BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Kebijakan Mata Uang Fungsional Dan Pengukuran Kembali Laporan Keuangan 1. Asumsi-asumsi Sebelum dilakukan analisis faktor penentu mata uang fungsional dan penerapan prosedur pengukuran kembali Laporan Keuangan serta penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang maka perlu ditentukan asumsi-asumsi yang menjadi acuan dasar dalam pelaksanaan pembahasan. Asumsi-asumsi dasar yang dianggap perlu, utamanya meliputi: a. Laporan Keuangan PT SI yang akan dianalisis dan diukur kembali serta dihitung beban pajak terutang dalam mata uang Dollar Amerika Serikat adalah terbatas pada Neraca dan laporan Laba Rugi dari Tahun 2004. Analisis yang dilakukan lebih mengarah kepada penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang. Selain itu penulis menggunakan asumsi bahwa penghitungan jumlah laba rugi perusahaan secara komersial tidak terdapat perbedaan fiskal baik beda waktu maupun beda tetap sehingga tidak diperlukan penyesuaian fiskal. b. Tujuan pembahasan ini adalah membandingkan angka-angka dalam Laporan Keuangan Rupiah dengan Laporan Keuangan yang diukur kembali dalam mata uang fiingsionalnya untuk menentukan 32
33 penghitungan beban pajak yang terutang dengan memakai mata uang yang manakah yang lebih baik dan realistis dan menguntungkan bagi perusahaan. 2. Penentuan Kebijakan Mata Uang Fungsional Berikut ini penulis sajikan analisis secara umum terhadap indikatorindikator penentu mata uang fungsional tersebut untuk PT SI sebagai berikut: a. Arus Kas Asumsi dalam melakukan analisis mengenai arus kas ini didasarkan hanya pada transaksi yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan terutama yang bersifat material. Penentuan mata uang fungsional didasarkan pada materialitas unsur mata uang tertentu dalam pos-pos Neraca dan Laba Rugi. Pos-pos yang akan dinilai dalam indikator ini untuk Neraca adalah kas dan setara kas, piutang usaha, hutang bank, pendapatan diterima di muka, hutang pemegang saham, hutang bank jangka panjang, sedangkan untuk Laba Rugi adalah penjualan. Tingkat materialitas atau dominasi di atas ditentukan dengan judgement penulis. Judgement tersebut didasarkan dengan ketentuan bahwa unutk masing-masing pos di dalam Neraca dan Laba Rugi suatu unsur mata uang dikatakan material atau dominan bila sama atau lebih besar 50% dari total jumlah yang terdapat dalam pos tersebut. Laporan Keuangan yang dipakai unutk mengevaluasi pos-pos tersebut adalah Laporan Keuangan PT SI per tanggal 31 Desember 2004.
34 Dengan asumsi di atas maka pos-pos dalam Neraca dan Laba Rugi yang memiliki hubungan dengan kegiatan perusahaan dapat digambarkan dengan memakai mata uang asal seperti tercantum pada Tabel 4.1. Datadata yang diperlukan diperoleh dari catatan atas Laporan Keuangan Tahunan untuk Tahun 2004. Dari data-data tersebut diperoleh proporsi mata uang untuk pos kas dan setara kas adalah sebagai berikut: untuk Dollar Amerika Serikat sebesar 66,70% (Rpl 354.213.333,00 * Rp2.030.372.100,00 ), Euro sebesar 1,01% (Rp20.589.476,00 + Rp2.030.372.100,00), KRW sebesar 1,93% (Rp39.159.933,00 + Rp2.030.372.100,00 ), dan Rupiah sebesar 30,36% (Rp616.409.358,00 + Rp2.030.372.100,00). Proporsi mata uang untuk pos piutang usaha adalah sebagai berikut: untuk Dollar Amerika Serikat sebesar 70,64% (Rp54.668.335.736,00 - Rp77.391.042.211,00 ), Euro sebesar 29,36% (Rp22.722.706.475,00 - Rp77.391.042.211,00). Proporsi mata uang untuk pos utang usaha adalah sebagai berikut: untuk Dollar Amerika Serikat sebesar 43,74% (Rp37.337.164.572,00 - Rp85.370.899.423,00), Euro sebesar 10,97% (Rp9.364.711.240,00 - Rp85.370.899.423,00), KRW sebesar 23,81% (Rp20.326.394.134,00 - Rp85.370.899.423,00), dan Rupiah sebesar 21,49% (Rpl8342.629.477,00 - Rp85370.899.423,00). Untuk pos-pos hutang bank, hutang pemegang saham dan hutang bank jangka panjang seluruhnya menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Proporsi dari setiap pos-pos tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1.
