BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia industri manufaktur pada masa kini menuntut perusahaan untuk memiliki daya saing tinggi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas produk yang dihasilkannya, sehingga segala jenis kegiatan proses produksi yang sebelumnya menggunakan manusia (manual) telah menjadi otomatis dengan menggunakan teknologi otomasi (Astian, 2015). PT. Karyamitra Budisentosa merupakan sebuah perusahaan eksportir yang berlokasi di Pasuruan, Jawa Timur dan bergerak di bidang manufaktur sandang, dengan memproduksi sepatu berbahan dasar kulit (Kemenperin, 2016). Dalam rangka pemenuhan kebutuhan ekspor sepatu kulit, dibutuhkan produk dengan kualitas yang dapat bersaing dengan produk negara lain (PT.Karyamitra Budisentosa, 2016). Kualitas sendiri adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang tampak ataupun samar (Render dan Herizer, 2009). Pada proses manufaktur yang berlangsung di PT.Karyamitra Budisentosa, samak kulit sebagai bahan baku mayor menjadi salah satu komponen utama yang menentukan kualitas sepatu sebagai produk akhir perusahaan. Tingginya tingkat korelasi antara kualitas produk akhir dengan kualitas samak kulit sebagai bahan utama dikuatkan dengan eksistensi Quality Control of Incoming Leather (QCIL) Department pada PT. Karyamitra Budisentosa (PT.Karyamitra Budisentosa, 2016). Dari hasil pengamatan langsung oleh peneliti di lapangan, diketahui bahwa proses inspeksi oleh Departemen QCIL dilakukan secara manual oleh 18 orang operator yang terbagi rata pada sembilan workstation inspeksi. Proses inspeksi juga melibatkan kegiatan administratif, dimana operator melakukan pencatatan/ dokumentasi mengenai informasi dari setiap kulit yang telah diperiksa. Informasi yang dicatat diantaranya adalah informasi mengenai jenis cacat yang muncul pada 1

2 kulit, beserta hasil akhir proses inspeksi yaitu kategori kualitas kulit berdasarkan perbandingan persentase luas area kulit yang cacat dengan yang tidak pada setiap lembarnya. Gambar I.1 memperlihatkan proses inspeksi kulit di Departemen QCIL yang masih dilakukan secara manual. Gambar I.1 Proses Inspeksi Kulit Existing Hasil dari proses inspeksi adalah klasifikasi kualitas kulit dengan standar yang didokumentasikan oleh perusahaan, permukaan samak kulit dibagi menjadi tiga kategori kualitas, yang dinilai berdasarkan persentase permukaan kulit yang tidak cacat (memiliki cutting value). Tabel I.1 menunjukkan ketiga kategori kualitas permukaan kulit tersebut. Tabel I.1 Klasifikasi Kualitas Permukaan Kulit (PT. Karyamitra Budisentosa, 2016) Kategori Kualitas Kulit A = B C TR Persentase Area Potong (Cutting Value) > 90% > 65% > 40% Ketiga kategori yang telah dideskripsikan diatas merupakan persentase area permukaan kulit tanpa cacat yang kemudian didistribusikan kepada Cutting Department sesuai dengan kualitasnya. Menurut standar Departemen (QCIL) 2

3 Waktu (detik) PT.Karyamitra Budisentosa, kriteria atau jenis cacat permukaan tersebut dibagi menjadi delapan jenis cacat yang diperoleh dan dianalisa dari hasil pendekatan langsung dengan operator inspeksi dan pihak lain yang terkait dengan kualitas samak kulit. Kedelapan kriteria cacat pada penelitian ini merupakan cacat visual yang dapat dideteksi secara manual, tidak termasuk cacat yang ada di dalam serat kulit dan tidak terlihat pada permukaan. Kedelapan jenis cacat tersebut adalah jenis cacat pada kulit yang biasa disebabkan faktor lingkungan pertumbuhan ternak penghasil kulit, dengan jenis cacat tersebut adalah cacat pori, cacat gembos (loose), cacat kutu, cacat urat, cacat mata ikan, cacat galar, cacat mill besar dan cacat kerut. Aadpun rangkaian proses inspeksi pada Departemen QCIL memerlukan waktu selama rata-rata 240 detik untuk melakukan inspeksi pada satu lembar kulit dengan luas rata-rata per lembar sebesar 10 squarefeet. Proses inspeksi secara manual melibatkan aktivitas-aktivitas yang dijabarkan pada Gambar I Pengambilan kulit Grafik Waktu Proses Inspeksi Manual Deteksi / Identifikasi Klasifikasi Pencatatan Pemindahan kulit hasil inspeksi Waktu (detik) Gambar I.2 Waktu Proses Inspeksi Dari Gambar I.2 dapat dilihat bahwa aktivitas deteksi/ identifikasi kulit memerlukan waktu 180 detik, memiliki selisih 165 detik dari rata-rata waktu aktivitas yang lain. Deteksi/ identifikasi kulit tersebut adalah kegiatan yang dilakukan oleh operator inspeksi untuk mencari dan menemukan proporsi dan jumlah cacat yang ada pada permukaan kulit. Tingginya waktu yang diperlukan untuk melakukan aktivitas deteksi/ identifikasi tersebut menjadi perhatian 3

