ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS USAHA PEMBESARAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) PADA KARAMBA JARING APUNG DI KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI KETELA RAMBAT KUNING DAN KETELA RAMBAT PUTIH DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

Hasil rata-rata (Rp/PT) , , ,04

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI BIAYA USAHATANI TEMBAKAU MAESAN 2 DI KABUPATEN BONDOWOSO

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI SEKITAR WADUK KEDUNG OMBO KECAMATAN SUMBERLAWANG KABUPATEN SRAGEN

USAHATANI PADI ORGANIK DI KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TEBU (Studi Kasus Petani Tebu Mitra PG.Pakis Baru di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati)

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT PENDAPATAN USAHATANI POLA DIVERSIFIKASI DENGAN MONOKULTUR PADA LAHAN SEMPIT

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI KELAPA DALAM DI KECAMATAN TUNGKAL ILIR KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT JURNAL FEBRIANTIKA FITRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR COST AND REVENUE ANALYSIS OF RICE FARMING IN KARANGANYAR REGENCY

Keywords: PUAP, Paddy Farming, Productivity, Income, Sukoharjo Regency

Reza Raditya, Putri Suci Asriani, dan Sriyoto Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI BERAS MERAH ORGANIK (ORYZA NIVARA) DAN BERAS PUTIH ORGANIK (ORYZA SATIVA)

ANALISIS PROFITABILITAS DAN EFISIENSI BUDIDAYA KOPI DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN GETAS SALATIGA

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA LAANTULA JAYA KECAMATAN WITAPONDA KABUPATEN MOROWALI

226 ZIRAA AH, Volume 32 Nomor 3, Oktober 2011 Halaman ISSN

PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH DI DESA TAGAWITI KECAMATAN ILE APE KABUPATEN LEMBATA

ANALISIS USAHA PADA INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

e-j. Agrotekbis 2 (2) : , April 2014 ISSN :

PEMANFAATAN KREDIT DARI KOPERASI KELOMPOK TANI (KKT) TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

ANALISIS KELAYAKAN USAHA TAMBAK BANDENG DI DESA DOLAGO KECAMATAN PARIGI SELATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG

STUDI KOMPARATIF USAHATANI KEDELAI DENGAN SISTEM TANAM TUGAL DAN SISTEM TANAM SEBAR DI DESA BOGOTANJUNG KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI PADA KELOMPOK TANI PATEMON II DI DESA PATEMON KECAMATAN TLOGOSARI KABUPATEN BONDOWOSO

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI KETELA RAMBAT KUNING DAN KETELA RAMBAT PUTIH DI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi

ANALISIS USAHATANI JAGUNG

ANALISIS USAHATANI RUMPUT LAUT DI KECAMATAN NAGAWUTUNG KABUPATEN LEMBATA

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI NANAS DI DESA DODA KECAMATAN KINOVARO KABUPATEN SIGI

ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

ANALISIS SENSITIVITAS PENDAPATAN USAHATANI KAKAO DI DESA BURANGA KECAMATAN AMPIBABO KABUPATEN PARIGI MOUTONG

ANALISIS PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA USAHATANI JANGGELAN DI KECAMATAN KARANGTENGAH KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADA KOPI TRADISIONAL DAN KOPI SAMBUNG DI DESA LUBUK KEMBANG, KEC. CURUP UTARA, KAB. REJANG LEBONG

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

Faidah, Umi., dkk. Faktor-faktor Yang...

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

ANALYSIS OF COST EFFICIENCY AND CONRTIBUTION OF INCOME FROM KASTURI TOBACCO, RICE AND CORN TO THE TOTAL FARM HOUSEHOLD INCOME

ANALISIS PENGARUH INPUT PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU DI DESA SUKASARI KECAMATAN PEGAJAHAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

KAJIAN EKONOMI USAHATANI KUBIS DI KECAMATAN SUKAPURA KABUPATEN PROBOLINGGO

ANALISIS STRUKTUR BIAYA DAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA USAHATANI JAGUNG DI KECAMATAN LEMBAH SEULAWAH KABUPATEN ACEH BESAR

PENDAPATAN TENAGA KERJA KELUARGA PADA USAHA TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TOROH KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA GULA MERAH DENGAN USAHA GULA TAPO (STUDI KASUS DI DESA AMBESIA KACAMATAN TOMINI KABUPATEN PARIGI MOUTONG)

KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas

III. METODE PENELITIAN. dianalisis. Menurut Supardi (2005) penelitian deskripsi secara garis besar

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

JIIA, VOLUME 1 No. 3, JULI 2013

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA TANI CENGKEH (STUDI KASUS DESA SULUUN RAYA) Heince A. A. Lolowang Vicky V. J. Palenewen Arie D. P. Mirah

