NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Aktivitas Luar Ruangan Terhadap Prevalensi Myopia. di Desa dan di Kota Usia 9-12 Tahun

HANG TUAH MEDICAL JOURNAL

HUBUNGAN ANTARA PRAKTEK UNSAFE ACTION

PUBLCATION MANUSCRIPT NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk. memasyarakat dikalangan anak-anak. Hal ini mungkin menjadi suatu

Prevalensi Kelainan Tajam Penglihatan pada Pelajar SD X Jatinegara Jakarta Timur

BAB I PENDAHULUAN. Miopia adalah suatu kelainan refraksi karena kemampuan refratif mata

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bentuk teknologi yang beredar adalah gadget. Gadget tidak

BAB I PENDAHULUAN. adanya permainan audiovisual yang sering disebut dengan video game.

KELAINAN REFRAKSI PADA PELAJAR SMA NEGERI 7 MANADO

Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

PERBEDAAN TAJAM PENGLIHATAN ANTARA PENGGUNA TELEPON PINTAR DENGAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN TELEPON PINTAR PADA SISWA SMA ST.

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

BAB I PENDAHULUAN. hampir 25% populasi atau sekitar 55 juta jiwa (Anma, 2014). Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. Selama 20 tahun terakhir, telah terjadi kemajuan besar dalam bidang teknologi

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mata merupakan organ penting dalam tubuh kita. Sebagian besar

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah bidang oftalmologi. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai bulan April 2015.

HUBUNGAN PENGGUNAAN LAPTOP DAN FUNGSI PENGLIHATAN MAHASISWA ANGKATAN 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci: intensitas pencahayaan, usia, kelelahan mata, lux meter, flicker fusion

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Naskah Publikasi Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta SRI MUHARNI

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU SURAKARTA. Sunarsih Rahayu Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

PENGARUH UNSAFE ACTION PENGUNAAN GADGET TERHADAP KETAJAMAN PENGLIHATAN SISWA SEKOLAH DASAR ISLAM TUNAS HARAPAN SEMARANG TAHUN 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT PENGGUNAAN SMARTPHONE DENGAN KEJADIAN MIOPIA PADA MAHASISWA KEPERAWATAN ANGKATAN VII STIKES CITRA HUSADA MANDIRI KUPANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

RELATION TO THE USE OF WELDING GOGGLES VISUAL ACUITY IN ELECTRIC WELDING WORKERS IN THE CITY OF TASIKMALAYA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KESIAPAN REMAJA MENGHADAPI PUBERTAS DI SMP N 2 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

ABSTRAK GAMBARAN KELAINAN REFRAKSI ANAK USIA 6-15 TAHUN DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

PENGARUH INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA SISWA KELAS IV DAN V SEKOLAH DASAR NEGERI 02 KURIPAN-PURWODADI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

ERY SANDI NIM I

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN MIOPI PADA MURID SMA NEGERI 3 BANDA ACEH

HUBUNGAN UMUR DAN SIKAP MENGENAI GIGI TIRUAN DENGAN LAMA PENGGUNAAN GIGI TIRUAN PADA PASIEN DI KLINIK GIGI ILHAM BANJARMASIN 2016

HUBUNGAN DISMENOREA TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWI SMA MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PELAYANAN KEPERAWATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN BPJS RAWAT INAP DI RUANG HANA RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP MINAT BELAJAR PADA MAHASISWA TINGKAT II DI AKADEMI KEPERAWATAN PANTI KOSALA SURAKARTA. Abstract

D I A N A FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kapasitas kerja fisik pekerja, serta melindungi pekerja dari efek buruk pajanan hazard di

The Incidence of Refractive Disorders in Students of FK Ukrida in Connection with The Activity of Viewing Gadgets

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN TELEPON GENGGAM DENGAN KELELAHAN MATA DI SMA NEGERI 3 KLATEN. INTISARI Fitri Suciana*

PENGARUH MASA KERJA DAN INTENSITAS PENERANGAN TERHADAP KELELAHAN MATA PADA PEKERJA BATIK TULIS LAWEYAN SURAKARTA

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014

POLA ASUH ORANGTUA VERSUS KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. berbagai informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan,

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

HUBUNGAN MIOPIA YANG TIDAK DIKOREKSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA-SISWI KELAS 5-6 DI SDN DHARMAWANITA, MEDAN.

HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DAN LAMA PAPARAN LAYAR MONITOR KOMPUTER DENGAN KELELAHAN MATA PADA KARYAWAN BAA BAU DAN IT UMS

FAKTOR RISIKO MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO ANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 18% kebutaan di dunia disebabkan oleh kelainan refraksi. Di Asia,

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI

UNIVERSITAS ESA UNGGUL FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS Laporan analisis kasus, September 2014 ABSTRAK

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

BAB III METODE PENELITIAN. paparan masing masing subjek kasus dan kontrol. Penelitian ini merupakan

HUBUNGAN LAMA PERMAINAN GAME ONLINE DENGAN POLA TIDUR ANAK USIA TAHUN DI WILAYAH JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di masing-masing ruangan operator Sistem

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN INTENSITAS PENERANGAN, MASA KERJA DAN LAMA KERJA DENGAN KETAJAMAN PENGLIHATAN

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA DAN REMAJA PUTUS SEKOLAH TERHADAP BAHAYA MEROKOK. Oleh : MEISYARAH KHAIRANI

PENGARUH STATUS GIZI DENGAN TINGKAT PRESTASI AKADEMIK ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN. Oleh: TN BADIUZZAMAN BIN TUAN ISMAIL

HUBUNGAN MASA KERJA DAN USIA DENGAN NEEDLESTICK INJURY (NSI) PADA PERAWAT BANGSAL DEWASA RSUD KOTA SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMANFAATAN BUKU KIA DENGAN KEMAMPUAN PERAWATAN BALITA PADA IBU BALITA DI POSYANDU LARAS LESTARI NOGOTIRTO SLEMAN

HUBUNGAN PERILAKU BERMAIN VIDEO GAME ONLINE DENGAN KETAJAMAN VISUS MATA ANAK USIA SEKOLAH

PERBEDAAN TINGKAT STRES DAN GEJALA SOMATIK ANTARA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KEPERAWATAN DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGGI HAK SEPATU DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MIOGENIK PADA PRAMUNIAGA DI LIPPO MALL BADUNG BALI

PREVALENSI PENURUNAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA-SISWI SEKOLAH DASAR KELAS 4-6 DI YAYASAN PENDIDIKAN SHAFIYYATUL AMALIYYAH MEDAN TAHUN 2010

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD PURBALINGGA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Mata adalah panca indera penting yang perlu. pemeriksaan dan perawatan secara teratur.

PENGARUH KEMAMPUAN METAKOGNITIF, LINGKUNGAN DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN BEBAN KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT DI RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2)

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

BAB I PENDAHULUAN. Penglihatan juga merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : TERANG AYUDANI J

STUDI D IV KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, POLA PEMBERIAN MAKAN, DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PAJERUKAN KECAMATAN KALIBAGOR

Transkripsi:

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENGGUNAAN GADGET TERHADAP PENURUNAN TAJAM PENGLIHATAN PADA ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) DI SD MUHAMMADIYAH 2 PONTIANAK SELATAN WIDEA ERNAWATI I 31111024 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015