4 Jumlah Kulit (Lembar) dikarenakan proses inspeksi yang ada dilakukan secara menyeluruh terhadap setiap lembar kulit yang diterima, dengan jumlah lembar kulit yang diperiksa setiap bulannya adalah sebanyak lembar kulit (Departemen QCIL, 2016). Data pemeriksaan kulit Departemen QCIL bulan Januari 2016 yang diperoleh dan digunakan pada penelitian ini memperlihatkan bahwa sebanyak lembar dari berbagai jenis kulit diterima untuk diinspeksi, sebagaimana dirangkum dan diperlihatkan pada Gambar I KEDATANGAN KULIT JANUARI 2016 NAPPA FULL GRAIN 0 JUMLAH KULIT (LEMBAR) NAPPA FULL GRAIN 5438 SUEDE PATENT 5439 SUEDE PATENT Gambar I.3 Jumlah Kedatangan Kulit Pada Bulan Januari 2016 (PT. Karyamitra Budisentosa, 2016) Gambar I.3 menunjukkan bahwa kulit dengan jenis Nappa sebagai varian jenis kulit terbanyak (29917 lembar atau 55% dari total kulit yang diterima) yang kemudian dijadikan sebagai objek pada penelitian ini. Berdasarkan data yang disebutkan diatas, banyaknya jumlah kulit yang perlu diinspeksi secara menyeluruh dengan dimensi cacat yang relatif kecil dan beragam, menjadi beban kerja yang cukup berat bagi 18 orang operator inspeksi pada Departemen QCIL. Dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan di Departemen QCIL, keseluruhan aktivitas dalam proses inspeksi termasuk kegiatan administratif yang ada, masih menggunakan cara manual, sehinggga menyebabkan kelelahan dan kejenuhan karena pengujian dilakukan secara berulang. 4

5 Kategori Kualitas Kulit Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya data ketidaksesuaian (data leak out) hasil inspeksi bulan Januari 2015 pada inspeksi kulit dengan jenis Nappa sebagaimana telah disebutkan jenis tersebut menjadi objek dalam penelitian ini. Data ketidaksesuaian tersebut merepresentasikan jumlah leak out hasil inspeksi Departemen QCIL yang dilaporkan oleh Departemen Cutting. Data leak out inspeksi kulit dengan jenis Nappa pada penelitian ini diperoleh dari Departemen QCIL dan diperlihatkan pada Gambar I.4. DATA Leak Out Kulit Nappa Januari 2016 A = B C TR TR1 C A = B Tidak Sesuai (Lembar) Sesuai (Lembar) Gambar I.4 Data Ketidaksesuaian (leak out) Hasil Inspeksi Januari 2016 (PT. Karyamitra Budisentosa, 2016) Dari total lembar kulit yang diinspeksi, sebanyak lembar kulit perlu dikembalikan oleh Cutting Department untuk inspeksi lebih lanjut dikarenakan ketidaksesuaian pada penentuan kualitas kulit. Kesesuaian dalam penentuan kualitas kulit diperlukan karena Cutting Department dibagi menjadi divisi-divisi dengan alat dan artikel pemotongan yang dikelompokkan berdasarkan area potong minimal pada kulit untuk kemudian dapat memenuhi bagian-bagian pada sepatu yang akan di-assembly pada departemen berikutnya. Tingkat leak out yang terjadi pada Departemen QCIL di bulan Januari 2016 bukan merupakan suatu kebetulan, pernyataan tersebut diperkuat dari data yang diperoleh pada bulan Juli 2015, dengan kondisi lingkungan kerja yang sama, jumlah, dan identitas operator yang sama sebagaimana yang terjadi pada bulan 5

6 Kategori Kualitas Kulit Januari Total kedatangan samak kulit pada bulan Juli 2015 sebanyak lembar, yang komposisinya juga didominasi oleh kulit jenis Nappa sebesar 45% atau sebanyak lembar kulit, memberikan nilai tingkat leak out inspeksi pada kulit jenis Nappa yang relatif tinggi, sebagaimana yang terjadi di bulan Januari Data leak out pada bulan Juli 2015 diperlihatkan pada Gambar I.5. DATA Leak Out Kulit Nappa Juli 2015 A = B C TR TR1 C A = B Tidak Sesuai (Lembar) Sesuai (Lembar) Gambar I.5 Data Ketidaksesuaian (leak out) Hasil Inspeksi Juli 2015 (PT. Karyamitra Budisentosa, 2016) Dari total lembar kulit yang diinspeksi, sebanyak 9092 lembar samak kulit atau sekitar 38% dari total inspeksi dikembalikan oleh Cutting Department. Dari dua data leak out yang disajikan diatas pada bulan Januari 2016 dan bulan Juli 2015, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat akurasi pada Departemen QCIL masih dibawah 40%. Selain kedua data tersebut, kesimpulan tersebut diperkuat oleh pernyataan lisan yang diperoleh dari staf administratif pada Departemen QCIL. Munculnya permasalahan ketidaksesuaian hasil inspeksi disebabkan oleh karena proses deteksi/ identifikasi cacat pada permukaan kulit yang dilakukan secara manual dan penentuan kelas kualitas yang masih bersifat subjektif, yang rentan akan faktor human error. Banyak cacat pada permukaan kulit yang yang tidak terdeteksi oleh operator, sehingga mempengaruhi tingginya tingkat error pada 6

