BAB II TINJAUAN PUSTAKA. any good (sesuatu benda) dan generally accepted (diterima secara umum). Uang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Uang memiliki fungsi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari.

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

PEMBAYARAN NON TUNAI. Reza Kurniawan. Abstrak.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dengan perkembangan teknologi yang canggih. Kemajuan teknologi dalam sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat dan tidak menyalurkan kredit seperti bank umum dan BPR, akan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tranformasi sistem pembayaranpun juga semakin berkembang. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (non cash), yang diawali dengan alat pembayaran menggunakan kertas (paper

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang dituangkan dalam Undang Undang Bank Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dapat dilakukan oleh pelaku dengan wilayah yang berdekatan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu jenis jasa bank (service) yang ada di Indonesia adalah jasa kliring

ANALISA Bank dan Lembaga Keuangan II

BAB I PENDAHULUAN. Uang sebagai sistem pembayaran tidak dapat dipisahkan dari fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai lender of

Kusnul Latifah Education SISTEM PEMBAYARAN & ALAT PEMBAYARAN. Kusnul Ekonomi Kelas X

UANG DAN INSTITUSI KEUANGAN PENAWARAN UANG PROGDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

ekonomi Kelas X BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN BUKAN BANK KTSP & K-13 A. Pengertian Bank Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian negara. Oleh karena itu

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB 1 PENDAHULUAN. pembayaran yang digunakan oleh masyarakat. Seiring dengan semakin tingginya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEJARAH BANK INDONESIA : SISTEM PEMBAYARAN Periode

BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara

TUGAS REVIEW KULIAH UMUM

Teori Klasik tentang Permintaan Uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Settlement (CPSS/BIS) yaitu lembaga internasional yang menerbitkan acuan best

ekonomi K-13 PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG K e l a s A. KONSEP DASAR a. Sejarah Uang Tujuan Pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Instrumen/alat pembayaran merupakan media yang digunakan dalam pembayaran.

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM

Uang EKO 2 A. PENDAHULUAN C. NILAI DAN JENIS-JENIS UANG B. FUNGSI UANG. value).

9. UANG DAN LEMBAGA KEUANGAN

Anita Asnawi, S.Sos., MM.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

SKRIPSI ANALISIS DAMPAK PEMBAYARAN NON TUNAI TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR DI INDONESIA OLEH LASONDY ISTANTO S

SMAM 3 LHOKSEUMAWE ALAT PEMBAYARAN TUNAI & NON JUDUL MATERI LAT. SELESAI TUNAI. Indikator: Alat pembyrn tunai & non tunai

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

PRODUK-PRODUK BANK. Disusun Oleh : Tyas Krisnawati Anita Satriana Dewi Dina Martiningsih

PERTEMUAN VII TEORI JUMLAH UANG BEREDAR

BAB I PENDAHULUAN. Bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah

BAB II LANDASAN TEORI tentang perbankan, adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. transaksi. Untuk itu, perbankan dituntut untuk menyediakan berbagai. yang disediakan oleh jasa perbankan adalah Kliring.

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan Transaksi Non-Tunai di Indonesia dalam beberapa tahun

BAB I PENDAHULUAN. dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak

Jenis-jenis Uang dan Contohnya Tugas Pokok Bank Umum IPS. Oleh : Nashra Kautsari IX

TINJAUAN PUSTAKA. Mishkin (2001), mengungkapkan secara sederhana bahwa sistem pembayaran. adalah metode untuk mengatur transaksi dalam perekonomian.

BAB II. TINJAUAN LITERATUR Inovasi Sistem Pembayaran dan Kebijakan Moneter

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi, sehingga pada awalnya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian para peneliti dan telah ditelaah secara lebih mendalam di berbagai

Ringkasan Materi UAS 2 Ekonomi Kelas X

BAB II LANDASAN TEORI

Bab 4 TEORI MONETER (Lanjutan)

BAB I PENDAHULUAN. mungkin bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lembaga-lembaga. menggerakkan roda perekonomian suatu bangsa.

1.Peran mata uang 2.Lembaga Keuangan. PIEw9 1

BAB I PENDAHULUAN. belum secanggih saat ini. Awalnya masyarakat memunuhi kebutuhannya. logam dan sampai lah ke tahap penetapan uang kertas.

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PEMBAYARANMENGGUNAKANKARTU (APMK) SEBAGAI INSTRUMENPEMBAYARAN NON TUNAI TERHADAPPERMINTAAN UANG M1

UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH INOVASI SISTEM PEMBAYARAN TERHADAP PERMINTAAN UANG DI INDONESIA TESIS IMADUDDIN SAHABAT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ekonomi Indonesia tidak terlepas dari keterlibatan sektor

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam perekonomian terdapat dua jenis transaksi, yaitu transaksi tunai dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

- 3 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal I Angka 1 Pasal 1 Cukup jelas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum. 1 Salah satu dampak

INSTRUMEN PEMBAYARAN. Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran Biro Pengembangan Sistem Pembayaran Nasional

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam ilmu ekonomi, keseimbangan pasar (market equilibrium) terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. guna memenuhi suatu kewajiban yang timbuk dari suatu kegiatan ekonomi.

