PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT BUSUK HATI (Phytophthora sp.) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus) ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2016 ISBN:

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. Merr.) merupakan salah satu komoditas hortikultura

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

UJI HAYATI MIKORIZA Glomus fasciculatum TERHADAP PATOGEN Sclerotium rolfsii PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L. var.

III. METODE PENELITIAN. Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Rumah Kaca Deparment

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

III BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial

III. BAHAN DAN METODE. Februari 2013 sampai dengan September 2013 pada lahan pertanaman tebu di PT

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan di laboratorium dan rumah

III. BAHAN DAN METODE

Lampiran 1. Sertifikat hasil pengujian jenis contoh tanah top soil

METODE PELAKSANAAN. Yogyakarta dan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan April-Agustus 2017.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR (SB )

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

LAMPIRAN B 1 C 4 F 4 A 4 D 1 E 2 G 1 C 1 C 3 G 2 A 1 B 4 G 3 C 2 F 2 G 4 E 4 D 2 D 3 A 2 A 3 B 3 F 3 E 1 F 1 D 4 E 3 B 2

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan mulai. Bahan dan Alat Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

III. METODE PENELITIAN A.

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

MATERI DAN METODE. Prosedur Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2015.

METODE PENELITIAN. 3 bulan dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Surabaya dan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian

S U N A R D I A

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

BAHAN. bulan Juli diremajakan. pertumbuhan. Gambar 4

BAHAN METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan dan laboratorium Fakultas

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Penelitian. pengomposan daun jati dan tahap aplikasi hasil pengomposan pada tanaman sawi

III. BAHAN DAN METODE A.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. secara faktorial yang terdiri atas dua faktor dan tiga kali ulangan.

David Simamora, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & Muhajir Utomo

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 hingga Oktober 2011.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2017 di Lahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN MEDIA TANAM TOP SOIL DAN PUPUK KANDANG PADA WADAH BAMBU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT MUCUNA BRACTEATA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilakukan pada bulan November Februari 2014.

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

PENGARUH BAHAN ORGANIK TERHADAP SIFAT BIOLOGI TANAH. Oleh: Arif Nugroho ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

Tata Cara penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Mei

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

Elysa Dwi Oktaviana Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, MT L/O/G/O

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

PENGARUH DOSIS PUPUK N PADA BAHAN GAMBUT DENGAN TINGKAT KEMATANGAN YANG BERBEDA TERHADAP FLUKS CO 2. Rasional

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus L. (Merr)) merupakan salah satu tanaman yang banyak

III. METODE PENELITIAN A.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Sumatera Utara (USU), Medan pada ketinggian tempat sekitar 25 m dpl. Analisis

PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS SISA TANAMAN TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN K SERTA PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURVEI PENGARUH ERUPSI GUNUNG SINABUNG TERHADAP PENYAKIT HAWAR DAUN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

Transkripsi:

