BAB I PENDAHULUAN. dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219.

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2011, hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm5

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 1. nasional (sisdiknas), pasal 1 ayat 1. hlm. 43.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Rosyid, Sosiologi Pendidikan, Idea Press, Yogyakarta, 2010, hlm.58. 3

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah konsep Pembelajaran Berbasis Kecedasan, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009, hlm. 108.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil belajar merupakan sebuah tolak ukur bagi guru untuk dapat mengetahui

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.2 No.3 (2016) : ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

BAB II KAJIAN TEORI. berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing tentang hasil

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

BAB 1 PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan dan pengembangan sumber daya manusia dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pengertian. Tesis ini berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam. Peserta Didik Kelas VII Di SMP Negeri 2 Adiluwih yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Mata Padi Presindo, Yogyakarta, 2015, Hlm Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Edisi Revisi, PT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta

KETUNTASAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA (PBAS) DI SMP NEGERI 3 SAWANG KABUPATEN ACEH UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dengan kata lain, peran pendidikan sangat penting untuk. pendidikan yang adaptif terhadap perubahan zaman.

I. PENDAHULUAN. Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran, masing- masing dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan pondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur, Nadi Pustaka, Yogyakarta, 2012, hlm. 73.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi pendidikan merupakan hal yang sangat fundamental bagi

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI SISWA KELAS VII B DI SMP NEGERI 4 PACITAN TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE TALKING STICK DAN KARTU ARISAN PADA KELAS XI IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm.5

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal 1. para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Untuk pemilihan model ini

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

ARTIKEL. Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Mengikuti Ujian Sarjana Pada Fakulats Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, PT. Rieneka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 2-3.

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya tujuan pendidikan yaitu mengembangkan pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Bilangan Berpangkat melalui Model Pembelajaran Discovery Learning

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. Bimo Walgito. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar Edisi Ke Dua). Yogyakarta, 1999, Andi Offset hlm.57

Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Media Gambar, Prestasi Belajar IPA

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. Ara Hidayat, Imam Machali, Pengelolaan Pendidikan, Kukaba, Yogyakarta, 2012, hlm.

PENDEKATAN ILMIAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MADRASAH IBTIDAIYAH (Studi Analisis Desain Strategi Pendidikan Agama Islam)

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Produk yang ingin dihasilkan oleh proses pendidikan adalah berupa lulusan yang memiliki kemampuan melaksanakan peranan-peranannya untuk masa yang akan datang. Peranan bertalian dengan jabatan dan pekerjaan tertentu, tentunya bertalian dengan kegiatan pembangunan di masyarakat. 2 Sasaran pendidikan adalah manusia. Oleh karena itu manusia seyogyanya dibimbing dan diarahkan, dengan kata lain manusia harus mengenyam pendidikan, agar kehidupannya berjalan lebih baik dan terarah. Pendidikan juga bermaksud membantu peserta didik untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaan yang dimilikinya. Peserta didik sebagai pribadi yang unik adalah makhluk individu, sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, peserta didik senantiasa melakukan interaksi sosial dengan orang lain. Interaksi sosial menjadi faktor utama dalam hubungan interpersonal antara dua orang atau lebih yang saling mempengaruhi. Bagi peserta didik interaksi sosial terjadi pertama kali di dalam keluarga, terutama orang tua. Kemudian seiring dengan perkembangan lingkungan sosial seseorang, interaksi sosial meliputi lingkup sosial luas, seperti sekolah dan teman-teman. 3 Perkembangan sosial anak usia SD ditandai dengan adanya perluasan hubungan, di samping dengan para anggota keluarga, juga dengan teman sebaya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya bertambah luas. Pada usia 1 Anas Salahudin dan Irwanto Alkrienciehie, Pendidikan Karakter (Pendidikan berbasis Agama dan Budaya Bangsa), Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 79. 2 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm. 3. 3 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta didik Panduan Bagi Orang Tua dan Guru dalam memahami Psikologi anak Usia SD, SMP, dan SMA, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm. 219. 1

