PARADIGMA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MANUSIA

dokumen-dokumen yang mirip
PARADIGMA APARATUR PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERKOTAAN (Studi Kasus: Kota Semarang) TUGAS AKHIR

Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat

Analisis Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis Masyarakat. Yessy Nurmalasari Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang

Baharuddin Nurkin, Ph.D Lahir : 24 Febr. 1946, Bantaeng Pendidikan formal: M.Sc (Washington State Univ. USA, 1983); Ph.D (University of Idaho, USA, 19

MATERI 1. Pendahuluan. I. Ruang Lingkup MSDA Kema hubungan antara sistem ekonomi dan sistem lingkungan (Tietenberg, 1992)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Baca artikel ini,diskusikan kemudian buat rangkuman.

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DAN KOMITMEN GLOBAL INDONESIA

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

Puji dan syukur di panjatkan kehadirat Allh swt, yang telah memberikan rachmat dan hidayah-

SUMBERDAYA PERTANIAN TATIEK KOERNIAWATI ANDAJANI, SP.MP.

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI

Perkspektif ekonomi dalam pengelolaan sumber daya alam. Pertemuan ke 4

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB XI. SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Pembangunan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

I. PENDAHULUAN. keterbelakangan ekonomi, yang lebih dikenal dengan istilah kemiskinan, maka

Pemerintah Indonesia GGGI Program Green Growth

PERJALANAN PANJANG PERKEMBANGAN KONSEPSI PENGELOLAAN HUTAN LESTARI

Konservasi, Kelestarian dan Kesejahteraan Sebuah Tinjauan Kebijakan

ANALISIS DAYA DUKUNG DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI PENERAPAN PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DALAM PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada suatu negara dapat mewujudkan pertumbuhan

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

MODUL SISTEM EKONOMI INDONESIA (2 SKS) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SUSTAINABLE DEVELOPMENT) & HAMBATAN PEMBANGUNAN

ecofirm ANALISIS KELAYAKAN LINGKUNGAN DALAM INDUSTRI PERTANIAN ELIDA NOVITA

Pembangunan Daerah Berbasis Pengelolaan SDA. Nindyantoro

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SKENARIO STRATEGI SISTEM KEBIJAKAN PENGELOLAAN DAS DAN PESISIR CITARUM JAWA BARAT

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (PB) Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY 2008

Perkembangan Pengelolaan Lingkungan Hidup

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

3/1/2018. Millennium Development Goals and Sustainable Development Goals. Pembangunan harus BERKELANJUTAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

P E M B A N G U N A N B E R K E L A N J U T A N

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UNTUK PENATAAN RUANG

PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN. Materi ke 2

PEMBANGUNAN BERBASIS SYSTEM ECOLOGY. Towards Green Prosperity Vision 2020 (SBY 2010) PROF DR HADI S. ALIKODRA SENIOR ADVISOR WWF-ID 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi debit air khususnya debit air tanah. Kelangkaan sumberdaya air

Engineering Sustainability (Rekayasa Berkelanjutan) Joko Sedyono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

BENTUK POKOK SISTEM KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

MAKALAH SEBUAH PERSPEKTIF TEORI: PERKEMBANGAN SISTEM TATA KELOLA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR I. PENDAHULUAN

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

Topik: : VISI PERTANIAN ABAD 21 (PERTANIAN YANG BERKEBUDAYAAN INDUSTRI) menjelaskan Visi Pertanian Abad 21

Konsep Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

ANALISIS INDEKS KEBERLANJUTAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. serta implikasi yang berkaitan dengan kajian yang telah dilakukan.