Pengaruh Penggunaan Gadget terhadap Penurunan Tajam Penglihatan pada Anak Usia Sekolah (6-12 Tahun) di SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan Widea Ernawati*, Ichsan Budiharto***, Winarianti** Abstrak : Penggunaan gadget yang salah antara lain frekuensi penggunaan berlebihan, posisi tidak benar dan intensitas pencahayaan yang tidak baik akan berdampak terhadap penurunan tajam penglihatan. Penurunan tajam penglihatan pada anak-anak akan berakibat pada kesulitan anak untuk melakukan aktivitas sehari-harinya. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh penggunaan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) di SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel dalam penelitian berjumlah 55 orang dari kelas 1-5. Data diolah dengan uji Chi-Square dengan nilai p < 0,05. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai p=0,015 yang artinya ada pengaruh antara posisi dan intensitas pencahayaan saat menggunakan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan. Tidak terdapat pengaruh secara statistik antara frekuensi lamanya menggunkaan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan dengan nilai p=0,112. Disimpulkan tidak ada pengaruh antara frekuensi lamanya menggunakan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah. Ada pengaruh antara posisi dan intensitas pencahayaan saat menggunakan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah. Kata Kunci : Gadget, Tajam Penglihatan, Anak Usia Sekolah The Influence of the Use of Gadgets to Decrease Visual Acuity in Children of School Age (6-12 Years) in Muhammadiyah 2 Primary School South Pontianak Abstract : The abusement of gadgets such as the excessive frequency, not true position and intensity less lighting will be an impact on the decrease visual acuity. Decrease of visual acuity in children would result in difficulty for children to perform daily activities. The object from this research is know the influence of used gadgets to decrease in visual acuity of school-age children (6-12 years) in Muhammadiyah 2 Primary School in South Pontianak. This research used descriptive quantitative methods with the Cross Cectional. The sample in this research is one to five grade with the number of 55 people. The data was analyzed by Chi-Square test with p value < 0,05. Based on the analyzed result, p value has a significant influence between the position (p=0,015) and the intensity of lighting (p=0,015) when used gadgets to decrease of visual acuity. There is no statistically influence between the frequency length of using gadget to decrease of visual acuity with p=0,112. This research conclusion is no influence between the frequency length of used gadgets to decrease of visual acuity. There is influence between the position and the intensity of lighting when used gadgets to decrease of visual acuity at school age children. Key words : Gadgets, Visual Acuity, Children of School Age * Nursing Student Tanjungpura University ** Nursing Lecturer Tanjungpura University *** Staff Soedarso Hospital and Nursing Lecturer Tanjungpura University