_ - _ 35 Dari label 4.1 terlihat bahwa mata uang Dollar Amerika Serikat ternyata mendominasi sebagian besar pos-pos dalam Neraca. Untuk pospos Neraca yang dianalisis menunjukkan proporsi mata uang dollar amerika yang cukup dominan yaitu berkisar antara 43,74% sampai dengan 100% atau rata-rata 71,87%. TabeU.l Proporsi Mata Uang Asal Dalam Beberapa Pos-Pos Neraca 21UM i iniw 1 si) 'ui i ui-1 : kkw *".» (%> I<P Neraca: Kas dan setara kas 66,70 1,01 1,93 30,36 Piutang usaha 70,64 29,36 Hutang bank 100 Hutang usaha 43,74 10,97 23,81 21,49 Hutang pemegang saham 100 hutang bank jangka panjang 100 - - Sumber: diolah dari catatan atas Laporan Keuangan PT SI Tahun 2004 - Demikian juga halnya untuk pos-pos yang dianalisis pada Laba Rugi yang dalam hal ini dianalisis dengan melihat proporsi dalam pos penjualan yang terdiri dari penjualan ekspor dan lokal dimana dalam total pos penjualan tersebut sebagian besar pangsa pasar produk PT SI adalah untuk diekspor kepada konsumen di luar negeri. Berdasarkan catatan atas Laporan Keuangan Tahun 2004 diketahui bahwa total penjualan bersih sebesar Rp457.422.681.446,00 dimana proporsi untuk penjualan ekspor
36 sebesar Rp452.372.682.891,00 atau 98,90% dari total penjualan bersih sedangkan penjualan lokal hanya sebesar Rp5.049.998.555,00 atau 1,10% dari total penjualan bersih. Sehingga apabila dengan melihat lagi dominasi mata uang Dollar Amerika Serikat dalam kas dan setara kas serta piutang usaha, maka tentu saja penjualan ekspor sebesar 98,90% dari total penjualan bersih tersebut sebagian besar menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Hasil analisis terhadap indikator arus kas tersebut di atas menunjukkan bahwa arus kas sehubungan dengan kegiatan perusahaan didominasi oleh mata uang Dollar Amerika Serikat. Dengan demikian berkaitan dengan indikator arus kas dapat disimpulkan babwa mata uang fungsional perusahaan adalah Dollar Amerika Serikat. b. Harga Jual Penentuan harga jual produk PT SI memakai harga yang berlaku di pasaran internasional atau berdasarkan negosiasi. Tentu saja karena sebagian besar produknya diekspor ke luar negeri maka penetapan harga jualnya sebagian besar dalam mata uang Dollar Amerika Serikat. Sedangkan harga jual dalam mata uang Rupiah hanya untuk penjualan lokal saja. Karena keterbatasan data yang diperoleh penulis, maka penetapan mata uang fungsional dari harga jual hanya dapat dilihat dari tujuan penjualan produk perusahaan yang secara dominan dipasarkan untuk diekspor. Dengan demikian analisis terhadap indikator harga jual ini hanya
37 mencakup pangsa pasar produk perusahaan. Jangkauan pemasaran produk PT SI sangat luas dan sebagian besar adalah pasar di luar negeri (produk ekspor). Dari analisis tentang pangsa pasar untuk menilai indikator harga jual terlihat.bahwa Dollar Amerika Serikat memegang peranan dominan. Penetapan harga jual sangat dipengaruhi oleh fluktuasi Dollar Amerika Serikat karena sebagian besar penjualan adalah ekspor dengan pangsa pasar di beberapai negara di luar negeri. Dengan demikian dapat diketahui bahwa hasil penilaian indikator harga jual ini menunjukkan bahwa mata uang fungsional perusahaan adalah Dollar Amerika Serikat. c. Biaya Analisis tentang indikator biaya ini dibatasi hanya untuk biaya yang berhubungan erat dengan kegiatan utama perusahaan. Biaya yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan antara lain pembelian bahan baku yang merupakan komponen dalam harga pokok penjualan. Jumlah pembelian impor bahan baku yang dilakukan dengan memakai Dollar Amerika Serikat sebesar 1,05% dari total pembelian bahan baku untuk Tahun 2004 atau senilai equivalent Rupiah hanya sebesar Rp3.015.158.600,00 dari total pembelian bahan baku sebesar Rp286.070.666.503,00. Sedangkan dari data yang diberikan perusahaan diketahui bahwa jumlah pembelian bahan baku lokal yang dilakukan dengan memakai Dollar Amerika Serikat sebesar 23% atau sebesar Rp65.796.253.295,69. Pembelian bahan baku tersebut merupakan komponen yang sangat signifikan dalam menentukan harga pokok
38 penjualan sebagai salah satu penentu pemakaian bahan baku. Sesuai data yang diperoleh dari perusahaan, selama Tahun 2004 beban pokok penjualan memiliki komponen Dollar Amerika Serikat sebesar 39,24% atau sebesar Rpl62.392.727.290,15 dari total harga pokok penjualan sebesar Rp413.844.870.770,00. Hasil analisis terhadap indikator biaya tersebut menunjukkan bahwa Rupiah memiliki proporsi yang lebih besar namun tidak terdapat perbedaan yang sangat signifikan. Hasil analisis terhadap indikator biaya tersebut menunjukkan bahwa mata uang fimgsional perusahaan tidak dapat ditentukan apakah Dollar Amerika Serikat atau Rupiah. Hal ini disebabkan tidak adanya dominasi yang sangat kuat dari salah satu mata uang asal. Sehingga kesimpulan selanjutnya sangat bergantung kepada indikator-indikator lainnya dan tentunya bergantung juga kepada pertimbangan profesional (profesional judgement). Dari hasil analisis terhadap ketiga indikator yaitu arus kas, harga jual dan biaya di atas dapat dikatakan bahwa Dollar Amerika Serikat merupakan sebagai mata uang fungsional PT SI dengan pertimbangan sebagai berikut: a. Hasil analisis indikator arus kas menunjukkan bahwa komponen Dollar Amerika Serikat mendominasi jumlah yang dianalisis dengan persentase rata-rata Tahun 2004 sebesar 71,87%; b. Indikator harga jual menunjukkan hasil bahwa harga jual produk perusahaan sangat dipengaruhi oleh mata uang Dollar Amerika
39 Serikat. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar pangsa pasar produk perusahaan adalah untuk di ekspor ke luar negeri dengan memakai harga jual sebagian besar dalam Dollar Amerika Serikat; c. Hasil analisis terhadap indikator biaya menunjukkan tidak terdapatnya dominasi yang sangat signiflkan dari suatu mata uang terhadap mata uang yang lainnya. Dengan demikian Laporan Keuangan PT SI melalui pertimbangan penulis selain memperhatikan ketiga indikator tersebut di atas juga memperhatikan aspek selisih kurs dan tax planning serta cash flow perusahaan, dapat diukur kembali dengan mata uang selain mata uang lokal. Mata uang tersebut adalah mata uang fungsional perusahaan yaitu Dollar Amerika Serikat. 3. Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Pengukuran kembali (remeasurement) merupakan suatu proses untuk menyajikan kembali angka-angka dalam Laporan Keuangan seolah-olah perusahaan dari awalnya telah memakai mata uang tertentu. Pengukuran kembali disini hanya bertujuan untuk menyajikan kembali Laporan Keuangan PT SI yang diukur kembali dalam mata uang Rupiah ke daiam mata uang Dollar Amerika Serikat secara umum. Prosedur pengukuran kembali Laporan Keuangan untuk PT SI yang semula disajikan dalam mata uang Rupiah ke dalam mata uang fungsionalnya yaitu Dollar Amerika Serikat sesuai PSAK No. 52 adalah sebagai berikut:
40 a. aktiva dan kewajiban moneter diukur kembali dengan menggunakan kurs tanggal Neraca; b. aktiva dan kewajiban non-moneter serta modal saham diukur kembali dengan menggunakan kurs historis atau kurs tanggal terjadinya transaksi perolehan aktiva tetap, terjadinya kewajiban atau penyetoran modal saham; c. selisih antara aktiva, kewajiban dan modal saham dalam mata uang pelaporan baru, yang merupakan hasil perhitungan prosedur (a) dan (b) di atas, diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut; d. pendapatan dan beban diukur kembali dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang selama periode yang diperbandingkan, kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau amortisasi aktiva nonmoneter yang diukur kembali dengan menggunakan kurs historis aktiva yang bersangkutan; e. dividen diukur dengan menggunakan kurs tanggal pencatatan dividen tersebut; f. prosedur (d) dan (e) di atas akan menghasilkan selisih pengukuran kembali yang diperhitungkan pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada periode tersebut; g. selisih pengukuran kembali merupakan hasil dari perhitungan berikut: saldo laba (akumulasi kerugian) akhir Tahun (hasil dari prosedur (c)) ditambah dengan dividen (hasil prosedur (e)) dan
41 dikurangi dengan hasil perhitungan laba (rugi) bersih selama periode yang diperbandingkan (hasil dari prosedur (d)). Berikut ini penulis akan melakukan pengukuran kembali untuk pospos dalam Neraca dan Laba Rugi dari Laporan Keuangan 2004 sebagai berikut: a. Neraca Prosedur pertama yaitu pengukuran kembali aktiva dan pasiva moneter dapat dilakukan dengan cara yang relatif sederhana. Pos-pos moneter merupakan pos-pos yang mencerminkan kas atau klaim terhadap kas. Proses pengukuran kembali pos-pos moneter ini cukup sederhana karena data-data pos-pos moneter dapat diperoleh dengan mudah dari Neraca PT SI. Pos-pos moneter yang dinayatakan dalam Rupiah ini dibagi dengan kurs tengah bank indonesia untuk menghasilkan nilai dalam Dollar Amerika Serikat. Kurs yang dipakai untuk mengukur kembali adalah kurs tengah bank indonesia pada tanggal Neraca. Pada tanggal 31 desember 2004 kurs tengah bank indonesia yang berlaku untuk Rupiah per Dollar Amerika Serikat adalah sebesar Rp9.290,00. Hasil penerapan prosedur pengukuran kembali aktiva dan kewajiban moneter dengan memakai kurs pada tanggal Neraca secara lebih detil dapat dilihat pada Tabel 4.2.
42 Tabel4.2 Aktiva Dan Kewajiban Moneter Dalam Dollar Amerika Serikat (USD) aktiva moneter Kas dan setara kas 2.030.372.100,00 9.290,00 218.554,59 Piutang Usaha 77.391.042.204,00 9.290,00 8.330.575,05 Piutang Lain-lain 716.700,00 9.290,00 77,15 Jumlah Aktiva 79.422.131.004,00 8.549.206,78 Kewaiiban Moneter Hutang usaha 85.370.899.423,00 9.290,00 9.189.547,84 Hutang bank 84.798.219.985,00 9.290,00 9.127.903,12 Hutang lain-lain 6.387.463.405,00 9.290,00 687.563,34 Hutang pajak 386.707.233,00 9.290,00 41.626,18 Biaya yang masih harus dibayar 10.883.736.259,00 9.290,00 1.171.553,96 Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu Tahun: Hutang pemegang saham 9.290,00 Hutang sewa guna usaha 4.776.608.178,00 9.290,00 514.166,65 Kewajiban Jangka Panjang : Hutang pemegang saham 16.283.512.000,00 9.290,00 1.752.800,00 Hutang sewa guna usaha 3.264.403.717,00 9.290,00 351.388,99 Hutang bank 74.320.000.000,00 9.290,00 8.000.000,00 Jumlah Kewajiban 286.471.550.200,00 30.836.550,08 Sumber: diolah dari catatan atas Laporan Keuangan PT SI Tahun 2004 Hasil pengukuran kembali pos-pos moneter ini merupakan bagian dari Laporan Keuangan yang akan diukur kembali dalam Dollar Amerika
43 Serikat (USD). Jumlah aktiva moneter dalam Dollar Amerika Serikat pada 31 desember 2004 sebesar USD 8.549.206,78. sedangkan jumlah kewajiban moneter untuk Tahun 2004 adalah sebesar USD 30.836.550,08. Selanjutnya prosedur kedua (b) dalam proses pengukuran kembali ini berlaku bagi pos-pos Neraca yang bersifat non-moneter. Aktiva dan kewajiban non-moneter ini diukur kembali dengan memakai kurs historis atau kurs terjadinya transaksi. Dalam Neraca PT SI, pos-pos non-moneter tersebut pada sisi aktiva adalah persediaan, uang muka pembelian, pajak dibayar dimuka, biaya dibayar dimuka, aktiva tetap, sedangkan pada sisi kewajiban dan ekuitas adalab pendapatan diterima dimuka, dan modal disetor. Agak sedikit berbeda dengan pengukuran kembali pos-pos moneter, pengukuran pos-pos non-moneter lebih rumit karena harus memperoleh data historis berupa tanggal, jumlah dan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Untuk beberapa pos yaitu uang muka pembelian, biaya dibayar dimuka, pajak dibayar dimuka, aktiva tetap, pendapatan diterima dimuka dan modal disetor diukur kembali dengan kurs saat transaksi untuk jumlah yang tercantum di dalam laporan. Sedangkan untuk persediaan dihitung dengan kurs rata-rata. Hasil perhitungan pengukuran kembali pos-pos Neraca non-moneter dari Rupiah ke dalam Dollar Amerika Serikat per 31 desember 2004 dapat dilihat pada Tabel 4.3. dari Tabel 4.3 kita dapat melihat bahwa total aktiva non-moneter untuk Tahun
44 2004 memiliki jumlah USD31,137,264.41. Sedangkan total pasiva nonmoneter untuk Tahun 2004 berjumlah USD 6.994.798,45. Tabel 4.3 Aktiva Dan Pasiva Non-Moneter Dalam Dollar Amerika Serikat (USD) Yt\-:.- f Ik.(.if Aktiva non Moneter Persediaan Uang Muka: Uang muka dibayar Uang muka pajak Uang muka biaya Aktiva Tetap Uang Jaminan 48.308.751.722,00 833.617.500,00 1.662.043.701,00 788.926.870,00 58.631.191.140,00 155.327.922,00 21,036,390.09 93,570.99 185,254.13 186,559.27 9,618,054.85 17,435.08 Jumlah Aktiva non Moneter Kewajiban dan Ekuitas non Moneter: Uang muka diterima Modal dasar 5.682.261.998,00 55.650.980.000,00 632,181.94 6,362,616.51 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Sumber: diolah berdasarkan data-data dan informasi dari PT SI Tahun 2004. Setelah diperoleh angka dalam Dollar Amerika Serikat untuk pos-pos moneter dan non-moneter melalui prosedur pertama dan kedua, prosedur selanjutnya atau ketiga (c) adalah mencari akumulasi saldo laba atau rugi dengan cara mencari selisih total aktiva (moneter dan non-moneter) dikurangi pasiva (moneter dan non-moneter) dalam Dollar Amerika