BAB II LANDASAN TEORI

PERANAN KLIRING DALAM LALU LINTAS PEMBAYARAN GIRAL DI BANK INDONESIA CABANG SURAKARTA

Pertemuan ke V : Produk Dana

BAB II LANDASAN TEORI. Kasmir (2008), mendefinisikan bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/18/PBI/2005 TENTANG SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.7 tahun 1992

BAB I Lembaga Keuangan

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

Program Elektronifikasi dan Keuangan Inklusif Pusat Program Transformasi Bank Indonesia 2015

BAB VI INFLATION, MONEY GROWTH & BUDGET DEFICIT

BAB I PENDAHULUAN. Uang didefinisikan sebagai alat pertukaran (medium of exchange) yaitu suatu

WORKING PAPER. Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap. Bambang Pramono, Tri Yanuarti Pipih D. Purusitawati, Yosefin Tyas Emmy D.K.

tutinonka.wordpress.com

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran yang baru dilahirkan pada tahun 1995 sudah merupakan hal yang tidak

Kelangkaan Uang Logam Disebabkan Penggunaan. Uang Elektronik Dan Uang Giral

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan alat pembayaran dengan menggunakan sistem non cash

BAB I PENDAHULUAN. (surplus unit) dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana (deficit unit).

BAB II LANDASAN TEORI. sebagai lembaga keuangan yang kegiatan nya tidak terlepas dari transaksi

1. Tahap sebelum barter. 2. Tahap Barter. Tahap Perkembangan Uang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Uang 2.1.1. Defenisi Uang Uang secara universal adalah sesuatu (benda) yang diterima secara umum dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dua unsur terpenting dari uang adalah any good (sesuatu benda) dan generally accepted (diterima secara umum). Uang digunakan untuk memperlancar atau mempermudah kegiatan transaksi dalam sebuah perekonomian. Dari sudut pandang ekonomi, uang merupakan barang ekonomi karena uang adalah barang langka. Uang adalah asset yang paling likuid diantara seluruh asset yang ada dalam perekonomian. Uang dikatakan likuid apabila sangat mudah ditukarkan dengan barang dan jasa lain, biaya transaksinya sangat kecil dan nilai nominalnya relatif stabil. Defenisi uang secara hukum, yaitu uang merupakan alat pembayaran yang sah dimana dalam perekonomian modern, penggunaan sesuatu benda sebagai uang dikuatkan berdasarkan keputusan hukum atau undang-undang. Pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang tersebut seperti pemalsuan uang atau menggunakan alat tukar yang tidak seusai dengan ketentuan akan dikenakan hukuman. 7

2.1.2. Penawaran Uang Ada tiga lembaga yang menawarkan uang antara lain: pemerintah, bank sentral, dan bank umum. Setiap penawaran uang ke masyarakat dicatat dalam neraca. Pemerintah dan Bank Sentral menawarkan uang dalam bentuk uang kartal. Dan Bank Umum menawarkan uang dalam bentuk uang giral. 1. Penawaran uang oleh Pemerintah Dahulu pemerintah juga menawarkan uang ke masyarakat dalam bentuk uang pecahan. Proses penawaran yang oleh pemerintah ke masyarakat besar kecilnya dicatat dalam neraca. Alasan pemerintah mengeluarkan uang pecahan adalah untuk transaksi kecil-kecilan dan sebagai pendapatan pemerintah. 2. Penawaran uang oleh Bank Sentral Yang dimaksud adalah Bank Sentral dapat mencetak uang dan mengedarkan uang yang berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Pada masa sekarang, penawaran uang kartal ke masyarakat melalui satu lembaga yaitu Bank Sentral. 3. Penawaran uang oleh Bank Umum Bank Umum dapat menawarkan uang karena Bank Umum dapat mengeluarkan cek yang dimana cek itu dianggap atau berlaku sebagai alat pembayaran alat transaksi yang pantas. Uang yang ditawarkan oleh Bank Umum disebut uang giral. 2.1.3. Defenisi Jumlah Uang Beredar Uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Namun defenisi ini terus berkembang, sehingga perhitungan jumlah uang beredar di 8

berbagai negara dapat berbeda-beda. Umumnya defenisi uang beredar di negara maju lebih kompleks dibandingkan di negara sedang berkembang. Defenisi tersebut dibagi berdasarkan dua pendekatan, yaitu pendekatan transaksional (transaction approach) dan pendekatan likuiditas (liquidity approach) (Manurung dan Prathama, 2004 :13). 1. Pendekatan Transaksional (Tansaksional Approach) Pendekatan ini memandang jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk kebutuhan transaksi. Pada paraktiknya, pendekatan ini digunakan untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti sempit M1 (narrow money). M1 mencakup uang kartal dan uang giral. Uang kartal terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku diluar dari bank umum (currency out of bank COB). Uang giral terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan tabungan berjangka yang sudah jatuh tempo, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. 2. Pendekatan Likuiditas (Liquidity Approach) Pendekatan ini mendefenisikan jumlah uang beredar adalah jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi (quasy money). Pertimbangannya adalah sekalipun uang kuasi merupakan asset financial yang likuid dibanding dengan uang kertas, uang logam, dan rekening giro, tetapi sangat mudah diubah menjadi uang yang dapat digunakan untuk kebutuhan transaksi. Dalam praktik, pendekatan ini diguakan untuk menghitung jumlah uang beredar dalam arti luas (broad money), yang dikenal dengan M2 yang terdiri atas M1 diatambah dengan yang kuasi. Di Indonesia, yang dimaksud dengan uang kuasi adalah simpanan 9