Pendahuluan Teknologi berkembang dengan pesat sesuai dengan zamannya. Salah satu bentuk teknologi yang beredar adalah gadget. Gadget tidak hanya digunakan oleh kalangan remaja dan dewasa, tetapi juga digunakan oleh kalangan usia anak sekolah. Tahap pengenalan gadget pada anak usia sekolah merupakan usia yang masih terlalu awal. Pada usia sekolah, permainan anak lebih disarankan pada permainan fisik, keterampilan intelektual, fantasi serta terlibat dalam kelompok atau tim (Suherman, 2012). Penggunaan gadget yang salah seperti frekuensi penggunaan gadget yang berlebihan, posisi yang tidak benar dan intensitas pencahayaan yang tidak baik, akan berdampak terhadap penurunan tajam penglihatan. Penurunan tajam penglihatan pada anak-anak akan berakibat pada kesulitan anak untuk melakukan aktivitas sehariharinya. Semakin bertambahnya penurunan tajam penglihatan pada anak, maka akan meningkatkan berbagai resiko komplikasi kebutaan, seperti glukoma dan abrasi retina (Tiharyo dkk, 2008). Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertanggung jawab terhadap peningkatan derajat kesehatan seseorang baik fisik maupun mental, sudah seharusnya berpartisipasi dalam mencegah penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah (Wong, 2009). Metodologi Penelitian ini dilakukan di SD Muhammadiyah 2 Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan pada hari Jum at, 12 Desember 2014 dengan agenda penyebaran dan pengisian kuesioner oleh responden, kemudian dilanjutkan pada hari Sabtu, 13 Desember 2014 dengan agenda pemeriksaan ukuran visus atau tajam penglihatan responden. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi adalah siswa-siwa SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan dengan jumlah sampel 55 orang. Teknik sampling menggunakan stratified random sampling yang selanjutnya sampel dipilih dengan simple random sampling. Kriteria inklusi antara lain responden berusia 6-12 tahun, mau dilakukan pemeriksaan mata dan mau diwawancarai. Kriteria ekslusi yaitu responden berasal dari kelas internasional, mengalami cacat atau cedera pada mata dan responden mengalami penyakit mata seperti glukoma, strabismus, konjungtivis, dan katarak serta penyakit mata lain yang dapat mengganggu hasil pemeriksaan. Aktivitas penggunaan gadget yang diteliti meliputi frekuensi menggunakan gadget, posisi saat menggunakan gadget dan intensitas pencahayaan saat menggunakan gadget. Ketajaman penglihatan di ukur dengan menggunakan kartu snellen. Analisa data menggunakan uji Chi-Square. Hasil dan Pembahasan Penuru nan 43,4 Gambar 1. Frekuensi Tajam Penglihatan Responden Hasil pemeriksaan tajam penglihatan dengan menggunakan kartu snellen, didapatkan responden yang menggunakan gadget sebagian besar mempunyai nilai visus normal yaitu sebanyak 31 orang (56,4) dan penurunan 24 orang (43,6). Tabel 1. Frekuensi Responden Menurut Jenis dan Kepemilikan Gadget Variabel Kategori n Jenis Gadget Kepemiilikan Gadget Nilai Visus Normal 56,4 Tablet 32 58,2 Smartphone 20 36,4 Playstation 1 1,8 Laptop 2 3,6 Sendiri 40 72,7 Meminjam 15 27,3 N 55 100 Hasil pengolahan data penelitian pada tabel 1, responden yang menggunakan gadget, jenis gadget yang paling banyak digunakan yaitu tablet. Sarwar (2013) mennyampaikan pertumbuhan gadget jenis tablet pada tahun

