDERITA HIV POSITIF

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PERILAKU KEKERASAN. Abstrak

BAB III KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

EFFECT OF ACTIVITY GROUP THERAPY: THE SOCIALIZATION OF THE CLIENT S VERBAL COMMUNICATION SKILL WITH SOCIAL ISOLATION IN THE PSBL PHALA MARTHA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa dapat dilakukan perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan

Jurnal Keperawatan Mersi Vol. 4. No. 2. Bulan Oktober 2013

Ni Wayan Sri Utami 1, Abdul Ghofur 2, Wahyu Rochdiat 3 ABSTRACT

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

PENGARUH TERAPI PERILAKU TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL PERILAKU KEKERASAN PADA KLIEN RIWAYAT PERILAKU KEKERASAN DI RSJ PROF. DR.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa ditemukan disemua lapisan masyarakat, dari mulai

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN PRE OPERASI DI RUANG DADALI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN Oleh : Arni Wianti

Rendra Sukmana dan Nawang Wulandari STIKes Patria Husada Blitar

GAMBARAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN DIRUANG RAWAT INAP RSUD SULTANSYARIF MOHAMAD ALKADRIE KOTA PONTIANAK

PENGARUH ACCEPTANCE AND COMMITMENT THERAPY TERHADAP GEJALA DAN KEMAMPUAN KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Ah. Yusuf*, Khoridatul Bahiyah*, Yustina Barek Ola*

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interaksi Sosial

PENGARUH PENERAPAN METODE TIM TERHADAP KEPUASAN KERJA PERAWAT DI UNIT STROKE RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG ABSTRAK

Koping individu tidak efektif

E-Journal Keperawatan (EKP) Volome 4 Nomor 1, Februari 2016

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT KEPDA PASIEN DI RS AISYIYAH BOJONEGORO. Abstrak

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK ORIENTASI REALITAS SESI I-III TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA KLIEN HALUSINASI DI RSJD Dr.

INTISARI. Ni Wayan Margitri, Lilis Murtutik

PENDIDIKAN KESEHATAN JIWA MENINGKATKAN KEKEBALAN IMUN DARI STRES PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INTISARI HUBUNGAN PERAN SERTA KELUARGA PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN PERAWATAN PASCA HOSPITALISASI DI DESA GEDANGAN GROGOL SUKOHARJO

Jurnal Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015

DUKUNGAN KELUARGA DAN HARGA DIRI PASIEN KANKER PAYUDARA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

PENGARUH TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI WISMA LANSIA KAB. LUMAJANG

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL KLIEN MENARIK DIRI DI RSJD SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. H DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ANALISIS PENERAPAN STANDAR DOKUMENTASI KEPERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RSUD GAMBIRAN

PENGARUH PENERAPAN STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RS JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN YANG HOSPITALISASI. Nugrahaeni Firdausi

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial, kesehatan jiwa maupun persepsi kesehatan umum (Chan et al, 2006 cit

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA HARGA DIRI RENDAH YANG RAWAT INAP DI RSKD PROVINSI SULAWESI SELATAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PERAWATAN HALUSINASI DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN PASIEN HALUSINASI DI RSJD SURAKARTA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. meliputi keadaan fisik, mental, dan sosial, dan bukan saja keadaan yang bebas dari

Purwandita Anggarini, Lutfi Nurdian Asnindari STIKES Aisyiyah Yogyakarta

PENGARUH PEMBERIAN INFORMASI INFORMED CONSENT TERHADAP PERUBAHAN KECEMASAN PASIEN YANG AKAN MENJALAN TINDAKAN OPERASI DI SMC RS TELOGOREJO

Mahasiswa Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang. Dosen Program Studi Keperawatan Universitas Sultan Agung Semarang

BAB I PENDAHULUAN. mental dan sosial yang lengkap dan bukan hanya bebas dari penyakit atau. mengendalikan stres yang terjadi sehari-hari.

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI PADA PASIEN ISOLASI SOSIAL DI RUMAH SAKIT GHRASIA PROVINSI DIY

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KONSEP DIRI PADA PASIEN HARGA DIRI RENDAH DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROV.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

PENGARUH TERAPI INDIVIDU SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN BERSOSIALISASI PASIEN ISOLASI SOSIAL DI DESA BANARAN GALUR KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

ANALISIS PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DI RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

Pandeirot *, Istri**, Setyawan** Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI UNIT PERAWATAN KRITIS RUMAH SAKIT UNISMA

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, politik dan budaya serta bidang-bidang lain

Transkripsi:

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PADA KLIEN MENARIK DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROPINSI NTB Moh. Arip, Rusmini Abstract: The general objective of this study was to analyze the influence of group activity of therapy: socialitation toward achiefmant of communication for patient witedrawl. This study used quasy experimental. Population of this study comprised patients who were care at Psikiatric Hospital West Nusa Tenggara. Total sample was 24 respondents, taken using purposive sampling. The independent variable in this study was group activity of therapy: socialitation and the dependent variables was achiefmant of communication. Data on achiefmant of communication verbal and non verbal were taken using check list. The study was conducted between Agustust and September 2010. Data were analyzed using the wilcoxon signed ranks test with level of significance of 0.05. The results were as follows: before group activity of therapy: socialitation, respondents of doing communication verbal with category achief (29.2%) and category not achief (70.8%), furthermore respondents of doing communication non verbal with category achief (79.0%) and category not achief (21.0%). After group activity of therapy: socialitation, respondents of doing communication verbal with category achief ( 83.0%) and category not achief (17.0%), furthermore respondents of doing communication non verbal with category achief (87.5%) and category not achief (12.5%). The result of wilcoxon signed ranks test showed significant difference in achiefmant of communication verbal (p= 0.000) and achiefmant of communication non verbal (p= 0.003). Kata kunci: Taks, Komunikasi, Klien Menarik Diri LATAR BELAKANG Asuhan keperawatan jiwa merupakan asuhan keperawatan spesialistik, namun tetap dilakukan secara holistik pada saat melakukan asuhan kepada klien. Berbagai terapi keperawatan yang dikembangkan difokuskan kepada klien secara individu, kelompok, keluarga, maupun komunitas. Salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi modalitas yang di dalamnya termasuk Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, hampir tidak pernah dilakukan,hanya dilakukan di Moh. Arip, Rusmini: Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Kesehatan V/10 Mataram 741 saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif. Terapi aktifitas kelopok dibagi menjadi empat yaitu: terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi, stimulasi senssori, realita, dan sosialisasi. TAK sosialisasi diberikan kepada pasien isolasi sosial (menarik diri) dengan kriteria: klien menarik diri yang telah mulai melakukan interaksi interpersonl dan klien kerusakan komunikasi verbal yang telah berespon sesuai stimulus (Keliat.B.A. 2004). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kondisi saat ini di RS Jiwa Propinsi NTB bahwa kegiatan TAK yang dilaksanakan oleh perawat di ruang perawatan

Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi ruang rehabilitasi setiap hari tanpa membedakan masalah pasien. hasil observasi oleh peneliti setiap melaksanakan bimbingan praktik klinik mahasiswa D3 Keperawatan di setiap ruang perawatan RS Jiwa Propinsi NTB terdapat 60% pasien yang dirawat dengan masalah menarik diri lama hari rawatnya lebih lama dengan lama perawatan lebih dari 6 minggu (di atas standar lama hari rawat RS Jiwa Propinsi NTB). Hasil penelitian Arip, M.dkk. (2009) tentang pengetahuan, sikap dan tindakan perawat dalam melaksanakan TAK, menunjukkan ada pengaruh yang signifikan p= 0,001. Hal ini menunjukan perawat sudah memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan TAK, sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan di setiap ruang rawat inap RS Jiwa Propinsi NTB. Berdasarkan data dari rekam medik RSJ Propinsi NTB dan studi pendahuluan bahwa pasien dengan schizphrenia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Tahun 2007 sebanyak 837 orang, tahun 2008 sebanyak 966 orang, dan tahun 2009 sebanyak 986 orang serta sebagian besar (60%) perilaku yang ditunjukan adalah perilaku menarik diri sehingga membutuhkan penanganan yang spesifik dari perawat dengan melaksanakan salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa yaitu Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). TAK merupakan salah satu tindakan keperawatan untuk pasien gangguan jiwa. Pelaksanaan terapi ini merupakan tanggung jawab penuh dari seorang perawat. Oleh karena itu, perlu dimasukkan dalam rencana tindakan keperawatan klien pada masalah keperawatan tertentu. Semua kemampuan yang dipelajari klien dalam TAK hendaknya digunakan sampai klien pulang ke rumah sehingga kekambuhan pasien dapat diminimalkan. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka hal ini perlu dicermati secara ilmiah dan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut peneliti mengambil judul penelitian Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi pada Klien Menarik Diri di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan Komunikasi Klien Menarik Diri di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengidentifikasi kemampuan komunikasi klien menarik diri sebelum dilakukan TAK sosialisasi, mengidentifikasi kemampuan komunikasi klien menarik diri sesudah dilakukan TAK sosialisasi serta menganalisis pengaruh TAK Sosialiasai terhadap kemampuan komunikasi pada klien menarik diri. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Quasy Experiment. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling sebanyak 24 responden. Adapun variabel independen adalah Terapi Aktivitas Kelompok: Sosialisasi dan variabel dependen adalah kemampuan komunikasi. Analisis yang digunakan yaitu uji wilcoxon Signed Ranks dengan tingkat kemaknaan p < 0.05. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, diperoleh informasi sebagai berikut: 742