2 ini anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap berpusat pada diri sendiri kepada sikap kerjasama atau mau memerhatikan kepentingan orang lain. 4 Hubungan interpersonal erat kaitannya dengan kemampuan interpersonal, kemampuan interpersonal menurut Buhrmester, dkk dalam Sulbiyanto adalah kecakapan yang dimiliki seseorang untuk memahami berbagai situasi sosial dimanapun berada serta bagaimana tersebut menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan harapan orang lain yang merupakan interaksi dari individu dengan individu lain. 5 Peserta didik juga belajar menerima perbedaan atau keberagaman status sosial diantara teman-temannya, sehingga ia juga belajar bertoleransi untuk membina hubungan sosial dengan kewajiban belajar untuk dapat meraih prestasi dan hasil belajar yang baik di kelas. Peserta didik usia Sekolah Dasar perlu berkembang dalam hal sosial, baik terhadap teman sebaya keluarga maupun lingkungan sekitar hal ini tentu banyak mengalami permasalahan yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tentu menjadi penghambat dalam perkembangan sosial anak. Dalam mengembangkan kemampuan penyesuaian sosial, baik dengan teman-teman maupun dengan guru, anak banyak mengalami permasalahan, misalnya, perasaan rendah diri, ketergantungan pada kawan, iri hati, cemburu, curiga, persaingan, perkelahian, permusuhan, merupakan permasalahan penyesuaian dengan teman-teman. 6 Permasalahan terkait hubungan sosial peserta didik dengan teman sebaya sebagaimana yang terjadi di SD N 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Kayu Pariaman kelas IV dan V dengan populasi dan sampel berjumlah 62 peserta didik. tergolong bermasalah dengan ditemukan jumlah presentase 4 Syamsu Yusuf, Perkembangan Peserta Didik: Mata Kuliah Dasar Profesi (MKDP) bagi Para Mahasiswa Calon Guru di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.66. 5 Cory Erliana, Skripsi Pengaruh Pengalaman Auditor, Kemampuan Interpersonal, dan Gender terhadap Pendeteksian Kecurangan dengan Skeptisme Profesional sebagai Variabel Pemoderasi (Survey pada Kantor Akuntan Publik di Kota Bandung, Jawa Barat). (online). Tersedia: http://hdl.handle.net/123456789/289, diakses pada tanggal 19 Desember 2015. 6 Elida Prayitno, Anak Usia Dini dan Usia SD, Angkasa Raya, Padang, 2005, hlm. 46.

3 tertinggi yakni 69,36% sebanyak 43 orang. Hal ini mengidentifikasi bahwa peserta didik di SD N 11 Kayu Tanam Kabupaten Padang Pariaman bermasalah dalam menjalin penyesuaian dengan teman sebaya. Meskipun hasil persentase tertinggi pada kategori bermasalah, maka guru BK dan guru kelas atau pihak-pihak yang terkait pada peserta didik juga harus memperhatikan peserta didik yang dikategorikan bermasalah maupun tidak bermasalah dalam menjalin penyesuaian dengan teman sebaya, karena terlihat sebesar 19,35% sebanyak 12 orang dikategorikan sangat bermasalah dalam penyesuaian dengan teman sebaya. Selain itu memberikan tindakan juga kepada peserta didik yang masih dikategorikan tidak bermasalah terlihat sebesar 11,29% sebanyak 7 orang peserta didik masih perlu diperhatikan agar mampu menjalin penyesuaian diri dengan teman sebaya. 7 Oleh Karena itu peran guru sangatlah di butuhkan, dimana seorang guru harus mampu memberi motivasi lebih terhadap siswa, kecerdasan guru dan gaya mengajar guru harus bisa menyesuaikan lingkungan kelas yg dihadapi, mengingat dalam setiap kelas perbedaan individu siswa sangatlah menonjol, Perbedaan individual anak semacam itu perlu mendapat perhatian guru di kelas apabila mereka mengharapkan agar setiap anak dapat berhasil, yaitu dapat mengembangkan potensial secara penuh, yang justru sangat diperlukan untuk mendukung kemajuan ekonomi dan teknologi di masyarakatnya. 8 Menumbuhkan atau meningkatkan kemampuan interpersonal dalam pembelajaran, peserta didik perlu diberi kesempatan pembelajaran yang aktif. Pendidik hendaknya dapat memotivasi dan merangsang peserta didik untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan membangun interaksi dalam pembelajaran di antaranya, selain guru dapat membangun interaksi antara peserta didik dan materi pembelajaran, bisa menjalin hubungan baik dengan peserta didik dan 7 Sri Rahma Deni, Masalah Hubungan Sosial Peserta Didik Kelas Tinggi dan Peran Guru Kelas dalam Mengatasinya di SD N 11 Kayu tanam Kabupaten Padang Pariaman, STKIP PGRI Sumatera Barat, 2013. 8 B. Suryosubroto, Proses Belajar-Mengajar di Sekolah, PT Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 84-86.