2013 lebih tinggi daripada jenis gadget lainnya. Bentuk tablet yang berukuran besar membuat anak merasa nyaman sehingga lebig betah menggunakannya terutama untuk bermain game. Responden yang menggunakan gadget sebagian besar gadget tersebut adalah milik mereka sendiri sebanyak 40 orang (72,7) yang artinya pada usia sekolah mereka sudah dipercayai untuk memiliki gadget secara pribadi. Selain itu, mereka juga ingin memiliki suatu barang pribadi seperti gadget ketika melihat teman sebayanya sudah memiliki gadget terlebih dahulu. Penelitian ini sesuai dengan Wong (2009) yang mengatakan bahwa teman sekelas memiliki pengaruh yang penting pada kemampuan sosialisasi anak per individu. Tabel 2. Distribusi Total Nilai Kebiasaan dalam Menggunakan Gadget Variabel N SD Mean Median Frekuensi lamanya menggunakan gadget Posisi saat menggunakan gadget Intensitas Pencahayaan saat menggunakan gadget 55 2,518 8,75 9,00 55 3,206 10,2 7 11,00 55 2,103 6,73 7,00 Berdasarkan tabel 2 terlihat frekuensi lamanya menggunakan gadget pada responden didapatkan nilai rata-rata responden adalah 8,75 dan SD 2,518 dengan hasil perhitungannya adalah <30 (28,7), disimpulkan distribusi data normal. Posisi responden saat menggunakan gadget didapatkan nilai rata-rata responden adalah 10,27 dan SD 3,206 dengan hasil perhitungannya adalah >30 (31,2), disimpulkan distribusi tidak normal. Pengkategorian variabel ini yaitu 11,00 sebagai cut of point-nya. Intensitas pencahayaan responden saat menggunakan gadget didapatkan nilai rata-rata responden adalah 6,73 dan SD 2,103 dengan hasil perhitungannya adalah >30 (31,3), disimpulkan distribusi data tidak normal. Pengkategorian variabel ini peneliti mengambil nilai tengah yaitu 7,00 sebagai cut of point-nya. Adapun pengkategorian untuk frekuensi, posisi dan intensitas cahaya saat menggunakan gadget dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3. Distribusi Kategori Kebiasaan dalam Menggunakan Gadget di SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan Tahun 2014 Variabel Kategori n Frekuensi Normal 25 45,5 Lamanya Menggunakan Gadget Berlebihan 30 54,5 Posisi saat Benar 33 60,0 Menggunakan Gadget Tidak Benar 22 40,0 Intensitas Baik 41 47,3 Pencahayaan saat Menggunakan Gadget Tidak Baik 14 52,7 N 55 100 Berdasarkan tabel 3, penelitian didapatkan hasil bahwa frekuensi lamanya menggunakan gadget termasuk kategori berlebihan. Sebagian besar responden lebih sering menghabiskan waktu luang mereka untuk bermain gadget daripada bermain diluar rumah ataupun belajar. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Malahayati (2012) yang menunjukkan bahwa frekuensi lamanya anak bermain video game di gadget mereka masuk dalam kategori baik atau normal. Posisi saat menggunakan gadget, didapatkan bahwa posisi saat menggunakan gadget masuk dalam kategori benar. Hasil penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Wati (2008) yang menunjukkan bahwa frekuensi posisi duduk lebih besar dibandingkan dengan posisi tiduran. Posisi tiduran juga diminati oleh anak-anak, yang sebagian menjawab selalu atau sering menggunakan posisi tiduran untuk bermain gadget. Variabel intensitas pencahayaan menunjukkan hasil bahwa sebagian besar anak masuk dalam kategori baik. Anak-anak lebih memilih berada diruangan yang terang saat menggunakan gadget. Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Wati (2008) yang menunjukkan bahwa frekuensi anakanak berada pada pencahayaan redup atau tidak baik lebih kecil dibandingkan dengan pencahayaan terang atau baik. Selanjutnya, pengaruh frekuensi, posisi dan intensitas pencahayaan saat menggunakan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Pengaruh Frekuensi, Posisi dan Intensitas Pencahayaan Variabel Frekuensi Posisi Intensitas Pencahayaan Kategori Normal 17 Berlebihan 14 Benar 23 Tidak benar 8 Baik 27 Tidak baik 4 Nilai Tajam Penglihatan Normal Penurunan n n 54,8 8 45,2 16 74,2 10 25,8 14 87,1 14 12,9 10 33,3 66,7 41,7 58,3 58,3 41,7 p 0,112 0,015 0,015 Penurunan tajam penglihatan pada anak yang frekuensi lamanya menggunakan gadget dalam kategori berlebihan disebabkan oleh stres yang terjadi pada fungsi penglihatan. Stres pada otot akomodasi dapat terjadi pada saat seseorang berupaya untuk melihat pada objek berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama. Pada kondisi demikian, otot-otot mata akan bekerja secara terus menerus dan lebih dipaksakan. Ketegangan otot-otot pengakomodasi (otot-otot siliar) makin besar sehingga terjadi peningkatan asam laktat dan sebagai akibatnya terjadi kelelahan mata, stress pada retina dapat terjadi bila terdapat kontras yang berlebihan dalam lapangan penglihatan dan waktu pengamatan yang cukup lama (Ilyas, 2004). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Wati (2008) yang menunjukkan ada hubungan antara lamanya menonton televisi dengan gangguan penurunan tajam penglihatan. Penelitian yang dilakukan Kurmasela (2013) terkait lama penggunaan laptop dengan keluhan penglihatan, menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan keluhan penglihatan. Penurunan tajam penglihatan dikarenakan aktivitas melihat dekat yang terlalu sering akan menyebabkan kekuatan akomodasi mata akan meningkat sesuai dengan kebutuhan, makin dekat benda makin kuat mata harus berakomodasi (mencembung). Refleks akomodasi akan bangkit bila mata melihat kabur dan pada waktu melihat dekat (Ilyas, 2004). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wati (2008) bahwa ada hubungan antara kebiasaan posisi saat membaca di rumah dengan gangguan penurunan ketajaman penglihatan. Hasil lain dari penelitian terkait yang dilakukan oleh Arianty (2013) justru menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna untuk seluruh parameter aktivitas jarak dekat dengan miopia. Saat pencahayaan terasa kurang oleh mata, maka mata akan berakomodasi lebih kuat untuk melihat benda. Akomodasi adalah kemampuan lensa untuk mencembung yang terjadi akibat kontraksi otot siliar. Daya pembiasan lensa bertambah kuat akibat dari akomodasi. Kekuatan akomodasi akan meningkat sesuai dengan kebutuhan. Semakin dekat benda maka semakin kuat mata harus berakomodasi (Vaughan & Asbury, 2000). Intensitas pencahayaan yang tidak baik akan menyebabkan mata berakomodasi lebih kuat dan jika dibiarkan secara terus menerus akan menyebabkan penurunan tajam penglihatan permanen. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wati (2008) yang menunjukkan ada hubungan antara kondisi penerangan tempat belajar dirumah dengan gangguan penurunan ketajaman penglihaan. Kesimpulan Tidak ada pengaruh antara frekuensi lamanya menggunakan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah (6-12 tahun) di SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan tahun 2014. Ada pengaruh antara posisi dan intensitas pencahayaan saat menggunakan gadget terhadap penurunan tajam penglihatan pada anak usia sekolah (6-