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011 Data Umum Data umum menguraikan karakteristik responden yang meliputi: a) Jenis kelamin, b) Umur, c) pendidikan, d) agama, dan e) status perkawinan, yang dapat dilihat seperti berikut ini.a. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin c. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 8% 8% 21% Tdk Sekolah SD SMP SMA PT 46% 16% 34% 66% Pria Wanita Gambar 1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 bahwa responden terbanyak dengan jenis kelamin laki- laki yaitu 16 orang (66%). b. Distribusi Responden Berdasarkan Umur 38% 42% 20-30 thn 31-40 thn >40 thn Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Gambar 3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 bahwa responden terbanyak mempunyai tingkat pendidikan SMA yaitu 11 orang (46%). d. Distribusi Responden Berdasarkan Agama 21% 4% 75% Islam Hindu Kristen Gambar 4. Distribusi Responden Berdasarkan Agama di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 bahwa responden terbanyak beragama Islam yaitu 18 orang (75%). e. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan 16% 34% bahwa responden terbanyak berumur 20-30 tahun yaitu 10 orang (42%). 50% Belum Menikah Menikah Janda/ Duda Gambar 5. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 743

Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi bahwa responden terbanyak berstatus menikah yaitu 12 orang (50%). Data Khusus Kemampuan komunikasi verbal klien menarik diri sebelum dan sesudah dilakukan terapi aktifitas kelompok sosialisasi. Pre Test Post Test 80% 60% 40% 0% 29% Mampu 71% Tidak Mampu 100% 80% 60% 40% 0% 83% Mampu 17% Tidak mampu Gambar 6. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Komunikasi Verbal Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa dari 24 responden sebelum dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, sebagian besar responden yaitu 17 orang (70,8%) tidak mampu melakukan komunikasi verbal dan sesudah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi menunjukkan peningkatan kemampuan berkomunikasi, dimana sebagian besar responden yaitu 20 orang (83%) mampu melakukan komunikasi verbal. Kemampuan Komunikasi Non Verbal Klien Menarik Diri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi Pre test Post Test 80% 60% 40% 0% 79% Mampu 21% Tidak mampu 100% 80% 60% 40% 0% 87% Mampu 13% Tidak Mampu Gambar 7. Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Komunikasi Non Verbal Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa dari 24 responden sebelum dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, sebagian besar responden yaitu 19 orang (79%) mampu melakukan komunikasi non verbal dan sesudah dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi menunjukkan peningkatan kemampuan komunikasi non verbal, dimana sebagian besar responden yaitu 21 orang (87,5%) mampu melakukan komunikasi non verbal. 744

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011 Komparasi Hasil Pre Test-Post Test Kemampuan Komunikasi Verbal pada Klien Menarik Diri yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB Tabel 1. Komparasi Hasil Pre Test-Post Test Kemampuan Komunikasi Verbal pada Klien Menarik Diri yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Variabel Waktu test Rata-rata SD p Ket Pre test 2.17 (54.25%) 0.637 Komunikasi Verbal Post test 3.17 (79.25%) 0.702 0.000 Bermakna Perbedaan nilai rata-rata 1.00 (25.00%) Berdasarkan tabel di atas menunjukkan perubahan kemampuan komunikasi verbal responden sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Hasil pre test menunjukkan nilai rata-rata responden yaitu 2.17 (54.25%) sedangkan hasil post test menunjukkan nilai rata-rata responden yaitu 3.17 (79.25%) dengan perbedaan nilai rata-rata 1.00 (25.00%). Hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai p < 0.05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna kemampuan komunikasi verbal pada klien menarik diri sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Komparasi Hasil Pre Test-Post Test Kemampuan Komunikasi Non Verbal pada Klien Menarik Diri yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB Tabel 2. Komparasi Hasil Pre Test-Post Test Variabel Komunikasi Non Verbal pada Klien Menarik Diri yang Diberi Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB, September 2010 Variabel Waktu test Rata-rata SD p Ket Pre test 2.83 (70.75%) 0.482 KomunikasiNon Verbal Bermakna 3.42 0.003 Post test 0.717 (85.50%) 0.59 Perbedaan nilai rata-rata (14.75%) 745

Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Berdasarkan tabel di atas menunjukkan perubahan kemampuan komunikasi non verbal responden sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Hasil pre test menunjukkan nilai rata-rata responden yaitu 2.83 (70.75%) sedangkan hasil post test menunjukkan nilai rata-rata responden yaitu 3.42. (85.50%) dengan perbedaan nilai rata-rata 0.59 (14.75%). Hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test diperoleh nilai p < 0.05 yang berarti terdapat perbedaan bermakna kemampuan komunikasi non verbal pada klien menarik diri sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pre test kemampuan komunikasi verbal klien menunjukkan nilai berada pada kategori tidak mampu (54.25 persen) dan hasil post test menunjukkan kemampuan komunikasi verbal klien berada pada kategori mampu (79.25 persen) dengan perbedaan nilai rata-rata 25 persen. Hasil análisis menunjukkan nilai p = 0.000, yang berarti terdapat perbedaan bermakna kemampuan komunikasi verbal pada klien menarik diri sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Demikian pula hasil pre test untuk kemampuan komunikasi non verbal klien menunjukkan nilai berada pada kategori mampu (70.75 persen) dan hasil post test menunjukkan kemampuan komunikasi non verbal klien berada pada kategori mampu (85.50 persen) dengan perbedaan nilai rata-rata 14.75 persen. Hasil análisis menunjukkan nilai p= 0.003, yang berarti terdapat perbedaan bermakna kemampuan komunikasi non verbal pada klien menarik diri sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Setelah dilakukan análisis data didapatkan hasil peningkatan kemampuan komunikasi verbal dan non verbal sebelum dan sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Hasil analisis Uji Wilcoxon Sigened Rank menunjukkan ada perbedaan bermakna (p= 0.000) untuk kemampuan komunikasi verbal klien dan ada perbedaan bermakna (p= 0.003) untuk kemampuan komunikasi non verbal klien. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): Sosialisasi terhadap peningkatan kemampuan komunikasi verbal maupun non verbal pada klien dengan menarik diri yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB. Klien yang mengalami gangguan jiwa akan menunjukkan gejala negatif dan gejala positif. Salah satu bentuk gejala yang ditunjukkan adalah perilaku menarik diri. Klien yang mengisolasi dirinya dan tidak mau berhubungan dengan orang lain ini merupakan salah satu bentuk mekanisme pertahanan diri individu dalam menghadapi masalah untuk mengurangi perasaan tertekan, kecemasan, stress, maupun konflik yang berkepanjangan. Namun strategi ini tentunya tidak realistik, maka akan menimbulkan semakin banyak kesulitan yang berkaitan dengan hubungan sosialnya baik sesama pasien maupun hubungan pasien dengan perawat. Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama manusia. Kebutuhan sosial yang dimaksud adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, 746

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011 penghargaaan orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Tugas perawat untuk membantu pasien agar bisa keluar dari keadaannya tersebut. Peneliti mencoba memberi intervensi berupa Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): Sosialisasi dalam rangka membantu mengatasi masalah menarik diri pada klien yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Propinsi NTB. Dengan terapi ini klien saling berinteraksi dengan pasien lain sehingga diharapkan terjadinya peningkatan kemampuan berkomunikasi klien baik verbal maupun non verbal sesudah diberikan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK): Sosialisasi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Alfiansyah (2008), bahwa ada pengaruh pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Latihan Keterampilan Sosial Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Klien Menarik Diri dan penelitian Purnomo (2003), bahwa ada pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok terhadap perubahan perilaku pasien menarik diri. Menurut Yalom (1995) dalam Stuaart & Laraia (2001) dikutip dari Budi Anna Keliat dan Akemat (2005) anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannnya seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik. Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok memberi dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. Terapi Aktivitas Kelompok yang diberikan harus sesuai dengan masalah utama yang dihadapi pasien, misalnya pasien dengan masalah utama menarik diri atau isolasi sosial maka TAK yang diberikan ádalah TAK-Sosialisasi sedangkan pasien dengan masalah utama halusinasi maka TAK yang paling tepat digunakan adalah TAK Stimulasi Persepsi. Hal ini sesuai dengan penelitian Rosida (2005), bahwa ada pengaruh pemberian Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori: Menggambar terhadap Perbaikan Respon Interpersonal pada Klien Skizofrenia dengan Isolasi Sosial. Terapi ini diharapkan dapat memacu klien untuk melakukan hubungan interpersonal yang adekuat dan dapat mengidentifikasi secara benar stimulus persepsi eksternal. Selain itu, menurut Tim Keperawata Jiwa PSIK-FK Unair (2004), bahwa untuk mencapai hasil yang maksimal dalam sebuah terapi aktivitas kelompok maka diperlukan pengorganisasian kelompok yaitu Leader, Co-Leader, Fasilitator dan Observer yang memiliki dan menjalankan tugasnya masing-masing secara efektif sehingga tujuan terapi dapat diperoleh secara maksimal. Menurut Keliat, BA. dan Akemat (2005) terdapat peran dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yaitu terapis perlu melakukan upaya agar kekohesifan kelompok dapat terwujud, seperti mendorong anggota kelompok bicara satu sama lain, diskusi dengan kata-kata, menyampaikan kesamaan anggota kelompok, membantu anggota kelompok untuk mendengarkan ketika orang lain bicara, memberi arahan, menjaga kelompok tetap fokus sehingga dapat mencapai tujuan terapi yang diharapkan. 747

