BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan air sangat komplek, antara lain untuk minum, masak, mandi, mencuci dan sebagainya. Menurut WHO di negaranegara maju setiap orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia setiap hari memerlukan antara 30-60 liter (Notoatmodjo, 2008). Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Jumlah air di bumi sangat banyak, namun jumlah air bersih yang tersedia belum dapat memenuhi permintaan sehingga banyak orang menderita kekurangan air. Chiras (2009) menyebutkan, bahwa kekurangan air dipicu naiknya permintaan seiring peningkatan populasi, tidak meratanya distribusi air, meningkatnya polusi air dan pemakaian air yang tidak efisien. Penyediaan air bersih merupakan kebutuhan pokok di seluruh negara di dunia baik negara maju, berkembang maupun tertinggal. Indonesia yang terdiri dari dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau menyebabkan beberapa wilayah di Indonesia mengalami banjir di musim penghujan dan kekeringan di musim kemarau. Hal ini diperburuk dengan pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga mengakibatkan terjadinya kelangkaan air bersih. Dalam kondisi yang seperti ini alternatif pemenuhan air skala rumah tangga dapat diatasi salah satunya dengan membuat penampungan air hujan. Pemanenan air hujan merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan air hujan dari atap rumah, atap gedung atau di permukaan tanah pada saat hujan. Sebagai salah satu sumber air bersih, pemanfaatan air hujan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kelangkaan air bersih, mengurangi volume air limpasan hujan dan mengisi kembali air tanah terutama di perkotaan. Pesatnya pertumbuhan penduduk di perkotaan memicu konsekuensi bahwa terjadi
penurunan debit air tanah karena konsumsi yang berlebihan yang diperparah dengan pengurangan lahan tangkapan air hujan seiring banyak lahan terbuka dikonversi menjadi areal bangunan. Hal ini akan memicu terjadinya kelangkaan air tanah dan sekaligus memicu terjadinya banjir (Yulistyorini, 2011). Pemanenan air hujan dengan memanfaatkan atap bangunan umumnya merupakan alternatif dalam memperoleh sumber air bersih yang membutuhkan sedikit pengolahan sebelum digunakan untuk keperluan manusia (Zang, 2009). Penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air sangat potensial untuk diterapkan di Indonesia mengingat Indonesia adalah negara tropis yang mempunyai curah hujan yang tinggi. Di Kabupaten Lamongan masyarakatnya sebagian besar sudah mempunyai bak tampungan dalam rumah terutama di wilayah pedesaan yang belum dapat aliran air bersih dari PDAM. Tampungan tersebut berisi air hujan yang dialirkan dari talang rumah mereka dengan menggunakan pipa. Air tersebut disimpan sebagai cadangan untuk pemenuhan air bersih pada musim kemarau. Hal yang perlu diteliti lebih lanjut yaitu mengenai kandungan bakteriologis air hujan yang ada pada tampungan dan perlu kajian MPN Coliform karena melihat air pada tampungan tersebut tanpa mengalami pengolahan sama sekali hanya menggunakan gaya gravitasi bumi yaitu dialirkan dari talang ke bak penampung baik yang ada di atas permukaan maupun yang dibangun di dalam tanah. Setelah melakukan uji pendahuluan diketahui bahwa kandungan secara kimia dan fisik masih memenuhi Permenkes No. 416/Menkes/Per/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air tetapi untuk bakteri Coliform melebihi nilai ambang batas yaitu lebih dari 1600/100 ml sampel seharusnya 50/100 ml sampel sehingga diperlukan analisa lebih lanjut mengenai bagaimana jumlah bakteri yang ada di PAH dari minggu ke minggu. Penggunaan air hujan yang ada di tampungan tersebut sangat beragam mulai dari mandi, mencuci sampai kegiatan memasak dan air
baku air minum masyarakat menggunakan air tersebut. Hal ini juga karena air tanah yakni air sumur penduduk Desa Plosobuden berasa asin terutama saat musim kemarau dan belum adanya aliran air bersih dari pemerintah setempat. Secara teoritis pemanfaatan air yang sudah tercemar untuk air bersih dan air minum akan memberi dampak buruk bagi kesehatan, tetapi di Kabupaten Lamongan belum ada data yang melaporkan bahwa ada dampak terhadap kesehatan masyarakat mengenai pemanfaatan air hujan sebagai air domestik. Dari uraian di atas, perlu adanya sebuah studi kualitas bakteriologis mengenai air hujan pada bak PAH di Kabupaten Lamongan khususnya di Desa Plosobuden Kecamatan Deket untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kelayakan air hujan yang akan dijadikan sebagai air baku air minum atau air bersih. Penelitian ini akan menganalisis air PAH secara bakteriologis berdasarkan jenis konstruksi PAH dengan air hujan yang berbeda-beda serta melakukan simulasi penelitian menggunakan simulasi bak penampungan dimana air yang digunakan air hujan lama, air hujan baru dan air hujan campuran yaitu air hujan yang ditampung selama musim kemarau dan penghujan mengingat penelitian ini dilakukan pada musim penghujan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada perbedaan kualitas air PAH secara bakteriologis berdasarkan jenis konstruksi PAH? 2. Apakah ada perbedaan kualitas air PAH secara bakteriologis pada air hujan lama, air hujan baru dan air hujan campuran pada simulasi bak penampungan?
C. Tujuan Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah maka penulis merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Tujuan umum: Mengkaji kualitas bakteriologis air hujan yang ada di penampungan air hujan berdasarkan jenis konstruksi PAH. 2. Tujuan khusus: Menganalisis perbedaan kualitas bakteriologis air PAH antara air hujan lama, air hujan baru dan air hujan campuran pada PAH dan simulasi bak penampungan. D. Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi ilmu pengetahuan, sebagai karya ilmiah yang dapat berguna bagi pengembangan kajian dan penelitian lebih lanjut oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi mengenai kualitas bakteriologis air hujan yang ada pada bak penampungan air hujan rumah mereka. 3. Bagi peneliti, meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam mengevaluasi kondisi air hujan pada penampungan air hujan. 4. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan, dapat digunakan sebagai bahan penetapan pengambilan kebijakan jika air hujan tersebut tidak berbahaya untuk mengatasi kekeringan pada musim kemarau E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan peneliti, belum ada penelitian serupa yang dilaksanakan di Kabupaten Lamongan. Adapun penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini antara lain:
Tabel 1. Keaslian Penelitian No. Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Perbedaan 1. Raharjo, PN. (2000) 2. Cahyono dan Nadjaji (2013) 3. Carolita dan Koesmartadi (2013) Pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Kepulauan Seribu melalui optimasi pemanfaatan penampung air hujan Teknologi pemanenan air hujan untuk mengatasi kekeringan dan penyediaan air bersih di Desa Sawitan Teknologi pemanenan air hujan pada perencanaan arsitektur rumah tinggal Heinz Frick. a. Penelitian studi pustaka b. Penelitian lapangan yang meliputi Penyebaran kuesioner Pengambilan sampel air dan analisa di laboratorium a. Penelitian observasional. b. Perencanaan teknologi pemanenan air hujan a. Penelitian deskriptif (survey dan studi kasus) b. Pengumpulan data (studi literature) Jenis bak PAH sesuai konstruksinya Pengujian kualitas bakteriologis Tidak menghitung dimensi volume pemenuhan air hujan (saluran maupun PAH) Pengujian kualitas air Penelitian dilakukan dengan menguji kualitas bakteriologis air pada tampungan yang ada pada masyarakat di Desa Plosobuden Kecamatan Deket Kabupaten Lamongan yang selama ini menggunakan sistem Pemanenan Air Hujan (PAH) di masing-masing rumah mereka yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari terutama cadangan air pada musim kemarau. Pada penelitian ini dilakukan pengujian bakteriologis pada beberapa PAH yang berbeda jenis konstruksinya dan juga dilakukan penelitian secara simulasi menggunakan bak kaca sebagai penampung air hujan dilakukan uji bakteriologis seminggu satu kali selama sepuluh minggu untuk mengetahui perbedaan jumlah bakterinya.