Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Farokah, dkk Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan

KESEHATAN TENGGOROK PADA SISWA SEKOLAH DASAR EBEN HAEZAR 1 MANADO DAN SEKOLAH DASAR GMIM BITUNG AMURANG KABUPATEN MINAHASA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

Karakteristik Pasien Tonsilitis Kronis pada Anak di Bagian THT-KL RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Data rekam medis RSUD Tugurejo semarang didapatkan penderita

Kata kunci: tonsilitis, ukuran tonsil, tonsilektomi, indikasi tonsilektomi,

BAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) adalah penyakit yang sering dijumpai. Gejala utamanya

PENDERITA TONSILITIS DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO JANUARI 2010-DESEMBER 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. N DENGAN POST OPERASI TONSILEKTOMI DI BANGSAL ANGGREK RSUD SUKOHARJO

GAMBARAN INDIKASI TONSILEKTOMI PADA PASIEN DI RSUP HAJI ADAM MALIK DARI TAHUN Oleh : NORHIDAYAH BINTI AHMAD ZAIDON

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik dua atau lebih gejala berupa nasal. nasal drip) disertai facial pain/pressure and reduction or loss of

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

2.3 Patofisiologi. 2.5 Penatalaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. otitis media dibagi menjadi bentuk akut dan kronik. Selain itu terdapat sistem

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KEJADIAN TONSILITIS PADA ANAK USIA 5-18 TAHUN DI POLIKLINIK THT RSUD KARAWANG TAHUN 2015

Kadar imunoglobulin A sekretori pada penderita tonsilitis kronik sebelum dan setelah tonsilektomi

BAB 1 PENDAHULUAN. pakar yang dipublikasikan di European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

Hubungan antara Kadar Anti Streptolisin-O dan Gejala Klinis pada Penderita Tonsilitis Kronis

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang berjudul Evaluasi ketepatan penggunaan antibiotik untuk

A 9 Years Old Boy with Acute Exacerbation of Chronic Tonsillitis

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

BAB 5 HASIL DAN BAHASAN. adenotonsilitis kronik dengan disfungsi tuba datang ke klinik dan bangsal THT

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

KARAKTERISTIK KLINIS DAN DEMOGRAFIS PENDERITA KONJUNGTIVITIS YANG BEROBAT

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR ANTARA SISWA TONSILITIS KRONIS DENGAN SISWA TIDAK TONSILITIS KRONIS NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Definisi klinis rinitis alergi adalah penyakit. simptomatik pada hidung yang dicetuskan oleh reaksi

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

Kualitas hidup anak dengan gangguan bernapas saat tidur pra dan pasca-adenoidektomi

BAB I PENDAHULUAN. Otitis media efusi (OME) merupakan salah satu penyakit telinga

Gambar. Klasifikasi ukuran tonsil

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Paradigma mengenai kanker bagi masyarakat umum. merupakan penyakit yang mengerikan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PASIEN KARSINOMA NASOFARING SEBELUM dan SETELAH RADIOTERAPI (Studi Observasional di RSUP Dr Kariadi Semarang)

commit to user BAB V PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

BAB 4 METODE PENELITIAN

Anak Perempuan Berusia 10 Tahun dengan Tonsilitis Kronik Eksaserbasi Akut. A 10 Years Old Girl with Acute Exacerbation of Chronic Tonsillitis

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DI POLIKLINIK THT RSUP SANGLAH SELAMA PERIODE BULAN JANUARI JUNI 2013

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalaminya. Akan tetapi usia tidak selalu menjadi faktor penentu dalam perolehan

BAB I PENDAHULUAN. paranasal dengan jangka waktu gejala 12 minggu, ditandai oleh dua atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoskopis berupa polip atau sekret mukopurulen yang berasal dari meatus

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rinosinusitis kronis merupakan inflamasi kronis. pada mukosa hidung dan sinus paranasal yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Karsinoma laring adalah keganasan pada laring yang berasal dari sel epitel laring.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Intususepsi merupakan salah satu penyebab tersering dari obstruksi usus dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK KARAKTERISTIK PASIEN SINUSITIS DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PADA APRIL 2015 SAMPAI APRIL 2016 Sinusitis yang merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. padalaki-laki dibandingkan perempuan. Sebagai contoh penelitian dari. dan perempuan 35,90% dengan rerata umur 49,13 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi dari makanan diet khusus selama dirawat di rumah sakit (Altmatsier,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

Sugiarti, et al, Studi Penggunaan Antibiotik pada Pasien Penyakit ISPA Usia Bawah Lima Tahun...

BAB I PENDAHULUAN UKDW. berumur 30 tahun (Riskesdas 2013) , dengan usia 15 tahun sebanyak 6,9 %, data Rikesdas 2013

Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah

PENGELOLAAN NYERI PADA An. E DENGAN POST OP TONSILEKTOMI DI RUANG ANGGREK RSUD SALATIGA

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di RSUD Kabupaten Temanggung ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

LAPORAN PENDAHULUAN TONSILITIS - RUANG BAITUNNISA 1 RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) PROGRAM STUDI KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

BAB I PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan tindakan pembedahan. Beberapa penelitian di negara-negara industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

ABSTRAK GAMBARAN DISTRIBUSI PENDERITA TONSILEKTOMI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE TAHUN 2009

Transkripsi:

ARTIKEL ILMIAH Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi disusun oleh: Rts. Vivit Sapitri G1A109040 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JAMBI 2012/2013

Karakteristik Penderita Tonsilitis Kronis Yang Diindikasikan Tonsilektomi Di RSUD Raden Mattaher Jambi Rts. Vivit Sapitri Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Vivit Sapitri*, Yunaldi**, Umi Rahayu *Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Jambi **Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKIK UNJA *** Dosen Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKIK UNJA Alamat Korespondensi: Vivit Saptiri, FKIK UNJA, Jambi, E-mail: Vivit.sapitri@gmail.com Abstrak Tujuan: Mengetahui karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan untuk tonsilektomi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif prospektif dengan pendekatan observasi. Pengambilan data menggunakan wawancara dalam bentuk daftar tilik (check list). Hasil: Dari 30 orang, ditemukan penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tomsilektomi terbanyak pada rentang usia antara 5-14 tahun yaitu 15 orang (50%), jenis kelamin terbanyak adalah perempuan yaitu 17 orang (56,7%), semua keluhan utamanya adalah nyeri pada tenggorok/ sakit menelan sebanyak 30 orang (100%), indikasi tonsilektomi terbanyak adalah indikasi relatif sebanyak 22 orang (73,3%). Kesimpulan: Penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi dengan rentang usia 5-14 tahun dengan rasio perempuan lebih banyak, keluhan utama berupa nyeri pada tenggorok/ sakit menelan, dan indikasi tonsilektominya berupa indikasi relatif yaitu terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat. Kata kunci: Tonsilitis kronis; karakteristik demografis; keluhan utama; indikasi tonsilektomi

PENDAHULUAN Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering terjadi dari seluruh penyakit THT. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh provinsi di Indonesia, prevalensi tonsilitis kronis 3,8% tertinggi setelah nasofaringitis akut 4,6%. Insiden tonsilitis kronis di RS Dr. Kariadi Semarang 23,36% dan 47% diantaranya pada usia 6-15 tahun. 1 Sedangkan penelitian di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar jumlah kunjungan baru dengan tonsilitis kronis mulai Juni 2008-Mei 2009 sebanyak 63 orang. 2 Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang terjadi di tenggorokan terutama terjadi pada kelompok usia muda. Data morbiditas pada anak yang menderita tonsilitis kronis menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada umur 5-14 tahun menempati urutan kelima (10,5% laki-laki dan 13,7% perempuan). Hasil pemeriksaan pada anak-anak dan dewasa menunjukkan total penyakit pada telinga hidung dan tenggorokan berjumlah 190-230 per 1.000 penduduk dan didapati 38,4% diantaranya merupakan penderita penyakit tonsilitis kronis. 3 Tonsilektomi merupakan prosedur operasi yang praktis dan aman untuk pengobatan untuk tonsilitis kronis. Di Indonesia, data nasional mengenai jumlah operasi tonsilektomi atau tonsiloadenoidektomi belum ada. Namun data yang didapatkan dari RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta selama lima tahun terakhir (1999-2003) menunjukkan kecendrungan penurunan jumlah operasi tonsilektomi. Fenomena ini juga terlihat pada jumlah operasi tonsilektomi dengan puncak kenaikan pada tahun kedua (275 kasus) dan terus menurun sampai tahun 2003 (152 kasus). Sedangkan data dari Rumah Sakit Fatmawati dalam tiga tahun terakhir (2002-2004) menunjukkan kecendrungan kenaikan jumlah operasi tonsilektomi dan penurunan jumlah operasi tonsiloadenoidektomi. 4 Dari data RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui jumlah penderita tonsillitis kronis pada tahun 2010 berjumlah 978 dari 1365 jumlah kunjungan dan pada tahun 2011 berjumlah 789 dari 1144 jumlah kunjungan, sedangkan tonsilitis yang diindikasikan tonsilektomi pada tahun 2010 berjumlah 44 orang dan data pada tahun 2011 berjumlah 58 orang. Ada peningkatan jumlah penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi pada tahun 2010-2011 di RSUD Raden Mattaher Jambi. 5 Tonsilitis kronis masih menjadi masalah kesehatan utama dalam bidang THT sehingga dalam penatalaksanaannya

tonsilektomi menjadi pilihan yang terbaik dan harus sesuai dengan indikasi, baik indikasi absolut maupun indikasi relatif pada setiap pasien berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di bagian THT di RSUD Raden Mattaher Jambi. METODE Penelitian ini merupakan penelitan deskriptif prospektif yang bertujuan untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan yang secara objektif, serta dengan cara pendekatan observasi. Penelitian dilakukan di bagian THT RSUD Raden Mattaher Jambi. Pada penelitian ini digunakan total sampling yaitu semua pasien yang berobat ke poliklinik THT di RSUD Raden Mattaher Jambi pada bulan Mei-Juli 2013. Sampel penelitian yaitu yang memenuhi kriteria inklusi meliputi: semua penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi dan bersedia ikut dalam penelitian ini. Kriteria ekslusi meliputi: penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi yang usianya < 5 tahun, penderita tonsilitis kronis yang disertai KP aktif, penyakit jantung, dan diabetes mellitus sehingga tidak bisa dilakukan tonsilektomi. Penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan data melalui anamnesis (wawancara) menggunakan check list yang ditujukan pada penderita atau kepada orang tua/wali penderita. HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian yang berlangsung dari bulan Mei-Juli 2013 diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Karakteristik Sosiodemografis a) Distribusi penderita menurut Usia Tabel 4.1 Disribusi Penderita Menurut Usia Kelompok Persentase Usia Jumlah (%) (Tahun) 5-14 15 50 >14-24 9 30 >24-44 6 20 >44-64 0 0 Total 30 100 Berdasarkan uraian tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi terbanyak adalah usia antara 5-14 tahun sebanyak 15 orang (50%).

b) Distribusi penderita menurut jenis kelamin Tabel 4.2 Distribusi Penderita Menurut Jenis Kelamin Jenis kelamin Jumlah Persentase (%) Laki-laki 13 43,3 Perempuan 17 56,7 Total 30 100 Berdasarkan uraian tabel 4.2 diatas dapat diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah pasien laki-laki, yaitu perempuan sebanyak 17 orang (56,7%). 2. Karakteristik Keluhan Utama 4.3 Distribusi Penderita Menurut Keluhan Utama Keluhan Utama Jumlah Persentase (%) Nyeri pada tenggorok/ sakit 30 100 saat menelan Halitosis 0 0 Malaise 0 0 Sakit pasa sendi dan kadang ada 0 0 demam Total 30 100 Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi yaitu semua keluhan utamanya adalah nyeri pada tenggorok/ sakit menelan sebanyak 30 orang (100%). 3. Karakteristik Indikasi Tonsilektomi a) Distribusi Indikasi Absolut Tabel 4.4 Disribusi Indikasi Absolut Indikasi Absolut Jumlah Presentase (%) Pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran 5 16,7 napas, disfagia berat, sleep apnea Rhinitis dan sinusitis kronis 2 6,7 Hipertrofi tonsil unilateral 1 3,3 Total 8 26,7 Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi sebagai indikasi absolut yang terbanyak adalah pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat, sleep apnea sebanyak 5 orang (16,7%).

b) Distribusi Indikasi Relatif Tabel 4.5 Distribusi Indikasi Relatif Indikasi Relatif Jumlah Persentase (%) Terjadi 3 episode/ > infeksi tonsil pertahun dengan 21 70 terapi antibiotik adekuat Halitosis 1 3,3 Otitis media efusi atau otitis media 0 0 supuratif Total 22 73,3 Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi sebagai indikasi relatif yang terbanyak adalah terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat sebanyak 21 orang (70%). Indikasi tonsilektomi terbanyak adalah indikasi relatif sebanyak 22 orang (73,3%) dan indikasi absolute sebanyak 8 orang (26,7%). PEMBAHASAN 1. Karakteristik Sosiodemografis a) Pembahasan Usia Berdasarkan hasil penelitian usia paling banyak 5-14 tahun sebanyak 15 orang (50%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian G Raju, Esther Mary Selvam (2012) di Bangladesh, yang mendapatkan distribusi terbanyak pada usia 1-10 tahun. 6 Penelitian Farokah di kota Semarang usia yang terbanyak yaitu pada usia 8 tahun (69,8%). Dan insiden tonsilitis kronis di RS Dr. Kariadi Semarang di antaranya pada usia 6-15 tahun (23,36% dan 47%). 1 Terlihat bahwa jumlah kunjungan pasien anak banyak yang menderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi. Hal ini dikarenakan pada anak usia tersebut memiliki sistem kekabalan yang belum sempurna sehingga mudah untuk terinfeksi mikroorganisme, dan pada anak sering menderita infeksi saluran pernapasan akut atau karena

tonsilitis akut yang tidak diobati dengan tepat atau dibiarkan saja. b) Pembahasan jenis kelamin 2. Pembahasan keluhan utama Berdasarkan hasil penelitian semua keluhan utamanya adalah nyeri pada tenggorok/ sakit menelan sebanyak 30 orang (100%). Berdasarkan hasil penelitian jenis kelamin paling banyak adalah perempuan sebanyak 17 orang (56,7%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Farokah di kota Semarang jenis kelamin yang terbanyak yaitu pada perempuan (51,2%). 1 Pada penelitian yang berbeda yang dilakukan oleh J Alison Glover (2008) The Incidence of Tonsillectomy in School children, insiden terbanyak pada jenis kelamin lakilaki (58,2%). 7 Dan pada penelitian L. M. Paulson, C. J MacArthur, etc (Agustus 2011) di USA menyatakan distribusi terbanyak pada jenis kelamin laki-laki (56,52%). 8 Hasil penelitian ini sesuai dengan SIGN (Scottish Intercollegiate Guidelines Network) April 2010, keluhan utama yang sering pada penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi adalah nyeri tenggorokan sebanyak 58,3% per 1.000 population. 9 Dan pada penelitian J Alison Glover (2008) The Incidence of Tonsillectomy in School children, insiden yang lebih tinggi adalah nyeri tenggorokan. 7 3. Karakteristik Indikasi Tonsilektomi a) Distribusi Indikasi Absolut Berdasarkan hasil penelitian indikasi absolut yang tertinggi atau terbanyak adalah pembesaran tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia berat dan sleep apnea sebanyak 16,7%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Indication for Tonsillectomy and Adenotonsillectomy in Children (A joint Position paper of the Paediatrics & Child Health Division of The Royal Australasian College of Physicians and The Australian Society of Otolaryngology Head and Neck Surgery. Juli, 2008), indikasi absolut yang terbanyak adalah obstruksi saluran napas dan sleep apnea. 10 b) Distribusi Indikasi Relatif Berdasarkan hasil penelitian indikasi relatif yang terbanyak adalah terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat sebanyak 70%. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Reginal F. Baugh, MD, etc dalam Clinical Practice Guideline: Tonsillectomy in Children (American Academy of Otolaryngology- Head and Neck Surgery), indikasi relatif terbanyak adalah infeksi tenggorokan berulang jika sudah ada kurang dari 7 episode per tahun dalam 2 tahun terakhir atau kurang dari 5 episode per tahun dalam 3 tahun terakhir. 11 KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil observasi selama periode penelitian, angka kejadian tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi bulan Mei-Juli 2013 sebanyak 30 pasien. 1) Berdasarkan karakteristik sosiodemografis penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi di dapatkan distribusi terbanyak pada kelompok usia 5-14 tahun sebesar 50%, pada distribusi kelompok jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebesar 56,7%.

2) Berdasarkan karakteristik keluhan utama penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi di dapatkan bahwa semua keluhan utamnya adalah nyeri tenggorok/ sakit menelan sebanyak 100% 3) Berdasarkan karakteristik indikasi tonsilektomi penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi di RSUD Raden Mattaher Jambi di dapatkan distribusi terbanyak dengan indikasi relatif, terjadi 3 episode/> infeksi tonsil pertahun dengan terapi antibiotik adekuat sebesar 73,3%. SARAN 1) Dapat menambah informasi tentang tonsilitis kronis serta indikasi untuk dilakukannya tindakan tonsilektomi sehingga dapat bermanfaat dalam penanganan tonsilitis kronis. 2) Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai tonsilitis kronis yang diindikasin tonsilektomi. 3) Dapat menjadi masukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik penderita tonsilitis kronis yang diindikasikan tonsilektomi. UCAPAN TERIMAKASIH 1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi Dr. dr. H. Yuwono M.Biomed. 2. Pembantu Dekan 1 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dr. Irawan Anasta Putra, Sp.A 3. Pembantu Dekan 2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dr. Nindya Aryanty M.Med.Edu. 4. Pembantu Dekan 3 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi dr. H. Armaidi Darmawan, M.Epid 5. dr. H. Yunaldi, Sp.THT, sebagai dosen pembimbing substansi atas segala bimbingan, saran dan motivasi yang telah diberikan selama penyusunan skripsi penelitian ini. 6. dr. Umi Rahayu, Sp.THT, sebagai dosen pembimbing metodologi yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, serta motivasi yang telah diberikan selama penyusunan skripsi penelitian ini. 7. Kedua orang tua dan kakak serta keluarga yang selalu memberikan dorongan, perhatian, ketulusan dan

semangat yang tidak akan mungkin dapat diganti dengan apa pun. 8. Untuk kak Amar terima kasih dukungan, bantuan, perhatian, waktu dan juga semangatnya. 9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2009, atas kerja sama yang baik dan kekompakkan selama ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Farokah. Hubungan tonsillitis kronis dengan prestasi belajar pada siswa kelas II sekolah dasar di kota Semarang. Semarang. 2007 (diakses tanggal November 2012). Diunduh dari: URL: http://file/tonsilitis%201/155_10tons ilitaskronikprestasibelajarkelas.html 2. Sakka Indo, Raden S, Linda K, Sutji PR. Kadar immunoglobulin A sekretori pada penderita tonsilitis kronik sebelum dan setelah tonsilektomi. Makasar. 2010 (diakses November 2012). Diunduh dari: URL: http://file/206.pdf 3. Nurrobbi, Kusantri. Tonsilitis kronis. Jakarta. 2012 (diakses November 2012). Diunduh dari: URL: http://96570032-tonsilitis-kronis.pdf 4. Healt Technology Assessment (HTA) Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Tonsilektomi pada anak dan dewasa. Jakarta. 2004. Hal 1-25 (diakses tanggal 8 November 2012). Diunduh dari: URL:http//TonsilektomiPadaAnakda ndewasa.pdf 5. Data RSUD Raden Mattaher Jambi. 2012 6. Raju G, Esther Mary Selvam. Evaluation of microbial flora in chronic tonsillitis and the role of tonsillectomy. Bangladesh J Otorhinolaryngol. 2012 (diakses Juli 2013). Diunduh dari: http://www.banglajol.info/index.php/ BJO/article/view/11982/8737 7. Alison J Glover. The incidence of tonsillectomy in school children. 2012 (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//InternationalJournalofEpid emiology/article/ 8. Paulson L.M, MacArthur C.J, et al. Speech outcomes after tonsillectomy in patients with known velopharyngeal insufficiency. USA. 2012 (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//article/IJO/912767 9. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Management of sore throat and indications for tonsillectomy. Scotland. 2010 (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//SIGN117.pdf 10. Coates Harvey OA. Indication for tonsillectomy and adenotonsillectomy

in children. Australian. 2008 (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//Final_approved_tonsillect omy_document[1].pdf 11. Baugh Reginal F, Sanford M, et al. Clinical practice guideline: tonsillectomy in children. American. 2011 (diakses Juli 2013). Diunduh dari URL:http//otto.sagepub.com/content/ 144/1_suppl/S1