Jurnal HPT Volume 2 Nomor 4 Desember 2014 ISSN : 2338-4336 PENGARUH PEMBERIAN KOMPOS TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT BUSUK HATI (Phytophthora sp.) PADA TANAMAN NANAS (Ananas comosus) Ganestya Indina Sari, Luqman Qurata Aini, Abdul Latief Abadi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of compost on the development of heart rot disease caused by the pathogenic fungus Phytophthora sp. The survey revealed the endemic area for heart rot disease was located on 45F. The analysis of soil taken from 45F showed that in that area the soil moisture is higher than those from non-endemic area. Green house experiment showed that the amendment of compost could inhibit the incubation period of heart rot disease. The amendment of compost in different doses did not influence on the development of heart rot disease. There were correlation between ph, the total N and C/N ratio of the soil with the development of heart rot disease. The higher the population of bacteria, ph, and C/N ratio in the soil, the lower the heart rot disease incidence. In contrast, the higher total N in the soil the higher the incidence of heart rot disease. Keywords: Pineapple, Compost, Heart rot disease, Phytophthora sp. ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos terhadap perkembangan penyakit busuk hati yang disebabkan oleh jamur patogen Phytophthora sp. Hasil survei ditemukan satu lokasi 45F yang banyak terserang penyakit busuk hati. Hasil analisis tanah menunjukkan kelembaban tanah di lokasi 45F lebih tinggi dibanding lahan pada lokasi yang tidak terserang penyakit busuk hati. Hasil percobaan rumah kaca menunjukkan bahwa penambahan kompos dapat memperlambat munculnya gejala penyakit busuk hati (masa inkubasi penyakit busuk hati menjadi lebih panjang). Pemberian kompos dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh dalam menekan perkembangan penyakit busuk hati. Terdapat hubungan erat antara populasi bakteri dengan tingkat penekanan penyakit busuk hati. Terdapat hubungan antara ph, kandungan N-total, dan kandungan C/N rasio dalam tanah dengan persentase penyakit. Semakin tinggi populasi bakteri, ph dan C/N rasio, persentase penyakit semakin kecil. Sebaliknya semakin tinggi kandungan N-total tanah, semakin tinggi persentase perkembangan penyakit busuk hati. Kata kunci: Nanas, Kompos, Penyakit busuk hati, Phytophthora sp. PENDAHULUAN Tanaman nanas merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi di Indonesia. Daerah-daerah yang memproduksi buah nanas yakni Blitar, Bogor, Kediri, dan Lampung. Provinsi Lampung merupakan daerah yang cocok dengan agroklimat pembudidayaan nanas. Propinsi Lampung merupakan penghasil 71

Sari et al., Pengaruh Pemberian Kompos terhadap Perkembangan Penyakit Busuk Hati... buah nanas dengan nilai produksi 469.034 ton pada tahun 2010. Salah satu kendala faktor biotik pada produksi nanas adalah serangan penyakit busuk hati. Busuk hati (Heart Rot) disebabkan oleh patogen jamur Phytophthora sp. mampu hidup di dalam tanah dengan waktu yang lama. Pengendalian penyakit busuk hati pada tanaman nanas dapat dilakukan dengan penggunaan fungisida, pengaturan sistem drainase yang baik, dan peningkatan kesehatan tanaman dengan pemberian pupuk serta bahan organik seperti kompos. Kompos merupakan bahan organik yang mengalami proses dekomposisi oleh mikroorganisme pengurai, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifatsifat tanah dan mengurangi populasi patogen tanah (Setyorini et al, 2010). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompos terhadap perkembangan kejadian penyakit busuk hati yang disebabkan oleh patogen jamur Phytophthora sp. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanaan dirumah kaca dan laboratorium proteksi tumbuhan PT. Great Giant Pineapple, Lampung Tengah. Waktu pelaksanaan pada bulan Januari sampai bulan Maret 2014. Penelitian dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu tahap pertama survei lokasi lahan nanas, kedua penelitian dirumah kaca, dan ketiga analisis biologi tanah, kimia tanah, dan pertumbuhan tanaman nanas. Survei Kondisi Lahan Survei lahan nanas bertujuan untuk menentukan lokasi lahan nanas yang endemik penyakit busuk hati dan lokasi lahan nanas yang non endemik penyakit busuk hati. Tanah dari lahan di lokasi tersebut digunakan sebagai media penanaman nanas dirumah kaca. Analisis Biologi Tanah Total Populasi Bakteri Tanah Isolasi bakteri tanah dilakukan untuk mengetahui keragaman dan kepadatan populasi bakteri tanah setelah perlakuan penambahan kompos. Metode isolasi yang digunakan dengan cara pengenceran berseri. Tanah diambil sebanyak 5 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer volume 250 ml yang sudah berisi 50 ml akuadessteril. Campuran tanah dengan akuades dikocok dengan menggunakan penggojokpada kecepatan 200 rpm selama 30 menit sehingga diperoleh suspensi. Suspensi tersebut diambil sebanyak 1 ml kemudian dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml air steril sehingga didapatkan suspensi dengan tingkat pengenceran 10-1 dan seterusnya sampai pengenceran 10-5. Pada pengenceran 10-3 dan 10-5 ditumbuhkan pada media Nutrient Agar (NA) dan Potato Dextrose Agar (PDA). Respirasi Tanah Respirasi tanah merupakan menghitung jumlah produksi CO2 yang dihasilkan dan jumlah O2 yang digunakan mikroba tanah. Jumlah HCl yang digunakan untuk merubah warna ungu dari indikator fenolftalein menjadi tidak berwarna (Husein et al, 2010). Analisis Kimia Tanah Analisis kimia tanah yang diamati antara lain kandungan C-Organik tanah menggunakan metode Walkley Black, kandungan N-total tanah menggunakan metode N-kjeldahl, rasio C/N tanah didapatkan dengan perhitungan membagi kadar C- organik dengan N- total masing - masing perlakuan dan pengukuran ph dengan menggunakan ph meter (Sunggowo, 2009). 72