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang tidak mengalami kelangkaan pupuk dilihat berdasarkan produktivitas dan

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

AGUS PRANOTO

ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHATANI BAWANG MERAH (Allium ascolinicum L) VARIETAS LEMBAH PALU DI KELURAHAN TAIPA KECAMATAN PALU UTARA KOTA PALU

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHATANI CABAI MERAH BESAR DI DESA ANDONGSARI KECAMATAN AMBULU KABUPATEN JEMBER

ANALISIS PERBANDINGAN KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

Sartika Krisna Panggabean* ), Satia Negara Lubis** ) dan Thomson Sebayang** ) Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Unversitas

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

Sosio Ekonomika Bisnis Vol 18. (1) 2015 ISSN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KENTANG DI KECAMATAN JANGKAT KABUPATEN MERANGIN

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

DAMPAK BANTUAN PUPUK, BENIH, DAN PESTISIDA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN PETANI PADI

BAB III METODE PENELITIAN. Rumah tangga petani di Kecamatan Bandungan sebagian besar bergantung

Kata Kunci : biaya, pendapatan, karet rakyat, kelapa sawit rakyat

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PENGGARAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KALEKE KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

Keywords: Chili, Mustard, Scallion; Comparative, Intercropping

PERFORMANSI NILAI TAMBAH KEDELAI MENJADI TAHU DI KABUPATEN SAMBAS

JIIA, VOLUME 3 No. 3, JUNI 2015

Transkripsi:

0 ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TEBU UNTUK PEMBUATAN GULA PASIR DAN GULA TUMBU DI KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS Diah Apriliani, Suwarto, RR. Aulia Qonita Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./ Fax.(0271) 637457 E-mail: diah.apriliani@gmail.com. Telp. 085725011184 Abstract: This essay is aims to determine the cost, revenue, income, profits, efficiency and profitability of sugarcane farming for the white sugar and brown sugar manufacture in Dawe District Kudus Regency. The basic method of this research is descriptive analytical and survey techniques. The essay was conducted in Dawe District Kudus Regency. The determining of the location is conducted by purposive sampling, as Dawe District is considered to have the largest land area in Kudus regency. The determination of the sample is conducted by stratified random sampling. Data analysis methods used include the analysis of costs, revenues, incomes, profits, efficiency, profitability and the t-test.the data used was primary data and secondary data that were obtained through interview, record and observation. The results of the analysis showed the average cost of external tools, cost produces, revenue, income, profit, efficiency and profitability to sugarcane farming for the manufacture of brown sugar are higher than the average cost of external tools, cost produces, revenue, income, profit, efficiency and profitability to sugarcane farming for the manufacture of white sugar. After being statistically tested by using t-test, there is no real difference in the results of incomes, profits, efficiency and profitability. Keywords: Farming, Sugarcane, White Sugar, Brown Sugar, Income, Profit, Efficiency, Profitability, Kudus Regency Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas dari usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Metode dasar penelitian ini adalah deskriptif analitis dan menggunakan teknik survey. Penelitian dilakukan di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan Kecamatan Dawe memiliki luas lahan paling tinggi di Kabupaten Kudus. Penentuan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling. Metode analisis data yang digunakan antara lain analisis biaya, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi, profitabilitas dan uji t. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dengan melakukan wawancara, pencatatan, dan observasi. Hasil analisis menunjukan bahwa rata-rata biaya alatalat luar, biaya menghasilkan, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas tumbu lebih tinggi daripada rata-rata biaya alat-alat luar, biaya menghasilkan, penerimaan, pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir. Setelah diuji secara statistik dengan menggunakan uji t, hasil dari pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas tidak ada beda nyata. Kata Kunci : Usahatani, Tebu, Gula Pasir, Gula Tumbu, Pendapatan, Keuntungan, Efisiensi, Profitabilitas, Kabupaten Kudus