Green Information System : Innovation for Environmental Sustainability

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai kualitas lingkungan hidup Indonesia pada tahun 2011 sebesar 60,25 dari

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

Teori Pertumbuhan Ekonomi

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

Fakta tentang Air. Air tawar itu terbatas dan langka

Materi Pengantar Agroindustri

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neni SUharjani, 2014

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

Kedaulatan Sumber Kekayaan Alam (SKA) dan Ketahanan Nasional dari Perubahan Iklim (Climate Resilience) dalam Perspektif NKRI

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

Etika Bisnis dan Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

TATA KELOLA PEMERINTAHAN, KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK. Hendra Wijayanto

VISI DAN MISI BAKAL CALON BUPATI KABUPATEN KAIMANA

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK. Mada Sutapa *) Abstract

Penggunaan AHP dalam Pengambilan Keputusan yang Berkenaan dengan Sustainable Development dalam Perusahaan

TEKNOLOGI DALAM AGRIBISNIS

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

8 BANGUNAN TEORI INTEGRASI AGROINDUSTRI

KEBIJAKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF KEBIJAKAN PUBLIK

Pengantar Ekonomi Pembangunan PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

Daya Saing Kota-Kota Besar di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. strategi yang sesuai demi tercapainya going concern perusahaan serta sustainable

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

PB 10 STRATEGI UMUM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN HIDUP

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

Transkripsi:

PARADIGMA PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN: PERTUMBUHAN EKONOMI, PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MANUSIA * * - ITS E-mail: iwanbudhiarta@care2.com ABSTRAK Sejak awal Abad 19 yang lalu, beberapa perwakilan negara-negara maju yang tergabung dalam International Institute for Sustainable Development (IISD) telah memasyarakatkan sebuah paradigma baru, yang dikenal dengan istilah Sustainable Development. Pada tahun 90-an, The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD), sebuah badan dunia yang beranggotakan 170 perusahaan multinasional se-eropa yang berkomitmen untuk mengaplikasikan paradigma Pembangunan Berkelanjutan, telah menyusun sebuah konsep eko-efisiensi yang menjelaskan adanya korelasi positif antara pembangunan sektor ekonomi dan pengelolaan lingkungan hidup. Lebih lanjut, konsep tersebut diharapkan membawa nilai tambah bagi perusahaan masing-masing. Era globalisasi yang telah berjalan beberapa waktu ini dengan dukungan teknologi informasi yang dapat dengan cepat diakses oleh penduduk di seluruh dunia ternyata membawa angin paradigma ke Indonesia. Hanya saja, sambutan dari berbagai pihak di negara kita sendiri kurang menggembirakan. Walaupun isu Pembangunan Berkelanjutan sudah didengungkan sejak Era Soeharto yang lalu, wujud nyata dari implementasi paradigma tersebut belum nampak dan kurang membuahkan hasil. Pengelolaan sumberdaya alam yang kacau balau, kualitas lingkungan hidup yang semakin parah, angka kemiskinan semakin bertambah banyak, dan kualitas sumberdaya manusia yang kurang dapat diandalkan merupakan beberapa kendala yang masih harus diselesaikan. Kerjasama terpadu antara Pemerintah, para usahawan baik dari dalam negeri maupun asing, LSM dan masyarakat masih sekedar sebuah wacana belaka. Oleh karena itu, sudah saatnya Pemerintah bersama-sama dengan para usahawan, LSM, dan kalangan ilmuwan yang didukung oleh masyarakat mengkoordinasikan suatu strategi Pembangunan Berkelanjutan Nasional yang mencakup proses transisi kepemimpinan, perencanaan pembangunan dan pengelolaan lingkungan, pengawasan dan implementasi kebijakan, serta peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia secara menyeluruh. Kata kunci: Paradigma, Pembangunan Berkelanjutan, Ekonomi, Lingkungan Hidup, Manusia