Jurnal HPT Volume 2 Nomor 4 Desember 2014 Analisis Pertumbuhan Tanaman Nanas Luas indeks daun Luas indeks daun dilakukan dengan menggunakan penggaris panjang dengan diukur panjang daun dan lebar daun. Berat D-Leaf D-Leaf merupakan daun yang terpanjang dengan warna daun yang tidak terlalu muda dan tua. Pengukuran berat D- Leaf dengan menggunakan timbangan. Berat Total Tanaman Pengukuran berat total dilakukan dengan menimbang semua bagian tanaman tanpa buah dengan menggunakan timbangan. Pengamatan dan Pengumpulan Data Pengamatan dilakukan pada 10, 25, 35, dan 60 hari setelah tanam (HST). Peubah yang diamati yaitu kejadian penyakit busuk hati, analisis biologi tanah yang meliputi respirasi tanah dan total populasi bakteri tanah, analisis kimia tanah yang meliputi kandungan C-organik tanah, N-total tanah, rasio C/N tanah, dan ph tanah, dan pertumbuhan tanaman nanas yang meliputi berat total tanaman, indeks daun, dan berat D-Leaf daun. Analisis Data Data hasil selanjutnya dilakukan diuji secara statistik menggunakan analisis ragam pada taraf nyata (α) = 5%. Uji korelasi antara parameter kejadian penyakit dengan parameter sifat biologi tanah, kimia tanah, dan pertumbuhan tanaman nanas juga, untuk mengetahui hubungan antara sifat biologi tanah, kimia tanah, dan pertumbuhan tanaman nanas terhadap kejadian penyakit busuk hati pada tanaman nanas. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Survei Lokasi Hasil survei menunjukkan bahwa lahan pada lokasi 45F merupakan lahan endemik penyakit busuk hati. Pada lahan tersebut diketahui sering terjadi serangan penyakit busuk hati dengan rata-rata tingkat serangan 50%. Lahan non endemik ditentukan pada lokasi 36C. Pada lahan tersebut sampai dengan saat pengamatan tidak pernah dijumpai tanaman yang terserang penyakit busuk hati. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa kadar air (KA) pada tanah di lokasi 45F lebih tinggi dibandingkan dengan nilai KA pada lokasi 36C. Diduga drainase tanah pada lokasi 45F kurang baik dibanding 36C menyebabkan kadar air tanah lebih tinggi. ph tanah pada lokasi 45F dan lokasi 36C adalah masam yaitu masing-masing 4,60 dan 4,22. Menurut Lilis (2013), tanah masam adalah tanah yang memiliki ph kurang dari 5,5. Kandungan C dan N pada lokasi 45 F masing-masing 1,19% dan 0,17%, sedangkan pada lokasi 36C, kandungan C dan N masing-masing 1,08% dan 0,17%. Rasio C/N pada lokasi 45 F adalah 7,09 dan lokasi 36C adalah 6,34. Dapat disimpulkan bahwa kadar C, N maupun rasioc/n tidak berbeda. Tabel 1. Hasil Analisa Kimia Tanah dilokasi 45F dan 36C Parameter Analisa Jenis Tanah KA ph C N Rasio (%) H2O KCl (%) (%) C/N Tanah Endemik (lokasi 45F) 7,17 4,60 4,00 1,19 0,17 7,09 Tanah Non Endemik (lokasi 36C) 4,60 4,22 3,77 1,08 0,17 6,34 Keterangan : KA = Kadar Air 73

Sari et al., Pengaruh Pemberian Kompos terhadap Perkembangan Penyakit Busuk Hati... Gambar 1. Tanaman nanas pada lokasi 45F dan 36C. (a) Daun nanas yang telah terinfeksi penyakit busuk hati, (b) tanaman yang terinfeksi penyakit busuk hati di lokasi 45F Gejala Serangan Penyakit Busuk Hati Penyakit busuk hati menyerang tanaman nanas terutama tanaman yang masih muda. Gejala awal serangan penyakit busuk hati terdapat pada pangkal daun berupa perubahan warna menjadi kuning atau coklat akibat gejala nekrotik pada pangkal daun. Bila daun dicabut mudah terlepas dari tanaman. Pangkal daun yang sudah berwarna coklat menjadi busuk dan berbau tidak sedap, sehingga tanaman menjadi mati. Pada beberapa jenis tanaman gejala yang ditimbulkan oleh Phytophthora sp. dimulai dari pangkal batang atau daun. Seperti pada tanaman kacang hijau, gejala serangan Phytophthora sp. berupa gejala hawar pada pangkal batang, kadang-kadang pada ujung batang, tanaman menjadi layu dan mati (Hardiningsih, 2011). Persentase Penyakit Busuk Hati Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gejala penyakit busuk hati muncul pada perlakuan media tanah dari lahan endemik. Tidak ditemukan penyakit busuk hati yang muncul pada perlakuan tanah non endemik, menunjukkan bahwa tanah yang ada di lahan pada lokasi 36C tidak terinfestasi Phytophthora sp. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan kompos dapat memperlambat munculnya gejala penyakit busuk hati (masa inkubasi penyakit busuk hati menjadi lebih panjang). Hal ini dapat dilihat pada perlakuan pemberian 45, 60, dan 75 ton/ha. Tetapi pemberian dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh dalam menekan perkembangan penyakit busuk hati. Persentase kejadian penyakit busuk hati dan periode inkubasi pada tanaman nanas disajikan pada Tabel 2. Hubungan Antara Sifat Biologi Tanah Dengan Persentase Penyakit Busuk Hati Tanaman Nanas Analisis korelasi menunjukkan bahwa korelasi antara total populasi bakteri dan persentase penyakit adalah sebesar 69,04%, sedangkan korelasi antara respirasi tanah dengan persentase penyakit adalah sebesar 16,22% (Tabel 3). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan cukup erat antara populasi bakteri dengan tingkat penekanan penyakit busuk hati, sedangkan hubungan antara respirasi tanah dan persentase penyakit rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa populasi bakteri yang ada dalam tanah dapat mempengaruhi perkembangan penyakit busuk hati pada tanaman nanas. Menurut Ardi (2010), jumlah bakteri yang ada didalam tanah dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang mempengaruhi pertumbuhannya seperti temperatur, kelembaban, aerasi, dan sumber energi. 74

