BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, industri di Indonesia berkembang pesat. Di antara subsektor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Margarin dari Palm Oil Minyak Sawit dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dan pada saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu bidang pembangunan yang paling diharapkan dapat memacu

BAB I PENDAHULUAN. Paraldehida merupakan senyawa trimer yang dihasilkan dengan mereaksikan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN. Indonesia berpengaruh pada pembangunan di sub-sektor industri.

I. PENDAHULUAN. memberikan manfaat dalam perkembangan industri di Indonesia. Salah satu

Prarancangan pabrik sikloheksana dari benzena Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diolah menjadi produk antara berupa aluminium sulfat. Aluminium sulfat termasuk dalam heavy chemical industy yang memegang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang industri kimia di Indonesia semakin pesat. perkembangannya. Hal ini dibuktikan dengan telah didirikannya beberapa

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai bahan baku maupun bahan penunjang. Benzil alkohol banyak. solvent, dan sebagai bahan untuk industri kimia yang lain.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015

I. PENDAHULUAN. menjadi salah satu tulang punggung perekonomian bangsa kita. Titik berat pembangunan saat ini adalah pembangunan dibidang ekonomi

BAB I. PENDAHULUAN. adalah tricresyl phosphate yang merupakan senyawa organik ( ester) dengan

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Minyak goreng merupakan salah satu dari sembilan kebutuhan pokok

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.

Lampiran 1. Lanjutan. Keterangan : *) sementara **) sangat sementara. Sumber : Ditjenbun dan PPKS, 2006

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

6 Semua negara di Oceania, kecuali Australia dan Selandia Baru (New Zealand).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011

PRARANCANGAN PABRIK PROPILEN OKSIDA DARI ISOBUTANA, UDARA DAN PROPILEN KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

I. PENDAHULUAN. meningkat, rata-rata konsumsi protein hewani penduduk Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Indonesia sedang mengalami perkembangan di berbagai bidang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

1 Universitas Indonesia

Gambar 1.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Nabati Dunia

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pertanian. Wilayah Indonesia yang luas tersebar diberbagai. meningkatkan perekonomian adalah kelapa sawit. Gambar 1.

TUGAS AKHIR. Pabrik Margarin Dari Biji Jagung Dengan Proses Wet Rendering Dan Hidrogenasi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Awalnya carbon black hanya digunakan sebagai agen penguat dalam ban.

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pembangunan dalam bidang industri yang salah satunya adalah

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN TUGAS PRARANCANGAN PABRIK LINEAR ALKYL BENZENE DARI BENZENE DAN OLEFIN KAPASITAS TON/TAHUN

Penggolongan minyak. Minyak mineral Minyak yang bisa dimakan Minyak atsiri

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomis pada tahun 1910 (di Pulau Raja), Asahan dan sungai Liput (dekat perbatasan Aceh).

BAB I PENDAHULUAN. sektor industri di Indonesia. Salah satu industri yang banyak berkembang adalah

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I. PENDAHULUAN. bersama untuk meningkatkan kinerja perekonomian. nasional, sektor industri kimia tetap menjadi salah satu tumpuan dan

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. memikirkan potensi industrinya. Pertumbuhan industri di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 telah menaikkan

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Peresmian Pabrik Pelapisan Pipa Dan Laboratorium Services PT. Bakrie Pipe Industries.

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. yang mendorong berdirinya suatu industri adalah adanya kesempatan pasar

Nabila Dyah Anggraini (11/312797/TK/37649) 1 Devi Swasti Prabasiwi (11/319052/TK/38187)

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bukan hidup untuk makan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menjaga

VII. TATA LETAK PABRIK

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang sedang membangun, Indonesia sedang menggalakkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. industrialisasi. Tahap yang sering disebut sebagai era tinggal landas, yaitu suatu

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

I. PENDAHULUAN. tersebut merupakan faktor pendukung keberhasilan budidaya sapi Bali (Ni am et

DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. kebutuhan bahan - bahan penunjang guna menjamin kelangsungan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

VII. LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dewasa ini, industri di Indonesia berkembang pesat. Di antara subsektor industri yang pembangunannya berkembang pesat adalah subsektor industri pangan. Hal ini terjadi karena kebutuhan akan bahan-bahan hasil industri pangan terus meningkat. Salah satu jenis industri pangan yang dibutuhkan dan pemakaiannya terus meningkat akibat permintaan yang semakin banyak adalah industri margarin. Tingginya kebutuhan margarin harus diimbangi dengan peningkatan produksinya, agar kebutuhan dapat terpenuhi. Selama ini Indonesia masih belum dapat memenuhi kebutuhan margarin dengan memproduksinya sendiri, sehingga Indonesia mengimpornya dari berbagai Negara. Contohnya : Amerika Serikat, Australia, Belanda, Jerman, Belgia, Korea Selatan, dan Singapura. Margarin merupakan produk emulsi dengan tipe emulsi air dalam minyak (water in oil emulsion), berbentuk semi padat, dan bersifat plastis. Minyak yang digunakan dalam pembuatan margarin biasanya berasal dari lemak

2 hewan seperti babi atau sapi, dan lemak nabati seperti kedelai dan jagung (http:agroindustriindonesia.blogspot.com201009proses-pembuatanmargarin.html). Disamping kedelai dan jagung yang sering dimanfaatkan sebagai bahan baku margarin, Crude Palm Oil (CPO) adalah bahan baku yang sangat berpotensi untuk dijadikan bahan baku pembuatan margarin. Ketersediaan bahan baku yang diperoleh langsung dari alam Indonesia, menjadi salah satu modal yang dapat mendukung berdirinya pabrik margarin dari CPO. Untuk itu perlu dilakukan pendirian pabrik margarin dari CPO agar dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan impor dari luar negeri. Produk yang dihasilkan diharapkan juga dapat bersaing di pasar internasional sehingga devisa negara dapat ditingkatkan. B. Kegunaan Produk Adapun kegunaan dari margarin adalah sebagai berikut: 1. Sebagai pelapis, membuat remah-remah, dan cream mentega. 2. Untuk membuat cookies, kue kering, cream mentega, kue, dan remahremah pie. 3. Untuk membuat adonan yang halus, tidak mudah robek, yang kompatibel untuk mencegah timbulnya masalah pada peralatan.

3 C. Pemilihan Bahan Baku Terdapat beberapa bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi margarin, yaitu minyak jagung, wijen, kedelai, CPO, dan dedak padi. Adapun spesifikasi dari masing-masing bahan baku adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Harga Bahan Baku Bahan Baku Harga Minyak Bahan Baku Minyak Wijen Rp.22.802kg Minyak Jagung Rp. 17.540kg Minyak Kedelai Rp.16.224kg CPO Rp.8.716kg Minyak Dedak Padi Rp. 30.695l Sumber : www.alibaba.com, 17 Oktober 2011 Jenis Minyak Tabel 1.2. Kandungan Trigliserida Asam Lemak dari Berbagai Bahan Baku Trigliserida Asam Lemak jenuh Trigliserida Asam Lemak Tidak Jenuh Sumber Wijen 14,2 % 85,8 % Hilditch, 1974 Jagung 13 % 87 % Anonymous, 1960 Kedelai 15 % 85 % Bailey, A.E., 1950 CPO 48,5 % 52,5 % O Brien, 2009 Dedak Padi 20,47 % 79,53 % Rahmania, 2004

4 Sifat Fisik Tabel 1.3. Sifat Fisik Bahan Baku Bahan Baku Jagung Wijen Kedelai CPO Dedak Padi Bilangan 127-133 (1) 104-120 (1) 105-115 (1) 48-56 (2) 99-108 (1) Iodin Bilangan 187-193 (1) 186-195 (1) - 193-206 (1) 180-190 (1) Sabun Titik asap 230-238 (1) 245 (1) - 31,1-37,6 (1) 213 (1) ( o C) Titik leleh -11s.d-8 (1) - 0,6 (1) 24-25 (2) - ( o C) Densitas 0,91875 (1) 0,915-0,924 (1) 0,9165 (1) 0,9 (2) 0,916 (1) (g ml) Trigliserida 8,1 (3) 7-12 (4) 7-10 (3) 40-46 (2) 17,2096 (5) Asam Lemak palmitat (%) FFA (%) 0,05 (1) - 0,3-0,7 (1) 0,1 (1) 0,05 (1) Keterangan : (1) Shahidi, 2005 (4) http:id.wikipedia.orgwikiminyak_wijen (2) Barus, 2008 (5) Rachmania dkk, 2004 (3) Hendra dan Amrullah Dengan melihat spesifikasi dari masing-masing bahan baku maka CPO dipilih sebagai bahan baku pembuatan margarin karena: 1. Kandungan Trigliserida Asam Lemak tak jenuhnya rendah, sehingga lebih sedikit hidrogen yang dibutuhkan untuk mengubahnya menjadi margarin. 2. Bilangan iodin pada minyaknya rendah sehingga margarin yang dihasilkan lebih stabil terhadap proses oksidasi. 3. Kandungan Trigliserida Asam Lemak palmitatnya tinggi, yang menyebabkan margarin bersifat stabil, creaming, dan plastis. 4. Kandungan FFA yang cukup rendah. 5. Harga CPO yang tidak terlalu tinggi.

5 6. Produktivitasnya di Indonesia cukup tinggi mencapai 15.981.115 ton (Kementrian Perindustrian RI, Pusat Data Info Sawit 2010). D. Analisa Pasar 1. Harga Bahan Baku dan Produk Berikut ini adalah harga bahan baku dan harga margarin pada tahun 2012. Tabel 1.4. Harga Bahan Baku dan Produk No. Bahan Harga (per kg) 1. CPO Rp.8716 2. Margarin Rp.22880 2. Kebutuhan Pasar Kebutuhan margarin di Indonesia mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya impor. Pendirian pabrik margarin di Indonesia dapat mengurangi impor margarin dan mengingat kebutuhan margarin dunia yang terus meningkat maka kapasitas ekspor dapat ditingkatkan sehingga dapat menambah devisa negara. Berikut ini data ekspor-impor dan kebutuhan margarin Indonesia pada tahun 2005 hingga 2010.

6 Tabel 1.5. Data Ekspor Margarin Indonesia Tahun Kapasitas (Ton) 2005 96.981,069 2006 87.197,418 2007 74.003,087 2008 86.143,370 2009 70.265,737 2010 76.056,694 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Tabel 1.6. Data Impor Margarin Indonesia Tahun Kapasitas (Ton) 2005 813,016 2006 850,817 2007 1.024,454 2008 956,499 2009 1.667,014 2010 1.530,282 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2011 Tabel 1.7. Data Kebutuhan Margarin Indonesia Tahun Kapasitas (Ton) 2005 106.307 2006 121.937 2007 131.398 2008 127.286 2009 140.253 2010 146.000 Sumber: Indocommercial. No. 417 E. Kapasitas Pabrik Berdasarkan data pada tabel 1.7., kebutuhan margarin terus meningkat. Kebutuhan margarin yang meningkat diimbangi dengan jumlah penduduk yang terus meningkat pula. Berikut adalah data jumlah penduduk Indonesia:

7 Tabel 1.8. Data Jumlah Penduduk Indonesia Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2005 222.549.900 2010 237.641.326 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2011 Untuk mendapatkan data jumlah penduduk setiap tahunnya dari tahun 2005-2010 maka dibutuhkan data laju pertumbuhan penduduk. Adapun data laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah sebagai berikut: Tabel 1.9. Data Laju Penduduk Indonesia Laju Pertumbuhan Penduduk Pertahun Rentang Tahun ke-1 (1971-1980) Rentang Tahun ke-2 (1980-1990) Rentang Tahun ke-3 (1990-2000) 2,31 1,98 1,49 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2009 Laju Pertumbuhan Penduduk 3 2 1 0 y = -0.41x + 2.7467 R² = 0.9875 0 1 2 3 4 Rentang Tahun ke- Gambar 1.1. Data Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Berdasarkan persamaan linear pada gambar 1.1., maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada rentang tahun ke-4 dan ke-5 adalah:

8 Laju Pertumbuhan (y) = -0,41 (4) + 2,746 = 1,106 (rentang tahun ke-4) Laju Pertumbuhan (y) = -0,41 (5) + 2,746 = 0,696 (rentang tahun ke-5) Dari data laju pertumbuhan di atas, maka data jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2005-2010 dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut: = 1 100..(1) Keterangan: r P t P o t = laju pertumbuhan penduduk = jumlah penduduk pada tahun ke-t = jumlah penduduk pada tahun dasar = selisih tahun ke-t dan tahun dasar maka Jumlah penduduk tahun 2006 : = 1 100..(2) Keterangan: r 1 = laju pertumbuhan penduduk rentang tahun ke-4 P t = jumlah penduduk pada tahun 2006 P o = jumlah penduduk pada tahun 2005 t = selisih tahun 2006 dan 2005 1,106 = 1,106 x 10-2 = 1 1 100

9 = 1,01106 P t = 225.011.301,9 jiwa Dengan cara yang sama akan didapat jumlah penduduk Indonesia untuk tahun 2007-2009, lalu dapat ditabelkan sebagai berikut: Tabel 1.10. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2005-2010 Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) 2005 222.549.900 2006 225.011.302 2007 227.499.927 2008 230.016.076 2009 232.560.054 2010 237.641.326 Untuk tahun 2015, jumlah penduduk Indonesia adalah: = 1 100.(3) Keterangan: r 2 = laju pertumbuhan penduduk rentang tahun ke-5 P t = jumlah penduduk pada tahun 2015 P o = jumlah penduduk pada tahun 2010 t = selisih tahun 2015 dan 2010 0,696 = 1 100 0,696 x 10-2 = 1 = 1,00696 5 P t = 246.027.165 jiwa

10 Dari data jumlah penduduk (tabel 1.10) dan kebutuhan margarin Indonesia (tabel 1.7), maka dapat ditabelkan sebagai berikut: Tabel 1.11. Data Jumlah Penduduk dan Kebutuhan Margarin Indonesia Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Kebutuhan Margarin (ton) 2005 222.549.900 106.307 2006 225.011.302 121.937 2007 227.499.927 131.398 2008 230.016.076 127.286 2009 232.560.054 140.253 2010 237.641.326 146.000 Kebutuhan Margarin (ton) 160000 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 y = 0.002409843x - 423504,129 R² = 0.868 0 220,000,000 225,000,000 230,000,000 235,000,000 240,000,000 Jumlah Penduduk (jiwa) Gambar 1.2. Grafik Jumlah Penduduk terhadap Kebutuhan Margarin Indonesia Dengan menggunakan persamaan linear pada gambar 1.2, maka di perkirakan kebutuhan margarin Indonesia pada tahun 2015 dengan jumlah penduduk 246.027.165 jiwa yaitu: Kebutuhan margarin (y) = 0,002409843 (246.027.165) 423504,129 = 169.382,7666 ton

11 Dari kebutuhan margarin Indonesia yang ada, pabrik yang akan didirikan ini bertujuan untuk mencukupi kebutuhan margarin di Pulau Sumatera dan sebagian diekspor. Kebutuhan margarin di Pulau Sumatera adalah sebagai berikut: Tabel 1.12. Jumlah Penduduk Sumatera Tahun 2005 Provinsi Jumlah Penduduk (jiwa) Nangroe Aceh Darusalam 4.031.589 Sumatera Utara 12.450.911 Sumatera Barat 4.566.126 Riau 4.579.219 Jambi 2.635.968 Sumatera Selatan 6.782.339 Bengkulu 1.549.273 Lampung 7.116.177 Total 43.711.602 Sumber: http:www.datastatistikindonesia.com dengan adanya data laju pertumbuhan penduduk Indonesia untuk rentang tahun 2005-2010 dan 2010-2015, jumlah penduduk Sumatera pada tahun 2010 dan 2015 dapat diperkirakan sebagai berikut: Jumlah Penduduk Sumatera tahun 2010: = 1 100..(4) Keterangan: r 1 = laju pertumbuhan penduduk rentang tahun ke-4 P t = jumlah penduduk pada tahun 2010 P o = jumlah penduduk pada tahun 2005 t = selisih tahun 2010 dan 2005

12 1,106 = 1 100 1,106 x 10-2 = 1 P t = 1,01106 5 = 46.182.918 jiwa Jumlah Penduduk Sumatera tahun 2015 = 1 100..(4) Keterangan: r 1 = laju pertumbuhan penduduk rentang tahun ke-4 P t = jumlah penduduk pada tahun 2015 P o = jumlah penduduk pada tahun 2010 t = selisih tahun 2015 dan 2010 0,696 = 1 100 0,696 x 10-2 = 1 P t = 1,00696 5 = 47.812.611 jiwa Jadi kebutuhan margarin Sumatera: = =., Kebutuhan margarin Sumatera = 32.917,6346 ton

13 Kebutuhan margarin untuk Pulau Sumatera adalah 32.917,6346 ton. Sementara itu, sudah terdapat 4 pabrik di Pulau Sumatera (Avena, Madina, Pamin, Medalia) dengan kapasitas total 9.100 ton tahun (PT. CIC,2011), oleh sebab itu kebutuhan margarin yang masih berpeluang untuk dipenuhi yaitu 23.817,6346 ton tahun. Selain memenuhi kebutuhan margarin di Pulau Sumatera, pabrik yang akan didirikan juga dimaksudkan untuk diekspor ke negara lain yang masih mengalami kekurangan dalam mencukupi kebutuhan dalam negrinya meskipun sudah melakukan impor, salah satunya adalah India. Tabel 1.13. Kapasitas Impor Margarin India Tahun Tahun ke- Kapasitas (ton tahun) 2003 1 1.910 2004 2 2.722 2005 3 19.999 2006 4 11.772 2007 5 23.264 2008 6 29.945 2009 7 42.158 Sumber: http:data.mongabay.com Kapasitas Impor (ton) 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 y = 271.1x3-2736.x2 + 13351x - 10222 R² = 0.915 0 2 4 6 8 Tahun ke- Gambar 1.3. Grafik Kapasitas Impor Margarin India

14 Dengan menggunakan persamaan polinomial orde 3 pada gambar 3, maka dapat diketahui kapasitas impor margarin India pada ahun 2015 yaitu: Impor margarin (y) = 271,1(13) 3 2736(13) 2 + 13351(13) 10222 = 296.563,7 ton Data kebutuhan margarin India dapat dilihat pada tabel 14. Tabel 1.14. Data Kebutuhan Margarin India Tahun Tahun ke- Kapasitas (ton tahun) 2003 1 89.763 2004 2 95.432 2005 3 100.746 2006 4 131.278 2007 5 139.045 2008 6 187.665 2009 7 252.476 Sumber : http:data.mongabay.com 300000 Kebutuhan Margarin (ton) 250000 200000 150000 100000 50000 0 y = 25389x + 40786 R² = 0.859 0 2 4 6 8 Tahun ke- Gambar 1.4. Grafik Kebutuhan Margarin India

15 Dengan menggunakan persamaan linear pada gambar 4, maka dapat diketahui kapasitas kebutuhan margarin India pada tahun 2015, yaitu: Kebutuhan margarin (y) = 25.389 (13) + 40.786 = 370.848 tontahun Dari data kebutuhan dan impor yang diperoleh, dan data kapasitas produksi diketahui sebesar 58.000 tontahun (www.indialawoffices.com) maka dapat diketahui kebutuhan margarin India yang masih belum terpenuhi yaitu: Kebutuhan margarin belum terpenuhi = kebutuhan margarin (produksi + impor) = 370.848 tontahun (58.000 tontahun + 296.563,7 tontahun) = 16.284,3 tontahun Maka kapasitas pabrik margarin yang akan didirikan adalah banyaknya kebutuhan margarin di Pulau Sumatera yang belum terpenuhi ditambah dengan banyaknya kebutuhan margarin India yang belum terpenuhi, yaitu Kapasitas Pabrik = Kebutuhan di pulau Sumatera + Ekspor ke India = 23.817,6346 ton tahun + 16.284,3 tontahun = 40.101,9346 ton 40.000 ton F. Lokasi Pabrik Pabrik margarin ini, direncanakan akan didirikan di Pekanbaru, Riau. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pertimbangan, antara lain :

16 1. Kemudahan penyediaan Bahan Baku Ketersediaan bahan baku menjadi prioritas utama dalam menentukan lokasi pabrik. Untuk itu lokasi pabrik margarin ini, akan didirikan di Pekanbaru, Riau. Riau merupakan daerah penghasil CPO terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi 5.072.834 tontahun. Berikut adalah data produksi CPO di Indonesia: Tabel 1.15. Data Produksi CPO Indonesia Nama Daerah Kapasitas produksi (ton) Jumlah Pabrik NAD 709.021 25 Sumatera Utara 3.200.673 92 Riau 5.072.834 140 Sumatera Barat 839.640 26 Jambi 898.640 42 Sumatera Selatan 1.829.609 58 Kalimantan Barat 1.140.639 65 Kalimantan Timur 370.671 29 Kalimantan Tengah 1.352.934 43 Sulawesi Selatan 429.388 2 PapuaBarat 80.328 4 Papua 56.738 3 Total 15.981.115 529 Sumber: Kementrian Perindustrian RI, Pusat Data Info Sawit 2010 Untuk pengadaan bahan baku tersebut akan diadakan kemitraan dengan perusahaan penghasil CPO. Selain itu, gas hidrogen yang diperlukan dalam proses hidrogenasi juga diproduksi sendiri dari plan produksi hidrogen dengan Methane Steam Reformer sehingga mampu memenuhi kebutuhan bahan baku pabrik margarin ini.

17 2. Pemasaran Produk margarin yang dihasilkan diharapkan selain dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri juga dapat diekspor. Oleh sebab itu lokasi pabrik di Pekanbaru, Riau ini dekat dengan Pelabuhan Internasional (Pelabuhan Dumai) dan bandara udara sehingga mempermudah ekspor. 3. Sarana pendukung utilitas Fasilitas pendukung berupa air, listrik dan bahan bakar, tersedia cukup memadai, karena daerah Pekanbaru merupakan kawasan industri. Kebutuhan air akan diperoleh dari Anak Sungai Setoekoel dan sumber mata air daerah sekitar. Kebutuhan listrik akan dihasilkan dari Unit Pembangkit Listrik milik pabrik berupa turbin generator yang dilengkapi dengan generator cadangan yang berbahan bakar gas alam (fuel gas). 4. Transportasi Jalur transportasi darat maupun laut di Pekanbaru, Riau memiliki infrastruktur yang cukup baik. Hal ini mempermudah pengangkutan dan pendistribusian produk sehingga pemasaran produk ke seluruh Pulau Sumatera dan ekspor menjadi semakin lancar. 5. Limbah Limbah industri berupa gas, yang sebelumnya akan ditampung terlebih dahulu pada unit pengolahan limbah gas, untuk di treatment sebelum dikeluarkan ke udara bebas, sehingga dapat menjaga kelestarian

18 lingkungan. Unit pengolahan limbah gas dilengkapi dengan Flaring system yang berfungsi untuk mencegah kebakaran dan eksploitasi gas yang dibuang secara langsung ke lingkungan, serta menekan sekecil mungkin keluarnya polutan dibawah ambang batas yang diperkenankan. 6. Tenaga Kerja Sebagian tenaga kerja yang dibutuhkan adalah tenaga kerja yang berpendidikan kejuruan atau menengah kejuruan. Penyediaan tenaga kerja diperoleh dari daerah Riau dan sekitarnya. Sehingga dalam perekrutan tenaga kerja tidak akan mengalami kendala. 7. Undang-Undang dan Peraturan-Peraturan Faktor perundang-undangan setempat tidak menjadi kendala, karena letak pabrik ini berada di daerah kawasan industri, yang telah disediakan oleh pemerintah daerah Riau dan jauh dari kepadatan penduduk.