7 penentuan kualitas akhir samak kulit. Diketahui jumlah jenis cacat dominan pada kulit yang dikembalikan oleh Cutting Department pada bulan Januari 2016 karena tidak sesuai diperlihatkan pada Gambar I.6 dengan persentase terbesar adalah cacat kutu yaitu 60%. CACAT DOMINAN Pori Gembos Urat Kutu Kerut Galar Mill Besar 60% 8% 3% 2% 9% 5% 6% Mata Ikan 7% Gambar I.6 Persentase Jumlah Jenis Cacat (PT. Karyamitra Budisentosa, 2016) Berangkat dari data yang menunjukkan bahwa tingginya jumlah cacat jenis kutu peneliti melakukan pencarian informasi lebih lanjut dengan melakukan pendekatan wawancara secara langsung kepada operator inspeksi PT. Karyamitra Budisentosa. Dalam pengumpulan informasi mengenai deteksi cacat berdasarkan tingkat kesulitannya, digunakan tiga jenis cacat kulit dengan persentase terbanyak yang diambil dari data leak out inspeksi di bulan Januari 2016 yaitu cacat kulit dengan jenis kutu (60%), cacat kerut (8%), dan cacat mata ikan (9%) dengan hasil wawancara yang diperlihatkan pada Gambar I.7 dimana 17 dari 18 operator inspeksi menyebutkan bahwa cacat kutu merupakan cacat dengan tingkat kesulitan deteksi tertinggi, dibandingkan dengan cacat dengan persentase tertinggi lainnya yaitu cacat pori dan cacat kutu. 7

8 Jumlah Operator Cacat kutu menjadi cacat dengan tingkat kesulitan deteksi tertinggi dikarenakan rendahnya kontras atau ciri titik cacat dibandingkan dengan latar belakang kulit dengan permukaan normal, serta dimensi cacatnya yang relatif kecil sehingga berdampak pula terhadap tingginya tingkat ketidaksesuaian hasil inspeksi Tingkat Kesulitan Deteksi Cacat 0 SUSAH SEDANG MUDAH KUTU PORI MATA IKAN Gambar I.7 Tingkat Kesulitan Deteksi Berdasarkan Jenis Cacat (PT. Karyamitra Budisentosa, 2016) Dari Gambar I.7 dapat ditarik kesimpulan bahwa cacat kutu memiliki tingkat kesulitan tertinggi dalam proses deteksi cacat permukaan berdasarkan pendapat operator inspeksi yang diperoleh di lapangan. Seperti halnya proses inspeksi visual pada produk-produk lain dengan dimensi kecacatan yang relatif kecil, menurut Kwak, dkk (2001), banyak kelemahan ditemukan dalam sistem inspeksi manual, seperti waktu yang lama, upah pekerja yang besar dan faktor human error dengan kecenderungan peningkatan frekuensi kelalaian dikarenakan fatigue yang berpengaruh terhadap kualitas produk akhir keseluruhan dan juga memperlambat proses produksi secara keseluruhan. Mengacu pada rencana PT. Karyamitra Budisentosa untuk menjaga konsistensi kualitas pada pernyataan yang dikemukakan diatas, serta kelemahan-kelemahan yang ada pada proses inspeksi, PT. Karyamitra Budisentosa perlu melakukan penyesuaian dalam rangka menjaga kualitas produk dan memperkuat daya saing 8

9 dengan perusahaan-perusahaan lain yang sejenis, khususnya dengan perusahaan negara maju yang relatif unggul dalam bidang manufaktur. Pemanfaatan teknik pengolahan citra dapat diimplementasikan untuk membantu PT. Karyamitra Budisentosa dalam melakukan kontrol kualitas pada samak kulit. Menurut Wise dkk (1990) dalam Ikrar (2004) pemanfaatan citra dalam ilmu pengetahuan telah berlangsung sejak lama dan terus berkembang sampai saat ini. Sejumlah besar data yang menggambarkan sebuah objek dan komplek dapat direpresentasikan hanya dengan visualisasi data tersebut sebagai sebuah citra. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk membantu proses inspeksi cacat pada kulit seperti contohnya pada penelitian yang dilakukan oleh Krastev dan Georgieva (2005) dengan Kwak dan Ventura (2000) yang menggunakan Computer Vision System dengan menggunakan Artificial Neural Network yang berperan sebagai Artificial Intelligence untuk mesin pembelajaran pada proses otomatisasi identifikasi cacat permukaan kulit, dimana pada penerapannya pendekatan dengan menggunakan mesin berbasis citra atau kamera digital dilakukan dalam rangka mendapatkan atau mengekstrasi cacat yang ada pada kulit. Penggunaan Artificial Neural Network pada inspeksi visual telah lama dan berhasil dilakukan sebagaimana yang dikemukakan oleh Xie (2008), dikarenakan kemampuannya untuk melakukan pembelajaran relasi kompleks non-linier antara input dan output. Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan, rata-rata tingkat akurasi deteksi dan klasifikasi cacat pada objek dengan menggunakan pendekatan supervised classification tingkat akurasi dapat mencapai nilai diatas 90%. Menurut Bhandari dan Deshpande (2008) kebutuhan akan kontrol kualitas dan pengujian performa merupakan bagian penting dalam prosedur produksi. Hal ini menunjukkan bahwa apabila penerapan otomatisasi inspeksi berbasis Computer Vision System di PT. Karyamitra Budisentosa diimplementasikan dengan tepat, PT. Karyamitra Budisentosa dapat meningkatkan produktifitas, dapat mengurangi jumlah tenaga kerja, dan meminimalisir defect yang diakibat oleh human error 9

