BAB II DASAR TEORI. antara aktiva riil (asset in place) dan pilihan-pilihan investasi pada masa

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Hal ini berarti memaksimalkan kemakmuran pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. (real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan penting yang diinginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk tetap going concern. Pertumbuhan perusahaan menunjukkan kemampuan

II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Myers (1977) memandang nilai perusahaan sebagai sebuah kombinasi assets in

BAB I PENDAHULUAN. abad ke-18 dan awal abad ke-19 di Eropa khususnya di Inggris, sedangkan

diharapkan akan memberikan return yang tinggi. Potensi pertumbuhan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan yang ingin dicapai dalam setiap usahanya adalah untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nilai perusahaan didefinisikan sebagai persepsi investor terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan harga saham yang terjadi seorang investor bisa memperoleh return.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. Suharli (2006) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh profitability

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston,

BABI PENDAHULUAN. Manajer dan pemegang saham selalu berbeda kepentingan, yang dikenal. dengan konflik keagenan (Jensen, 1986). Konflik keagenan akan

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan perusahaan tersebut dimasa depan. Tujuan utama perusahaan

BAB II LANDASAN TEORI. waktu yang tertentu. Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan. dibedakan menjadi dua, yaitu :

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode ) Yanto Drs. H. Prasetiono, M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan analisis investasi di pasar sekuritas dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihakpihak

Penelitian tentang pengaruh profitability dan investment opportunity set. (pada perusahaan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia) memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan merupakan suatu harapan yang diinginkan oleh pihak

ANALISIS HUBUNGAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) BERDASARKAN NILAI PASAR DAN NILAI BUKU DENGAN REALISASI PERTUMBUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. aspek yang positif bagi perusahaan seperti adanya suatu kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. keuangan tahunan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini adalah dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang terpenting adalah

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Wolk et al. (2001) dalam Thiono (2006:4), teori sinyal (signaling

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi dan deviden terhadap nilai pemegang saham. Kajian teorinya sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pasar modal merupakan lembaga perantara (intermediaries) yang berperan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebijakan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan adalah UKDW

BAB I. investasi. Investasi dilakukan oleh banyak pihak seperti individu dan perusahaan. 3. Salah satu bentuk strategi perusahaan

Bab 1 Pendahuluan. Peristiwa yang terjadi pada dunia global membawa perubahan-perubahan baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDUHULUAN. mengembangkan usahanya perusahaan harus mengembangkan perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan diharapkan dapat memberi dampak positif bagi perusahaan sehingga

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Manajer perusahaan memiliki peran utama dan penting dalam

( Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun ) SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Penelitian tentang Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan. Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian Smith dan Watts (1992) melihat pengaruh investment

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TELAAH TEORETIS DAN HIPOTESIS

menggunakan beragam rasio proksi IOS. Secara umum, set kesempatan investasi pada suatu perusahaan akan tergantung kepada faktor-faktor khusus dari

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. konflik kepentingan antara prinsipal dan agen, kontrak yang tidak lengkap, serta

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam menentukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TELAAH PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat akan memaksa pihak manajemen

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam resiko dan ketidakpastian

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. kinerjanya dari tahun ke tahun. Selain keuntungan yang besar, saat ini perusahaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai prinsipal/pemberi

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN SEKTOR MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki topik yang sama. Penelitian tersebut antara lain :

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi didirikan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksilalkan nilai perusahaan. Teori sinyal menunjukkan adanya asimetri

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Tujuan utama suatu perusahaan menurut theory of the firm adalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemegang saham sebagai principal. Jensen dan Meckling (1976) mengemukakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. topik pengaruh arus kas operasi, keputusan pendanaan dan dividen perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian investasi, yaitu: Pengertian investasi menurut Rakhimsyah dan Gunawan (2011) adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai prinsipal dan manajer sebagai agen. Jensen dan Meckling (1976)

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Disusun Oleh : Nama : FLORENTIUS HENDY INDRIARTO NIM :

ANALYSIS OF THE EFFECT OF INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) ON RETURN STOCK COMPANY MANUFACTURING SECTOR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB I PENDAHULUAN. mempertimbangkan kemungkinan financial distress, perusahaan akan membatasi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB II LANDASAN TEORI. dan Gaver (1993), opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang meningkat dalam suatu periode, menuntut pihak

Astari Elka Istiqomah Margani Pinasti 1 Wita Ramadhanti 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikaitkan dengan harga saham perusahaan (Modigliani dan Miller, 1958 dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutang dan Jenis-Jenis Hutang. jangka waktu tertentu sebagai akibat dari transaksi dimasa lalu.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya perkembangan bisnis di Indonesia,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Brigham dan Houston (2007) isyarat atau signal adalah suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. saham (Hermuningsih dan Wardani, 2009). Menurut Stice et al.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan didirikan tentunya mempunyai tujuan yang jelas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (1979). Mendasari dugaan bahwa pengumuman perubahan cash dividend

PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) DENGAN TINGKAT PERTUMBUHAN (SUSTAINABLE GROWTH) DI BURSA EFEK JAKARTA. RM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan

PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET DAN STRUKTUR MODAL TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN FARMASI DI BURSA EFEK INDONESIA

Transkripsi:

BAB II DASAR TEORI 2.1. Invesment Opportunity Set (IOS) Myers (1977) sebagai orang pertama yang mengemukakan istilah IOS dengan menguraikan pengertian perusahaan sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (asset in place) dan pilihan-pilihan investasi pada masa depan. IOS ditunjukkan sebagai besarnya nilai perusahaan yang tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan imbal hasil yang lebih besar (Gaver dan Gaver, 1993). Kallapur dan Trombley (2001) berpendapat bahwa faktor industri seperti rintangan untuk masuk dan daur hidup produk sebagai salah satu faktor penentu dari IOS. Faktor penentu tersebut, memungkinkan perusahaan untuk berinvestasi sehingga dapat meningkatkan rintangan untuk masuk, substitusi modal sebagai tenaga kerja yang merupakan hasil dari skala ekonomi sebagaimana yang dijelaskan (Chung dan Charoenwong, 1991). Gaver dan Gaver (1993) menyatakan bahwa peluang pertumbuhan tidak hanya diwujudkan dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan aktivitas pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang lebih untuk melaksanakan proyek baru. Kemampuan yang berlebih ini 17

bersifat tidak dapat diamati (unobservable). Oleh karena itu diperlukan suatu proksi (Hartono,1999). Semakin banyak proksi IOS yang menentukan kelompok atau karakteristik perusahaan, semakin mengurangi kesalahan dalam penentuan klasifikasi tingkat pertumbuhan perusahaan. 2.1.1. Alternatif proksi IOS Ada beberapa proksi yang digunakan dalam bidang akuntansi dan keuangan untuk memahami pemikiran IOS (Myers,1977 dalam Kallapur dan Trombley, 1999). Proksi proksi tersebut dapat digolongkan menjadi tiga jenis: a.price based proxies Proksi ini mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai perusahaan. Proksi ini percaya pada gagasan bahwa prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (asset in place). Oleh karena itu, proksi ini sangat tergantung pada harga saham (Hartono, 1999) b.investment based proxies Proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan (Kallapur dan Trombley,1999). Perusahaan dengan IOS yang tinggi juga akan mempunyai tingkat investasi yang sama tinggi, yang dikonversi menjadi asset yang dimiliki (Kallapur dan Trombley,2001). 18

c.variance measure Proksi ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas imbal hasil yang mendasari peningkatan aktiva. 2.2. Pertumbuhan Perusahaan Kallapur dan Trombley (2001) memberi penjelasan bahwa penting untuk membedakan antara IOS dengan growth, kata growth pada umumnya merujuk kepada kemampuan perusahaan untuk meningkat dalam ukuran (size), sedangkan IOS adalah pilihan untuk berinvestasi pada proyek-proyek yang memiliki net present value positif. Disebutkan pula bahwa investment opportunities juga menghasilkan peningkatan dalam ukuran perusahaan, namun tidak semua growth oportunities memiliki net present value positif. Dalam hampir setiap studi, ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dari struktur keuangan perusahaan. Ukuran perusahaan dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal (Sawir, 2004). Perusahaan yang sedang tumbuh akan membutuhkan dana yang besar sehingga cenderung untuk menahan sebagian besar pendapatannya. Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan semakin besar pula kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Dan semakin besar kebutuhan dana untuk waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya 19

lebih senang untuk menahan earning nya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan makin besar dana yang dibutuhkan, makin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti makin rendah dividen payout ratio. Apabila perusahaan telah mencapai tingkat pertumbuhan sedemikian rupa sehingga perusahaan telah "well establish" dimana kebutuhan dananya dapat dipenuhi dengan dana yang berasal dari pasar modal atau sumber dana eksternal lainnya maka keadaan adalah berbeda. Dalam hal yang demikian perusahaan dapat menetapkan dividen payout ratio yang tinggi. Tingkat pertumbuhan yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan sedang mengadakan ekspansi. Semakin tinggi tingkat ekspansi perusahaan, semakin besar kebutuhan akan dana untuk mendanai ekspansi tersebut. Semakin besar kebutuhan dana masa depan semakin besar kemungkinan perusahaan menahan labanya. Memang bisa saja kebutuhan dana dipenuhi dengan emisi saham baru, tetapi bila pendapatan semuanya dibayarkan sebagai dividen (yang juga merupakan subyek pajak pendapatan yang tinggi) hanya sebagian kecil yang dapat diinvestasikan kembali. Dengan demikian perusahaan yang sedang berkembang cenderung menahan laba disamping menerbitkan emisi baru. 20

2.3. Hubungan antara IOS dengan kebijakan pendanaan Keputusan pendanaan dengan pemilihan sumber dana, dapat berasal dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Sumber dana internal berasal dari dana yang terkumpul dari laba ditahan yang berasal dari hasil kegiatan perusahaan, sedangkan sumber dana eksternal berasal dari pemilik peserta yang merupakan komponen modal sendiri juga berasal dari kreditur yang merupakan dana pinjaman atau hutang. Proporsi atau bauran dari penggunaan modal sendiri dan hutang dalam pemenuhan kebutuhan dana perusahaan (stuktur modal) tercermin dalam leverage perusahaan (Brigham dan Houston, 2004). Smith dan Watts (1992) dalam penelitiannya yang berlevel analisis industri, menyatakan bahwa perusahaan yang growth memiliki leverage yang rendah. Gaver dan Gaver (1993) dalam penelitiannnya yang berlevel analisis perusahaan menyatakan bahwa perusahaan yang growth memiliki leverage yang rendah dan corporate investment akan tinggi dalam perusahaan yang menghadapi: biaya transfer pajak yang mahal, intensitas modal yang tinggi, dan pemilikan modal internal yang kecil. Namun Lang et al (1996) menemukan bahwa leverage tidak mengurangi pertumbuhan bagi perusahaan yang terkanal dengan memiliki peluang investasi yang baik. Tetapi leverage memiliki hubungan yang negatif dengan growth bagi perusahaan yang memiliki peluang investasi yang tidak dikenal oleh pasar modal atau tidak cukup bernilai untuk mengatasi pengaruh hutangnya. 21

2.4. Hubungan antara IOS dengan kebijakan dividen Kebijakan dividen menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan sebagai dividen atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang kontroversial karena: 1). Bila dividen ditingkatkan, arus kas akan meningkat dan akan menguntungkan investor 2). Bila dividen ditingkatkan, laba ditahan yang direinvestasi dan pertumbuhan masa depan akan menurun, sehingga merugikan investor. Sehingga kebijakan dividen yang optimal yaitu dengan menyeimbangkan kedua hal tersebut dan memaksimalkan harga saham (Sawir, 2004). Levy dan Sarnat (1990) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki peluang investasi akan lebih memilih pendanaan internal daripada pendanaan eksternal karena pendanaan internal lebih murah. Akibatnya, kebijakan dividen lebih menekankan pada penyebaran dividen yang kecil. Schall dan Haley (1983) berpendapat bahwa dalam jangka panjang perusahaan yang pertumbuhannya cepat memiliki dividen payout yang rendah bahkan tidak membayar dividen sama sekali. Schall dan Haley (1983) mengklasifikasikan tipe pemegang saham terdiri atas pemegang saham yang berorientasi pada investasi dan pemegang saham yang berorientasi pada pendapatan rutin untuk konsumsi. Tipe pemegang saham yang berorientasi pada investasi memilih kebijakan dividen yang lebih kecil atau tidak membagi dividen sehingga keuntungan yang diharapkan hanyalah capital gain. Untuk tipe pemegang saham yang berorientasi pada pendapatan rutin menghendaki perusahaan untuk selalu 22

membayar dividen relatif pasti (clientele effect), yaitu perusahaan harus mampu membayar dividen. Shim dan Siegel (1992) mengatakan bahwa bagi tipe pemegang saham yang berorientasi pada investasi akan memilih perusahaan tidak membagi dividen bila perusahaan mampu menghasilkan imbal hasil yang lebih besar dibandingkan imbal hasil yang dihasilkan oleh pemegang saham dari peluang investasinya. Dan sebaliknya pemegang saham akan lebih memilih perusahaan untuk mambagi seluruh earning menjadi dividen bila imbal hasil yang diperoleh pemegang saham dari investasi alternatif lebih besar daripada imbal hasil yang dihasilkan perusahaan, sedangkan pada kenyataannya investor menghendaki agar perusahaan membayar dividen. Dalam pertimbangan diatas kebijakan dividen harus berdasar pada : perusahaan harus mampu membayar dividen dengan jumlah yang relatif stabil, kebijkan dividen harus memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham. Shim dan Siegel (1992) mengatakan bahwa untuk menjaga kestabilan pembayaran dividen, kenaikan earning tidak otomatis dapat untuk menaikkan dividen. Apabila earning sifatnya permanent baru dapat digunakan untuk menikkan dividen. Dari uraian diatas menunjukkan bahwa informasi dividen mencerminkan persistensi earning dan persistensi earning mencerminkan peluang pertumbuhan sehingga informasi dividen mencerminkan peluang pertumbuhan perusahaan. 23

2.5. Penerapan proksi IOS di luar negeri Penelitian yang dilakukan Gaver dan Gaver (1995) adalah"compensation Policy and The Invesment Opportunity Set". Penelitian ini membahas kebijakan kompensasi perusahaan. Dasar teorinya adalah penelitian Smith dan Watts (1992) yang menyatakan perusahaan yang berkembang akan memberikan gaji yang lebih besar kepada para eksekutifnya dibanding dengan perusahaan tidak berkembang. Penelitian Gaver dan Gaver menggunakan sample berjumlah 321 perusahaaan Fortuna 1000 yang berpartisipasi dalam suatu survey gaji perusahaan konsultasi William M Mercer.Inc diawal 1993. Ada empat proksi yang digunakan yaitu: 1. Market to book assets (MKTBKASS) adalah rasio nilai passiva dan saham preferen dalam pembukuan nilai pasar saham biasa terhadap nilai asset total pembukuan. 2. Market to book equity (MKTBKEQ) adalah rasio nilai pasar saham biasa terhadap nilai pembukuan saham biasa. 3. Research &development expense to book value of total assets (R&D) adalah rasio biaya litbang terhadap nilai pembukuan total assets. 4. Variance (VAR) adalah variansi angka pendapatan total perusahaan yang mencakup apresiasi harga saham selama satu tahun, dividen serta pembayaran bunga. Hasilnya semua korelasi diantara proksi proksi adalah positif namun nilai korelasinya tidak tinggi. Rendahnya korelasi disebabkan karena 24

keterbatasan yang dimiliki tiap proksi dalam menilai IOS. Rasio nilai buku pasar merupakan factor paling utama dan diikuti variansi dan litbang. Penelitian Gaver dan Gaver (1993) "Additional Evidence on the Association between The Invesment Opportunity Set and Corporate Financing, Deviden and Compensation Policies". Kelebihan dari penelitian ini adalah: perhitungan tiap rasio detail, penggunaan common factor analysis yang pertama untuk menyeleksi prediktor pertumbuhan perusahaan, dan detail dalam prosedur pemilihan sampel dimana sebagai sampel adalah perusahaan yang terdaftar dalam arsip compustat. Ada enam proksi yang digunakan yaitu: MKTKBASS, MKTBKEQ, EP, R&D, VAR dan FUNDS. Dari keenam proksi IOS semua berhubungan positif dan signifikan, namun hanya VAR (varian tingkat laba) yang memiliki korelasi yang tidak signifikan Penelitian Kallapur dan Trombley (1999) membahas realisasi pertumbuhan. Sampel yang digunakan adalah seluruh perusahaan yang informasi laporan keuangan dan nilainya tersedia dalam berkas berkas Standard dan Poor's Compustat primary supplementary tertiary. Minimum jumlah sampelnya 2.945 perusahaan dan maksimumnya 4.039 perusahaan selama 14 tahun mulai dari tahun 1978 1999. proksi yang digunakan: 1. Price based proxies: Market value of equity plus book value of debt (V), Ratio of book to market value of asset (A/V), Ratio of book to market of equity (BVEMVE), Ratio of 25

book value of PPE (PPEV), Tobin-Q, Ratio of depreciation expense to value (DEPV), earning- Price ratio (E/P) 2. Invesment based proxies Ratio R&D expense to firm value (R&D/V), Ratio R&D expense to firm assets (R&D/A),Ratio R&D expense to sales (R&D/S), Ratio R&D additional to firm value (CAPX/V), Ratio R&D additions to assets book value (CAPX/A) 3. Variance measure Variance of total return (VARRET), market model beta (BETA) 2.6. Penerapan proksi IOS di Indonesia Fijrijanti dan Hartono (2000) melakukan penelitian dengan judul "Analisis Korelasi Proksi IOS dengan Realisasi Pertumbuhan, Kebijakan Pendanaan dan Dividen." Karakteristik penelitian ini adalah pembahasannya yang mendetail pada realisasi pertumbuhan perusahaan dari 1990-1998. Fijrijanti dan Hartono (2000) menggunakan lima nilai IOS: MVABVA adalah rasio market to book value of asset. MVEBVE adalah rasio market to book value of equity. PER adalah ratio price to earning. CAPBVA adalah capital expenditure to book value of asset. CAPMVA adalah capital expenditure to market value of asset Hasil penelitiannya menyatakan bahwa semua variabel proksi IOS signifikan sebagai rasio pertumbuhan perusahaan untuk satu tahun ke depan 26

(T+1), setelahnya (T+2 sampai T+5) tidak lagi efektif menjadi indikator bagi perusahaan yang tumbuh. Prasetyo (2000) telah melakukan penelitian dengan judul "Asosiasi antara IOS dengan Kebijakan Pendanaan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Kompensasi, Beta dan Perbedaan Reaksi Pasar: Bukti empiris dari Bursa Efek Jakarta." Karakteristik penelitian ini pada pembahasan kebijakan kompensasi dan beta (risiko). Prasetyo (2000) menentukan kelompok growth firms dan nongrowth firms dengan empat indikator: MKTBKASS adalah rasio market to book assets. MKTBKEQ adalah rasio market to book equity. EP adalah rasio earning/price. RACTE adalah rasio total capital expenditures to book total assets 2.7. Sistematika hasil penelitian IOS Sistematika hasil penelitian IOS dapat dirangkum dalam Tabel 2.1. sebagai berikut: 27

Tabel 2.1. Hasil Penelitian IOS Peneliti Proksi yang digunakan Hasil penelitian Luar Negeri 1. Gaver dan Gaver (1993) 2. Gaver dan Gaver (1995) 3. Kallapur dan Trombley (1999) 1. Subekti dan Kusuma (2000) 2. Fijrijanti dan Hartono (2000) MKTBKASS, MKTBKEQ, EP, R&D, VAR dan FUNDS. MKTBKASS, MKTBKEQ, VAR dan R&D. Proksi harga: berdasarkan V, A/V, BVE/MVE, PPE/V, Tobin-q, DEV/V, E/P. Proksi berdasarkan investasi: R&D/V, R&D/S, CAPX/A. R&D/A, CAPX/V, Variance measure: Varret dan Beta. Dalam Negeri PPE/BVA, P/E, CAP/BVA. MVA/BVA, PER, CAP/MVA. 3. Prasetyo (2000) MKTBKASS, MKTBKEQ, RACTE. Sumber: Ringkasan jurnal penelitian MVE/BVE, MVA/BVA, MVE/BVE, CAP/BVA, EP, Semua berhubungan positif dan signifikan, kecuali VAR. Rasio nilai buku pasar yang paling utama, diikuti variansi dan litbang. Proksi IOS berdasarkan harga sesuai dengan yang diperkirakan. Proksi IOS berdasarkan litbang tidak selalu berkorelasi dengan peningkatan yang dicapai, hasil ini tidak sesuai dengan yang diperkirakan tentang adanya korelasi yang positif antara litbang dengan peningkatan. MVE/BVE, MVA/BVA dan CAP/BVA menunjukkan arah korelasi positif yang konsisten terhadap pertumbuhan perusahaan. Semua variabel proksi IOS signifikan sebagai rasio pertumbuhan perusahaan untuk satu tahun kedepan, setelahnya tidak lagi efektif menjadi indikator bagi perusahaan yang tumbuh. Korelasi tertinggi terjadi pada MKTBKASS dan MKTBKEQ. 28