PENDAHULUAN Teori Pembangunan Paradigma Pembangunan Berkelanjutan tidak terlepas dari konsep pembangunan yang sedang dianut oleh suatu pemerintahan. Konsep Pembangunan yang dianut oleh negara kita mengacu pada konsep yang dijalankan oleh negara Amerika Serikat, yaitu Pembangunan dengan sistem Kapitalis. Beberapa sifat dasar dari sistem Kapitalis adalah Pemilikan Perorangan, Perekonomian Pasar, Persaingan dan Keuntungan. Pemilikan Perorangan memungkinkan seseorang menguasai alat-alat produksi, mesin industri, sistem informasi mutakhir dan sumberdaya alam. Perekonomian Pasar membuat seseorang bebas memproduksi apa saja, membeli dan menjual apa saja dengan jumlah berapa saja dan harus mau menanggung sendiri kerugian yang dialami sebagai konsekuensinya. Persaingan sudah tidak dapat dihindari lagi. Setiap pihak dituntut untuk memiliki kreatifitas yang tinggi, serta dapat menghasilkan inovasi produk yang lebih efektif dan efisien dalam mempermudah proses kehidupan sehari-hari. Inti dari sistem ekonomi Kapitalis adalah mengumpulkan keuntungan sebesar-besarnya untuk ditanamkan kembali sebagai modal untuk membiayai penemuan-penemuan baru yang berguna untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksinya. Akhirnya, kunci sukses dari sistem Kapitalis adalah perkembangan teknologi yang tiada hentinya, yang selalu menciptakan produk-produk baru yang semakin inovatif untuk mengeksploitasi Sumberdaya Alam (SDA) agar dapat dimanfaatkan untuk pembanguna n yang dapat memberikan hasil positif bagi kehidupan manusia. Di dalam negara yang menganut sistem Kapitalis, pihak swasta memegang peranan penting dalam melaksanakan pembangunan, sementara pihak pemerintah hanyalah sebagai katalisatornya. Saat ini, Kapitalisme telah mengalami beberapa kali modifikasi dengan memberikan tugas tambahan kepada negara untuk mengatur pertumbuhan bersama, seperti mengatur kemakmuran seluruh masyarakat, menjamin kehidupan rakyatnya, melindungi kesehatan penduduknya, dan menjaga kualitas lingkungan hidup untuk kesejahteraan bersama. Berdasarkan konsep yang sudah dimodifikasi inilah kemudian timbul Teori Negara Kemakmuran, yang mana negara harus aktif mengendalikan perekonomian negera sehingga pengangguran menjadi berkurang, terjaminnya kehidupan dan kesejahteraan rakyat tanpa mengabaikan kualitas lingkungan hidupnya. Konsep Pembangunan yang dianut setiap negara mempunyai permasalahan yang sama, yaitu bagaimana mengatasi problema kemiskinan dan meningkatkan kemakmuran. Problema kemiskinan dan kemakmuran memiliki latar belakang yang berbeda, tetapi jika ditarik garis biru terdapat satu persamaan, yaitu berusaha memanfaatkan segala sumberdaya yang dimiliki, baik SDA maupun sumberdaya manusia (SDM), untuk menghasilkan sesuatu yang berma nfaat bagi peningkatan kualitas hidupnya sendiri, keluarganya, masyarakatnya dan negaranya. Kemiskinan selalu identik dengan negara sedang berkembang, yang mewarisi kemiskinan dari penjajahan masa lalu oleh negara-negara maju. Disini, problema kemiskinan membawa implikasi terhadap kualitas SDM yang rendah, kemajuan teknologi dan pembangunan ekonomi yang tertinggal puluhan tahun dengan negara maju.