Jurnal HPT Volume 2 Nomor 4 Desember 2014 Tabel 2. Rerata kejadian penyakit busuk hati dan periode inkubasi yang disebabkan oleh jamur patogen Phytophthora sp. pada tanaman nanas Jenis Tanah Dosis Kompos Kejadian Penyakit (%). Pada Tanaman Umur (HST) Periode Inkubasi (ton/ha) 10 25 35 60 (HST) Tanah Non Endemik 0 0 0 0 0 0 Tanah Non Endemik 15 0 0 0 0 0 Tanah Non Endemik 30 0 0 0 0 0 Tanah Non Endemik 45 0 0 0 0 0 Tanah Non Endemik 60 0 0 0 0 0 Tanah Non Endemik 75 0 0 0 0 0 Tanah Endemik 0 0 10 10 10 18 Tanah Endemik 15 15 15 15 15 7 Tanah Endemik 30 0 0 0 5 38 Tanah Endemik 45 0 0 0 5 55 Tanah Endemik 60 0 0 0 5 54 Tanah Endemik 75 0 20 20 20 18 Tabel 3. Korelasi antar kejadian penyakit busuk hati dengan biologi tanah Parameter Korelasi Total populasi bakteri 69,04 Respirasi tanah 16,22 Hubungan Antara Sifat Kimia Tanah dengan Persentase Penyakit Busuk Hati Tanaman Nanas Karakteristik sifat biologi dan kimia tanah merupakan faktor pendukung dalam produksi tanaman nanas. Faktor dari sifat kimia tanah adalah kandungan C-Organik tanah, N-total tanah, rasio C/N, dan ph tanah. Hasil analisis korelasi (Tabel 4) menunjukkan bahwa korelasi antara ph, C-organik, N-total dan rasio C/N dengan persentase penyakit busuk hati adalah masing-masing -57,97%, -11,16%, 61,77%, dan -62,81% (Tabel 5). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat keeratan hubungan antara ph, kandungan N-total, dan kandungan rasio C/N dalam tanah dengan persentase penyakit. Sedangkan hubungan antara kandungan C- organik dengan persentase kejadian penyakit adalah rendah. Hubungan negatif terjadi pada ph dan kandungan N-total, artinya semakin tinggi ph dan rasio C/N, persentase penyakit semakin kecil. Sebaliknya hubungan antara N-total dengan persentase penyakit adalah positif, artinya semakin tinggi kandungan N-total tanah, semakin tinggi persentase perkembangan penyakit busuk hati. Hubungan Antara Pertumbuhan Tanaman dengan Persentase Penyakit Busuk Hati Tanaman Nanas Pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor tanah dan tanamannya. Faktor pertumbuhan tanaman dapat diamati dari luas indeks daun, berat total tanaman, dan berat D-Leaf. Hasil uji korelasi antara kejadian penyakit dengan pertumbuhan tanaman disajikan dalam tabel 5. Hasil analisis uji korelasi menunjukkan bahwa korelasi antara luas indeks daun, berat total tanaman, dan berat D-Leaf dengan persentase kejadian penyakit busuk hati adalah masing 4,77, -39,78, dan -75,98 (Tabel 5). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara berat 75

Sari et al., Pengaruh Pemberian Kompos terhadap Perkembangan Penyakit Busuk Hati... Tabel 4. Korelasi antara kejadian penyakit dengan kimia tanah Parameter Korelasi C-Organik -11,16 N-total 61,77 Rasio C/N -62,81 ph -57,97 Tabel 5. Korelasi antara kejadian penyakit dengan pertumbuhan tanaman Parameter Korelasi Luas indeks daun 4,77 Berat total tanaman -39,78 Berat D-Leaf -75,98 D-Leaf dengan persentase penyakit. Sedangkan hubungan antara luas indeks daun dan berat total tanaman dengan kejadian penyakit adalah rendah. KESIMPULAN 1. Pemberian kompos mampu menghambat perkembangan penyakit busuk hati, tetapi pemberian kompos dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh dalam menghambat perkembangan penyakit tersebut. 2. Terdapat hubungan antara total populasi, kandungan C-Organik tanah, N-total tanah, rasio C/N, dan ph serta berat D-Leaf dengan tingkat kejadian penyakit busuk hati. DAFTAR PUSTAKA Ardi, R. 2010. Kajian Aktivitas Mikroorganisme Tanah pada Berbagai Kelerengan dan Kedalaman Hutan Alam (Studi kasus di Taman Nasional Gunung Leuser, Seksi Besitang). Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sumut. Lilis, S. 2013. Cara Menanggulangi Tanah Masam. Balai Penyuluha Pertanian Kedungwaru. Tulungagung. Hardiningsih, S. 2011. Phytophthora sp. Penyebab Penyakit Rebah Semai pada Kacang Hijau dan Pengendaliannya. Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbi-umbian. Malang. Husein E, Mubarik NR, Rahayu G, Astuti RI. 2010. Modul: Microbial Activities in Soil of Organic Farm Comparing to Nonorganic farm. Setyorini, D., Saraswati, R., dan Anwar, Ea K. 2010. Kompos. Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Sunggowo, A.R.P. 2009. Mineralisasi Nitrogen Bahan Organik berupa pupuk Hijau Arachis pintoi dan Pupuk Kandang serta kombinasinya pada AlfisoL Jatikerto. Skripsi. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian UB Malang. 34 hal. 76