1 PENDAHULUAN Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar hidup masyarakat di Indonesia bergantung pada sektor ini. Sektor pertanian sebagai penyedia lapangan pekerjaan, penyumbang devisa negara terbesar dan penyedia kebutuhan pangan dalam negeri. Sektor pertanian memiliki arti luas yang mencakup beberapa sub sektor yaitu pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan. Sub sektor perkebunan memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia terutama penyediaan lapangan pekerjaan di wilayah Jawa Tengah sebesar 1.318 jiwa. Data tersebut diperoleh melalui mekanisme antar kerja antar daerah yang merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan sekali. (BPS Jawa Tengah, 2011). Komoditas tebu menjadi salah satu komoditas unggulan di sub sektor perkebunan. Kabupaten Kudus termasuk salah satu wilayah yang memiliki areal lahan untuk tanaman tebu cukup luas. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika Kabupaten Kudus Tahun 2011 menunjukan bahwa areal tanaman perkebunan tebu paling luas dibandingkan dengan tanaman perkebunan lain. Tabel 1. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat di Kabupaten Kudus Tahun 2007-2011 (ha) Tanaman 2007 2008 2009 2010 2011 Perkebunan Kelapa 775,68 775,86 833,86 861,07 977,14 Kapuk 1.271,47 1.271,47 1.280,35 1.275,53 1.325,61 Kopi 490,24 490,83 490,24 511,52 524,90 Cengkeh 107,17 107,17 107,17 111,07 202,20 Mete 2,50 2,50 2,50 7,55 10,75 Kapas 250,00 200,00 178,00 59,66 12,25 Panili 12,80 12,80 14,60 12,88 14,30 Kakao 3,50 3,50 3,50 7,20 8,30 Tebu 6.237,62 5.920,87 6.012,80 6.719,00 6.601,60 Jumlah 9.150,98 8.785,00 8.923,02 8.241,17 9.677,05 Sumber : Kabupaten Kudus dalam Angka, BPS 2012 Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa luas areal tanaman perkebunan tebu mengalami fluktuasi. Peningkatan luas areal tanaman tebu terjadi pada tahun 2008 2010, pada tahun 2008 luas areal tanaman tebu sebesar 5.920,87 ha. Pada tahun 2009 mengalami peningkatan sehingga luas areal tanaman tebu mencapai 6.012,80 ha. Pada tahun 2010 mengalami peningkatan hingga mencapai 6.719,00 ha. Walaupun demikian, dari tahun ke tahun luas areal tanaman tebu di Kabupaten Kudus paling luas jika dibandingkan dengan luas areal tanaman perkebunan lainnya. Selain itu, keadaan lahan di Kabupaten Kudus cocok untuk membudidayakan tanaman tebu. Pengolahan hasil produksi tebu di Kabupaten Kudus terdiri dari dua macam yaitu diolah menjadi gula pasir yang dilakukan oleh Pabrik Gula

2 Rendeng dan diolah menjadi gula merah atau biasa disebut gula tumbu yang dilakukan oleh industri rumah tangga. Adanya kondisi tersebut berdampak pada persaingan produksi antara gula pasir dengan gula tumbu. Faktor penyebab petani tebu memilih mengolah hasil produksi tebu ke pengolahan gula pasir atau gula tumbu dikarenakan adanya perbedaan harga jual gula pasir dan gula tumbu dan pengalaman petani tebu. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Sedangkan teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik survey, yaitu cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu atau jangka waktu yang bersamaan (Surakhmad, 2004). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) yaitu memilih Kabupaten Kudus karena hasil produksi perkebunan di Kabupaten Kudus yang tertinggi adalah komoditas tebu. Kecamatan Dawe dipilih sebagai tempat penelitian karena merupakan daerah yang memiliki luas lahan dan produksi tebu tertinggi dibandingkan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Kudus pada tahun 2011 yaitu 1.683,00 hektar dan produksi tebu sebesar 780.968 kuintal. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah acak bertingkat (stratified random sampling) yang biasanya digunakan jika populasi bersifat heterogen, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan atau strata yang seragam dan setiap lapisan diambil sampel secara acak (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pada teknik ini pengelompokan dilakukan beberapa tahap yaitu pertama dikelompokkan berdasar luas areal dan hasil produksi tertinggi, kemudian keragaman pengolahan hasil produksi tebu dan memiliki luas areal tebu yang tertinggi dan dilakukan pengambilan sampel secara acak yang besarnya sesuai proporsional. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu: Analisis Biaya Usahatani Tebu dengan rumus TC=C+Bmds, C= TFC+TVC yang meliputi Bs + Bbi + Bpu + Btkl + Btr. Keterangan: TC (Total biaya menghasilkan), C (Total biaya alat-alat luar), TFC (Total biaya tetap), TVC(Total biaya variabel), Bs (Biaya sewa tanah), Bbi(Biaya bibit tebu), Bpu(Biaya pupuk), Btkl (Biaya tenaga kerja luar), Btr (Biaya Transportasi), Bmds (Bunga modal sendiri) untuk perhitungan dinyatakan dalam Rp/Ha/MT. Analisis penerimaan petani tebu dengan sistem bagi hasil di PG Rendeng Kudus dan industri pengolahan gula tumbu, dengan rumus TR = 70% x Y x P x R. Keterangan TR(Total penerimaan pasir/gula tumbu), Y (Produksi yang diperoleh usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), P (Harga gula pasir/gula tumbu), R (Rendemen tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), 70% (Sistem bagi hasil yang diterima petani tebu

3 dari pihak pengolahan gula pasir/gula tumbu) dinyatakan dalam Rp/Ha/MT. Analisis pendapatan usahatani tebu dengan rumus Pd = TR TC Keterangan Pd (Pendapatan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), TR (Total penerimaan pasir/gula tumbu), TC (Total biaya alat-alat luar usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu) dinyatakan dalam Rp/Ha/MT (Soekartawi, 2006). Analisis keuntungan usahatani tebu dengan rumus K = TR B. Keterangan K (Keuntungan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu), TR (Total penerimaan pasir/gula tumbu), B (Total biaya menghasilkan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu) dinyatakan dalam Rp/Ha/MT (Soekartawi, 1993). Analisis efisiensi usahatani tebu dengan rumus R R Ratio C C Keterangan R (Besarnya penerimaan usahatani tebu), C (Besarnya biaya alat-alat luar usahatani tebu). Kriteria R/C > 1 berarti usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu telah efisien. R/C 1 berarti pasir/gula tumbu belum efisien (Soekartawi,2006). Analisis profitabilitas usahatani dengan rumus x 100% TC Keterangan π (Keuntungan usahatani tebu), TC (Total biaya menghasilkan usahatani tebu). Kriteria profitabilitas > 0 berarti usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu menguntungkan. Profitabilitas = 0 berarti usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu mengalami BEP. Profitabilitas < 0 berarti usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir/gula tumbu tidak menguntungkan (Prawirokusumo, 1993). Analisis komparatif dengan uji t (ttest), dengan Ho: X = 1 X 2,tidak terdapat perbedaan nyata antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada pasir dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu. Ha : X 1 X 2,terdapat perbedaan nyata antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas pada pasir dengan usahatani tebu untuk pembuatan gula tumbu. Pengujian dilakukan dengan uji dua ekor (two tail test) dengan tingkat kepercayaan 95%, besarnya nilai t-hitung dapat diketahui dengan Rumus X 1 X 2 t, SS1 SS 2 1 1 n1 n2 2 n1 n2 2 ( X i ) 2 dimana SS X i n (Nazir, 1983). Kriteria jika t hitung > t tabel, maka (Ha) diterima. Jadi terdapat perbedaan nyata antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan tumbu. Jika t hitung t tabel, maka (Ha) ditolak. Jadi tidak terdapat perbedaan nyata antara pendapatan atau keuntungan atau efisiensi atau profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan

4 tumbu. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Sampel Karakteristik petani sampel merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan petani yang berkaitan dengan pasir dan gula tumbu. Karakteristik petani sampel pasir dan gula tumbu dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu No. Uraian Gula Pasir Gula Tumbu 1. Jumlah petani responden (orang) 30 30 2. Rata-rata umur petani (tahun) 51 50 3. Rata-rata pendidikan petani (tahun) 9 9 4. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) 5. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam UT tebu (orang) 6. Rata-rata luas lahan tebu yang digarap (Ha) 7. Rata-rata pengalaman usahatani tebu (tahun) Rata-rata umur sampel petani tebu masih tergolong dalam umur produktif yaitu 14-65 tahun. Hal ini dikarenakan pada umur yang produktif, petani cenderung memiliki tenaga yang lebih tinggi. Umur produktif juga cenderung masih memiliki beban tanggungan keluarga sehingga memiliki semangat kerja yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Petani berumur produktif akan lebih terampil dalam melakukan kegiatan usahatani tebu sehingga mampu meningkatkan pendapatan usahataninya. Rata-rata tingkat pendidikan sampel petani tebu adalah 9 tahun atau tamat SMP. Tingkat pendidikan petani akan berpengaruh terhadap sikap petani dalam mengambil keputusan terkait kegiatan usahatani yang dilakukannya terutama usahatani tebu seperti 5 6 0 0 3,02 1,30 17 15 pemilihan bibit, pupuk, teknik pemeliharaan, penggunaan tenaga kerja dan penjualan dari hasil panen tebu. Kegiatan usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir maupun gula tumbu yang ada di lahan tidak menggunakan tenaga kerja dalam atau tenaga kerja dari keluarga. Hal ini dikarenakan kegiatan usahatani tebu cukup berat memerlukan tenaga yang cukup banyak sehingga usahatani tebu cenderung menggunakan tenaga kerja buruh. Perbedaan rata-rata kepemilikan luas lahan petani gula pasir dan gula tumbu dikarenakan petani gula pasir cenderung berasal dari petani tebu dengan skala besar yang memiliki luas lahan lebih tinggi. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh jarak antara lahan perkebunan tebu yang dimiliki para petani dengan