Paradigma Pembangunan Berkelanjutan Istilah pembangunan berkelanjutan telah dikenal luas dan dipakai dalam berbagai laporan ilmiah setelah diterbitkannya laporan mengenai pembangunan dan lingkungan serta sumberdaya alam. Laporan ini diterbitkan oleh Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan Pembangunan - PBB (UN World on Environment and Development - WCED) yang diketuai oleh Harlem Brundtland (Conrad, 1999), dimana dalam laporan tersebut didefinisikan istilah pembangunan berkelanjutan ( sustainable development). Adapun definisi pembangunan berkelanjutan tersebut adalah "Pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya." Pembangunan berkelanjutan memberi tekanan bahwa pembangunan tersebut harus dapat menggambarkan adanya keselarasan dan keserasian di dalam penggunaan sumberdaya alam, sumberdaya manusia maupun sumberdaya artificial yang memperhatikan usaha-usaha konservasi berkesinambungan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka bukan hanya orang-perorang yang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan, tetapi juga sekelompok orang atau badan usaha/hukum yang terlibat di dalam pemanfaatan sumberdaya hayati maupun nonhayati. Secara harfiah, pembangunan berkelanjutan mengacu pada upaya memelihara/mempertahankan kegiatan membangun (development) secara terus menerus. Pembangunan selalu memiliki implikasi ekonomi, serta pada kenyataannya, pembangunan memiliki dimensi sosial dan politik yang kental. Pembangunan, dapat dikatakan sebagai vektor dari tujuan sosial dari suatu masyarakat ( society), dimana tujuan tersebut merupakan atribut dari apa yang ingin dicapai atau dimaksimalkan oleh masyarakat tersebut. Atribut tersebut dapat mencakup: kenaikan pendapatan per kapita, perbaikan kondisi gizi dan kesehatan, pendidikan, akses kepada sumberdaya, distribusi pendapatan yang lebih merata, dan sebagainya. Sehingga konsep berkelanjutan dapat diartikan sebagai persyaratan umum dimana karakter vektor pembangunan tadi tidak berkurang sejalan dengan waktu (Pearce et al., 1992). Selama lebih dari satu dekade, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meminta negara-negara anggotanya untuk membuat suatu rencana strategi dan koordinatif dalam hal Pembangunan Berkelanjutan. Inisiatif pertama kali datang dari United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) pada tahun 1992 dengan meluncurkan programnya yang terkenal dengan Agenda 21. Pihak UNCED melalui salah satu divisinya, UN Division for Sustainable Development, meminta seluruh negara mengadopsi strategi Pembangunan Berkelanjutan di dalam tujuan nasionalnya sedemikian hingga tercipta suatu kondisi dan hubungan yang harmonis antara berbagai sektor ekonomi, kebijakan sosial, politik dan lingkungan beserta perencanaan pembangunan yang sedang berjalan. Sebagai tindaklanjutnya, beberapa negara telah mengaplikasikan strategi Pembangunan Berkelanjutan dalam setiap proses pembangunannya. Sementara beberapa negara lainnya masih akan mengaplikasikan strategi tersebut, termasuk Indonesia.

