Bab I Pendahuluan Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar I. 1 Tingkat Penjualan dan Harga Teh Ke Luar Negeri (BPS, 2011)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Tabel I.1 Volume Ekspor Teh Indonesia (Ditjenbun, 2014)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM CONVEYOR

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Jumlah Produksi Bubuk Teh (kg)

Pendahuluan. Bab I. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

I.1 Latar Belakang. (Sumber: Badan Pusat Statistik) Sumber : Annual Report PTPN VIII Tahun Tabel I. 1 Perkembangan Ekspor Teh di Indonesia

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam maupun di luar negeri. Setiap perusahaan bersaing untuk menarik perhatian

Jurnal Tugas Akhir Fakultas Rekayasa Industri

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. PLC (Programmable Logic Controller) suatu alat kendali yang berbasis

BAB I PENDAHULUAN I.1

Gambar I. 1 Biaya penggunaan otomasi global (Credit Suisse,2012)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2835

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kondisi mesin/peralatan tersebut agar tidak mengalami kerusakan maka

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I. PENDAHULUAN. satu bentuk pengendalian terhadap suatu plant. Sistem ini banyak digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengemasan Produk Teh Hitam Di PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Semugih. Vileora Putri Christna 14.I1.0172

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Programmable Logic Controller (PLC) dalam dunia industri

PENDAHULUAN. Dalam otomasi industri ini dibutuhkan adanya sistem pengawasan kendali untuk. serta manajemen informasi yang cepat dan akurat.

BAB I PENDAHULUAN I.1

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Total Jumlah Produksi pada Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM OTOMASI PENGEPAKAN TEH HITAM ORTHODOKS MENGGUNAKAN GENERIC PRODUCT DEVELOPMENT DAN SCADA DI PTPN VIII RANCABALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNOLOGI PENGOLAHAN TEH HITAM

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 861 Jurnal Tugas Akhir Fakultas Rekayasa Industri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PT Perkebunan Nusantara IV Laporan Realisasi dan Anggaran Produksi Teh Tahun 2007 Luas Areal Di Panen-Realisasi: 5.396,11 Ha RKAP: 5.

BAB I Pendahuluan I-1

Pendahuluan. I.1 Latar belakang

Bandung, Januari Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE GOAL PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI TEH (Studi Kasus: PT Perkebunan Nusantara IV Pabrik Teh Bah Butong)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : Conveyor, perancangan produk rasional, SCADA, Otomasi Industri, Teh Hitam Orthodoks.

BAB I PENDAHULUAN I.1.

PERANCANGAN SISTEM OTOMATISASI BERBASIS WIRELESS PADA PROSES PENGGILINGAN TEH HITAM ORTHODOKS DI PT. ABC

BAB I PENDAHULUAN I.1

MESIN PENGERING PADA PENGOLAHAN TEH HITAM ORTHODOX DI PT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

Kata Kunci : Pelayuan, Nigel Cross, Teh Hitam Orthodoks, Otomasi, Perancangan Produk, Database, SCADA, HMI.

PERANCANGAN PROGRAM SISTEM PENGENDALI UNTUK OTOMATISASI PROSES PENGEPAKAN TEH MENGGUNAKAN PLC OMRON CP1E DI PT.PN VIII UNIT SINUMBRA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan bebas. Persaingan dunia usaha yang semakin ketat menimbulkan tantangan

bakey, burnt, dan overfried yaitu suatu keadaan dimana air seduhan teh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan mesin secara terus - menerus, maka dibutuhkan kegiatan

IMPLEMENTASI SISTEM SORTIR BARANG DENGAN MENGGUNAKAN DUA CONVEYOR TERINTEGRASI BERBASIS PLC OMRON CPM2A

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Support. Webbing QC Sewing. Gambar I.1 Skema alur proses produksi tas di PT. Eksonindo Multi Product Industry

III. METODOLOGI PENELITIAN

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal Tugas Akhir Fakultas Rekayasa Industri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. berteknologi tinggi pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, tepat, teliti, dan cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: (Dokumentasi CV. ASJ)

PROSES PENGOLAHAN TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) MALANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu arah perubahan yang lebih baik dan memudahkan dalam manusia

PROSES PENGOLAHAN BIJI TEH HITAM METODE CTC DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA XII (PERSERO) afd. WONOSARI MALANG PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi

Gambar 1. 1 Bagian Pucuk Daun Teh (Ghani, 2002)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Realisasi Monitoring Denyut Nadi Pasien Wireless Dengan ZigBee.

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PERANCANGAN SISTEM SCADA BEBAN PENERANGAN PADA PROTOTYPE GEDUNG A TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. saling mendukung di antara masing-masing bagian. Bagian produksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Nilai Impor (US$)

Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanam di hampir seluruh wilayah Indonesia. Bagian utama dari kelapa sawit yang diolah adalah

III BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan pada periode berikutnya. Jika tidak dilakukan penentuan. solusi terbaik dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan material adalah salah satu proses kunci dalam sebuah rantai

Transkripsi:

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan sektor industri yang semakin maju, serta semakin ketatnya persaingan di dunia industri maka perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem yang dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Untuk menerapkan sistem yang baik maka harus diimbangi dengan penggunaan teknologi pada proses produksi tersebut. Teknologi otomasi dapat menjamin kualitas produk yang dihasilkan, meminimasi waktu produksi, peningkatan keamanan kerja dan tingkat akurasi yang tinggi dengan tenaga kerja manusia yang lebih sedikit dan mengurangi biaya tenaga kerja manusia (Groover, 2005). Pengaplikasian teknologi otomasi industri merupakan keharusan dalam sistem kontol industri. Dimana peranan manusia sebagai pelaku utama dalam sistem produksi secara manual telah banyak digeser oleh sistem otomasi. Sehingga faktorfaktor yang mempengaruhi efisiensi dan produktivitas seperti faktor kelelahan, keterbatasan manusia (indera dan fisik) dapat dihilangkan. Peranan manusia yang dihilangkan dalam proses produksi manual nantinya akan dialokasikan untuk memantau jalannya proses produksi menggunakan informasi yang dikirim dari dari perangkat otomasi (Fajri, 2011). PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) adalah BUMN yang bergerak pada sektor usaha perkebunan dengan kegiatan usaha meliputi pembudidayaan tanaman, pengolahan produksi dan penjualan komoditi perkebunan teh, karet dan sawit sebagai komoditi utamanya, selain itu tanaman kina dan kakao. Sektor produksi teh menjadi andalan dari PT. Perkebunan Nusantara terutama teh hitam orhodoks yang menjadi komoditi ekspor sebanyak 80% dari jumlah produksi teh hitam (PTPN VIII). Dari hasil pegamatan langsung di pabrik pengolahan teh hitam orthodoks di PTPN VIII Rancabali, dalam pengolahan teh hitam orthodoks, pengolahan teh di PTPN VIII memiliki beberapa stasiun kerja yang terdiri dari stasiun kerja pelayuan, 1

Persentase (%) penggilingan, fermentasi, pengeringan, sortasi dan grading, dan pengemasan. Proses produksi di setiap stasiun kerja masih menggunakan sistem dan mesin lama. Fungsi dari stasiun kerja sortasi dan grading yaitu memisahkan bubuk teh dari seratserat daun, kotoran, atau tulang yang masih melekat pada teh, serta membagi mutu teh atau grade secara seragam dalam ukuran, bentuk,warna, dan berat partikel. Hasil dari stasiun kerja sortasi adalah data jumlah berat teh berdasarkan mutu, jumlah berat teh tersebut akan dibandingkan dengan permintaan teh atau dengan target produksi per hari untuk mengontrol pencapaian produksi teh berdasarkan mutu yang nantinya akan dilakukan analisis dari setiap pencapaian untuk menentukan target produksi bubuk teh selanjutnya atau dilakukan keputusan apakah bubuk teh tersebut harus dilakukan sortasi ulang agar mutu teh naik (upgrade mutu teh) sehingga target produksi dapat tercapai sesuai permintaan tiap jenis mutu teh. Pada Gambar I.1 memperlihatkan data jumlah pencapain teh terhadap permintaan dalam persentase pada tahun 2015, pada bulan Juni mengalami penurunan pencapaian produksi yang disebabkan kurangnya sistem monitoring dan controlling pada plant terhadap permintaan. Realisasi Pencapaian Teh Mutu 1 Tahun 2015 80 70 60 50 66,01 60,37 60,02 60,04 59,05 46,28 47,31 52,61 57,21 71,16 70,24 40 30 20 10 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov MUTU 1 66,01 60,37 60,02 60,04 59,05 46,28 47,31 52,61 57,21 71,16 70,24 Gambar I.1 Realisasi Pencapaian Teh Mutu 1 Tahun 2015 Berdasarkan Standar Operasional Prosedur PTPN VIII tahun 2008, pelaksanaan teknis proses sortasi yang pertama yaitu pekerjaan proses sortasi harus dikerjakan sesegera mungkin, selanjutnya yaitu proses pemisahan serat sebaiknya dilakukan 2

pada saat bubuk teh masih dalam keadaan panas, dan bubuk teh yang masuk ke proses sortasi harus dalam keadaan bersih atau tidak terkontaminasi oleh manusia. Pada Gambar I.2 menunjukan urutan proses serta mesin pada proses sortasi teh yang di setiap mesinnya bubuk teh akan dipisahkan berdasarkan berat jenis, ukuran, dan warna. teh dan batang Mesin ITX teh sesuai ukuran Indian Sortir teh berdasarkan berat jenis Winnower teh hitam dan merah Vibro Finishing Penimbangan teh berdasarkan mutu Penimbangan dan pencatatan Druck Roll Thewan Memotong buuk Teh yang masih besar teh berdasarkan berat jenis Gambar I.2 Urutan Proses Sortasi Pada stasiun sortasi perpindahan bubuk teh antar mesin masih dilakukan oleh operator. Pada Tabel I.1 merupakan kondisi eksisting perpindahan material pada mesin indian sortir ke mesin winnower dan theewan. Hasil dari mesin indian sortir merupakan bubuk teh yang sudah dibagi menjadi 4 mutu, operator harus menunggu bubuk teh sampai wadah terisi penuh baru dapat dialirkan ke mesin winnower atau theewan. Operator harus standby dan harus memindahkan 4 wadah bubuk teh ke mesin yang berbeda yaitu 2 mutu ke mesin winnower dan 2 mutu ke mesin theewan serta memasukan bubuk teh secara manual. Waktu pemprosesan bubuk teh pada mesin winnower atau thewaan adalah 10 menit untuk setiap mesin, dengan dibantu oleh operator di tiap mesin dalam memasukan bubuk teh kedalam mesin. Jumlah berat yang diangkut oleh operator dari mesin indian sortir ke winnower dan theewan adalah 20 kg per drum, sehingga operator harus tetap mengecek bubuk teh dalam wadah yang ada di mesin indian sortir dan membawanya ke mesin berikutnya secara berulang-ulang agar bubuk teh tidak tercecer akibat wadah yang sudah penuh. Sehingga dibutuhkan material handling yang dapat memindahkan bubuk teh berdasarkan aliran proses untuk setiap mutu, material handling yang cocok adalah adalah conveyor. Pemilihan conveyor untuk perpindahan bubuk teh didasarkan pada proses aliran material menjadi kontinu, conveyor tidak membutuhkan banyak tempat sehingga 3

dapat diaplikasikan di stasiun kerja sortasi yang memiliki luas terbatas, perawatan conveyor yang mudah, daya yang dibutuhkan oleh conveyor kecil sehingga dapat menghemat biaya, kecepatan aliran produk dapat diatur, dan pemindahan material dapat dilakukan secara otomatis (Permono; dkk., 2010). Tabel I.1 Kondisi Awal Perpindahan Material Antar Mesin Paramater Hasil dari mesin indian sortir Kapasitas mesin indian sortir Berat per wadah Jumlah wadah yang dipindahkan oleh operator ke mesin berikutnya Jumlah 4 mutu bubuk teh 100 kg/jam untuk setiap mutu 20 kg 20 wadah / jam Permasalahan lainya pada saat operator membawa bubuk teh ke penimbangan dan pencatatan, permasalahan yang terjadi pada proses penimbangan yaitu memungkinkan terjadi penumpukan antrian bubuk teh, dibutuhkan waktu untuk penimbangan dan pencatatan jumlah berat bubuk teh berdasarkan mutu, dan hanya ada 1 alat penimbangan. Pada Tabel I.2 menunjukan kondisi eksisting penimbangan dan pencatatan berdasarkan mutu dengan sistem penimbangan manual yang dilakukan oleh 1 operator, dan dibutuhkan waktu 40,53 menit per hari untuk menimbang dan mencatat teh berdasarkan mutu dengan rata-rata drum yang ditimbang adalah 160 drum per hari. Waktu penimbangan dan pencatatan tersebut menghambat untuk proses selanjutnya yaitu pengepakan karena pada proses pengepakan jumlah berat teh pada tea bin harus dipenuhi yaitu sebesar 2000 kg agar proses pengepakan teh dapat dilakukan. Tabel I.2 Proses Penimbangan dan Pencatatan Parameter Rata-rata waktu proses penimbangan dan pencatatan tiap mutu Rata-rata penimbangan per hari Jumlah alat penimbangan Waktu proses penimbangan dan pencatatan per hari Jumlah 15,2 detik/wadah 160 wadah 1 alat 40,53 menit 4

Permasalahan selanjutnya yaitu proses pencatatan masih dilakukan secara manual di buku catatan timbangan sortasi sehingga untuk mengontrol jumlah data produksi tidak bisa dilakukan analisis dengan cepat, serta sistem komunikasi jumlah data yang telah diproduksi ke level manajer produksi berjalan sangat lambat atau tidak bisa dikontrol secara langsung dan tidak realtime. Data merupakan informasi yang sangat penting karena jika sebuah perusahaan dapat menggunakan data untuk memperbaiki proses maka keuntungan perusahaan dapat meningkat dengan drastis (Wicaksono, 2012). Pada plant sortasi dibutuhkan pendokumentasian berupa data produksi teh hasil sortasi seperti jumlah berat per mutu. Sehingga pada stasiun sortasi dirancang database jumlah hasil sortasi tiap mutu. Pada Gambar I.3 memperlihatkan kerangka permasalahan tidak terkendalinya proses monitoring dan controlling. Penyebab yang pertama adalah perpindahan bubuk teh yang tidak kontinu antar mesin, dan proses pencatatan serta penimbangan yang masih dilakukan secara manual oleh operator sehingga menyebabkan kurang teliti dari hasil penimbangan dan pencatatan jumlah berat teh berdasarkan mutu sehingga komunikasi data plant ke tingkat manager akan lambat. Manusia Mesin Kelelahan dan lalai Pencatatan berat timbangan tidak teliti Spesifikasi material handling antar mesin Komunikasi ke level manajer lambat Proses Monitoring dan Controlling tidak terkendali Perpindahan bubuk teh tidak kontinu Pencatatan dan penimbangan secara manual Metode Gambar I.3 Fish Bone Monitoring dan Controlling tidak terkendali 5

Sehingga untuk proses produksi yang berjalan di PTPN VIII dapat menerapkan sistem otomasi atau sistem kontrol otomatis pada proses produksi teh hitam orthodoks dengan menerapkan sistem Supervisory Control And Data Acquisition (SCADA) pada proses penimbangan dan pencatatan bubuk teh untuk semua mutu, sistem SCADA merupakan sistem untuk melakukan pengawasan, pengendalian, dan akusisi data terhadap sebuah plant. Dengan menggunakan perangkat otomasi maka penimbangan dan pencatatan bubuk teh stasiun kerja proses sortasi dan grading dapat berjalan secara otomatis menggantikan sistem yang lama atau masih manual dan menghilangkan waktu proses untuk menimbang dan mencatat hasil produksi, serta pemantauan jalannya suatu proses dapat dilakukan melalui pemakaian SCADA, dengan sistem SCADA dapat dilakukan pemantauan dan pengendalian jarak jauh, data dapat diperoleh secara realtime, sehingga dapat dengan cepat memberi intruksi kepada operator jika produksi harus ditingkatkan agar dapat mencapai target. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka akan dirancang penelitian mengenai perancangan conveyor yang dapat memindahkan bubuk teh antara mesin. Perancangan conveyor dilakukan dengan menggunakan metode pengembangan produk rasional. Metode rasional merupakan metode yang sistematik dalam proses perencanaan produk, dengan menggunakan tahapan metode perancangan rasional, rancangan dapat sesuai dengan tujuan dan kebutuhan dari perancangan (Prakoso dan Tantowi, 2010). Serta berdasarkan permasalahan tersebut, maka dirancangan sistem SCADA pada stasiun kerja sortasi untuk melakukan pengawasan, pengendalian, dan akusisi data pada sebuah plant. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka didapat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang konsep conveyor antar mesin pada stasiun kerja sortasi? 2. Bagaimana merancang sistem SCADA yang dilengkapi pelaporan data secara otomatis dan berkala pada stasiun kerja sortasi? 6

Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Merancang konsep conveyor antar mesin pada stasiun kerja sortasi. 2. Merancang sistem SCADA yang dilengkapi pelaporan data secara otomatis dan berkala pada stasiun kerja sortasi. Batasan Penelitian Batasan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Perancangan sistem otomasi dan penendalian produksi hanya pada stasiun kerja sortasi dan grading. 2. Usulan perancangan sistem hanya sampai tahap simulasi dan tidak diimplementasikan sepenuhnya di pabrik teh. 3. Tidak melakukan tahapan analisis mutu teh. 4. Analisis biaya tidak dibahas dalam penelitian ini. 5. Penelitian ini hanya dilakukan untuk proses produksi teh mutu 1 (BOP, BOP F, PF, DUST, BP, BT). 6. Tidak melakukan perancangan tahap sistem. 7. Tidak melakukan analisis terhadap material Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Proses produksi pada stasium kerja proses sortasi dan grading menjadi sistem berbasis otomasi menggunakan PLC (Programmable Logic Controller) serta dapat terpantau dan terkendali dengan menggunakan HMI (Human Machine Interface). 2. Meminimasi waktu proses penimbangan dan pencatatan pada proses sortasi. 3. Memudahkan operator untuk memberikan laporan secara real time. 4. Memudahkan operator dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap plant. 5. Meminimasi adanya human error selama proses produksi. 6. Sebagai referensi bagi perusahaan dalam pembuatan conveyor. 7

Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V Bab VI Pendahuluan Bab ini berisi tentang uraian mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penelitian. Landasan Teori Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai teori-teori dasar yang mendukung pemikiran dan perancangan otomasi pada stasiun kerja sortasi dan grading teh PTPN VIII Rancabali. Metode Penelitian Bab ini berisi tentang langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi dalam penelitian ini serta sistematika pemecahan masalah yang merupakan tahapan dari penyelesaian masalah. Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini ditampilkan dan dijelaskan mengenai data umum perusahaan dan data pendukung yang dikumpulkan melalui berbagai proses seperti observasi langsung dan data dari PTPN VIII. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah menggunakan tahapan pengolahan sesuai dengan yang telah dijabarkan pada Bab III. Analisis Bab ini berisi tentang analisis analisis mengenai perancangan usulan desain conveyor dan sistem SCADA pada stasiun kerja sortasi. Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil perancangan konsep conveyor dengan menggunakan tahapan Nigel Cross dan perancangan sistem SCADA. Serta dibuat saran sebagai rekomendasi untuk penelitian selanjutnya 8