10 sebagaimana kelebihan-kelebihan tersebut dikemukakan oleh Fauscette (2003) yang telah melakukan penelitian yang serupa pada perusahaan manufaktur lain. Dengan tingginya kebutuhan akan produk berkualitas tinggi dan semakin ketatnya persaingan antar industri serupa seiring perkembangan zaman dan teknologi, penelitian ini difokuskan terhadap masalah yang diangkat pada Departemen QCIL sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap kualitas bahan baku utama produk. Didukung oleh penelitian-penelitian terdahulu, penelitian ini akan menerapkan otomatisasi deteksi cacat pada permukaan kulit berbasis computer vision system dengan menggunakan Artificial Neural Network sebagai implementasi Artificial Intelligence yang dapat memberikan respon adaptif terhadap samak kulit yang menjadi objek dalam penelitian ini. Identifikasi Masalah Perumusan masalah yang akan diangkat sebagai bahan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana merancang Computer Vision System untuk deteksi cacat permukaan kulit visual pada permukaan samak kulit dengan menggunakan algoritma Artificial Neural Network? 2. Bagaimana merancang otomatisasi proses inspeksi terintegrasi yang dapat berfungsi sebagaimana alur proses inspeksi manual? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat di tentukan tujuan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Membuat rancangan Computer Vision System untuk deteksi cacat permukaan kulit visual pada permukaan sakmak kulit dengan menggunakan algoritma Artificial Neural Network. 2. Merancang sistem otomatisasi proses inspeksi terintegrasi yang dapat berfungsi sebagaimana alur proses inspeksi manual. Batasan Masalah Guna menjaga tidak meluasnya pembahasan dalam penelitian ini, maka ditentukan beberapa batasan yaitu: 10

11 1. Desain sistem merupakan miniatur dari sistem industri existing pada proses yang sama. 2. Cacat yang diidentifikasi adalah cacat dengan kategori cacat kutu. 3. Pembuatan komunikasi antara PLC dengan Matlab. 4. Dimensi lembar kulit yang digunakan pada rancangan sistem ini sebesar 13x17 cm Jenis kulit yang digunakan pada penelitian ini. 6. Tidak membahas megenai layout tata letak mesin-mesin. 7. Tidak membahas spesifikasi hardware untuk diterapkan pada industri. 8. Tidak membahas kelayakan penerapan sistem rancangan pada industri. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian ini meliputi: 1. Mereduksi beban kerja dan meminimalisir kerugian perusahaan akibat produksi bahan cacat yang disebabkan faktor human error. 2. Menciptakan sistem pengawasan dengan ketelitian yang relatif tinggi berbasis SCADA. 3. Mereduksi jumlah kebutuhan industri terhadap operator inspeksi, sehingga dapat dialokasikan untuk stasiun kerja lain yang diperlukan. 4. Mereduksi waktu proses. Sistematika Penulisan Penelitian ini diuraikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi uraian mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini berisi literatur yang relevan dengan permasalahan yang diteliti dan dibahas pula hasil-hasil penelitian terdahulu. Studi literatur tentang teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem otomatisasi deteksi cacat pada samak kulit yang terdiri Programmable Logic Controller, Monitoring Interface sebagai 11

12 Bab III Bab IV Bab V bagian dari Human Machine Interface, Artificial Neural Network dan pengolahan citra dengan menggunakan MATLAB. Metode Penelitian Pada bab ini dijelaskan langkah-langkah penelitian secara rinci meliputi tahap merumuskan masalah penelitian, merumuskan hipotesis, dan mengembangkan model penelitian, mengidentifikasi dan melakukan operasionalisasi variabel penelitian, menyusun kuesioner penelitian, merancang pengumpulan dan pengolahan data, melakukan uji instrumen dan merancang analisis pengolahan data Pengumpulan dan Pengolahan Data Bab ini berisi tentang data-data yang diperlukan untuk merancang deteksi cacat pada permukaan kulit menggunakan tahapan yang diperlukan dalam MATLAB serta penerapan Artificial Neural Network yang berperang sebagai kecerdasan buatan pada proses deteksi, data yang diperlukan untuk merancang program pada Programmable Logic Controller, dan Monitoring Interface yang merupakan bagian dari Human Machine Interface (HMI). Selanjutnya data-data tersebut akan digunakan untuk merancang miniplant untuk kemudian dijadikan sebagai media simulasi dari program yang dirancang yaitu merancang konfigurasi dan sistem yang digunakan pada perancangan otomatisasi deteksi cacat pada kualitas samak kulit di PT. Karyamitra Budisentosa. Analisis Sistem Hasil Rancangan Bab ini berisi mengenai analisis dari hasil penelitian yang dilakukan yaitu perancangan otomatisasi deteksi cacat pada samak kulit. Pada bab ini masing-masing menjelaskan analisis hasil dari rancangan otomatisasi deteksi cacat pada samak kulit meliputi analisis hardware yang digunakan, pemrograman Programmable Logic Controller sebagai skenario dari proses inspeksi terotomatisasi, Monitoring Interface, Graphical User Interface deteksi cacat pada samak kulit dan analisis hasil deteksi cacat pada samak kulit berbasis computer vision dengan menerapkan Artificial Neural Network. 12

13 Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dari perancangan otomatisasi deteksi cacat pada kulit dengan menerapkan Artificial Neural Network di PT. Karyamitra Budisentosa serta rekomendasi saran yang berhubungan dengan rancangan otomatisasi yang telah dibuat. 13

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan dunia industri manufaktur zaman sekarang yang berkembang dengan pesat menuntut perusahaan untuk memiliki daya saing tinggi, baik dari segi kualitas maupun

Lebih terperinci

INSPEKSI VISUAL PADA SAMAK KULIT DENGAN MENERAPKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DI PT. KARYAMITRA BUDISENTOSA

INSPEKSI VISUAL PADA SAMAK KULIT DENGAN MENERAPKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DI PT. KARYAMITRA BUDISENTOSA INSPEKSI VISUAL PADA SAMAK KULIT DENGAN MENERAPKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK DI PT. KARYAMITRA BUDISENTOSA IMPLEMENTING ARTIFICIAL NEURAL NETWORK ON LEATHER VISUAL INSPECTION AT PT. KARYAMITRA BUDISENTOSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan industri manufaktur menuntut perusahaan untuk untuk memiliki daya saing tinggi, baik itu skala nasional maupun internasional. Kegiatan ekspor dan impor

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM OTOMATISASI KLASIFIKASI KUALITAS KULIT BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY LOGIC TERINTEGRASI DENGAN PLC S DI

PERANCANGAN SISTEM OTOMATISASI KLASIFIKASI KUALITAS KULIT BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY LOGIC TERINTEGRASI DENGAN PLC S DI PERANCANGAN SISTEM OTOMATISASI KLASIFIKASI KUALITAS KULIT BERBASIS CITRA MENGGUNAKAN ALGORITMA FUZZY LOGIC TERINTEGRASI DENGAN PLC S7 1200 DI PT. KARYAMITRA BUDISENTOSA Dodik Pradana 1, Rino Andias Anugraha

Lebih terperinci

Nilai Impor (US$)

Nilai Impor (US$) Bab I Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan dunia industri manufaktur jaman sekarang berkembang pesat yang membuat dituntut untuk memiliki daya saing yang baik dari sisi kualitas dan kuantitas produk

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Tingkat Penjualan dan Harga Teh Ke Luar Negeri (BPS, 2011)

Gambar I. 1 Tingkat Penjualan dan Harga Teh Ke Luar Negeri (BPS, 2011) BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi sekarang ini semakin pesat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak bermunculan peralatan-peralatan canggih dan modern. Peralatanperalatan kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri keramik yang terdiri dari ubin (tile), saniter, perangkat rumah tangga (tableware), genteng telah memberikan kontribusi signifikan dalam mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri manufaktur zaman sekarang telah berkembang pesat yang membuat perusahaan di tuntut untuk memiliki daya saing yang baik dari sisi kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pencampuran sering ditemui, dalam proses produksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Proses pencampuran sering ditemui, dalam proses produksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pencampuran sering ditemui, dalam proses produksi. Proses penacampuran bertujuan untuk menggabungkan bahan menjadi suatu campuran yang menyebar secara sempurna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kreasi baru, yang memiliki makna baru. dilakukan dengan mudah, yaitu dengan memilih objek (sasaran) pada sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kreasi baru, yang memiliki makna baru. dilakukan dengan mudah, yaitu dengan memilih objek (sasaran) pada sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkarya terutama pada bidang gambar manusia sering kali mengambil beberapa gambar untuk dijadikan sebuah kreasi baru. Gambar yang ada diambil (digunting)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal diciptakannya, komputer difungsikan sebagai alat hitung atau mengolah data yang ada untuk menghasilkan informasi dalam pengambilan keputusan. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. satu bentuk pengendalian terhadap suatu plant. Sistem ini banyak digunakan dalam

BAB I. PENDAHULUAN. satu bentuk pengendalian terhadap suatu plant. Sistem ini banyak digunakan dalam BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya permintaan pasar di dunia manufaktur, perusahaan di tuntut untuk dapat memenuhi keinginan pasar dengan menggunakan proses produksi yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kegiatan inspeksi menjadi hal penting dalam sebuah produksi. Karena kegiatan

I. PENDAHULUAN. Kegiatan inspeksi menjadi hal penting dalam sebuah produksi. Karena kegiatan 1111 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan inspeksi menjadi hal penting dalam sebuah produksi. Karena kegiatan inspeksi ini yang nantinya menyimpulkan nilai kualitas suatu produk baik atau tidak (masuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang semakin maju ini, teknologi telah memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehari-hari, sehingga kemajuannya sangat dinantikan dan dinikmati para

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan Latar Belakang Perkembangan sektor industri yang semakin maju, serta semakin ketatnya persaingan di dunia industri maka perusahaan dituntut untuk menerapkan sistem yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem monitoring dan kontrol merupakan salah satu bentuk pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. Sistem monitoring dan kontrol merupakan salah satu bentuk pengendalian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem monitoring dan kontrol merupakan salah satu bentuk pengendalian terhadap suatu plant. Sistem ini banyak digunkan dalam penerapannya pada sektor dunia industri.

Lebih terperinci

Gambar I. 1 Asian Market for Building Automation Equipment

Gambar I. 1 Asian Market for Building Automation Equipment Bab I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini perkembangan teknologi terus berkembang dengan pesat, salah satunya yaitu perkembangan otomasi. Perkembangan otomasi ini ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri, bahwa perkembangan dunia elektronika pada saat ini berkembang dengan sangat cepat. Hampir semua peralatan rumah tangga maupun peralatan di industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan syaraf tiruan merupakan bidang ilmu yang banyak digunakan dalam melakukan pengenalan pola suatu obyek. Banyak obyek yang dapat digunakan untuk pengenalan pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, laju perkembangan teknologi semakin hari semakin bertambah maju, dengan mengedepankan digitalisasi suatu perangkat, maka akan berdampak pada kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Bagian pendahuluan ini berisi ide yang mendasari perancangan Replikator Database dengan Algoritma ORDER (On-demand Real-Time Decentralized Replication) yang meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Citra digital saat ini sudah menjadi kebutuhan banyak orang untuk berbagai macam keperluan. Hal ini dilihat dari betapa pentingnya peranan citra digital di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan tugas akhir.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan tugas akhir. BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan, pembatasan masalah, serta sistematika penulisan tugas akhir. I.1. Latar Belakang Dalam memenuhi permintaan pasar

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 PENGENALAN KARAKTER ANGKA DARI SEGMENTASI CITRA PLAT NOMOR KENDARAAN DENGAN METODE SOMs Winda Marlia

Lebih terperinci

(Adaptive Neuro- akurasi 58,33% untuk 9 kelas output

(Adaptive Neuro- akurasi 58,33% untuk 9 kelas output BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tulisan tangan merupakan hasil dari pikiran bawah sadar manusia yang menggambarkan atau mencerminkan karakter kepribadian manusia. Ilmu yang mempelajari tentang tulisan

Lebih terperinci

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS. Skripsi

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS. Skripsi PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE DIAGONAL PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS Skripsi Di susun oleh : M. RIDHO MAJIDI (0934010056) PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVESITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, lahan parkir menjadi kebutuhan utama pengguna kendaraan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, lahan parkir menjadi kebutuhan utama pengguna kendaraan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, lahan parkir menjadi kebutuhan utama pengguna kendaraan, terutama di kota-kota besar. Pada tempat-tempat yang ramai dikunjungi, untuk memudahkan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Programmable Logic Controller (PLC) dalam dunia industri

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Programmable Logic Controller (PLC) dalam dunia industri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan Programmable Logic Controller (PLC) dalam dunia industri adalah sangat umum dewasa ini. Hampir semua industri yang memerlukan pengendalian otomatis,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang, dari setiap golongan, selalu mendambakan tubuh yang sehat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang, dari setiap golongan, selalu mendambakan tubuh yang sehat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang, dari setiap golongan, selalu mendambakan tubuh yang sehat. Permasalahan kesehatan adalah hal yang esensial bagi setiap orang, karena merupakan modal utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sistem informasi pada saat ini berkembang pesat dan merambah ke berbagai sisi kehidupan manusia. Perkembangan yang demikian tersebut didukung oleh tersedianya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. citra keluaran dengan informasi yang siap digunakan. meningkatkan efisiensi dan akurasi, serta meminimalisasi kesalahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. citra keluaran dengan informasi yang siap digunakan. meningkatkan efisiensi dan akurasi, serta meminimalisasi kesalahan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi pada bidang kedokteran cukup pesat. Dalam bidang pencitraan biologis, penggunaan kardiologi dan mammografi telah diaplikasikan secara luas di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC merupakan salah satu jenis aktuator yang cukup banyak digunakan dalam bidang industri. Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada dunia industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat seiring dengan kebutuhan manusia akan teknologi tersebut yang semakin meningkat dalam rangka membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi adalah robot. Robot merupakan salah satu alat bantu yang dalam kondisi

BAB I PENDAHULUAN. produksi adalah robot. Robot merupakan salah satu alat bantu yang dalam kondisi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya dunia industri dewasa ini menuntut adanya perkembangan khususnya dalam hal peningkatan efisiensi produksi. Kecepatan, ketepatan, kepersisian,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai cabang ilmunya telah membantu manusia menyelesaikan pekerjaan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai cabang ilmunya telah membantu manusia menyelesaikan pekerjaan dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu kecerdasan buatan saat ini sudah berkembang pesat. Berbagai cabang ilmunya telah membantu manusia menyelesaikan pekerjaan dengan lebih baik, cepat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLC (Programmable Logic Controller) suatu alat kendali yang berbasis

BAB I PENDAHULUAN. PLC (Programmable Logic Controller) suatu alat kendali yang berbasis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motor listrik adalah pilihan utama sebagai mesin penggerak dalam industri saat ini. Dari beberapa macam mesin listrik, motor induksi 3 fasa adalah salah satu yang banyak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dalam otomasi industri ini dibutuhkan adanya sistem pengawasan kendali untuk. serta manajemen informasi yang cepat dan akurat.

PENDAHULUAN. Dalam otomasi industri ini dibutuhkan adanya sistem pengawasan kendali untuk. serta manajemen informasi yang cepat dan akurat. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia industri saat ini, teknologi yang digunakan sudah beralih dari yang sebelumnya manual dan membutuhkan banyak tenaga kerja menjadi serba otomatis. Otomasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks,

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Sistem penglihatan manusia merupakan suatu system yang sangat kompleks, tetapi sangat dapat diandalkan. Sistem ini memberikan sarana pengenalan obyek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota di Indonesia saat ini semakin maju, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota di Indonesia saat ini semakin maju, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota di Indonesia saat ini semakin maju, seperti pembangunan pusat-pusat perbelanjaan modern yang sering kita sebut Mal terus menjamur di mana-mana, penambahan

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING

PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING PERANCANGAN SISTEM PENDETEKSI ALAT PELINDUNG DIRI MENGGUNAKAN TEKNOLOGI IMAGE PROCESSING 1 Rucitra Danny Anindita dan Arief Rahman Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang industri terdapat tiga bagian proses yang berperan sangat penting yaitu : 1) Proses manufaktur, 2) Proses produksi, dan 3) Proses pemantauan produksi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala peralatan elektronik. Akan tetapi, energi-energi tersebut berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala peralatan elektronik. Akan tetapi, energi-energi tersebut berbeda dengan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari - hari manusia menjalankan segala aktifitas yang padat, baik aktifitas yang berat maupun yang ringan. Sudah tentu akan memerlukan energi untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plat nomor kendaraan bermotor merupakan ciri atau tanda pengenal suatu kendaraan yang diberikan oleh kepolisian. Setiap plat nomor kendaraan memiliki kombinasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang sangat populer saat ini. Dengan ilmu pengetahuan ini, teknologi di dunia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biometrik adalah salah satu teknologi cangih yang banyak dipakai untuk menjadi bagian dari system keamanan di berbagai bidang. Biometrik ini bahkan sudah digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. atau kualitas. Dalam dunia industri, kualitas barang yang dihasilkan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semakin kompetitif ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan persaingan akan memberikan perhatian penuh pada mutu atau kualitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi merupakan kegiatan utama yang dilakukan dalam dunia industri. Proses produksi tidak terlepas dari pengendalian kualitas produk. Menurut Vincent Gasperz

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para ilmuwan tidak henti-hentinya berusaha untuk menemukan dan merancang alat yang dapat digunakan untuk dapat menyumbangkan kreatifitas, daya fikir serta usaha semaksimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan industri yang memiliki persaingan yang sangat ketat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi keinginan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kulit (leather) merupakan salah satu sektor industri yang mengalami pertumbuhan cukup tinggi. Pada data Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prinsip teknologi dikembangkan adalah untuk membuat alat atau sarana yang dapat membantu dan memberi kemudahan bagi manusia untuk melakukan kegiatan dalam hidup. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kesalahan dalam proses tersebut, karena tidak didasari oleh suatu acuan tertulis

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kesalahan dalam proses tersebut, karena tidak didasari oleh suatu acuan tertulis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bisnis Leasing, pemilihan keputusan penyetujuan suatu aplikasi merupakan hal mutlak dan bersifat sangat sensitif. Pada Umumnya, memang penyetujuan pengajuan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan perusahaan terhadap suatu teknologi yang mampu menangani masalah teknis operasional berskala besar dan secara otomatis mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan teknologi yang amat pesat, menuntut pula adanya otomatisasi dan efisiensi dalam memperoleh informasi. Hal ini didukung pula oleh perkembangan mobile

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penerapannya yang semakin luas pada alat-alat elektronik dari segi audio dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan penerapannya yang semakin luas pada alat-alat elektronik dari segi audio dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada waktu sekarang ini teknologi mikroprosesor terus berkembang sejalan dengan penerapannya yang semakin luas pada alat-alat elektronik dari segi audio dan video juga

Lebih terperinci

7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL

7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL 7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL 7.1 Persyaratan Implementasi Model Model Proses Penerimaan Pesanan ini dirancang untuk mencapai empat tujuan, yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi informasi pesanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Analisa Kebutuhan SCADA merupakan sebuah sistem yang mengumpulkan informasi atau data-data dari lapangan dan kemudian mengirimkan-nya ke sebuah komputer pusat yang akan mengatur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di bidang pendidikan, keamanan, perkantoran, bahkan pada bidan g

BAB 1 PENDAHULUAN. di bidang pendidikan, keamanan, perkantoran, bahkan pada bidan g BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarangini dunia berada di era digital. Era dimana hampir setiap aspek dalamkehidupan manusia sangat berhubungan erat dengan teknologi komputasi baik di bidang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada ilmu elektronika, komputer baik dari hardware dan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya pada ilmu elektronika, komputer baik dari hardware dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern ini, Ilmu teknologi semakin berkembang pesat khususnya pada ilmu elektronika, komputer baik dari hardware dan software yang selalu upgrade dan up

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGISI DAN PENUTUP BOTOL OTOMATIS BERBASIS SISTEM SCADA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGISI DAN PENUTUP BOTOL OTOMATIS BERBASIS SISTEM SCADA PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN PENGISI DAN PENUTUP BOTOL OTOMATIS BERBASIS SISTEM SCADA Nama : Agus Santoso NPM : 20411379 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri

Lebih terperinci

KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR DI PABRIK UREA

KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR DI PABRIK UREA BAB VIII KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR DI PABRIK UREA VIII.1 Pendahuluan Pada bab sebelumnya telah dibuat dan diuraikan pembahasan sebuah model sistem pakar panduan troubleshooting

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan fasilitas didefinisikan sebagai rencana awal atau penataan fasilitas-fasilitas fisik seperti peralatan, tanah, bangunan, dan perlengkapan untuk mengoptimasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu arah perubahan yang lebih baik dan memudahkan dalam manusia

BAB I PENDAHULUAN. suatu arah perubahan yang lebih baik dan memudahkan dalam manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi yang semakin maju dan terus berkembang membawa kepada suatu perubahan dan tuntutan dalam segala hal, yang tentunya membawa kepada suatu arah perubahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini sangatlah pesat. Berbagai ragam jenis informasi dapat diakses dari berbagai jenis media. Image digital merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan mobile device sekarang ini semakin pesat. Fungsi utama dari mobile device adalah bisa dibawa kemana saja, digunakan dimana saja dan kapan saja. Dari sekian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada cepatnya perubahan selera konsumen terhadap suatu produk. Oleh sebab BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini, persaingan bisnis menjadi sangat tajam, baik di pasar nasional maupun di pasar internasional. Meningkatnya persaingan bisnis

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi dan informasi sekarang ini sangat besar pengaruhnya yang dapat mempermudah dan meringankan pekerjaan manusia. Salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke karakteristik tertentu pada manusia yang unik dan berbeda satu sama lain.

BAB I PENDAHULUAN. ke karakteristik tertentu pada manusia yang unik dan berbeda satu sama lain. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah keamanan (security) merupakan salah satu isu yang sangat penting akhir-akhir ini. Salah satu teknik yang diunggulkan bisa diterapkan untuk permasalahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berteknologi tinggi pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, tepat, teliti, dan cepat,

BAB I PENDAHULUAN. berteknologi tinggi pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah, tepat, teliti, dan cepat, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi yang berkembang dengan pesat sangat menunjang pertumbuhan dunia industri, khususnya dalam efektifitas kerja. Dengan memanfaatkan peralatan berteknologi tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Motor stepper merupakan salah satu jenis aktuator yang cukup banyak digunakan dalam bidang industri. Seiring dengan kemajuan teknologi, permasalahan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi perangkat lunak dewasa ini tidak terlepas dari berkembangnya studi mengenai kecerdasan buatan. Ada dua hal yang termasuk dari kecerdasan buatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini bagi sebagian masyarakat kendaraan bermotor

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini bagi sebagian masyarakat kendaraan bermotor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini bagi sebagian masyarakat kendaraan bermotor jenis mobil ataupun sepeda motor tidak lagi menjadi kebutuhan sekunder, melainkan telah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat merupakan salah komoditas di pertanian Indonesia saat ini, tomat sudah menjadi kebutuhan pokok penunjang pangan di indonesia akan tetapi cara mengidentifikasi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pemotongan kayu sering dialami oleh industri yang memproduksi batangan-batangan kayu menjadi persediaan kayu dalam potonganpotongan yang lebih

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Augmented Reality dapat memvisualisasikan dengan baik model 3 dimensi, video, paparan area, maupun animasi 3 dimensi dengan hanya membutuhkan deteksi visual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teknologi yang sangat pesat. Teknologi tersebut didukung dengan adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan teknologi yang sangat pesat. Teknologi tersebut didukung dengan adanya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di jaman yang maju dan serba digital ini, sektor industri telah mengalami perkembangan teknologi yang sangat pesat. Teknologi tersebut didukung dengan adanya sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence sejak pertama kali

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence sejak pertama kali BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kecerdasan buatan atau artificial intelligence sejak pertama kali dikemukakan pada tahun 1956 di konferensi Dartmouth sampai sekarang

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman yang serba teknologi sekarang ini, yang segala sesuatunya menggunakan teknologi komputer, menuntut pengusaha untuk menggunakan teknologi komputer

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kebutuhan manusia akan teknologi meningkat dengan sangat pesat. Hal itu dikarenakan pekerjaan akan terasa lebih mudah jika diselesaikan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHAHULUAN I.1

BAB I PENDAHAHULUAN I.1 BAB I PENDAHAHULUAN I.1 Latar Belakang Setiap perusahaan tentunya ingin selalu meningkatkan kepuasan pelanggan dengan meningkatkan hasil produksinya. Produk yang berkualitas merupakan produk yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan Industri manufaktur yang semakin ketat di Indonesia dapat terlihat dari jumlah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai potensi yang ada dalam diri seseorang. Dalam proses memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai potensi yang ada dalam diri seseorang. Dalam proses memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, karena dengan adanya pendidikan dapat mengembangkan berbagai potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pakar sangat dibutuhkan untuk membantu pekerjaan manusia dalam mengambil suatu keputusan. Sistem pakar mulai dikembangkan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Oleh sebab itu peran informasi sangat penting dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat. Oleh sebab itu peran informasi sangat penting dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini dapat dilihat bahwa kita telah memasuki era globalisasi. Dimana pada saat ini ruang gerak informasi, investasi, teknologi, sumber daya dan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan besar saat ini saling berkompetisi dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan-perusahaan besar saat ini saling berkompetisi dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang semakin pesat. Khususnya dalam bidang elektronika, komputer, dan software. Hal itulah

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan investasi yang dapat dimiliki oleh seluruh manusia untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan ataupun ekonominya dengan cara mengasah keterampilan

Lebih terperinci

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital. PSNR Histogram Nilai perbandingan antara intensitas maksimum dari intensitas citra terhadap error citra. Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kesenangan dan kadang-kadang digunakan sebagai sarana pendidikan. Permainan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk kesenangan dan kadang-kadang digunakan sebagai sarana pendidikan. Permainan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan atau game adalah suatu struktur kegiatan, yang biasanya dilakukan untuk kesenangan dan kadang-kadang digunakan sebagai sarana pendidikan. Permainan berbeda

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. fold Cross Validation, metode Convolutional neural network dari deep learning BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Program P rinsip kerja program yaitu dengan melakukan pra pengolahan citra terhadap foto fisik dari permukaan buah manggis agar ukuran seluruh data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang semakin maju, sebagian besar sistem yang terkomputerisasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang semakin maju, sebagian besar sistem yang terkomputerisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya teknologi telekomunikasi dan informasi yang semakin maju, sebagian besar sistem yang terkomputerisasi sekarang telah terhubung ke Internet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang tumbuh di

BAB I PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang tumbuh di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman yang tumbuh di daerah tropis dan berasal dari Indonesia yang menjadi komoditas utama perdagangan nasional serta mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi masa kini, suatu informasi sangat mudah untuk di dapatkan. Halnya di kehidupan sehari-hari serta seluruh bidang yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Artificial Neural Network atau jaringan syaraf tiruan merupakan bidang yang sangat berkembang saat ini. Pemanfaatan teknologi mesin dan computer yang tidak terbatas

Lebih terperinci

Kontrol Modular Production System Berbasis PLC Siemens S7-300 Dengan Menggunakan HMI Touch Panel

Kontrol Modular Production System Berbasis PLC Siemens S7-300 Dengan Menggunakan HMI Touch Panel Kontrol Modular Production System Berbasis PLC Siemens S7-300 Dengan Menggunakan HMI Touch Panel Damaris Tanojo Electrical Engineering Dept. Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut Surabaya, damaristanojo@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman karet merupakan tanaman yang memiliki peran penting di bidang industri terutama sebagai bahan baku di bidang industri ban dan otomotif (Sinaga, 2011). Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, perkembangan teknologi pun semakin pesat. Berbicara

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, perkembangan teknologi pun semakin pesat. Berbicara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, perkembangan teknologi pun semakin pesat. Berbicara tentang teknologi dan informasi, komputer merupakan salah satu bentuk teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan/indistri dan bekerja sama dengan orang lain dengan disiplin ilmu

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan/indistri dan bekerja sama dengan orang lain dengan disiplin ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya merupakan salah satu lembaga pendidikan yang melahirkan lulusan-lulusan muda yang berpola pikir akademik bertindak

Lebih terperinci