Konsep Ekonomi dalam Pembangunan Berkelanjutan Dalam definisi ekonomi, kata berkelanjutan ( sustainable) memiliki implikasi rentang waktu. Arti berkelanjutan secara ekstrim dapat dikatakan sebagai keseimbangan statis, dimana dalam keseimbangan tersebut tidak terdapat perubahan, meskipun tentu saja terdapat perubahan dalam lokasi dari waktu ke waktu (Boulding, 1991, Pezzey, 1992). Berkelanjutan dapat pula berarti keseimbangan yang dinamis (Clark, 1989) yang memiliki dua arti yaitu: pertama, keseimbangan sistem yang mengalami perubahan, dimana parameter perubahan dalam keseimbangan tersebut bersifat konstan; yang kedua adalah keseimbangan suatu sistem yang setiap parameternya mengalami perubahan, sehingga setiap perubahan, misalnya dalam populasi, akan memicu restorasi nilai populasi awal tersebut. Ekonomi seringkali didefinisikan sebagai ilmu pengalokasian sumberdaya di antara pihak-pihak yang berkepentingan (Clark, 1989). Tujuan ekonomis dari alokasi sumberdaya (alam) adalah efisiensi, yaitu mendapatkan hasil yang te rtinggi dari pemanfaatan dan ekstraksi sumberdaya tersebut. Dengan demikian, dalam kerangka ekonomi, pembangunan berkelanjutan merupakan suatu kerangka yang statis dan mengacu pada konsep keseimbangan (steady state) sebagai perangkat optimisasi (Daly, 1991). Berlawanan dengan hal di atas, karakteristik dari sumberdaya alam adalah dinamis, demikian pula halnya dengan implikasi sosial dari pemanfaatan sumberdaya. Dengan demikian, ekstraksi optimal dari sumberdaya alam secara inheren adalah dinamis. Pada kenyataannya, efisiensi tidak dapat menjadi ukuran suatu pembangunan yang berkelanjutan. Dalam ukuran ekonomi, sediaan total dari sumberdaya digunakan dalam sistem ekonomi menentukan kesempatan ekonomi yang luas, yang juga berarti jaminan kesejahteraan bagi generasi kini dan yang akan datang. Seringkali, efisiensi ekonomi dan sustainability dianggap memiliki obyektif yang sama, yaitu menyinambungkan pembangunan dengan memastikan bahwa generasi yang akan datang memiliki kesempatan ekonomi yang sama. Meskipun suatu pembangunan dapat bersifat efisien secara ekonomi dan berkelanjutan pada saat yang sama, efisiensi tidak menjamin sustainability. Dengan demikian, bila kegiatan pembangunan ekonomi bertujuan berkelanjutan dan efisien, alokasi optimal dari sumberdaya ekonomi dan lingkungan (yaitu alam) harus memenuhi kriteria yang bertujuan untuk mencapai kedua objektif ini. Dalam kacamata ekonomi, dengan titik berat pada efisiensi, yang menjadi masalah bukanlah pada kondisi deplesi sumberdaya alam yang tidak dapat dikembalikan (irreversibility), tapi lebih pada bagaimana generasi mendatang dapat menerima kompensasi akibat kehilangan sediaan sumberdaya alam tersebut. Dapat dikatakan bahwa efisiensi ekonomi memiliki kriteria yang berbeda dengan konsep sustainability (Pearce and Barbier, 2000). Masyarakat harus menentukan alokasi terbaik dari pemanfaatan sediaan sumberdaya total hari ini untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan, serta berapa banyak sumberdaya total ini harus ditabung, atau bahkan ditimbun, untuk esok hari, bagi kesejahteraan generasi yang akan datang.

Pembangunan berkelanjutan dapat dijabarkan dalam gambar berikut: Gb 1. Sumberdaya Alam & Pembangunan Berkelanjutan (Pearce and Barbier, 2000). Perpekstif Ekonomi Ekologi Dari kenyataan di atas, sistem ekonomi dan sistem ekologi merupakan hal yang dapat dianggap sebagai sebab dan akibat. Dalam prinsip dasarnya, ekonomi-ekologi melingkupi karakter sistem ekonomi dan ekologi yang kompleks, adaptif, serta hidup yang harus dipelajari dalam sistem yang terpadu dan co-evolving. Pendekatan ekonomiekologi dalam telaah ekonomi berbeda dengan telaah ekonomi neoklasikal dalam hal (Hussen, 2000) : 1. Dalam ekonomi-ekologi, proses kehidupan ekonomi dipandang sebagai bagian dari subsistem dari sistem ekologis. Karakteristik pertukaran materi dan energi antara subsistem ekosistem dan subsistem ekonomi menjadi acuan utama. 2. Berkaitan dengan butir pertama, produksi (yang tidak lain adalah transformasi energi dan materi) dipandang sebagai titik awal dari kegiatan ekonomi (Ayres, 1978). Seperti telah dikemukakan dalam bagian terdahulu, faktor proses produksi adalah aliran bahan mentah, energi, dan informasi, serta proses fisik dan biologis dalam sistem ekologi (ekosistem) yang esensial sebagi pendukung kehidupan. Dengan demikian, ekosistem merupakan sumber utama dari seluruh input materi terhadap subsistem ekonomi (i.e., ekonosfer). Dalam konteks ini, alam bisa dianggap sebagai sumber kekayaan (wealth) (Hussen, 2000). Lebih jauh, dalam pendekatan ekonomi-