5 tempat pabrik gula pasir dan industri rumah tangga pengolahan gula tumbu. Para petani tebu di Kecamatan Dawe juga merasa bahwa budidaya tanaman tebu cukup mudah dan tidak ada serangan hama penyakit sehingga para petani senang mengusahakan usahatani tebu. Lama pengalaman berusahatani tebu juga berpengaruh terhadap pengetahuan yang diperoleh para petani dalam mengusahakan usahatani tebu. Petani tebu sudah cukup lama mengusahakan usahatani tebu. Hal ini dikarenakan kondisi tanah yang ada di daerah tersebut cocok untuk budidaya tanaman tebu. Penggunaan Sarana Produksi Sarana produksi merupakan input yang dibutuhkan untuk menghasilkan produksi dalam usahatani atau biasa disebut faktor produksi. Penggunaan dari sarana produksi oleh petani akan berpengaruh terhadap hasil produksi yang akan dicapai dari usahatani. Sarana produksi yang digunakan dalam usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu adalah sama yaitu bibit dan pupuk. Tabel 3. Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 No Jenis Masukan Gula Pasir Gula Tumbu Per UT Per Ha Per UT Per Ha 1. Sarana Produksi a. Bibit (Ku) 224,67 75,70 97,33 76,49 b. Pupuk (Ku) - Za 37,70 13,05 14,57 12,54 - Phonska 23,73 8,60 9,38 8,38 - Urea 0,00 0,00 11,00 11,00 2. Tenaga Kerja Luar a. TK Pria (HKP) 272,00 95,00 133,00 114,00 b. TK Wanita (HKW) 55,00 32,00 89,00 44,00 c. TK Tebang Angkut 290,00 93,00 123,00 98,00 d. TK Mesin (Traktor ) 18,00 8,00 10,00 6,00 Sarana produksi bibit yang digunakan petani gula tumbu lebih besar daripada petani gula pasir akan tetapi hanya memiliki selisih sedikit yaitu 0,79 kuintal. Penggunaan sarana produksi bibit pada intinya hampir sama, hanya disesuaikan dengan pengalaman petani dalam usahatani tebu. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar petani tebu di daerah penelitian menggunakan Pupuk Za dan Pupuk Phonska. Pupuk Urea hanya digunakan para petani gula tumbu yang berjumlah 2 orang saja. Pupuk Za memiliki harga yang lebih murah dan ketersediaan pupuk tersebut di daerah penelitian lebih tinggi jika dibandingkan dengan Pupuk Urea. Sehingga sebagian besar petani tebu di daerah penelitian lebih memilih untuk menggunakan Pupuk Za. Sifat Pupuk Za dan Pupuk Urea sama yaitu mengandung unsur N. Oleh karena itu, petani tebu dapat menggunakan Pupuk Urea maupun Pupuk Za sesuai dengan pengalaman petani dalam berusahatani tebu dan ketersediaan pupuk. Penggunaan sarana produksi Pupuk Phonska dalam usahatani tebu rata-rata lebih