rupiah dan valuta asing milik penduduk pada sistem moneter yang untuk sementara waktu kehilangan fungsinya sebagai alat tukar. Jumlah M2 sering juga disebut sebagai likuiditas perekonomian. 2.1.4. Uang Beredar di Indonesia Menurut Bank Indonesia, di Indonesia hanya dikenal dua macam uang beredar saja, yaitu: 1. Uang beredar dalam arti sempit (narrow money M1), di defenisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C) dan uang giral (D). 2. Uang beredar dalam arti luas (broad money M2), didefenisikan sebagai kewajiban sistem moneter terhadap sektor swasta domestik yang terdiri dari uang kartal (C), uang giral (D) dan uang kuasi. Dengan kata lain M2 adalah M1 diatambah dengan tabungan dan simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih pendek, temasuk rekening pasar uang dan pinjaman semalan antar bank. Elemen elemen pada M1 dapat dikatakan sebagai bearan moneter bebas bunga (interest-free monetary aggregates) karena elemen elemen tersebut belum mengandung bunga. Sementara uang kuasi yang terdiri dari tabungan dan deposito berjangka dikategorikan ke dalam uang mengandung bunga (interest monetary aggregates). 2.2. Sistem Pembayaran Sistem pembayaran merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir seluruh kegiatan perekonomian sehari-hari terjadi proses transaksi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi serta masyarakat. Menurut 10

Humphrey (1995: 3) sistem pembayaran adalah suatu hal yang penting karena membentuk spesialisasi yang terjadi dalam produksi dan membantu menciptakan transaksi yang efisien. 2.2.1. Defenisi Sistem Pembayaran Pembayaran dapat diartikan sebagai perpindahan nilai antara dua belah pihak (secara sederhana dipakai istilah pembeli dan penjual), dimana secara bersamaan terjadi perpindahan barang dan jasa. pada intinya dalam setiap kegiatan ekonomi terjadi proses pembayaran ini. Buyer Payor Transfer of goods or services Goods Flow Value flow Transfer of value through a payment system Seller Payee Sumber: Humpery (1995: 3) Gambar 2.1. Ilustrasi Sederhana Proses Sistem Pembayaran Menurut Humpery (1995: 3), sistem pembayaran pada dasarnya adalah semata-mata hanya sebuah persetujuan mengenai cara mentransfer sejumlah nilai uang antara pembeli (buyers) dan penjual (sellers) dalam sebuah transaksi. Seperti yang diilustrasikan dalam gambar 2.1, sistem pembayaran memfasilitasi pertukaran barang dan jasa dalam sebuah perekonomian. Menurut Guitian (1998) dalam Bank Indonesia, sebuah sitem pembayaran meliputi seperangkat instrumen dan alat-alat yang secara umum diterima untuk melakukan pembayaran; kerangka institusional dan organisasi yang menjalankan pembayaran (termasuk regulasi kehati-hatian); dan prosedur operasi dan jaringan komunikasi yang digunakan untuk memulai dan mengirimkan informasi 11

pembayaran dari pembeli (payer) kepada penjual (payee) dan untuk menyelesaikan pembayaran. Menurut Bank for International Settlement (BIS 2003) dalam Bank Indonesia, sistem pembayaran adalah seperangkat instrument, prosedur dan sistem transfer dana intrabank (Interbank Funds Transfer IFT) yang menjadi komponen untuk melancarkan perputaran uang. Menurut Bank Indonessia ( UU No.23/1999 tentang Bank Indonesia), sistem pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat aturan dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi. Payment Instrument Interbank Funds Transfer Systems Payment Systems Operator Delivery Channels Credit Transfer Debit Transfer Paper based Card based Electronic based Paper based Card based Electronic based Clearing Houses Banks others Bank Teller ATM EDC Computer Mobile Phone Others Sumber: Bank Indonesia Gambar 2.2. Ilustrasi Komponen Pembentuk Sistem Pembayaran 2.2.2. Evolusi Sistem Pembayaran Sistem pembayaran telah berubah sepanjang waktu, demikian pula dengan bentuk uang. Pada suatu waktu, logam berharga seperti emas digunakan sebagai alat pembayaran utama dan dari emas tersebut berubah menjadi bentuk utama dari uang. Selanjutnya asset kertas seperti cek dan uang kertas mulai digunakan untuk 12