4 bagaimana peserta didik menjalin interaksi dengan peserta didik lain harus diperhatikan. Selain itu peserta didik juga harus diberi pondasi khususnya pendidikan agama. Pendidikan agama merupakan salah satu dari subjek pelajaran yang dimasukkan dalam kurikulum di lembaga pendidikan di Indonesia. Pendidikan agama di sekolah-sekolah umum bertujuan untuk mendidik anak-anak supaya menjadi orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang berarti taat dan patuh menjalankan perintah serta menjauhi larangan-larangan-nya seperti yang diajarkan di dalam Kitab Suci yang dianut oleh agama masing-masing. 9 Pendidikan Agama Islam merupakan sebutan yang diberikan pada salah satu subjek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa muslim dalam menyelesaikan pendidikannya pada tingkat tertentu. Ia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kurikulum suatu sekolah sehingga merupakan alat untuk mencapai salah satu aspek tujuan sekolah yang bersangkutan. Karena itu, subjek ini diharapkan dapat memberikan keseimbangan dalam hidup anak kelak, yakni manusia yang memiliki kualifikasi tertentu tetapi tidak terlepas dari nilai-nilai agama Islam. Kualifikasi tertentu tersebut tercapai dengan memberikan subjek studi selain pendidikan Islam, sedangkan nilai-nilai agama Islam yang tertanam tersebut diperoleh melalui Pendidikan Agama Islam yang mereka pelajari. Dengan kata lain, ia merupakan salah satu subjek pelajaran yang bersama-sama dengan subjek studi yang lain, dimaksudkan untuk membentuk manusia yang utuh. Dengan demikian, tujuan utama pendidikan agama Islam adalah untuk memberikan corak Islam pada sosok lulusan lembaga pendidikan yang bersangkutan. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan memberi materi atau pengalaman yang berisi ajaran agama Islam, yang pada umumnya telah tersusun secara sistematis dalam ilmu-ilmu keislaman. 10 9 M. Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis, PT Remaja Rosda Karya, 2009, hlm. 157. 10 Ibid, hlm. 4.

5 Mata pelajaran pendidikan agama Islam dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran di SD N 3 Payaman Mejobo Kudus. Pendidikan agama Islam yang selanjutnya dalam penelitian ini penulisannya disingkat PAI tersebut merupakan penggabungan dari beberapa disiplin ilmu keagamaan yaitu Al- Qur an dan Hadits, Aqidah, Akhlak, Fiqih, dan Tarikh. Pendidikan Agama Islam di SD N 3 Payaman Mejobo Kudus dilaksanakan dengan alokasi waktu tiga jam pelajaran setiap minggunya. Tiga jam pelajaran di kelas memang tidaklah akan cukup untuk menyampaikan informasi keagamaan yang begitu kompleks. Apabila jika guru tidak pandai mensiasatinya maka informasi yang diterima siswa dikhawatirkan hanya akan menyentuh aspek kognitif saja sementara aspek afektif dan psikomotorik tidak tercapai. Guru harus bisa memaksimalkan waktu tersebut dengan baik dan sesuai kebutuhan belajar peserta didik. Di sini peserta didik sangat memerlukan motivasi agar mereka mau melakukan kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya dan menghasilkan tujuan pembelajaran yang baik pula. Pendidikan, khususnya sekolah harus memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan ( curiosity) peserta didik tentang dunia. Pendidikan harus mendesain pembelajarannya yang responsive dan berpusat pada peserta didik agar minat dan aktifitas sosial mereka terus meningkat. Dalam konteks ini, sekolah bertanggung jawab penuh untuk membangun sikap sosial siswa dengan menerapkan komunikasi interpersonal dan keterlibatan kelompok di antara mereka. Dengan berinteraksi satu sama lain, siswa akan menerima feedback atas semua aktifitas yang mereka lakukan, mereka akan belajar bagaiman berperilaku dengan baik dan mereka akan memahami apa yang harus dilakukan dalam kerja kelompok yang kooperatif. 11 Menciptakan suasana hubungan baik dan harmonis antara guru dengan murid dan antar komponen lainnya, ada banyak cara yang bisa 11 Miftahul Huda, Cooperative Learning (Metode, Teknik, Struktur, da n Model Penerapan), Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2011, hlm. 3-4.