Arip, Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Therapi aktivitas kelompok sosialisasi dan stimulasi persepsi merupakan sebagian dari terapi aktifitas kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa. Terapi Aktivitas Kelompok ini juga dapat dimodifikasi dengan tindakan keperawatan lainnya, misalnya konseling atau Cognitive Behavioral Therapy dan tidak hanya dilakukan di dalam rumah sakit tapi juga bisa dilakukan di masyarakat, seperti penelitian yang dilakukan Rusjidi (2007) bahwa ada pengaruh konseling dan Terapi Aktivitas Kelompok terhadap perubahan psikososial pada wanita dewasa pasca gempa di Bantul Yogyakarta. Masih adanya klien yang belum mampu melakukan komunikasi verbal dan komunikasi non verbal, kemungkinan disebabkan oleh sebagian besar klien berjenis kelamin laki-laki. Menurut Tannen ( 1990 ) yang dikutip oleh Potter & Perry bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah jenis kelamin (jender) dimana orang dengan jenis kelamin wanita predominan untuk mencari hubungan dan persahabatan sedangkan orang dengan jenis kelamin laki-laki predominan untuk menyelesaikan tugas, kebebasan, dan status. Perawat perlu mewaspadai perbedaan ini ketika bersama klien atau dengan tim kesehatan lainnya yang berlawanan jenis. Aktif menyimak dan mencari kejelasan akan membantu mencegah salah persepsi dan salah paham. Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini terbukti bahwa terdapat pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Sosialisasi terhadap kemampuan komunikasi verbal dan non verbal klien menarik diri. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sesuai hasil penelitian maka dapat disimpulkan yaitu: sebagian besar klien menarik diri yang dirawat di RS Jiwa Propinsi NTB belum mampu melakukan komunikasi sebelum diberikan Terapi Aktifitas Kelompok: Sosialisasi. Setelah diberikan Terapi Aktifitas Kelompok: Sosialisasi, sebagian besar klien menarik diri di RS Jiwa Propinsi NTB mampu melakukan komunikasi. Kemampuan komunikasi verbal dan non verbal pada klien menarik diri yang dirawat di RS Jiwa Propinsi NTB sebelum dan sesudah Terapi Aktifitas Kelompok: Sosialisasi menunjukkan ada perbedaan yang bermakna. Saran Agar pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok dapat dillaksanakan sesuai dengan SOP, maka RS Jiwa Propinsi NTB terutama Ruang Rehabilitasi agar lebih selektif dalam menyeleksi klien yang memenuhi kriteria untuk mengikuti kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok sesuai dengan masalah keperawatan utama klien. Agar Terapi Aktifitas Kelompok dapat dilaksanakan lebih optimal, maka disarankan untuk membuat program/jadwal pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok. Perlu penelitian lanjutan yang berhubungan dengan Terapi Aktifitas Kelompok: Sosialisasi untuk semua sesi yang disesuaikan dengan kondisi klien. DAFTAR PUSTAKA 748

JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011 Carpenito.L.J. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC, 2001. Depkes RI. Komunikasi Terapeutik dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Pusdiknakes Depkes RI, 1993. Fortinash & Warret. Psychiatric Nursing Care Plant St. Lours, Mosby Year Book, 1995, Hal. 791. Hawari, D. Manajemen Stress, Cemas dan Depresi. Jakarta: EGC, 2001. Keliat,B.A. Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa, Jakarta: EGC, 2010. Keliat, B.A. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC, 2004. Keliat, B.A. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta: FIK UI, 1998, h. 4. Nursalam. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika, 2008. Potter & Perry. Fundamental Keperawatan Volume 1 Ed.4. Jakarta: EGC, 2005. Stuart dan Sundeen. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC, 1998, h. 46. Stuart dan Laria. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC, 2001. Sugiyono. Statistik Nonparametriks untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2003. Suliswati, dkk. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC, h. 7. 749