sistem pembayaran dan dianggap sebagai uang. Dimana sistem pembayaran memiliki makna terhadap bagaimana uang akan didefenisikan di masa mendatang (Mishkin, 2006: 72-73). Akar dari evolusi sistem pembayaran dimulai dari sistem perekonomian yang paling sederhana yang dikenal dengan cara barter. Dimana seseorang yang membutuhkan barang tertentu dapat memperolehnya dengan menukarkanya dengan barang yeng berbeda. Karena barter menemui banyak permasalahan, maka digantikan oleh commodity currency berupa emas perak atau koin. Sistem barter dan commodity currency ini tidak efisien, maka tahap evolusi berlanjut pada penggunaan uang fiat (uang kepercayaan). Uang fiat adalah uang kertas yang diumumkan oleh pemerintah sebagai alat transaksi. Uang fiat hanya bisa digunakan sebagai alat transaksi sapenjang adanya kepercayaan kepada lembaga yang berwenang mengeluarkannya dan dalam pencetakannya sudah dalam tahap sukar untuk dipalsukan (Mishkin, 2006: 73). Kehadiran uang fiat (uang kertas) dan commodity currency (koin) telah memberikan kepraktisan dalam melakukan transaksi dalam perekonomian. Kedua tipe uang ini dapat dikelompokkan menjadi sistem pembayaran tunai. Dan paling umum digunakan untuk transaksi perekonomian terutama pada negara-negara sedang berkembang. Namun uang tunai hanya dirasa cukup paraktis untuk melakukan transaksi yang bernilai kecil, tidak demikian dengan transaksi yang bernilai besar, karena akan diperlukan jumlah fisik uang yang banyak, serta tidak aman untuk membawa uang dalam jumlah banyak. 13

Berbagai macam kendala dalam penggunaan uang tunai (kertas dan logam) dalam transaksi pembayaran mendorong munculnya inovasi baru. Perkembangan sistem pembayaran berlanjut kepada penggunaan cek. Cek hadir untuk mengatsi masalah dalam hal transaksi tunai (uang kertas dan logam) dalam jumlah besar. Cek mampu mempermudah transaksi dalam jumlah yang besar karena nilainya tergantung dari yang tertulis diatasnya. Selain itu, keuntungan dari cek adalah mengurangi biaya transportasi dan mengefisienkan pembayaran. Sama halnya seperti uang fiat ternyata penggunaan cek juga membutuhkan biaya dalam proses pencairannya. Beberapa jenis cek hanya dapat dicarikan dalam jangka waktu tertentu. Pengunaan cek juga membutuhkan satu atau lebih bank, yaitu transfer dana deposito dari rekening bank pihak pembayar ke rekening bank penerima pembayaran. Oleh Karena hambatan tersebut, maka evolusi pembayaran berlanjut dengan dikembangkannya pembayaran elektronik. Pada dekade 1970-an dan 1980-an elektonifikasi dalam system pembayaran mulai berkembang. Alat pembayaran mengunakan kartu memudahkan masayrakat untuk bertransaksi langsung di tempat penjualan (Point Of Sales POS). Pembayaran elektronik mampu mengatasi masalah uang fiat serta cek berbasis kertas. Masalah tersebut meliputi ketidakpraktisan dan ketidaknyamanan untuk dipegang serta adanya biaya transportasi untuk melangsungkan prose transaksi. Di Indoensia, e-money mulai dikenalkan sejak tahun 2007, yang ditujukan untuk jenis pembayaran mikro sebagai pengganti uang. Seiring dengan perkembangan teknologi perpindahan dana secara elektronis yang cepat antar kota bahkan antar negara telah memungkinkan untuk dilaksanakan. 14

Inovasi terbaru dalam sistem pembayaran sekarang ini adalah dengan ditemukannya bitcoin pada tahun 2009 oleh Satoshi Nakamoto. Bitcoin adalah uang elektronik yang menggunakan jaringan teknologi peer-to-peer untuk beoperasi tanpa melalui otoritas sentral atau bank, transaksi dan penerbitan bitcoin dilakukan secara kolektif melalui sebuah jaringan (https://bitcoin.org/en/, 2014). Bitcoin menggunakan public-key cryptography, jaringan peer-to-peer, dan proofof-work untuk memproses dan memverifikasi transaksi pembayarannya. Bitcoin menyediakan jaringan pembayaran yang cepat dan sangat handal (https://en.bitcoin.it/wiki/, 2014). Bitcoin dikirim dengan mudah secara langsung melalui jaringan internet dari pihak yang satu ke pihak lain yang tanpa perlu mempercayai otorisasi pihak ketiga ataupun lembaga keuangan (Nakamoto: 1). 2.2.3. Pembayaran Tunai Ditengah pesatnya perkembangan pembayaran non tunai, pembayaran tunai juga masih memegang peranan penting dalam sistem pembayaran di Indonesia. Masyarakat Indonesia masih menggunakan pembayaran tunai yang terdiri dari uang kertas maupun uang logam. Pembayaran tunai masih tidak dapat tergantikan oleh instrument pembayaran non tunai, terutama untuk transaksi retail (Titiheruw, 2009 : 8) 2.2.4. Sistem Pembayaran Non tunai Meskipun fisik uang sampai saat ini masih banyak digunakan sebagai alat pembayaran, namun sejalan dengan perkembangan teknologi sistem pembayaran yang pesat, pola pembayaran tunai (cash) secara berangsur angsur beralih menuju pembayaran non tunai (non-cash). Terdapat dua jenis pembayaran dan sistem 15

penyelesaian di Indonesia: sistem pembayaran bernilai besar antar bank (intrabank large-value payments system) dan sistem pembayaran ritel dan mikro (retail and micro payments system). Dalam sistem pembayaran ritel dan mikro, sebagian besar layanan pembayaran ritel dan mikro disediakan oleh bank-bank komersial melalui beberapa instrumen pembayaran: cek dan bilyet giro, alat dan pembayaran elektronik (Bank Indonesia 2006) Pembayaran antar bank dengan cek dan bilyet giro diproses melalui SKNBI (Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia). SKNBI adalah sistem net settlement multilateral tangguhan (deferred multilateral net settlement). Untuk instrumen pembayaran berbasis kartu (kredit dan kartu debit/atm), penyelesaian pada level antar bank juga dilakukan secara net multilateral melalui sistem BI- RTGS (Bank Indonesia Real Time Gross Settlement) atau bank komersial melalui rekening di bank-bank komersial yang ditunjuk sebagai bank pembayaran (Bank Indonesia 2006) 2.2.4.1. Pembayaran Non Tunai Berbasis Warkat (Paper Based) Instrumen-instrumen berbasis warkat ini merupakan intrumen yang sudah umum dan telah lama digunakan dalam praktek perbankan. Beberapa instrument yang termasuk dalam kategori ini, yaitu, cek, bilyet giro, nota debet. 1. Cek adalah surat perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu (Bank Indonesia, 2006) 2. Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada rekening pemegang yang disebutkan (Bank Indonesia, 2006). 16

3. Nota Debet adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk bank atau nasabaj bank yang menyampaikan warkat tersebut (Bank Indonesia, 2006) Cek dan bilyet giro merupakan instrumen pembayaran non tunai yang paling umum digunakan bahkan sebelum adanya ragam transaksi non tunai lainnya. Dengan perkembangan instrument elektronik dan berbagai variasi lainnya secara perlahan-lahan mengurangi pengunaan intrumen ini bahkan kemudian telah digantikan oleh transfer secara elektronik (paperless) yang diatur menggunakan SKNBI atau BI-RTGS. 2.2.4.2. Pembayaran Non Tunai Berbasis Kartu (Card Based) Instrumen pembayaran non tunai berbasis kartu atau disebut juga APMK (Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) telah meningkat secara signifikan penggunaanya di Indonesia. Beberapa jenis instrumen yang termasuk dalam kategori ini, yaitu: 1. Kartu Kredit adalah instrumen pembayaran yang pembayarannya dilakukan kemudian. Dalam hal ini bank penerbit kartu memberikan kredit kepada nasabah pemegang kartu kredit dengan atas waktu dan tambahan bunga yang telah disepakati antara bank dan nasabah (Bank Indonesia 2006). 2. Kartu ATM merupakan instrument pembayaran berbasis kartu yang transaksinya dilakukan melalui mesin ATM. Beberapa transaksi non tunai yang dapat dilakukan melalui kartu ini adalah pembayaran rekening listrik, telepon, air bersih, pembelian pulsa, dan transfer dana (Bank Indonesia 2006). 17

3. Kartu Debet merupakan instumen berbasis kartu yang pembayarannya dilakukan dengan pendebetan langsung kerekening nasabah di bank penerbit kartu tersebut. Pada beberapa bank penerbit, terdapat kombinasi antara fungsi kartu debet sekaligus kartu ATM untuk lebih memudahkan nasabah bank tersebut (Bank Indonesia 2006). 2.2.4.3. E-Money E-money (electronic money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur-unsur sebagai berikut (Peraturan Bank Indonesia No 11/12/PBI/2009): diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh pemegang kepada penerbit; nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip; digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektonik tersebut; dan nilai uang elektronik yang disetor oleh pemegang dan dikelola oleh penerbit bukan merupakan simpanan sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan. E-money di Indonesia dikategorikan menjadi dua jenis Salah satunya adalah berbasis chip (chip-based) di mana nilai uang disimpan dalam sebuah sirkuit terpadu (integrated circuit - IC) chip tertanam dalam perangkat seperti kartu plastik, dan lainnya adalah bebasis server (server-based) di mana nilai uang disimpan secara terpusat di server penyedia layanan e-money. Pada akhir tahun 2012 terdapat 13 penerbit uang elektronik yang telah memperoleh izin dari bank 18

Indonesia baik yang berbasis chip maupun media bebasis server (Bank Indonesia, 2013: 16). E-money merupakan produk stored-value atau pra-bayar. E-money dapat diterbitkan oleh bank dan non-bank. Berdasarkan kajian Bank Indonesia, issuer akan memelihara float atas e-money yang diterbitkannya. Float yaitu dana (monetary value) yang tercatat dalam kartu e-money dan belum digunakan dalam untuk pembayaran, atau sudah digunakan namun belum ditagihkan atau di-redeem oleh merchant. Dengan kata lain float merupakan kewajiban (liability) issuer atas e-money yang diterbitkannya. Berdasarkan katarestik tersebut, maka sifat float e- money sangat likuid atau dapat disetarakan dengan uang tunai (cash) atau giro setara degan M1 (Hidayati et,al, 2006: 42) 2.3. Pembayaran Dan Uang Beredar Pembayaran adalah aliran nilai (flow of value) yang terjadi dalam sebuah perekonomian yang memindahkan nilai dari pembeli kepada penjual dalam transaksi. Tentunya aliran (flow) ini berasal dari suatu tempat, yaitu berasal dari suplai uang yang ada dalam perekonomian. Uang beredar akan menganggur (sits around idle) sampai sebagian dari uang beredar tersebut digunakan untuk pembayaran dalam transaksi. Jika pembayaran sehari-hari merupakan persentase yang besar dari persediaan uang yang ada, maka " turnover " uang atau kecepatan perputaran uang dikatakan tinggi. 19

Hubungan antara jumlah uang beredar dan kegiatan ekonomi dinyatakan dalam hubungan (Humphrey, 1995: 18): MV = PT di mana: M V P T : jumlah uang beredar : kecepatan uang beredar : tingkat harga : jumlah transaksi PT mewakili tingkat agregat aktivitas ekonomi, seperti GNP. Efisiensi dari sistem pembayaran tercermin dalam tingkat turnover uang, yang menunjukkan berapa kali jumlah uang beredar harus kembali dalam rangka memenuhi tuntutan transaksi dan pembayaran yang terkait dengan tingkat aktivitas ekonomi agregat. Jika efisiensi sistem pembayaran membaik, pembayaran akan memakan waktu yang lebih singkat untuk diselesaikan (cleared and settled) sebelum dana yang ditransfer dapat digunakan kembali untuk membiayai pembayaran lain. Sehingga perbaikan dalam efisiensi sistem pembayaran akan memungkinkan suatu negara dapat mengurangi uang beredar domestiknya, dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi dan hal-hal lain tetap konstan. Prinsip yang mendasari hubungan antara efisiensi sistem pembayaran dan jumlah uang beredar ditunjukkan oleh persamaan MV = PT. Dengan asumsi PT (atau GNP) adalah konstan, peningkatan efisiensi sistem pembayaran akan meningkatkan kecepatan (velocity - V) yang memungkinkan jumlah uang beredar 20

(M) untuk dikurangi untuk mendukung tingkat yang sama dari kegiatan ekonomi (Humphrey, 1995: 18). 2.4. Pembayaran Non Tunai dan Permintaan Uang Fungsi permintaan uang masyarakat merupakan faktor yang menghubungkan sektor moneter dan sektor riil. Oleh karena itu perilaku permintaan uang masyarakat, terkait dengan semakin meningkatnya media pembayaran non tunai sangat penting dicermati (Syarifuddin, Hidayat, Tarsidin, 2009: 371). Baumol dan Tobin (Inventory Model) Baumol dan Tobin menggunakan pendekatan inventory model untuk merumuskan kerangka teori permintaan uang, dimana uang diposisikan sebagai alat untuk transaksi. Baumol serta Tobin menyebutkan bahwa terdapat dua hal yang perlu dipertimbangkan dalam pilihan untuk memegang uang atau asset, yakni: transaction cost yang harus dikeluarkan ketika memilih untuk memegang assets karena dengan memegang assets berkurang liquidity-nya serta adanya return yang diperoleh dengan memegang assets. Tingkat optimal uang yang dipegang masyarakat dapat dirumuskan sebagai berikut : di mana : MM = cccccc 2ii M * c I : Tingkat optimal stock uang : transaction cost : return dari assets 21

Dalam konteks Inventory Model, permintaan not-interest bearing money, yakni uang kartal dan uang giral (dalam hal ini di asumsikan tidak ada bunga atas simpanan dalam bentuk rekening giro) ditentukan oleh pendapatan riil suku bunga, dan transaction cost. Tingkat suku bunga dan transaction cost tersebut dalam hal ini adalah atas bebagai jenis simpanan yang tidak termasuk dalam kategori M1 (time deposit dan saving deposit) serta berbagai jenis asset lainnya (seperti obligasi). Rumusan tersebut dapat pula digunakan untuk menganalisis permintaan uang kartal dan M2, tentunya dengan menggunakan besaran tingkat suku bunga dan transaction cost yang relevan. Inventory model dari Baumol dan Tobin dinilai tepat untuk digunakan dalam memperhitungkan dampak dari penggunaan media pembayaran non tunai (seperti ATM, kliring RTGS, dan berbagai media pembayaran non tunai), yakni dengan diakomodasinya variabel transaction cost di samping tingkat suku bunga. Namun tentunya perlu dilakukan penyesuaian, mengingat dengan pembayaran non-tunai masyarakat dapat menyimpan uangnya dalam bentuk demand deposit dan saving deposit tanpa harus menghadapi trade-off, yakni memperoleh return tanpa harus dikenai biaya transaksi dalam pencairannya (tingkat likuiditasnya sangat tinggi) (Syarifuddin, Hidayat, Tarsidin, 2009: 372). 22

2.5. Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian yang menganalisis mengenai pembayaran non tunai antara lain: 1. Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian Dan Kebijakan Moneter (Bambang Pramono, Pipih D. Purusitawati, Yosefin Tyas Emmy D.K., 2006). Mengkaji dampak perkembangan alat pembayaran non tunai terhadap kebijakan moneter dan perekonomian di Indonesia. Metode estimasi yang digunakan dalam pelitian ini adalah Uji Kointegrasi (Johansen Cointegration Test) dan Vector Error Correction Model (VECM). Penelitian ini menyimpulkan bahwa, kehadiran alat pembayaran non tunai bagi perekonomian memberikan manfaat peningkatan efisiensi dan produktivitas keuangan. Inovasi dalam alat pembayaran non tunai dapat meyebabkan komplikasi dalam penggunaan target kuantitas dalam pengendalian moneter. Studi empirik penelitian ini menemukan bahwa kehadiran alat pembayaran non tunai menurunkan permintaan terhadap uang kartal dan M1. Dimana alat pembayaran non tunai dapat menggantikan peran alat pembayaran tunai dalam transaksi ekonomi. Penurunan terhadap uang kartal M1 berdampak pada berkurangnya biaya pencetakan uang. 2. Dampak Peningkatan Pembayaran Non Tunai Terhadap Perekonomian Dan Implikasinya Terhadap Pengendalian Moneter Di Indonesia (Ferry Syarifuddin, Ahmad Hidayat, Tarsidin, 2009) 23

Penelitian ini menganalisis tentang dampak peningkatan pembayaran non tunai terhadap permintaan uang masyarakat, bagaimana dampaknya terhadap perekonomian serta implikasinya terhadap pengendalian moneter oleh Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode estimasi Structural Cointegration Vector Autoregresion (SCVAR), ditemukan bahwa pembayaran non tunai akan menyebabkan cash holding menurun walaupun permintaan M1 dan M2 meningkat. Peningkatan pembayaran non tunai juga akan mengakibatkan penurunan tingkat suku bunga BI, penigkatan GDP riil, dan penurunan tingkat harga. 3. Dampak Peningkatan Penggunaan Pembayaran Menggunakan Kartu Terhadap Perekonomian Indonesia (Tiara Nirmala, Tri Widodo, 2011) Penelitian ini menganalisis tentang dampak meningkatnya penggunaan pembayaran menggunakan kartu (pembayaran non tunai) pada perekonomian Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM). Hasilnya menunjukkan bahwa, kepemilikan uang tunai menurun, sementara stok uang M1 dan M2 meningkat. Peningkatan pembayaran non tunai juga menginduksi pertumbuhan GDP dan penurunan harga. 4. Pengaruh Inovasi Sistem Pembayaran Terhadap permintaan Uang di Indonesia (Imaduddin Sahabat, 2009) Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh inovasi system pembayaran terhadap permintaan unag di Indonesia. Dengan menggunakan merode Vector Auto Regresion (VAR) dan Vector Error Corection Model (VECM) 24

diketahui bahwa inovasi sistem pembayaran seperti kliring, RTGS, kartu kredit dan kartu debet memiliki hubungan jangka panjang dengan permintaan uang. Selain itu kartu debet, kartu kredit, kliring dan BI-RTGS akan menurunkan permintaan uang. 5. Analisis Pengaruh Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu Dan Variabel Makroekonomi Terhadap Permintaan Uang Di Indonesia (Zainal Muttaqin, 2006) Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan variabel makroekonomi lainnya terhadap permintaan uang di Indonesia dalam jangka panjang dan dalam jangka pendek. Metode yang digunakan adalah Uji Kointegrasi dan Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian ini membuktikan adanya hubungan jangka panjang antara penggunaan ATM terhadap permintaan uang M1 dan uang tunai. Sementara itu, penggunaan kartu kredit dan debet tidak signifikan mempengaruhi permintaan uang M1 dan uang tunai. Hasil berbeda ditunjukkan dalam jangka pendek pengaruh APMK terhadap permintaan uang M1 dan uang tunai. Perubahan permintaan terhadap M1 hanya dipengaruhi oleh perubahan penggunan kartu ATM dan kartu debet. Sedangkan perubahan permintaan uang tunai tidak dipengaruhi oleh penggunaan APMK. Berdasarkan hasil penelitian ini telah dibuktikan bahwa keberadaan APMK (kartu kredit dan kartu debet) dan ATM berpengaruh secara nyata terhadap permintaan uang. 6. Analisis Pengaruh Penggunaan Kartu Pembayaran Elektronik Dan Daya Substitusi Transaksi Non Tunai Elektronik Terhadap Transaksi Tunai Indonesia (Sierra Rossa Sitorus, 2006) 25

Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh penggnaan kartu elektronik, dalam hal ini kartu kredit, kartu debit, dan kartu ATM terhadap transaksi tunai dan daya substitusi transaksi non tunai terhadap transaksi tunai di Indonesai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Error Correction Model (ECM). Hasil penelitian ini menemukan bahwa adanya hubungan signifikan untuk jangka panjang antara penggunaan kartu elektonik terhadap transaksi tunai di Indonesia. Peningkatan Volume transaksi non tunai yaitu transaksi APMK dan BI-RTGS mampu mensubstitusi transaksi tunai. Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Teknik No Penulis Penelitian Analisis Data 1 Bambang Pramono, Pipih D. Purusitawat i, Yosefin Tyas Emmy D.K. (2006) 2 Ferry Syarifuddin, Ahmad Hidayat, Tarsidin (2009) Meneliti mengenai dampak perkembangan alat pembayaran non tunai terhadap kebijakan moneter dan perekonomian. Meneliti tentang dampak peningkatan pembayaran non tunai terhadap permintaan uang masyarakat. Uji Kointegrasi (Johansen Cointegrati on Test) dan Vector Error Correction Model (VECM) Structural Cointegrati on Vector Autoregresi on (SCVAR) Kesimpulan Alat pembayaran non tunai menurunkan permintaan terhadap uang kartal dan M1. Alat pembayaran non tunai dapat menggantikan peran alat pembayaran tunai dalam transaksi ekonomi. Pembayaran non tunai akan menyebabkan cash holding menurun walaupun permintaan M1 dan M2 meningkat. 26