6 dilakukan. Di antaranya adalah dengan mengembangkan proses pembelajaran aktif. Salah satu alasan dikembangkannya pembelajaran aktif adalah mengacu pada pendapat yang mengatakan bahwa proses belajar terjadi di dalam diri orang yang belajar. Menurut ahli pendidikan, murid yang belajar sudah memiliki pengetahuan ataupun pengalaman sebelumnya yang dapat dikembangkan. 12 Teknik-teknik belajar aktif dibangun berdasarkan cara-cara orang belajar secara alamiah. Mereka belajar secara alami dengan menemukan sendiri melalui uji coba baik pengalaman langsung,maupun pengalaman kedua seperti dengan membaca, mendengarkan orang lain. Proses belajar biasanya terjadi pada saat mereka berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama teman, antara orang yang belajar dengan guru. 13 Sebagaimana yang terjadi di SD N 3 Payaman dalam mengembangkan atau meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik melalui teknik tenggat waktu (deadline) dan muddiest point. Teknik tenggat waktu ( deadline) merupakan teknik pembelajaran yang mengansumsikan bahwa bekerja dengan diberikan batasan waktu sehingga memotivasi peserta didik untuk menghasilkan ide-ide yang kreatif dalam kelompok. Sedangkan teknik muddiest point adalah teknik evaluasi yang digunakan untuk mengetahui topik yang belum dikuasai peserta didik dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya, atau untuk memantapkan penyampaian informasi atau latihan yang belum dikuasai. Teknik ini pada umumnya dilakukan pada tahap akhir pembelajaran. 14 Pelaksanaan teknik tenggat waktu ( deadline) di SD N 3 Payaman Mejobo Kudus diterapkan dalam pembelajaran secara kelompok yang kooperatif sehingga peserta didik aktif, dapat berinteraksi dengan sesamanya. Peserta didik dalam kelompok diberikan batasan waktu untuk menghasilkan beberapa ide berdasarkan materi pembelajaran PAI dan dituliskan dalam 12 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT. Remaja Rosdakarya Ofset, Bandung, 2013, hlm. 251. 13 Ibid, hlm. 252. 14 Ridwan Abdullah Sani, Inovasi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, hlm. 261.