12 tahun) di SD Muhammadiyah 2 Pontianak Selatan tahun 2014. Saran Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan dalam upaya menjaga ketajaman penglihatan anak. Perawat juga dapat memberikan intervensi keperawatan yang sesuai dengan tugas perkembangan psikososial anak usia sekolah. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Erickson, pada tahap ini anak mulai keluar dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sehingga semua aspek memiliki peran penting seperti guru, orangtua dan teman. Oleh karena itu, intervensi yang dapat dilakukan yaitu menyarankan orangtua agar memberikan gadget kepada anak jika anak dapat menjaga nilainya disekolah dengan baik dan beperilaku yang sopan. Gadget dapat diberikan hanya pada waktu tertentu saja seperti pada hari libur. Orangtua juga memperhatikan makanan yang diberikan kepada anak, disarankan agar memberikan makanan yang mengandung banyak Vitamin A. Intervensi lain yaitu bekerjasama dengan pihak sekolah mengadakan pemeriksaan tajam penglihatan secara rutin dengan mengundang ahli Refraksionis Optisien. Sarwar, M., & Soomro, T. R. (2013). Impact of Smartphone's on Society. European Journal of Scientific Research, 98(2), 216-226. Suherman. (2012). Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC. Tiharyo, I., Gunawan, W., & Suhardjo. (2008). Pertambahan Miopia pada Anak Sekolah Dasar Daerah Perkotaan dan Pedesaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Oftalmologi Indonesia, 6(2), 104-112. Vaughan, D., & Asbury, T. (2000). Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika. Wati, N. A. (2008). Skrining Gangguan Tajam Penglihatan (visus) Anak Usia 7-10 Tahun Sekolah Dasar di Kecamatan Bantul Kabupaten Bantul. Bantul: Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Daftar Pustaka Arianti, M. P. (2013). Hubungan Riwayat Miopia di Keluarga dan Aktivitas Jarak Dekat dengan Miopia pada Mahasiswa PSPD Untan Angkatan 2010-2012. Pontianak: Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura. Ilyas, S. (2004). Ilmu Perawatan Mata. Jakarta: Sagung Seto. Kurmasela, Saerang, & Laya, R. (2013). Hubungan Penggunaan Laptop dengan Keluhan Penglihatan pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Jurnal e-biomedik, 1(1), 291-299. Malahayati, D. (2012). Hubungan kebiasaan Bermain Video Game dengan Tingkat Motivasi Belajar pada Anak Usia Sekolah. Depok: Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia