BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Latin. Salah satu spesies tanaman stroberi, Fragaria chiloensis L telah

STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. )

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sawi pakcoy adalah jenis sayuran yang termasuk keluargan Brassicaceae.

STROBERI ( Fragaria chiloensis L. / F. vesca L. )

PENETAPAN KADAR RESIDU DIAZINON PADA BUAH STROBERI (Fragaria Sp.) SETELAH PENCUCIAN DENGAN METODE GC-MS NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang secara ekonomis sangat merugikan petani. Organisme Pengganggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pestisida adalah zat atau campuran dari zat-zat tertentu baik alami ataupun

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kembang kol (Brassica oleracea var. botrytis L) botrytis dari jenis Brassica oleracea (suku Brassicaceae).

APLIKASI METODE GC-MS UNTUK PENETAPAN KADAR RESIDU PROFENOFOS PADA BUAH STROBERI (Fragaria Sp.) SETELAH PENCUCIAN NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

ANALISA KUANTITATIF RESIDU INSEKTISIDA PROFENOFOS PADA CABAI MERAH SEGAR DAN CABAI MERAH GILING DI BEBERAPA PASAR TRADISIONAL KOTA MEDAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. kubis (Brassica Olearecea Var Capitata). Kubis memiliki kandungan gizi yang

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fitriani Suherman, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keragaman hayati.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

PENGARUH FREKWENSI PENCUCIAN TERHADAP RESIDU PESTISIDA (GOLONGAN ORGANOPOSPAT JENIS PROFENOFOS) PADA CABE MERAH (Capsium annum)

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

F. Pengendalian Kimiawi

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN BUAH PISANG KLUTHUK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BUAH STROBERI (Fragaria x annanassa) PADA CAMPURAN MEDIA TANAM TANAH LIAT DAN PASIR

I. PENDAHULUAN. kacang panjang, daun kecipir, buncis, seledri, dan lain-lain. Kacang panjang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. dan dampak negatif terhadap kesehatan manusia (Wudianto, 1999).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dhora Dwifianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

I. PENDAHULUAN. Penggunaan plastik sebagai pengemas telah mengalami perkembangan

Perubahan zat. Perubahan zat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

Pembuatan Pestisida Nabati

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... xi

RACUN ALAMI PADA TANAMAN PANGAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. belajar biologi tidak hanya berasal dari buku saja, melainkan seperti proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan berbatang lunak yang dikenal sejak jaman purbakala ( SM)

Kajian Berbagai Metode Analisis Residu Pestisida dalam Bahan Pangan

tetapi untuk efektivitas ekstraksi analit dengan rasio distribusi yang kecil (<1), ekstraksi hanya dapat dicapai dengan mengenakan pelarut baru pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi penduduk Indonesia yang diperlukan setiap hari. Salah satunya

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai nilai ekonomis tinggi serta mempunyai peluang pasar yang baik.

I. PENDAHULUAN. Besarnya permintaan terhadap produk perikanan ini disebabkan oleh pergeseran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis

Prinsip dasar alat spektroskopi massa: ANALISIS MASSA. Fasa Gas (< 10-6 mmhg)

The Identification of Klorpirifos Residues on Carrots (daucus carota ) in Pabaeng-Baeng Market and Lotte Mart of Makassar City

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin luas.

K I M I A P E R T A N I A N

TINJAUAN PUSTAKA. Buah labu kuning atau buah waluh (Jawa Tengah), labu parang (Jawa Barat),

BAB I PENDAHULUAN. yang kini mulai ditanam di beberapa daerah dataran tinggi di Indonesia.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah merupakan jenis tanaman hortikultura yang cukup banyak

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai (Capsicum annum L.) merupakan tanaman semusim yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

Peta Konsep. Tujuan Pembelajaran. gulma biologi hama predator. 148 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Tikus. Hama. Ulat. Kutu loncat. Lalat. Cacing.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya, Pekanbaru, 28293, Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Anonim (2011), produksi tomat Indonesia dari tahun 2008 hingga tahun

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kentang

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

Standardisasi Obat Bahan Alam. Indah Solihah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 2. BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGALatihan soal 2.4. Jamur. Cacing. Serangga. Tikus

TINJAUAN PUSTAKA. Pakchoy (Brasicca chinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroberi merupakan tanaman yang sudah dikenal oleh masyarakat luas untuk dikonsumsi segar. Daya pikatnya terletak pada warna buah yang merah mencolok dengan bentuk yang mungil, menarik serta rasanya yang manis dan segar, sehingga penggunaan pestisida dalam budidaya stroberi sangat diperlukan (Susanto, 2003). Penggunaan pestisida oleh petani stroberi dilakukan dalam rentang waktu 1 atau 2 kali dalam 7 hari, sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan pestisida pada tanaman stroberi diberikan dengan teknik kocor (menyiramkan larutan pestisida pada tanaman stroberi) dengan takaran tertentu. Pestisida mulai diberikan ketika tanaman berusia sekitar 1-2 bulan sampai stroberi siap panen. Jenis pestisida yang dipergunakan petani yaitu Curacron 500 EC, Regent atau Diazinon 600 EC. Diazinon merupakan salah satu pestisida golongan organofosfat yang digunakan sebagai insektisida oleh petani buah (Anonim, 2011). Dalam pertanian modern penggunaan pestisida menjadi sangat penting. Namun, pestisida dalam jumlah besar cukup beracun dan berbahaya untuk manusia, lingkungan, serta dapat mempengaruhi taksonomi biota, termasuk makhluk bukan sasaran sampai batas tertentu bergantung pada faktor fisiologis dan ekologis (Connell & Miller., 2006; Fenoll et al., 2007; Vidal et al., 2002). Pestisida golongan organofosfat banyak digunakan karena harganya yang murah dan sifat-sifatnya yang menguntungkan. Golongan organofosfat bekerja dengan cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase pada serangga penghisap dan pemakan daun, sehingga asetilkolin tidak terhidrolisa. Keracunan pestisida golongan organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang berlebihan, mengakibatkan perangsangan terus-menerus saraf muskarinik dan nikotinik. Residu pestisida diazinon dalam makanan mengakibatkan terjadinya modifikasi sinyal kolinergik akibat dihambatnya asetilkolinesterase. Karena sifat beracun dan beresiko terhadap kesehatan manusia, maka pemerintah menetapkan batas maksimum residu pestisida untuk meminimalisir dampaknya bagi kesehatan 1

2 (Sartono, 2002; Zhang et al., 2010). Standar Nasional Indonesia (SNI) 7313:2008 merumuskan tentang batas maksimum residu pestisida pada buah stroberi, untuk jenis pestisida golongan organofosfat diazinon sebesar 0,1 mg/kg (BSN, 2008). Usaha yang dilakukan untuk dapat menurunkan residu pestisida dalam bahan makanan adalah pencucian dengan air, pencucian dengan air hangat, pencucian dengan larutan pencuci buah dan sayur, merebus, atau mengukus (Sembiring, 2011). Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan terjadinya penurunan residu pestisida profenofos pada cabai merah dengan perlakuan dicuci air, air panas dan deterjen pencuci buah (Sembiring, 2011), penurunan residu profenofos pada cabai merah setelah pencucian dengan air (Ningsih, 2009), serta penurunan residu pestisida metidation pada tomat dengan perlakuan dicuci deterjen, dicuci air suling dan direbus (Atmawidjaja et al., 2004). Analisis residu pestisida dapat dilakukan dengan metode antara lain LC- MS (Salm et al., 2009; Tahir et al., 2009), HPLC (Islam et al., 2009), LP-GC/MS (Cunha et al., 2009), GC-MS (Cardeal et al., 2009), kromatografi gas tandem dengan Mass Spectrometry (MS/MS) (Takatori et al., 2009; Gamon et al., 2001; Vidal et al., 2002), kromatografi gas di tandem dengan Mass Spectrometry Detection (GC-MSD) (Lehotay, 2005), kromatografi gas di tandem dengan Flame Ionization Detector (FID) (Syahbirin et al., 2001; Bavcon et al., 2003), selain itu residu diazinon dalam sedimen dapat dianalisis dengan metode GC-MS (Li et al., 2010). Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dilakukan analisis residu pestisida untuk mengetahui ada tidaknya dan besarnya kadar diazinon dalam buah stroberi (Fragaria Sp) setelah perlakuan dengan pencucian yang diukur secara kromatografi gas. B. Perumusan Masalah Apakah kadar residu pestisida diazinon dalam buah stroberi (Fragaria Sp) berkurang setelah pencucian?

3 C. Tujuan Penelitian Mengetahui pengaruh pencucian terhadap kadar residu pestisida diazinon dalam buah stroberi (Fragaria Sp). D. Tinjauan Pustaka 1. Pestisida Definisi pestisida menurut The Food and Agriculture Organization (FAO) adalah substansi atau campuran dari substansi yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, atau mengontrol hama. Menurut peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1973, pestisida adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan hewan/tumbuhan pengganggu seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit, dengan tujuan kesejahteraan manusia (Sartono, 2002). Di tingkat dunia penggunaan pestisida didominasi oleh herbisida disusul oleh insektisida dan fungisida. Sedangkan di Indonesia, insektisida masih menempati urutan teratas. Insektisida adalah bahan kimia atau biologi yang dapat mengontrol serangga dengan membunuh atau mencegah kerusakan tanaman oleh serangga. Insektisida mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua jenis serangga. Untuk membunuh serangga, insektisida masuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak dan pernafasan. Insektisida golongan organofosfat adalah senyawa hidrokarbon yang terdiri dari satu atau lebih atom fosfor pada molekulnya. Organofosfat umumnya lebih beracun dari insektisida lainnya dan paling tidak stabil secara kimia atau persisten, sehingga penggunaanya dalam pertanian lebih disukai (Sembiring, 2011; Ware & Whitacre, 2009). Insektisida golongan sintetik yang banyak digunakan petani di Indonesia adalah golongan organofosfat. Golongan organofosfat makin banyak digunakan karena sifat-sifatnya yang menguntungkan. Cara kerja golongan ini selektif, tidak persisten dalam tanah, dan tidak menyebabkan resistensi pada serangga. Bekerja sebagai racun kontak, racun perut, dan juga racun pernapasan. Dengan takaran

4 yang rendah sudah memberikan efek yang memuaskan, selain kerjanya cepat dan mudah terurai. Pestisida inhibitor kolinesterase umumnya digunakan dalam bidang pertanian, untuk memberantas atau mengendalikan serangga bertubuh lunak (Sartono, 2002). Contoh pestisida golongan organofosfat adalah diazinon, metidation, profenofos (Sembiring, 2011) Diazinon atau O,O-diethil O-[6-metil-2-(1-metiletil)-4-pirimidin] fosforotioat atau O,O-dietil- O-(2-isopropil-6-metil-4-pirimidil) fosforotioat adalah nama yang diberikan untuk pestisida sintesis golongan organofosfat yang didaftarkan pertama kali di Amerika pada tahun 1956. Gambar 1. Struktur kimia Diazinon Diazinon dalam bentuk murni merupakan minyak tidak berwarna dengan kandungan aktif 90% dalam larutan berwarna coklat, memiliki titik didih 83 0 C 94 0 C, tekanan uap 4,6 x 10-5 mmhg pada suhu 10 0 C ; 1,40 x 10-4, 8,4 x 10-5 mmhg pada suhu 20 C dan 1,1 x 10-3 mmhg pada suhu 40 0 C, bobot molekul 304,3 g/mol, kelarutan dalam air 0,04 g/l pada suhu 20 0 dan 30 0 C, atau berkisar antara 0,054-0,069 g/l pada suhu 20 0-40 0 C. Diazinon dapat terlarut sempurna dalam aseton, benzen, etanol, toluen, xylen dan petroleum. Diazinon merupakan insektisida non sistemik berspektrum lebar, digunakan untuk mengontrol serangga dan hama pada buah, sayuran, serta hasil pertanian. Penggunaannya harus memperhatikan dan mengikuti petunjuk penggunaan (Harper, 2009; Syahbirin et al., 2001). 2. Residu pestisida Residu pestisida adalah sisa pestisida, termasuk hasil perubahannya yang terdapat pada atau dalam jaringan manusia, hewan, tumbuhan, air, udara atau tanah (Deptan, 2007). Beberapa yang mengindikasikan batas residu, digunakan untuk memprediksi pemasukan residu pestisida. Batas maksimum residu (BMR)

5 adalah salah satu indeks konsentrasi maksimum dari residu pestisida (ditetapkan dalam mg/kg) yang direkomendasikan sebagai batasan yang diijinkan secara legal pada komoditas makanan dan daging hewan. Standar Nasional Indonesia (SNI) 7313:2008 merumuskan tentang batas maksimum residu pestisida pada buah stroberi, yaitu untuk jenis pestisida khususnya golongan organofosfat diazinon sebesar 0,1 mg/kg (BSN, 2008). 3. Residu pestisida setelah mengalami pencucian Residu pestisida dapat mengalami pengurangan atau degradasi yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain (1) Penguapan, sebagian pestisida akan berkurang karena menguap dari permukaan tanaman (2) Perlakuan mekanis dan fisis, pestisida berkurang karena terlarut akibat pencucian. (3) Kimiawi, mengalami penurunan/degradasi disebabkan oleh peristiwa kimia (pencucian dengan deterjen) (Atmawidjaja et al., 2004). Usaha yang sering dilakukan untuk dapat menurunkan residu pestisida dalam bahan makanan adalah dengan cara mencuci, pencucian dengan air, pencucian dengan air hangat, pencucian dengan larutan pencuci buah dan sayur, serta merebus atau mengukus. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menurunkan residu pestisida organofosfat dalam beberapa bahan pangan, hasilnya menunjukkan terjadinya penurunan residu pestisida profenofos pada cabai merah dengan perlakuan dicuci air, air panas dan deterjen pencuci buah (Sembiring, 2011), penurunan residu profenofos pada cabai merah setelah pencucian dengan air (Ningsih, 2009), serta penurunan residu pestisida metidation pada tomat dengan perlakuan dicuci deterjen, dicuci air suling dan direbus (Atmawidjaja et al., 2004). Berdasarkan data hasil penelitian tersebut, perlakuan yang paling baik untuk menurunkan residu pestisida adalah pencucian dengan deterjen pencuci buah dan sayuran. Penelitian kadar residu pestisida pada buah dan sayuran tidak hanya yang berasal dari pertanian, tetapi juga dilakukan pada buah dan sayuran dari pasar seperti Chang et al (2005) meneliti residu pestisida pada sayuran dan buah segar di pasar sentral Taiwan, Tahir et al (2009) yang meneliti residu pestida pada tomat, apel dan timun di pasar Lahore Pakistan dan Sudewa et al (2008)

6 yang meneliti residu diazinon, klorpirifos, fentoat, karbaril dan BPMC pada kubis dan kacang panjang di pasar Badung, Denpasar. 4. Stroberi Klasifikasi botani tanaman stroberi adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Keluarga : Rosaceae Genus : Fragaria Spesies : Fragaria sp. Stroberi atau Fragaria chiloensis L. atau F. vesca L. merupakan tanaman buah berupa herba yang ditemukan pertama kali di Chili, Amerika. Salah satu spesies tanaman stroberi yaitu Fragaria chiloensis L. menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa dan Asia. Selanjutnya spesies lain, yaitu F. vesca L. lebih menyebar luas dibandingkan spesies lainnya. Jenis stroberi ini pula yang pertama kali masuk ke Indonesia. Varietas stroberi yang dapat ditanam di Indonesia adalah Osogrande, Pajero, Selva, Ostara, Tenira, Robunda, Bogota, Elvira, Grella dan Red Gantlet. Buah stroberi dimanfaatkan sebagai makanan dalam keadaan segar atau olahannya. Tanaman stroberi mulai berbunga ketika berumur 2 bulan setelah tanam. Bunga pertama sebaiknya dibuang. Setelah tanaman berumur 4 bulan, bunga dibiarkan tumbuh menjadi buah. Periode pembungaan dan pembuahan dapat berlangsung selama 2 tahun tanpa henti. Panen dilakukan dengan menggunting bagian tangkai bunga dengan kelopaknya dan dilakukan dua kali seminggu. Pemberian pestisida dilakukan dalam rentang waktu 1 atau 2 kali dalam 7 hari, sesuai dengan kebutuhan. Penggunaan pestisida pada tanaman stroberi diberikan dengan teknik kocor (menyiramkan larutan pestisida pada tanaman stroberi) dengan takaran tertentu. Pestisida mulai diberikan ketika tanaman berusia sekitar 1-2 bulan sampai stroberi siap panen (anonim, 2011). Hama yang sering menyerang stroberi adalah Kutu daun (Chaetosiphon fragaefolii), Tungau (Tetranychus sp. dan Tarsonemus sp.), Kumbang penggerek

7 Bunga (Anthonomus rubi), kumbang penggerek akar (Otiorhynchus rugosostriatus), kumbang penggerek batang (O. sulcatus), Kutu putih (Pseudococcus sp.), dan Nematoda (Aphelenchoides fragariae atau A. ritzemabosi). Selain hama, stroberi juga dapat terserang penyakit seperti Kapang kelabu (Botrytis cinerea), Busuk buah matang (Colletotrichum fragariae Brooks), Busuk rizopus (Rhizopus stolonifer), Empulur merah (Phytophthora fragariae Hickman), Embun tepung (Sphaetotheca mascularis atau Uncinula necator), Daun gosong (Diplocarpon earliana atau Marssonina fragariae), Bercak daun, Busuk daun (Phomopsis obscurans), Layu vertisillium (Verticillium dahliae) dan Virus (Prihatman, 2000). Pestisida yang digunakan oleh petani stroberi untuk mengatasi hama dan penyakit adalah Curacron 500 EC ( bahan aktif Profenofos 500 g/l), Regent (bahan aktif Fipronil 50 g/l), atau Diazinon 600 EC (bahan aktif Diazinon 600 g/l) (Anonim, 2011). 5. Analisis residu pestisida Analisis residu pestisida diawali dengan membuat sampel menjadi homogen yaitu dengan cara memotong sampel menjadi bagian-bagian yang kecil. Setelah itu dilanjutkan dengan urutan langkah-langkah analisis residu pestisida berikut: (1) ekstraksi residu pestisida dari sampel matrik, (2) pembersihan dari ekstrak (bila diperlukan), dan (3) analisis penentuan. Analisis residu pestisida dalam buah dan tanaman sering kali menghabiskan waktu, dan prosesnya yang mahal tergantung kompleksitas analit dan matrik pembawanya (Fenoll et al., 2007). Teknik analisis yang sudah digunakan untuk ekstraksi dan pemurnian pestisida dari buah dan tanaman, yaitu Matrix Solid-Phase Dispersion (MSPD) (Valenzuela-Quintanar et al., 2006), Supercritical Fluid Extraction (SFE) (Lehotay et al., 1995), Solid-Phase Extraction (SPE) (Husain et al., 2003). Ekstraksi pestisida golongan organofosfat pada bahan makanan, buah dan sayuran dapat dilakukan dengan pelarut organik etil asetat dan Na 2 SO 4, etil asetat saja, kombinasi etil asetat, diklorometana dan Na 2 SO 4, asetonotril atau aseton (Nollet, 2004). Syahbirin et al, (2001) dan Triani (2004) melakukan ekstrasi pestisida pada anggur, apel, per dan polong kacang panjang menggunakan etil asetat, dilanjutkan clean up dengan metode SPE menggunakan kolom yang berisi