Lanjutan Tabel 2.1 3 Tiara Nirmala, Tri Widodo (2011) 4 Imaduddin Sahabat (2009) 5 Zainal Muttaqin (2006) 6 Sierra Rossa Sitorus (2006) Meneliti tentang pengaruh peningkatan penggunaan instrument pembayaran berbasis kartu terhadap perekonomian. Meneliti tentang pengaruh inovasi system pembayaran terhadap permintaan uang di Indonesia. Meneliti tentang pengaruh penggunaan alat pembayaran dengan menggunakan kartu dan variabel makroekonomi terhadap permintaan uang Meneliti tentang pengaruh penggunaan kartu elektronik terhadap transaksi tunai dan daya substitusi transaksi non tunai terhadap transaksi tunai. Vector Error Correction Model (VECM) Vector Auto Regresion (VAR) dan Vector Error Correction Model (VECM) Uji Kointegrasi dan Error Correction Model (ECM) Uji Kointegrasi dan Error Correction Model (ECM) Penggunaan instrument pembayaran berbasis kartu mengakibatkan kepemilikan uang tunai menurun, sementara stok uang M1 dan M2 meningkat. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa inovasi system pembayaran seperti kliring, RTGS, kartu kredit dan kartu debet memiliki hubungan jangka panjang dengan permintaan uang. Penelitian ini telah menemukan bahwa keberadaan APMK (kartu kredit dan kartu debet) dan ATM berpengaruh secara nyata terhadap permintaan uang. Peningkatan Volume transaksi non tunai yaitu transaksi APMK dan BI-RTGS mampu mensubstitusi transaksi tunai 27

2.6. Kerangka Konseptual Fokus pembahasan dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh penggunaan pembayaran non tunai dalam transaksi masyarakat terhadap jumlah uang beredar di Indonesia. Dalam penelitian ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu, jumlah uang beredar dalam arti sempit (Narrow Money - M1) dan dalam arti luas (Broad Money - M2). Pengunaan pembayaran non tunai yang akan diteliti didekati dari empat skema pilihan transaksi pembayaran yaitu, APMK, e-money, SKNBI, dan BI-RTGS. Pembayaran non tunai pada hakikatnya sama dengan pembayaran tunai, yakni sama-sama merupakan transaksi pembayaran atas harga barang dan jasa. Yang menbedakan adalah tidak diperlukannya uang kartal untuk pembayaran non tunai tersebut yang berarti berkurangnya biaya, tenaga, dan waktu bertransaksi. (Sayarifuddin, Hidayat, Tarsidin, 2009). Metode pembayaran secara transfer (BI- RTGS dan SKNBI) akan menggantikan peran uang dalam perdagangan besar dan transaksi keuangan yang nilainya besar, sedangkan APMK (kartu ATM/debet dan kartu kredit) maupun e-money akan menggantikan uang tunai dalam pembayaran retail (Lahdenpera, 2001: 22) Penggunaan pembayaran non tunai (melalui transaksi APMK, e-money, SKNBI, BI-RTGS) dalam transaksi masyarakat akan mensubstitusi pengunaan uang kartal dalam transaksi pembayaran. Penggunaan teknologi dalam pembayaran non tunai akan memberikan berbagai kemudahan dalam transaksi termasuk mengurangi transaction cost yang akan mendorong permintaan uang secara keseluruhan (M1 dan M2 naik). Namun demikian, permintaan uang kartal 28

akan mengalami penurunan, karena terjadi subtistusi dengan transaksi non tunai. Perubahan permintaan uang ini pada gilirannya akan mempengaruhi jumlah uang beredar, mengingat bahwa equilibrium di pasar uang jumlah money supply (uang beredar) adalah sama dengan jumlah permintaan uang. Kerangka konseptual penelitian ini sebagaimana disajikan dalam Gambar 2.4. Penggunaan Pembayaran Non Tunai dalam Transaksi Masyarakat APMK E-Money Narrow Money (M1) SKNBI BI-RTGS Broad Money (M2) Gambar 2.3. Kerangka Konseptual Penelitian Sementara ini, di Indonesia belum diperoleh indikator yang secara baik dapat digunakan untuk mengukur penggunaan pembayaran non tunai dalam transaksi masyarakat. Mengacu pada berbagai studi yang telah dilakukan dan penelitian terdahulu, beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menghitung pengunaan pembayaran non tunai (Markose and Loke, 2000: BIS, 1999 dalam Bank Indonesia, 2006a: 24) adalah volume dan nilai transaksi yang dilakukan melalui kliring antar bank, ATM, Kartu debet, kartu kredit, dan kartu prabayar; rasio konsumsi terhadap uang kartal 29

2.7. Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan literatur, penelitian terdahulu dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan di muka, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Penggunaan pembayaran non tunai dalam transaksi masyarakat berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di Indonesia dalam arti sempit (narrow money M1). 2. Penggunaan pembayaran non tunai dalam transaksi masyarakat berpengaruh terhadap jumlah uang beredar di Indonesia dalam arti luas (broad money M2). 30