ekologi terdapat makna keterbatasan ekosistem alami dalam kemampuannya berregenerasi dan asimilasi yang timbul dari hukum fisika yang mengatur transformasi materi dan energi (Georgescu -Roegen, 1993 dalam (Hussen, 2000). Dengan demikian, sumberdaya alam tidak dapat dianggap sebagai tanpa batas. Terdapat beberapa komponen dari konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu: Pengetahuan. Pembangunan berkelanjutan menuntut terjaganya kesinambungan ekologis yang terkait erat dengan pengetahuan. Masalah kesinambungan ekologis memerlukan telaah yang mendalam, berkaitan dengan sistem sosial dan sistem nilai dalam masyarakat, dalam konteks keinginan manusia. Gaya hidup, sangat menentukan tingkat konsumsi dan kemudian berpengaruh kepada tingkat produksi SDA. Akumulasi pengetahuan dapat diharapkan sebagai peningkatan etika dan moral masyarakat sebagai pelaku dalam proses ekonomi. Ketidakpastian. Pembangunan berkelanjutan selalu berkaitan dengan proses pengambilan keputusan dalam kondisi yang penuh ketidak pastian. Komponen sistem yang selalu berubah, materi energi informasi, memicu ketidak pastian ini. Perubahan komponen tersebut akan berakibat pada perubahan teknologi dan gaya hidup. Masalahnya bukan berada pada isu apakah perubahan itu terjadi atau tidak, tetapi lebih pada bagaimana dan kapan perubahan itu terjadi, serta lebih jauh, implikasi perubahan terhadap ketersediaan sumberdaya di masa datang. Dari beberapa poin di atas, dapat disimpulkan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak dapat dilihat sebagai konsep efisiensi ekonomi semata. Sistem ekonomi merupakan sistem yang dinamis yang memiliki komponen input dan output yang dinamis pula. Proses dalam sistem ekonomi merupakan bagian dari sistem yang lebih besar yaitu sistem kebumian yang bersifat tertutup. Output dari sistem ekonomi dapat merupakan input terhadap komponen sistem bumi yang lain, demikian seterusnya.. Sistem tertutup yang tidak memiliki cadangan sumberdaya atau ruang bagi buangannya. Dengan demikian, manusia harus menempatkan dirinya dalam suatu siklus sistem ekologis dan sistem geologis dimana sistem tersebut mampu melakukan reproduksi yang terus menerus tanpa input energi dari luar (Boulding, 1996). Sehingga dapat dikatakan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan memiliki komponen filosofis dalam kehidupan manusia. Ukuran keberhasilan prinsip pembangunan berkelanjutan ini sama sekali bukan produksi dan konsumsi, tetapi karakteristik, luas, kualitas, dan kompleksitas dari sediaan kapital total (total capital stock), termasuk kondisi fisik dan mental manusia/masyarakat dan yang menjadi bagian dari sistem. Dalam pandangan ini, yang menjadi isu utama adalah pemeliharaan sediaan, serta perubahan teknologi yang merupakan tujuan dasar penghematan sediaan kapital total merupakan suatu peningkatan manfaat. Hal ini beranjak dari kenyataan bahwa pertumbuhan subsistem ekonomi dibatasi oleh ekosfer (ecological sphere) yang terbatas dan tidak bertambah. Konsep pembangunan berkelanjutan, meskipun masih sulit untuk didefinisikan dan diinterpretasikan secara tegas, memiliki makna filosofi ekonomi yang mendalam dan sangat berkaitan dengan kelestarian, baik produksi dan konsumsi. Pembangunan berkelanjutan memiliki implikasi optimalisasi dua atau lebih tujuan secara bersamaan, yang berarti penurunan jumlah produksi maupun konsumsi. Hal ini mensyaratkan