7 kertas kemudian ditempel dipapan tulis, untuk kelompok yang selesai di awal ditantang untuk menambahkan ide lagi setelah itu di bahas bersama-sama dan dievaluasi. Selain menggunakan teknik tenggat waktu ( deadline) juga diterapkan teknik muddiest point sebagai evaluasi pembelajaran terhadap peserta didik yang belum menguasai materi pembelajaran dengan menuliskan respon secara kelompok atau pertanyaan, menjawab pertanyaan dari guru, dalam secarik kertas atau untuk pemberian latihan pada peserta didik untuk dibahas pada pertemuan berikutnya. Sehingga materi pembelajaran bisa benar-benar dikuasai peserta didik. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas IV, V dan VI, dipilihnya populasi tersebut karena kelas IV,V, dan VI dalam pembelajaran menggunakan teknik tenggat waktu ( deadline) dan muddiest point. Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan, realitas yang ditemukan bahwa pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman Mejobo Kudus tergolong dalam kategori berhasil dan mencapai ketuntasan sesuai dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Hal tersebut dibuktikan dengan perolehan hasil belajar peserta didik yang berada diatas KKM atau sama dengan KKM yaitu 75 sesuai yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Selain hasil belajar yang diperoleh siswa sesuai yang diharapkan, melalui teknik tenggat waktu ( deadline) bisa mengoptimalkan alokasi waktu pembelajaran yang hanya 3 jam pelajaran dalam satu minggu. Berawal dari hubungan interpersonal dan kemampuan interpersonal peserta didik yang berbeda-beda, ada yang kurang baik seperti kurang aktif dalam pembelajaran, kurang memperhatikan, dan tidak mau dikelompokkan dengan temannya yang kurang akrab, melalui penerapan teknik tenggat waktu ( deadline) dan muddiest point menjadikan kemampuan interpersonal peserta didik menjadi lebih baik yaitu ditunjukkan dengan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran, peserta didik lebih memperhatikan, peserta didik mau dikelompokkan dengan siapa pun temannya di dalam kelas, mudah bersosialisasi, mampu merespon umpan balik dari guru dengan baik, mampu bekerjasama dengan baik, menghargai pendapat teman, saling membantu dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas bersama, dan mampu

8 berkomunikasi dengan baik. Dari situlah kemampuan interpersonal peserta didik berkembang menjadi lebih baik. 15 Berdasarkan dari latar masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan bahasan: Pengaruh Teknik Tenggat Waktu (Deadline) dan Muddiest Point Terhadap Kemampuan Interpersonal Peserta didik Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD N 3 Payaman Mejobo Kudus Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan teknik tenggat waktu ( deadline), muddiest point,dan kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman tahun pelajaran 2015/2016? 2. Adakah pengaruh teknik tenggat waktu ( deadline) terhadap kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman tahun pelajaran 2015/2016? 3. Adakah pengaruh teknik muddiest point terhadap kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman tahun pelajaran 2015/2016? 4. Adakah pengaruh teknik tenggat waktu ( deadline) dan muddiest point secara simultan terhadap kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman tahun pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan teknik pembelajaran tenggat waktu (deadline), muddiest point, dan kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman tahun pelajaran 2015/2016. 15 Khumaidah, Guru PAI SD N 3 Payaman Mejobo Kudus, Wawancara Pribadi pada tanggal 19 Desember 2015

9 2. Untuk mengetahui pengaruh teknik pembelajaran tenggat waktu (deadline) terhadap kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman tahun pelajaran 2015/2016. 3. Untuk mengetahui pengaruh teknik muddiest point terhadap kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman tahun pelajaran 2015/2016. 4. Untuk mengetahui pengaruh teknik pembelajaran tenggat waktu (deadline) dan muddiest point secara simultan terhadap kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman tahun pelajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan oleh penulis dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis Sebagai pembuktian, jika penerapan teknik pembelajaran tenggat waktu (deadline) dan muddiest point terlaksana dengan baik, maka dapat berpengaruh pada tingkat kemampuan interpersonal peserta didik yang lebih baik. 2. Secara Praktis a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pemikiran, khususnya tentang pengaruh teknik pembelajaran tenggat waktu ( deadline) dan muddiest point terhadap kemampuan interpersonal peserta didik dalam pembelajaran PAI di SD N 3 Payaman Mejobo Kudus. b. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran, informasi, dan pengalaman dalam rangka meningkatkan kemampuan interpersonal peserta didik pada pembelajaran PAI melalui teknik pembelajaran tenggat waktu (deadline) dan muddiest point di SD N 3 Payaman Mejobo Kudus. c. Bagi peserta didik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan kemudahan bagi peserta didik untuk dapat

10 meningkatkan kemampuan interpersonal dalam pembelajaran PAI melalui teknik pembelajaran tenggat waktu ( deadline) dan muddiest point di SD N 3 Payaman Mejobo Kudus.