BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

JENIS METODE KB PASCA PERSALINAN VASEKTOMI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman (plastik yang dililiti oleh tembaga) dan dimasukkan ke dalam rahim oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Reproduksi dilaksanakan untuk memenuhi hak-hak reproduksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

MATERI PENYULUHAN KB 1. Pengertian KB 2. Manfaat KB

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB PASCA PERSALINAN. Disusun Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) Keluarga Berencana (KB)

MODUL PENGAJARAN MENJAGA JARAK KEHAMILAN DAN MEMILIH ALAT KONTRASEPSI YANG TEPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjarangan kelahiran (Depkes RI, 1999; 1). dan jarak anak serta waktu kelahiran (Stright, 2004; 78).

Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bagian dari pemeliharaan kesehatan komperhensif bukan lagi hal yang baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi fertilitas. (Prawirohardjo, 2006) kehamilan dengan memakai kontrasepsi. (Mochtar, 1998)

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

KONTRASEPSI. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB II TINJAUAN TEORI

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGABDIAN MASYARAKAT

KESEHATAN REPRODUKSI* Oleh: Dr. drh. Heru Nurcahyo, M.Kes**

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari

EFEK SAMPING KB IUD (NYERI PERUT) DENGAN KELANGSUNGAN PENGGUNAAN KB IUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

SAP KELUARGA BERENCANA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB WANITA DI TUWEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPERAWATAN MATERNITAS II

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB 2 LANDASAN TEORI. dalam upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) bertujuan untuk mengendalikan pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tubektomi dapat berupa pengikatan dan pemotongan, dapat juga Tubektomi

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sementara dan dapat pula bersifat menetap (Subroto, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasangan usia subur(pus) untuk mengikuti Program Keluarga Berencana. Program Keluarga Berencana (KB) menurut UU No.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana Keluarga berencana (KB) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Pada hakekatnya KB bertujuan untuk mewujudkan keluarga dengan anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya. Secara garis besar dalam pelayanan kependudukan atau KB mencakup beberapa komponen yaitu: (1) komunikasi, informasi dan edukasi (KIE), (2) konseling, (3) pelayanan kontrasepsi, (4) pelayanan infertilitas, (5) pendidikan seks, (6) konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan, (7) konsultasi genetik, (8) tes keganasan, dan (9) adopsi (Pinem, 2009). B. Kontrasepsi 1. Pengertian Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sperma dan sel telur yang matang dan sel sperma yang menyebabkan kehamilan. Secara singkat Kontrasepsi adalah pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya telur yang dibuahi ke 11

dinding rahim (Mulyani dan Rinawati, 2013). Tujuan kontrasepsi adalah mengindari atau mencegah kehamilan akibat pertemuan sel telur dan sperma tersebut (Dewi dan Sunarsih, 2011). 2. Macam-macam kontrasepsi Menurut Saifuddin dkk (2003) metode kontrasepsi terdiri dari beberapa macam yaitu: a. Metode Amenorea Laktasi (MAL) Metode MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI). MAL sebagai kontrasepsi bila menyusui secara penuh (full breast feeding), belum haid dan bayi kurang dari 6 bulan. Metode MAL efektif sampai 6 bulan dan harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. b. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) Metode KBA dilakukan dengan wanita mendeteksi kapan masa suburnya berlangsung, yang biasanya dekat dengan pertengahan siklus menstruasi (biasanya hari ke 10-15), atau terdapat tanda-tanda kesuburan dan kemungkinan besar terjadi konsepsi. Senggama dihindari pada masa subur yaitu pada fase siklus menstruasi dimana kemungkinan terjadinya konsepsi. c. Senggama Terputus Senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum 12

pria mencapai ejakulasi. Metode ini efektif bila digunakan dengan benar dan dapat digunakan sebagai pendukung metode KB lainnya. d. Metode Barier Metode barier menghentikan proses reproduksi manusia dengan menghambat perjalanan sperma dari pasangan pria ke wanita sehingga pembuahan dapat dicegah. 1) Kondom Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. 2) Diafragma Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinersikan kedalam vagina sebelum berhubungan seksual atau menurut serviks. 3) Spermisida Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh seperma yang dikemas dalam bentuk aerosol (busa), tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film dan krim. 13

e. Kontrasepsi Kombinasi 1) Pil Kombinasi Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminumm setiap hari yang memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas tubektomi) bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama penggunaan). Pil bekerja dengan cara mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh sperma. 2) Suntikan Kombinasi Suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksiprogesteron asetat dan 5 mg Estradiol sipionat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg noretindron enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali. f. Kontrasepsi Implan Kontrasepsi implan adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis Progesteron levebogestrol yang ditanamkan dibawah kulit yang bekerja mengurangi transportasi sperma dan menganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. g. Kontrasepsi Mantap 1) Tubektomi Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seseorang secara permanen dengan cara 14

mengoklusi tuba falopii (mengikat dan memotong/memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum. 2) Vasektomi Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa diferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan ovum) tidak terjadi. h. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat sperma untuk masuk ke tuba fallopii. 3. Akseptor KB Akseptor KB adalah pasangan usia subur dimana salah seorang menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi Menurut Pinem (2009) dalam memilih metode kontrasepsi ada beberapa faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah: a. Faktor pasangan: usia, gaya hidup, frekuensi senggama, jumlah keluarga yang diinginkan, pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu, sikap kewanitaan dan sikap kepriaan. b. Faktor kesehatan: kontra indikasi absolut atau relatif, status kesehatan, riwayat haid, riwayat keluarga, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan panggul. 15

c. Faktor metode kontrasepsi: penerimaan dan pemakaian berkesinanbungan dipandang dari pihak calon akseptor dan pihak medis (petugas KB), efektifitas, efek samping minor, kerugian, biaya dan komplikasi potensial. Sedangkan dalam memilih metode kontrasepsi, dipandang dari dua sudut antara lain adalah: a. Pihak calon akseptor Metode kontrasepsi belum ada yang benar-benar 100% sempurna. Semua kontrasepsi mempunyai kegagalan, maka semua kontrasepsi juga menimbulkan risiko tertentu pada pemakainya yaitu risiko yang berhubungan dengan metode itu sendiri berupa ketidaknyamanan dan ketidakamanan. Oleh karena itu, sangat penting diketahui calon akseptor adalah efektifitas dan keamanan suatu metode kontrasepsi. b. Pihak medis/petugas KB 1) Melindungi kesuburan dan fertilitas dari akseptor, hal yang harus diperhatikan petugas bahwa: a) Pil oral mempunyai efek protektif terhadap Pelvic Inflamatory Disease (PID), sehingga mungkin merupakan kontrasepsi yang ideal untuk wanita yang untuk beberapa tahun ingin aktif secara seksual sebelum hamil. b) IUD menyebabkan risiko PID lebih tinggi (1,5-5 kali), merupakan pilihan yang tidak menarik untuk seorang wanita yang masih menginginkan anak di kemudian hari. 16

c) Meskipun kontrasepsi mantap (kontap) pada perempuan dan lakilaki dapat dipulihkan kembali dengan bedah mikro, harus ditekankan bahwa metode kontap dianggap metode yang permanen. 2) Keuntungan non-kontraseptif a) Efek teraupetik dari Pil-oral pada perempuan dengan kista ovarium atau penyakit payudara fibrokistik. b) Efek protektif dari Pil-oral, kondom dan spermisida terhadap PID. 3) Kontraindikasi adalah suatu kondisi medis yang menyebabkan suatu bentuk pengobatan yang seharusnya dilakukan, tidak dianjurkan atau tidak aman. 4) Tanda-tanda bahaya Calon akseptor harus diberitahu tentang tanda-tanda bahaya dari metode kontrasepsi yang sedang dipertimbangkan untuk digunakan oleh calon akseptor 5) Kerjasama antara suami istri Ada beberapa metode kontrasepsi yang tidak dapat digunakan/dilaksanakan tanpa kerjasama antara pihak suami istri, misalnya koitus interuptus. Dilain pihak Pil-oral, IUD, atau suntik kadang digunakan tanpa sepengetahuan atau dukungan suami. Keadaan yang ideal adalah suami dan istri membicarakan atau mempertimbangkan secara bersama-sama untuk memilih kontrasepsi yang disetujui bersama. 17

6) Menghindari pendekatan poli-farmasi Tidak memberi diuretika untuk akseptor Pil-oral yang kemudian menderita hipertensi, tidak memberi obat penekan nafsu makan pada akseptor Pil-oral yang berat badannya bertambah 10kg, tidak mengobati penyakit peradangan panggul sambil membiarkan IUD tetap dalam uterus. C. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Intra Uterine Device (IUD) 1. Pengertian Alat kontrasepsi yang teknik pemasangan di insersikan ke dalam rongga rahim, terbuat dari plastik fleksibel khusus yang diberi benang pada ujungnya yang berguna untuk pemeriksaan atau kontrol (Yuhedi dan Kurniawati, 2013). Beberapa jenis IUD dililit tembaga atau tembaga campur perak yang dapat dipakai 5-10 tahun (Glasier dan Gebbie, 2005). 2. Syarat umum Menurut Siswosudarmo dkk (2001), sebagaimana alat kontrasepsi pada umumnya, AKDR harus memenuhi beberapa syarat yaitu: a. Kemampuannya untuk mencegah kehamilan Kemampuan mencegah bagi AKDR yang inert berbanding lurus dengan luas permukaan endometrium yang kontak dengan bahan. b. Tidak mudah lepas spontan (ekspulsi) Salah satu masalah yang ada pada AKDR yang menyebabkan angka kegagalan naik adalah ketidakmampuannya untuk tetap berada dalam rongga rahim. 18

c. Kemudahannya untuk dipasang AKDR harus dapat dipasang tanpa anestesi dan tanpa menimbulkan rasa sakit. Salah satu faktor yang menentukan mudah tidaknya AKDR dipasang adalah lebarnya kanalis servikalis. d. Mudah untuk dilepas Sebagaimana saat memasang, AKDR harus dapat dilepas dengan mudah tanpa menimbulkan rasa sakit. Minimal efek samping, serta mudah untuk mendeteksi bahwa AKDR masil terletak ditempatnya e. Bahan dasar Bahan dasar pembuatkan AKDR bersifat sangat fleksibel, bisa diregang, dibengkokkan sedemikian rupa mengikuti insertor dan akan kembali ke bentuk semula setelah menempati cavum uteri. 3. Cara kerja Menurut Syaifuddin dkk (2003), cara kerja AKDR adalah: a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii. b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri. c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi. d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. 19

4. Kelebihan Kelebihan dari metode kontrasepsi AKDR yaitu: (1) dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi. (2) Sangat efektif (0,6 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam tahun pertama, atau 1 kegagalan dalam 125 170 kehamilan) segera setelah pemasangan. (3) Reversibel, berjangka panjang (dapat sampai 10 tahun tidak perlu ganti). (4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual. (5) Meningkatkan hubungan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil. (6) Dengan AKDR CuT-380A, tidak ada efek samping hormonal. (7) Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI. (8) Dapat dipasang segera setelah abortus bila tidak ada infeksi. (9) Membantu mencegah kehamilan ektopik. (10) Dapat digunakan sampai menopause, 1 tahun atau lebih setelah haid terakhir (Pinem, 2009). 5. Kekurangan Kerugian atau kekurangan metode kontrasepsi AKDR yaitu: (1) Efek samping yang umum terjadi: perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih banyak, perdarahan (spotting) antar menstruasi, saat haid lebih sakit. (2) Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV/AIDS. (3) Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti pasangan atau yang menderita IMS. (4) Penyakit Radang Panggul (PRP) terjadi sesudah perempuan dengan IMS menggunakan AKDR. (5) Diperlukan prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik dalam pemasangan AKDR. 20

(6) Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera setelah pemasangan AKDR, tetapi biasanya hilang dalam 1-2 hari (Pinem, 2009). D. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan IUD 1. Faktor internal a. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan yang cukup tentang kontrasepsi merupakan dasar bagi pasangan suami istri sehingga diharapkan semakin banyak yang memilih metode IUD (Nomleni dkk, 2014). Hasil penelitian Putri dan Ratmawati (2015), menyimpulkan bahwa pengetahuan mempunyai hubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di wilayah kerja Puskesmas Pagentan 2 dan dibuktikan secara statistik (p = 0,004). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan cukup lebih memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD daripada menggunakan kontrasepsi lain. b. Pendidikan Pendidikan merupakan proses perubahan dan peningkatan pengetahuan, pola pengetahuan, pola pikir dan perilaku masyarakat. Adanya 21

dinamika berbagai aspek maka proses pendidikan akan terus menerus dan berkesinambungan sehingga masyarakat mampu menerima gagasan invasif secara rasional dan bertanggungjawab (BKKBN, 2008). Pendidikan seseorang mempengaruhi perilaku sehari-hari, orang yang berpendidikan tinggi belum tentu menggunakan KB yang efektif. c. Paritas Menurut Subiyatun dkk (2009), jumlah anak mempengaruhi pemilihan kontrasepsi yang akan digunakan. Semakin banyak anak yang dimiliki maka akan semakin besar kecenderungan untuk menghentikan kesuburan sehingga lebih cenderung untuk memilih metode kontrasepsi jangka panjang. d. Usia Usia seseorang memempengaruhi jenis kontrasepsi yang dipilih. Responden berusia di atas 20 tahun memilih AKDR karena secara fisik kesehatan reproduksinya lebih matang dan memiliki tujuan yang berbeda dalam menggunakan kontrasepsi. Usia diatas 20 tahun merupakan masa menjarangkan dan mencegah kehamilan sehingga pilihan kontrasepsi lebih ditujukan pada kontrasepsi jangka panjang. Responden kurang dari 20 tahun lebih memilih Non AKDR karena usia tersebut merupakan masa menunda kehamilan sehingga memilih kontrasepsi selain AKDR yaitu pil, suntik, implan, dan kontrasepsi sederhana. 22

2. Faktor eksternal a. Dukungan suami Lingkungan sosial mempengaruhi penggunaan dan pemilihan alat kontrasepsi (BKKBN, 2008). Dorongan atau motivasi yang diberikan kepada istri dari suami, keluarga maupun lingkungan sangat mempengaruhi ibu dalam menggunakan suatu metode kontrasepsi (Manuaba, 1998). Seorang wanita jika suaminya mendukung kontrasepsi, kemungkinan dia menggunakan kontrasepsi meningkat, sebaliknya ketika wanita merasa gugup berkomunikasi dengan suaminya tentang kontrasepsi atau suaminya membuat pilihan kontasepsi, kemungkinan dia menggunakan metode kontrasepsi menurun (Widyawati dkk, 2012). Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nuryati dan Fitria (2014), diketahui bahwa terdapat pengaruh dukungan suami dalam menggukan MKJP (p = 0,0001). Hal tersebut menunjukkan bahwa dukungan suami sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi yang dipakai istrinya. Penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Nomleni dkk (2014) tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD yang dibuktikan secara statistik (p = 0,018). 23

b. Kenyamanan seksual Menurut Widyawati dkk (2012), penggunaan AKDR dapat berpengaruh pada kenyamanan seksual karena menyebabkan nyeri dan pendarahan post coitus ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang mengesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan dan keputihan. Akan tetapi, pendarahan yang muncul hanya dalam jumlah yang sedikit. Pada beberapa kasus efek samping ini menjadi penyebab bagi akseptor untuk melakukan drop out, terutama disebabkan dukungan yang salah dari suami. c. Kepercayaan Meskipun program KB sudah mendapat dukungan departemen agama dalam Memorandum of Understanding (MoU) nomor 1 tahun 2007 dan nomor 36/HK.101/FI/2007 setiap agama mempunyai pandangan yang berbeda terhadap KB sesuai agamanya (Yanti dkk, 2012). Kepercayaan yang positif disertai dengan pengetahuan yang baik akan meningkatkan probabilitas individu untuk menggunakan IUD. d. Budaya Budaya adalah pandangan serta pemahaman masyarakat tentang tubuh, seksualitas, dan kesehatan perempuan berkontribusi terhadap kerentanan tubuh dan kesehatan reproduksi perempuan. Akseptor yang budayanya mendukung menggunakan metode kontrasepsi IUD dan sebaliknya. 24

e. Pemberian Informasi Salah satu faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah pemberian informasi. Informasi yang memadai mengenai berbagai metode KB akan membantu klien untuk menentukan pilihan alat kontrasepsi. Pemberian informasi yang memadai mengenai efek samping alat kontrasepsi, selain akan membantu klien mengetahui alat yang cocok dengan kondisi kesehatan tubuhnya, juga akan membantu klien menentukan pilihan metode yang sesuai dengan kondisinya (Maika dan Kuntohadi, 2009). 25

F. Kerangka Teori Bagan kerangka teori penelitian ditampilkan pada gambar dibawah ini: Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan IUD Internal Eksternal Pengetahuan Pasangan Kesehatan Pendidikan Budaya Baik Kurang Persetujuan suami Dukungan Umur ibu Paritas Kepercayaan Pemberian Informasi Pendapatan Jumlah anak Kenyamanan seksual Pendapatan suami Pendapatan istri Barier Non MKJP Metode kontrasepsi KBA MAL IUD MKJP Mantap Implant Sumber: BKKBN (2008), Saifuddin (2003), Pinem (2009) 26

G. Kerangka konsep Variabel bebas Variabel terikat 1. Dukungan suami 2. Pengetahuan Ibu Pemilihan KB IUD 1. Pendidikan 2. Paritas 3. Usia Variabel penganggu Gambar 2. Kerangka Konsep H. Hipotesis 1. Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemilihan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo. 2. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemilihan alat kontrasepsi Intra Uterine Device (IUD) di Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo. 27