perubahan fundamental dalam dogma pertumbuhan ekonomi konvensional, dimana ethos berkelanjutan dapat diterapkan secara sungguh-sungguh. Sehingga dalam penerapannya, konsep ini memerlukan pendekatan lebih menyeluruh. Pembangunan berkelanjutan, sebagai filosofi dasar kehidupan menuntut perubahan nilai-nilai etika dalam kehidupan ekonomi agar pemanfaatan sumberdaya alam yang secara total terbatas jumlahnya secara sukarela selalu ditekan pada tingkat optimum. Konsep Strategis untuk Pembangunan Berkelanjutan Pengenalan paradigma Pembangunan Berkelanjutan kepada pihak pemerintah dan pihak usahawan DAFTAR PUSTAKA Ayres, R. U. (1978), Application of Physical Principles to Economics In Resources, Environment, and Economics: Application of the Materials/Energy Balance Principle (Ed, Ayres, R. U.) John Wiley, New York. Boulding, K. E. (1991), What Do We Want to Sustain?: Environmentalism and Human Evaluation In Ecological Economics: The Science and Management of Sustainability(Ed, Costanza, R.) Columbia University Press, New York, pp. 22-31. Boulding, K. E. (1996), The Economics of the Coming Spaceship Earth In Valuing the Earth - Economics, Ecology, Ethics(Eds, Daly, H. E. and Towsend, K. N.) MIT Press, Cambridge, MA., USA, pp. 297-309. Burt, O. R. and Cummings, R. G. (1977), Natural Resources Management, the Steady State, and Approximately Optimal Decision Rules, Land Economics, 57, 1-22. Clark, J. M. C. a. C. W. (1989) Natural Resources Economics, Notes and Problem, Cambridge University Press, New York. Costanza, R. (1991a), Assuring Sustainability of Ecological Economic Systems In Ecological Economics: The Science and Management of Sustainability(Ed, Costanza, R.) Columbia University Press, New York, pp. 331-341. Daly, H. E. (19 91), Elements of Environmental Macroeconomics In Ecological Economics: The Science and Management of SustainabilityColumbia University Press, New York, pp. 32-46. Daly, H. E. (1996) Beyond Growth, Beacon Press, Boston. Elliot, J. A. (1999) An Introduction to Sustainable Development, Routledge, New York. Grant, W. E., Pedersen, E. K. and Marin, S. L. (1997) Ecology and Natural resources Management: System Analysis and Simulation, John Willey & Sons, New York. Harnett, W. J. (1998), Sustainable Development: A Test of Good Government,. Holling, C. S., Schindler, D. W., Walker, B. W. and Roughgarden, J. (1997), Biodiversity in the functioning of ecosystem: an ecological sythesis In

Biodiversity Loss: Economic and Ecological issues (Eds, Perrings, C., Maller, k.-g., Folke, C., Holling, C. S. and Jansson, B.-O.) Cambridge University Press, New York, pp. 44-83. Hussen, A. M. (2000) Principles of Environmental Economics: Economics, Ecology, and Public Policy, Routledge, New York. Jacobs, J. (2000) The Nature of Economies, The Modern Library, New York. Pearce, D. and Barbier, E. (2000) Publications, London. Blueprint for Sustainable Economy, Earthscan Pearce, D., Barbier, E. and Markandya, A. (1992) Sustainable Development - Economics and Environment in the Third World, Edward Elgar Publishing, Hants, England. Pearce, D. W., Markadya, D. and Barbier, E. B. (1989) Blueprint for a Green Economy, Earthscan Publication, London. Pezzey, J. (1992) Sustainable Development Concepts: An Economic Analysis, the World Bank Publication, Washington D.C.