6 sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan Pupuk Za. Hal ini dikarenakan Pupuk Phonska merupakan pupuk dasar dengan kandungan N, P dan K yang diberikan pada tanaman tebu pada awal penanaman saja. Pupuk Za diberikan pada tanaman tebu pada dua tahap. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani tebu berasal dari tenaga kerja luar saja. Tenaga kerja usahatani tebu terdiri dari tenaga kerja pria dan wanita. Tenaga kerja tebang angkut dihitung berdasarkan jumlah hasil produksi tebu yang mampu diangkut. Untuk 1 tenaga kerja pria rata-rata mampu menebang dan mengangkut tebu ke dalam truk sebanyak 8-10 kuintal. Tenaga kerja mesin yang digunakan dalam usahatani tebu adalah tenaga kerja traktor untuk pengolahan lahan pada saat awal penanaman. Pada umumnya jumlah dari tenaga kerja yang digunakan untuk keseluruhan proses produksi tebu baik pada petani tebu untuk pembuatan gula pasir maupun gula tumbu hampir sama. Biaya Usahatani Biaya usahatani yang digunakan dalam penelitian ini adalah biaya alatalat luar dan biaya menghasilkan. Biaya usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu dikelompokkan menjadi tiga, yaitu biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja dan biaya lain-lain (biaya transportasi dan biaya sewa tanah). Tabel 4. Rata-Rata Biaya Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 No Jenis Biaya Per UT 3,02 Gula Pasir Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bibit pada satu musim tanam ini dihitung dengan dibagi 4 dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit. Hal ini dikarenakan dalam satu kali pembelian bibit tebu Per Ha % Per UT 1,32 ha Gula Tumbu Per Ha % Biaya Sarana 1. Produksi 14.374.400,00 4.987.163,16 17,15 5.644.533,33 4.904.301,59 16,51 a. Bibit 2.808.333,33 946.230,16 3,25 1.216.666,67 956.111,11 3,22 b. Pupuk - ZA 6.107.400,00 2.113.695,63 7,27 2.203.200,00 1.895.914,29 6,38 - Phonska 5.458.666,67 1.927.237,37 6,63 2.085.333,33 1.912.942,86 6,44 - Urea 0,00 0,00 0,00 139.333,33 139.333,33 0,47 Biaya Tenaga Kerja 2. Luar 25.112.558,33 8.415.894,07 28,93 11.654.725,00 9.142.602,18 30,80 a. TK Pria (HKP) 8.247.458,33 2.909.525,35 10,00 4.066.125,00 3.417.062,50 11,51 b. TK Wanita (HKW) 220.000,00 126.666,67 0,43 534.000,00 261.066,67 0,88 c. TK Tebang Angkut 15.902.333,33 5.123.070,09 17,62 6.743.000,00 5.213.336,51 17,56 d. TK Mesin (Traktor) 742.766,67 256.631,97 0,88 311.600,00 251.136,51 0,84 3. Biaya Lain-Lain 47.440.533,33 15.678.606,72 53,92 20.931.000,00 15.645.938,89 52,70 a. Transportasi 11.623.866,67 3.745.273,39 12,88 4.285.166,67 3.312.605,56 11,16 b. Sewa Tanah 35.816.666,67 11.933.333,33 41,04 16.645.833,33 12.333.333,33 41,54 Biaya Alat-alat Luar 86.927.491,67 29.081.663,95 100,00 38.230.285,33 29.692.842,66 100,00 Bunga Modal Sendiri 5.215.649,50 1.744.899,84 2.293.771,50 1.781.526,56 Biaya Menghasilkan 92.143.141,17 30.826.563,79 40.524.073,83 31.474.413,22 dapat digunakan untuk 4 kali musim tanam. Bibit tebu yang digunakan dalam usahatani tebu di Kecamatan Dawe adalah bibit tebu BL (Bululawang) dengan harga Rp 50.000,- per kuintal. Para petani gula pasir maupun gula tumbu di

7 Kecamatan Dawe memilih untuk membeli bibit tebu dari petani daerah lain dibandingkan dengan membuat pembibitan sendiri. Perbedaan rata-rata biaya pembelian Pupuk Za dikarenakan beberapa petani gula tumbu mengganti penggunaan Pupuk Za dengan Pupuk Urea. Petani gula pasir secara keseluruhan menggunakan Pupuk Za sedangkan petani gula tumbu ada yang menggunakan Pupuk Urea. Harga Pupuk Za yang berlaku di daerah penelitian adalah Rp 162.000,- per kuintal. Rata-rata biaya untuk pembelian Pupuk Phonska pada petani gula tumbu lebih rendah jika dibandingkan dengan petani gula pasir. Harga Pupuk Phonska yang ada di daerah penelitian sebesar Rp 230.000,- per kuintal. Perbedaan dari pengeluaran biaya tenaga kerja antara petani gula pasir dan gula tumbu dikarenakan rata-rata luas areal lahan dari kedua jenis usahatani ini berbeda. Hal ini dikarenakan petani gula pasir dalam menggunakan tenaga kerja dihitung secara keseluruhan luas lahan yang dimiliki. Tenaga kerja pria dihitung dalam HKP dengan masa kerja dari jam 06.00 12.00 dengan upah Rp 35.000,- per hari. Sedangkan tenaga kerja wanita dikonversikan dalam HKW dengan masa kerja dari jam 06.00 12.00 dengan upah Rp 30.000,- per hari. Tenaga kerja penanaman dan pengolahan tanah pada perhitungan usahatani tebu dibagi menjadi 4 musim tanam. Biaya sewa tanah di daerah penelitian berkisar Rp 10.000.000,- sampai Rp 14.000.000,- per hektar setiap tahun, tergantung letak lahan yang dekat dengan jalan atau tidak. Biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani gula pasir lebih tinggi jika dibandingkan dengan biaya transportasi yang dikeluarkan oleh petani gula tumbu. Rata-rata jarak lahan tebu dengan industri rumah tangga gula tumbu lebih dekat jika dibandingkan dengan pabrik gula pasir. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6%, berdasarkan suku bunga dari BRI dengan program Kredit Ketahanan Pangan (KKP) pada tahun 2012. Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani. Penerimaan petani gula pasir terdiri dari hasil penjualan gula pasir dan tetes. Sedangkan penerimaan yang diperoleh petani gula tumbu hanya hasil penjualan gula tumbu saja. Harga yang digunakan dalam penerimaan usahatani tebu adalah harga dari gula pasir dan gula tumbu. Tabel 5. Rata-Rata Produksi, Harga dan Penerimaan Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Gula Pasir Gula Tumbu No Uraian Per UT Per UT Per Ha 3,02 1,32 Per Ha 1. Produksi Tebu (Ku) 2.905,97 936,32 1.224,33 946,46 2. Harga Gula (Rp/Kg) 3. Rendemen (%) 4. Harga Gula (Rp/Ku) 8.770,00 6,56 40.263,30 8.770,00 6,56 40.263,30 6.620,00 9,53 44.170,00 6.620,00 9,53 44.170,00 5. 6. 7. Produksi Tetes (Kg) Harga Tetes (Rp/Kg) Penerimaan (Rp) 8.717,90 1.000,00 124.336.517,10 2.808,96 1.000,00 40.419.117,61 0,00 0,00 53.976.323,33 0,00 0,00 41.755.250,89