45 Serikat. Jumlah akumulasi saldo laba atau rugi dalam Dollar Amerika Serikat untuk Tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel4.4 Perhitungan Akumulasi Saldo Laba Atau Rugi PT SI Dalam Dollar Amerika Serikat Tahun 2004 Aktiva Moneter Non-moneter Total aktiva (1) t4 B4JAN - -, ^-.i'!i!] V*... --.>^A&,Ali"~ - - - -_.Jj 8.549.206,78 31,137,264.41 39,686,471.19 Pasiva Moneter Non-moneter Total pasiva sebelum akumulasi saldo laba (rugi) (2) 30.836.550,08 6.994.798.45 37.831.348,53 Selisih (1-2) 1,855,122.67 Sumber: diolah berdasarkan data-data dan informasi dari PT SI Tahun 2004. Pelaksanaan prosedur pertama sampai dengan ketiga tersebut telah dapat menghasilkan Neraca PT SI per 31 desember 2004 yang diukur kembali dalam Dollar Amerika Serikat sebagai mata uang flingsionalnya seperti tersaji pada Tabel 4.5. Proses penyusunan Neraca PT SI dalam Dollar Amerika Serikat melalui prosedur pengukuran kembali ini memang memiliki sedikit memiliki perbedaan bila dibandingkan dengan penyajian melalui prosedur akuntansi yang lazim yaitu melalui jurnal dan buku besar. Perbedaan tersebut terdapat pada proses penghitungan akumulasi saldo laba atau rugi. Bila melalui prosedur yang lazim, akumulasi saldo
46 laba atau rugi merupakan jumlah laba atau rugi Tahun lalu ditambah dengan laba atau rugj Tahun berjalan, namun dalam proses pengukuran kembali ini jumlah tersebut diperoleh dari selisih aktiva dan pasiva hasil pengukuran kembali. Tabel 4.5 Neraca PT SI per 31 Desember 2004 yang diukur kembali dalam Dollar Amerika Serikat, II Aktiva Aktiva Lancar Kas dan setara kas Piutang Usaha Piutang Lain-Iain Persediaan Uang Muka: Uang muka dibayar Uang muka pajak Uang muka biaya Jumlah Aktiva Lancar 218.554,59 8.330.575,05 77,15 21,036,390.09 93,570.99 185,254.13 186.559.27 30,050,981.27 Aktiva Tidak Lancar Aktiva Tetap Uang Jaminan Jumlah Aktiva Tidak Lancar 9,618,054.85 17,435.08 9,635,489.93 Jumlah Aktiva Kewajiban Dan Ekuitas Kewaiiban Janaka Pendek Hutang usaha Hutang bank Hutang Iain-lain Uang muka diterima Hutang pajak Biaya yang masih hams dibayar 9.189.547,84 9.127.903,12 687.563,34 632,181.94 41.626,18 1.171.553,96
47 Hutang jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun: Hutang pemegang saham Hutang sewa guna usaha Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 514,166.65 21,364,543.02 Kewaiiban Jangka Paniang Hutang pemegang saham Hutang sewa guna usaha Hutang bank Jumlah kewajiban Jangka Panjang 1.752.800,00 351.388,99 8.000.000.00 10,104,188.99 Ekuitas Modal saham-modal dasar, ditempatkan dan disetor penuh 100.000 saham biasa dengan nilai nominal US$100,00 per saham Saklo Laba Jumlah Ekuitas 6,362,616.51 1.855.122.67 8,217,739.18 Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Sumber: diolah berdasarkan catatan atas laporan keuangan dan data-data serta informasi PT SI Tahun 2004. b. Laba Rugi Prosedur pengukuran kembali yang keempat (d) adalah pengukuran kembali pendapatan dan beban dengan menggunakan kurs rata-rata tertimbang, kecuali untuk beban penyusutan aktiva tetap atau amortisasi aktiva non-moneter yang diukur kembali dengan menggunakan kurs historis aktiva yang bersangkutan. Idealnya akun rugi laba secara keseluruhan diukur dengan memakai kurs historis. Namun apabila hal ini dilakukan maka penyusunan Laporan Keuangan akan menjadi tidak praktis. Dengan demikian dapat ditempuh cara Iain, yaitu dengan penggunaan kurs rata-rata tertimbang yang dapat mencerminkan pergerakan kurs selama periode Laporan Keuangan yang dicakup. Kurs
48 rata-rata tertimbang yang digunakan dalam pengukuran kembali pos-pos dalam Laba Rugi adalah kurs rata-rata bulanan. Perhitungan dilakukan dengan membagi biaya dalam Rupiah yang menjadi beban pada suatu bulan dengan kurs rata-rata Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat bulan yang bersangkutan dan mengakumulasikannya selama periode laporan (satu Tahun). Perhitungan tersebut hanya untuk pendapatan dan biaya yang terjadi dalam mata uang selain Dollar Amerika Serikat, sebab bila transaksi aslinya sudah terjadi dalam Dollar Amerika Serikat tidak perlu lagi diukur ulang. Prosedur ini akan menghasilkan laporan Laba Rugi dalam Dollar Amerika Serikat sebagai mata uang rungsional PT SI seperti yang terlihat pada Tabel 4.6. Tabel 4.6 Laporan Laba Rugi Dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat Penjualan Beban Pokok Penjualan Laba kotor 51,363,772.14 48.524.991.70 2,838,780.44 Beban usaha: Beban umum dan administrsi Laba usaha 1.314.404.92 4.639.793,55 Penghasilan (beban) lain - lain: Laba (rugi) selisih kurs - bersih Beban bunga Laba (rugi) pelepasan aktiva tetap Penghasilan bunga Potongan pembelian Lain - lain bersih 982,832.74 (1,399,634.99) (107,609.33) 275,495.20 10,935.29 52,220.18
49 Sumbangan / hadiah Klaim penjualan Jumlah penghasilan (beban) lain - lain (5,405.62) 036.671.02) (327,837.55) Laba (rugi) sebelum taksiran pajak penghasilan Taksiran pajak penghasilan Laba (rugi) bersih akhir tahun 1,196,537.97 1,196,537.97 Sumber: diolah berdasarkan data-data dan informasi PT SI Tahun 2004. Pada Tabel 4.6 yang menyajikan pos-pos Laba Rugi dalam Dollar Amerika Serikat terlihat laba bersih untuk Tahun 2004 sebesar USD 1.196.537,97. Bila dibandingkan dengan laba bersih laporan Laba Rugi dalam Rupiah, maka terdapat perbedaan yaitu terjadi rugi bersih sebesar Rp7.341.584.176,00. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa penyajian Laporan Keuangan dalam Dollar Amerika Serikat mencerminkan hasil laba bersih yang lebih baik dan lebih realistis bila dibandingkan dengan penyajian dalam Rupiah. Dilihat dari sudut pandang profitabilitas maka penyajian laba bersih dalam dollar amrika serikat jauh lebih bagus dari pada Rupiah. Apalagi Dollar Amerika Serikat merupakan salah satu mata uang kuat dunia yang relatif lebih stabil daripada Rupiah. Prosedur kelima (e) adalah pengukuran kembali dividen dengan memakai kurs tanggal pencatatan dividen atau tanggal deklarasi dividen. Namun prosedur ini tidak perlu diterapkan pada proses penyajian Laporan Keuangan PT SI dalam Dollar Amerika Serikat karena dalam Tahun 2004 tidak membagikan dividen.
50 c. Laba ditahan Prosedur remeasurement selanjutnya (prosedur keenam (f) dan ketujuh (g)) adalah penghitungan selisih pengukuran kembali yang akan diperhitungkan sebagai komponen pada saldo laba atau akumulasi kerugian pada satu periode. Sesuai dengan batasan bahwa Laporan Keuangan yang akan dipakai sebagai dasar analisis adalah Neraca dan laporan Laba Rugi saja maka prosedur terakhir ini tidak akan dibahas karena hanya menyangkut laporan saldo laba yang tidak relevan lagi dalam pembahasan ini. Dengan demikian keseluruhan tahapan pengukuran kembali Laporan Keuangan PT SI dari Rupiah ke dalam Dollar Amerika Serikat telah selesai dengan menghasilkan Neraca dan laporan Laba Rugi dalam mata uang Dollar Amerika Serikat. B. Ketentuan Perpajakan Dan Penghitungan Beban Pajak Setelah memperoleh data keuangan berupa Laporan Keuangan PT SI untuk Tahun 2004 dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, maka penulis akan melakukan perbandingan/komparatif antara Laporan Keuangan dalam mata uang Rupiah dengan Laporan Keuangan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat melalui penghitungan Pajak Penghasilan yang perbandingannya dilakukan dalam mata uang Rupiah.
51 1. Kctentuan Perpajakan Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 533/KMK.04/2000 sebagaimana telah diuraikan dalam Bab II Landasan Teori Sub Bab D Ketentuan Perpajakan, PT SI memenuhi kriteria sebagai salah satu Wajib Pajak yang dapat menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat karena PT SI merupakan Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Satu. 2. Penghitungan Beban Pajak Penghasilan Penghasilan Kena Pajak merupakan dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terutang. Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak badan dalam negeri dapat dilihat pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Tarif pajak yang diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak I jpum PciiL-h.isilan Kcu;; l\ij;ik Liriri\ij;ik sampai dengan Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 10% (sepuluh persen)
52 di atas Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) 15% (lima belas persen) s-d. Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) di atas Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) 30% (tiga puluh persen) Sumber: Pasal 17 ayat (I) huruf b Undatig-undang Nomor 17 Tahun 2000. Untuk keperluan penerapan tarif pajak, jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh. Berikut ini penulis akan menyajikan penghitungan Pajak Penghasilan untuk pembukuan yang diselenggarakan dalam mata uang Rupiah maupun Dollar Amerika Serikat. a. Penghitungan Pajak Penghasilan Untuk Pembukuan Yang Diselenggarakan Dalam Mata Uang Rupiah. Dalam penghitungan Pajak Penghasilan ini penulis menggunakan asumsi bahwa penghitungan jumlah laba rugi perusahaan secara komersial tidak terdapat perbedaan fiskal baik beda waktu maupun beda tetap sehingga tidak diperlukan penyesuaian fiskal. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang adalah sebagai berikut: Penghasilan Neto Fiskal : (Rp7.341.584.176,00) Kompensasi Kerugian : Penghasilan Kena Pajak : PPh Yang Terutang : Nihil
53 Berdasarkan Laporan Laba Rugi untuk periode yang berakhir per 31 Desember 2004 diketahui bahwa perusahaan mempunyai kerugian sebelum taksiran pajak sebesar Rp7.341.584.176,00. Dengan demikian atas kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut tidak terutang Pajak Penghasilan karena Pajak Penghasilan hanya dikenakan terhadap laba perusahaan. b. Penghitungan Pajak Penghasilan Untuk Pembukuan Yang Diselenggarakan Dalam Mata Uang Dollar Amerika Serikat. Besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada akhir tahun buku / tahun pajak dihitung berdasarkan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat sesuai dengan ketentuan Pasal 16 atau ketentuan khusus Undang-Undang Pajak Penghasilan. Apabila Wajib Pajak mempunyai hak kompensasi kerugian fiskal dari tahun-tahun sebelumnya dalam mata uang Rupiah, kerugian fiskal tersebut terlebih dahulu hams dikonversikan ke mata uang Dollar Amerika Serikat dengan kurs pajak yang ditetapkan Menteri Keuangan yang berlaku pada akhir tahun buku / tahun pajak terjadinya kerugian fiskal tersebut. Penghitungan kompensasi kerugian yang dialami oleh perusahaan adalah sebagai berikut:
54 Laba fiskal tahun 1999 Rp24.256.986.217,- Rugi fiskal tahun 2000 (Rp47.786.O38.458,-) Laba fiskal tahun 2001 Rp8.634.416.982,- Laba fiskal tahun 2002 Rp21.151.814.342,- Laba fiskal tahun 2003 Rpl3.769.554.939,- Kurs KMK akhir tahun 2000 Rp9.285,- / USD Kompensasi kerugian fiskal dalam mata uang Dollar AS pada Tahun 2004 adalah : Rugi Fiskal Tahun 2000 (Rp47.786.038.458,-) Laba fiskal 5 tahun berikutnya: Laba fiskal tahun 2001 Rp8.634.416.982,- Laba fiskal tahun 2002 Rp21.151.814.342,- Jumlah laba fiskal Laba fiskal tahun 2003 Rpl3.769.554.939.- Rp43.555.786.263.- Sisa rugi fiskal Tahun 2000 (Rp4.230.252.195,-) Jumlah kompensasi kerugian fiskal dalam USD: Rp4.230.252.195,-: Rp9.285,- = USD 455.600,67 Kemudian untuk penghitungan Pajak Penghasilan Badan terhutang dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, terlebih dahulu masing-masing lapisan PKP pada tarif umum Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan dikonversikan ke mata uang Dollar Amerika Serikat dengan kurs pajak yang ditetapkan Menteri Keuangan yang berlaku pada akhir tahun
55 buku / tahun pajak yang bersangkutan. Berikut ini disajikan penghitungan pajak penghasilan terutang: Penghasilan Neto Fiskal : USD 1.196.537,97 Kompensasi Kerugian : (USD 455.600.67') Penghasilan Kena Pajak : USD 740,937.30 PPh Yang Terutang: Kurs KMK akhir tahun 2004 adalah Rp9.266,- / USD. Lapisan PKP dalam mata uang Dollar AS : Rp50.000.000,- : Rp9.266,- = USD 5.396,07 Rp50.000.000,- : Rp9.266,- = USD 5.396,07 Selebihnya : Rp9.266,- Sehingga penghitungan PPh Terutang adalah sebagai berikut: USD 5.396,07 X 10% = USD 539,61 USD 5.396,07 X 15% = USD 809,41 USD 730,145.16 X 30% = USD 219,043.55 PPh Terutang USD 220,392.57 Ekuivalent Rupiah: USD 220,392.57 X Rp9.266,- = Rp 2,042,157,519.46 Berdasarkan Laporan Laba Rugi dalam mata uang Dollar Amerika Serikat untuk periode yang berakhir per 31 Deseraber 2004 diketahui bahwa perusahaan mempunyai Laba sebelum taksiran pajak sebesar USD 1.196.537,97. Dengan demikian
56 atas Laba yang dialami oleh perusahaan tersebut terutang Pajak Penghasilan sebesar USD 220,392.57 dengan ekuivalent dalam mata uang Rupiah sebesar Rp2.042.157.519,46. c. Perbandingan Penghitungan Beban Pajak Penghasilan Dengan melihat Laporan Laba Rugi dalam mata uang Rupiah untuk periode yang berakhir per 31 Desember 2004 diketahui bahwa perusahaan mempunyai Rugi sebelum taksiran pajak sebesar Rp7.341.584.176,00. Dengan demikian atas kerugian yang dialami oleh perusahaan tersebut tidak terutang Pajak Penghasilan. Namun apabila melihat Laporan Laba Rugi dalam mata uang Dollar Amerika Serikat untuk periode yang berakhir per 31 Desember 2004 diketahui bahwa perusahaan mempunyai Laba sebelum taksiran pajak sebesar USD 1.196.537,97 atau ekuivalent Rupiah sebesar Rpll.087.120.055,13,-. Dengan demikian atas Laba yang dialami oleh perusahaan tersebut terutang Pajak Penghasilan sebesar USD 220,392.57 atau ekuivalent dalam mata uang Rupiah sebesar Rp2.042.157.519,46. Dari kedua Laporan Laba Rugi tersebut terlihat bahwa terjadi perbedaan dalam jumlah Penghasilan Neto Fiskal yang sangat signifikan. Apabila PT SI menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Rupiah, maka PT SI mengalami Rugi Rp7.341.584.176,00 yang sebagian besar akibat rugi selisih
57 nilai tukar yang berasal dari utang yang didominasi dalam mata uang Dollar Amerika Serikat kepada pemegang saham, sehingga dengan adanya rugi tersebut PT SI tidak mempunyai utang Pajak Penghasilan yang harus dibayar. Kerugian selisih kurs yang dialami oleh PT SI sebesar Rpl5.944.331.605,- merupakan jumlah yang besar dan sangat tidak realistis serta sangat mempengaruhi penghitungan laba bersih perusahaan. Tidak realistisnya kerugian selisih kurs tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara rugi bersih sebesar Rp7.341.5 84.176,00 dengan Kerugian selisih kurs sebesar Rpl5.944.331.605,-. Dari perbandingan tersebut terlihat bahwa jumlah kerugian selisih kurs iebih besar daripada rugi bersih perusahaan. Tidak dikenakannya Pajak Penghasilan akibat selisih kurs tersebut merupakan suatu manfaat (tax saving) bagi perusahaan, akan tetapi rugi bersih sebesar Rp7.341.584.176,00 dalam Laporan Keuangan menunjukkan suatu penurunan kinerja perusahaan. Walau demikian, penurunan ini hanya sebatas catatan pembukuan. Di lain pihak, apabila PT SI menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, maka PT SI mengalami Laba USD 1.196.537,97 atau ekuivalen Rpl 1.087.120.055,13,-. Sehingga dengan adanya Laba tersebut PT SI mempunyai utang Pajak Penghasilan yang harus dibayar
58 sebesar USD 220,392.57 dengan ekuivalent dalam mata uang Rupiah sebesar Rp2.042.157.519,46. Laba bersih sebesar Rpll.087.120.055,13,- mencerminkan suatu kinerja yang baik walaupun hanya sebatas dalam Laporan Keuangan saja. Namun pengenaan Pajak Penghasilan sebesar Rp2.042.157.519,46 akan mengganggu cashflow perusahaan dan akan menggurangi dana perusahaan yang tersedia yang dapat digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. Selain itu apabila PT SI menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, akan terjadi pemajakan atas keuntungan selisih kurs atas utang piutang dalam mata uang selain Dollar Amerika Serikat. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan PT SI untuk menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang Rupiah akan sangat menguntungkan apabila dilihat dari sudut pandang kewajiban perpajakannya, namun apabila dilihat kembali dari sudut pandang kinerja keuangan perusahaan, maka pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat merupakan suatu kebijakan yang Iebih cocok untuk diselenggarakan oleh PT SI. Sampai dengan saat ini, PT SI belum mengajukan permohonan untuk menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang Dollar Amerika Serikat.
59 Sehingga penyelenggaraan pembukuan untuk kepentingan perpajakan tetap harus menggunakan mata uang nasional, dalam hal ini Rupiah. Oleh karena PT SI belum memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan untuk kepentingan perpajakan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat tetapi mata uang fungsionalnya adalah dalam mata uang Dollar Amerika Serikat, sesuai dengan ketentuan PSAK Nomor 52, PT SI dapat menyelenggarakan pembukuan untuk kepentingan komersial dengan menggunakan mata uang Dollar Amerika Serikat. Dalam hal ini maka akan terjadi penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan dua mata uang {dual currency), yaitu Rupiah (untuk kepentingan perpajakan) dan Dollar Amerika Serikat (untuk kepentingan komersial). Dengan demikian, apabila PT SI menerapkan penyelenggaraan pembukuan dual currency, maka PT SI wajib menghitung, menyetor dan melaporkan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan yang terutang dalam mata uang Rupiah berdasarkan pembukuan yang diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Sedangkan untuk Laporan Keuangan Tahunan kepada investor dan pemegang saham serta kreditur tetap disajikan dengan menggunakan angka-angka berdasarkan pembukuan dalam mata uang Dollar Amerika Serikat.