8 florisil. Ekstrak diuapkan diatas waterbath dan dilakukan analisis secara kromatografi gas (Prodhan et al., 2010). 6. Kromatografi gas Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis pestisida organofosfat dan kandungan metabolitnya yang memiliki struktur dengan stabilitas relatif tinggi dan polaritas rendah. Organofosfat memiliki kandungan halogen, sulfur, dan fosfat yang akan terdeteksi dalam kandungan yang rendah sehingga dapat dideteksi dengan kromatografi gas yang memiliki detektor dengan selektifitas tinggi. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa dikurangi dengan interaksi yang mungkin terjadi antara solut dengan fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom lalu menghantarkannya ke detektor. Kromatografi gas merupakan teknik analisis yang cepat, memiliki hasil yang baik untuk analisis pestisida multikomponen, memiliki sensitifitas tinggi dengan detektor yang spesifik dan hasil analisis dapat di kuantifikasi dengan presisi dan akurasi yang baik (Nollet, 2004; Gandjar, 2007). Detektor spektroskopi massa (Mass Spectroscopy, MS) merupakan jenis detektor paling terkenal dan mutakhir dalam kromatografi gas. Ketika solut memasuki spektrometer massa, maka molekul senyawa organik ditembaki dengan elektron berenergi tinggi sehingga molekul tersebut pecah menjadi molekulmolekul yang lebih kecil. Pecahan molekul terdeteksi berdasarkan bobot massanya yang ditulis sebagai m/z. Setiap komponen campuran yang telah terpisahkan dengan kromatografi gas akan tergambar dalam satu spektra massa. Metode ini memiliki sensitifitas sampai pada jumlah nanogram, resolusi tinggi serta membutuhkan sampel dalam jumlah yang kecil (Lestari, 2000). Metode kromatografi gas telah menjadi prosedur dasar dalam menentukan lebih dari 400 jenis pestisida di dalam sampel makanan (Fernandez-Alba, 2005).

9 E. Landasan Teori Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menurunkan residu pestisida organofosfat dalam beberapa bahan pangan, menunjukkan hasil terjadinya penurunan residu pestisida profenofos pada cabai merah dengan perlakuan dicuci air, air panas dan deterjen pencuci buah (Sembiring, 2011), penurunan residu profenofos pada cabai merah setelah pencucian dengan air (Ningsih, 2009), dan penurunan residu pestisida metidation pada tomat dengan perlakuan dicuci deterjen, dicuci air suling dan direbus (Atmawidjaja et al., 2004). Hasil penelitian Sembiring et al, (2011) menunjukkan penurunan residu pestisida profenofos pada cabai merah dengan perlakuan dicuci dengan air sebesar 6,91%, dicuci dengan air panas sebesar 9,41 % dan dicuci dengan larutan pencuci buah dan sayur sebesar 16,59 %. Hasil penelititan Ningsih (2009) menunjukkan residu pestisida profenofos berkurang 7,04% pada cabai merah setelah dicuci dengan air, sedangkan Atmawidjaja et al, (2004) menunjukkan residu pestisida metidation pada tomat mengalami penurunan sebanyak 92% setelah dicuci dengan deterjen, 91% setelah dicuci dengan air suling dan 91% setelah direbus. Diazinon yang masuk dalam kelompok pestisida organofosfat, residunya setelah diberi perlakuan dapat ditetapkan dengan metode GC-MS (Cardeal et al., 2009; Li et al., 2010). F. Hipotesis Terjadi penurunan kadar residu pestisida diazinon dalam buah stroberi (Fragaria Sp) setelah dilakukan pencucian.