8 Rata-rata jumlah produksi tebu yang dipasok ke pengolahan gula tumbu lebih besar dibandingkan dengan rata-rata jumlah produksi tebu yang dipasok ke pengolahan gula pasir. Kualitas tebu yang dipasok ke pabrik gula pasir lebih bersih yang tidak terdapat beberapa daun pada bagian batang tebu. Penerimaan yang diterima oleh petani gula pasir maupun petani gula tumbu dihitung berdasarkan jumlah produksi tebu di lahan, rendemen tebu dan harga dari gula pasir maupun gula tumbu. Tebu yang masih berupa batang tidak dinilai dengan uang melainkan setelah diproses baru akan dinilai dengan uang. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh pihak pengolahan gula pasir maupun gula tumbu kepada para petani tebu No 1. 2. 3. 4. 5. 6. adalah dengan bagi hasil. Petani tebu mendapatkan penerimaan dari industri pengolahan gula pasir dan gula tumbu sebesar 70%. Sedangkan untuk pihak pengolahan gula pasir maupun gula tumbu sebesar 30%. Rendemen tebu digunakan untuk perhitungan penerimaan yang diperoleh petani gula pasir maupun gula tumbu. Ratarata rendemen gula tumbu lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata rendemen gula pasir. Sehingga ratarata harga gula tumbu per kuintal lebih tinggi daripada rata-rata harga gula pasir per kuintal. Pengolahan gula pasir menghasilkan tetes yang merupakan hasil sampingan yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Pendapatan, Keuntungan, Efisiensi dan Profitabilitas Usahatani Tabel 6. Rata-Rata Pendapatan, Keuntungan, Efisiensi dan Profitabilitas Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Biaya Alat-Alat Luar (Rp/Ha) Biaya Menghasilkan (Rp/Ha) Penerimaan (Rp/Ha) Pendapatan (Rp/Ha) (3-1) Keuntungan (Rp/Ha) (3-2) Efisiensi (3/1) 7. Profitabilitas (5/2x100%) Rata-rata pendapatan petani gula tumbu lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata pendapatan petani gula pasir. Hal ini disebabkan karena penerimaan yang diperoleh petani gula tumbu lebih tinggi jika dibandingkan dengan ratarata pendapatan petani gula pasir. Rata-rata keuntungan petani gula tumbu lebih tinggi jika dibandingkan dengan keuntungan petani gula pasir. Hal ini disebabkan besar biaya Gula Pasir Per Ha 29.081.663,95 30.826.563,79 40.419.117,61 11.337.453,65 9.592.553,82 1,39 0,31 Gula Tumbu Per Ha 29.692.842,66 31.474.413,22 41.755.250,89 12.062.408,23 10.280.837,67 1,41 0,33 menghasilkan yang dikeluarkan oleh petani tebu dan besar penerimaan yang diperoleh dari masing-masing petani tebu. Kedua nilai R/C Ratio tersebut telah mencapai efisien karena hasil dari perhitungan telah melebihi angka 1 yaitu sebesar 1,39 untuk petani gula pasir dan 1,41 untuk petani gula tumbu. Nilai profitabilitas pasir adalah 0,31 dan 0,33 untuk usahatani tebu pembuatan

9 gula tumbu. Nilai profitabilitas menguntungkan sehingga layak untuk dari kedua usahatani tersebut diusahakan karena lebih dari nol. Analisis Komparatif Pendapatan, Keuntungan, Efisiensi dan Profitabilitas Usahatani Tabel 7. Analisis Komparatif Pendapatan Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Gula Pasir Gula Tumbu Pendapatan (Rp/Ha) 11.337.453,65 12.062.408,23 - Standart deviasi 2.782.648,68 1.977.349,16 - Varian 7.743.133.669.161,64 3.909.909.707.368,95 - t-hitung -1,16 - t-tabel (t =0,025,df=58) 2,00 Tabel 8. Analisis Komparatif Keuntungan Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Gula Pasir Gula Tumbu Keuntungan (Rp/Ha) 9.592.553,82 10.280.837,67 - Standart deviasi 2.816.376,98 2.020.783,88 - Varian 7.931.979.292.573,83 4.083.567.505.571,91 - t-hitung -1,09 -t-tabel (t =0,025,df=58) 2,00 Tabel 9. Analisis Komparatif Efisiensi Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Gula Pasir Gula Tumbu Efisiensi 1,39 1,41 - Standart deviasi 0,11 0,08 - Varian 0,01 0,01 - t-hitung -0,73 - t-tabel (t =0,025,df=58) 2,00 Tabel 10. Analisis Komparatif Profitabilitas Usahatani Tebu untuk Pembuatan Gula Pasir dan Gula Tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus Tahun 2012 Uraian Gula Pasir Gula Tumbu Profitabilitas 0,31 0,33 - Standart deviasi 0,10 0,08 - Varian 0,01 0,01 - t-hitung -0,73 - t-tabel (t =0,025,df=58) 2,00 Uji perbandingan (t-test) terhadap pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu memberikan nilai t-hitung berturut-turut sebesar (-1,16, -1,09, - 0,73, -0,73) lebih kecil daripada nilai t-tabel (2,00) sehingga hipotesis ditolak artinya tidak terdapat perbedaan yang nyata antara pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk

10 pembuatan gula pasir dengan tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Besar biaya alat-alat luar Rp 29.081.663,95 / Ha / MT, biaya menghasilkan Rp 30.826.563,79 / Ha / MT dan penerimaan Rp40.419.117,61/Ha/MT untuk usahatani tebu pembuatan gula pasir di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, sedangkan besar biaya alatalat luar Rp 29.692.842,66/Ha/MT, biaya menghasilkan Rp 31.474.413,22 / Ha / MT dan penerimaan Rp41.755.250,89/Ha/MT untuk usahatani tebu pembuatan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus. Jadi biaya alatalat luar, biaya menghasilkan dan penerimaan petani gula tumbu lebih tinggi daripada petani gula pasir. (2) Besar pendapatan Rp 11.337.453,65/ Ha / MT dan keuntungan Rp 9.592.553,82/Ha/MT untuk usahatani tebu pembuatan gula pasir di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus, sedangkan besar pendapatan Rp 12.062.408,23 / Ha / MT dan keuntungan Rp10.280.837,67/Ha/MT untuk usahatani tebu pembuatan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus (3) Usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dan gula tumbu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus sudah efisien dan memberikan keuntungan. Nilai R/C rasio berturut-turut 1,39 dan 1,41 sedangkan nilai profitabilitas berturut-turut 0,31 dan 0,33. (4) Setelah diuji secara statistik dengan uji t (t-test) maka pendapatan, keuntungan, efisiensi dan profitabilitas usahatani tebu untuk pembuatan gula pasir dengan tumbu tidak ada beda nyata. Saran yang dapat diberikan diantaranya adalah (1) Bagi pihak pengolahan gula pasir diharapkan dapat meningkatkan rendemen gula dengan perbaikan mesin pengolahan gula pasir sehingga penerimaan petani gula pasir dapat meningkat. (2) Bagi pihak pengolahan gula tumbu diharapkan dapat menjaga hubungan yang baik dengan para petani tebu dengan memberi fasilitas berupa pinjaman kredit sarana produksi, bingkisan pada waktu Hari raya Idul Fitri dan mempercepat waktu pembayaran. (3) Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus diharapkan melakukan pembinaan ke industri rumah tangga pengolahan gula tumbu sebagai alternatif tempat pengolahan tebu bagi petani tebu yang lebih menguntungkan. (4) Bagi petani tebu diharapkan lebih mempertahankan kinerja dan mengadopsi teknologi baru dalam usahatani tebu. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2012. Kabupaten Kudus dalam Angka 2012.BPS Kabupaten Kudus.. Kecamatan Dawe dalam Angka 2012.BPS Kabupaten Kudus. BPS. 2011. Pertanian Data Rilis Tahun 2011. BPS Provinsi Jawa Tengah. Hadisapoetra, S. 1973. Biaya dan Pendapatan di dalam Usahatani. Departemen

11 Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Nazir, M. 1983. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta. PG Rendeng. 2011. Data Produksi Giling PG Rendeng Kudus Tahun 2007-2011. PG Rendeng Kabupaten Kudus. Prawirokusumo,S. 1990. Ilmu Usahatani.BPFE.Yogyakarta. Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Yogyakarta. Raja Grafindo Perkasa. Jakarta..2006.Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta. Surakhmad. 2004. Penelitian Ilmiah, Dasar, Metode, dan Teknik. Tarsito. Bandung. Singarimbun, M dan Effendi, SI. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta