BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan alasan penggunaan judul

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis moneter yang berlanjut dengan krisis ekonomi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan perkonomian suatu negara bisa dilihat melalui perkembangan dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan pada suatu periode akan melaporkan semua kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Peran laporan keuangan tidak hanya berlaku di internal suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan, menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Jensen dan Meckling (1976) mengatakan hubungan agensi adalah hubungan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern). Kelangsungan. melebihi suatu periode akuntansi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai oleh kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. kasus ini melibatkan banyak pihak dan berdampak cukup luas. Tucker et al.

BAB I PENDAHULUAN. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan audit report

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global yang terjadi akhir-akhir ini sebagai rangkaian dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. berdiri sendiri yang terpisah dari pemiliknya. Perusahaan yang telah didirikan

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan menjadi sorotan penting bagi pihak-pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, tidak hanya untuk daya hidup satu periode saja namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN. Auditor eksternal akan menghasilkan opini audit. Going concern merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Kelangsungan hidup usaha (going concern) dapat

BAB I PENDAHULUAN. keberanian mengungkapkan kelangsungan (going concern) perusahaan klien.

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidupnya melalui asumsi going concern (

BAB I PENDAHULUAN. Tidak lama lagi, ASEAN Economic Community (AEC) akan segera

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan membutuhkan opini auditor untuk memberikan pendapat mengenai

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan (going concern). Kelangsungan hidup usaha dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dipercaya sangat penting guna untuk pengambilan keputusan baik dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas sehingga jika suatu entitas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri (going

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan masalah kelangsungan usaha sebelum perusahaan. wajar tanpa pengecualian (Lennox, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap investor pasti menginginkan investasi yang memberikan return yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini menggunakan teori kontijensi sebagai teori pemayung (grand

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. pada perusahaan besar, seperti Enron dan WorldCom di Amerika yang UKDW

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. Kata kunci: financial distress, opini audit, pertumbuhan perusahaan, auditor switching.

BAB I PENDAHULUAN. mereka kepada pihak-pihak yang membutuhkan. SFAC No 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup perusahaan selalu dihubungkan dengan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. hidup perusahaan (going concern). Banyaknya kasus manipulasi data

AUDITOR SWITCHING SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH KONDISI KEUANGAN PADA OPINI AUDIT (GOING CONCERN) Ni Putu Okta Verdhyana 1 Made Yenni Latrini 2

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan meyakini isi dan makna suatu statemen keuangan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat diprediksi (Ariffandita dan Sudarno, 2012). auditor untuk mengeluarkan kembali opini audit going concern pada tahun

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam SPAP SA 341 dijelaskan bahwa terkait opini going concern, auditor

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan usaha atau disebut going concern. Dalam menyusun laporan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

B A B I P E N D A H U L U A N 1 BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya skandal pelaporan keuangan dalam tahun-tahun belakangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen kepada pemakai kepentingan laporan keuangan itu sendiri, baik

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya operasi usaha menyebabkan semakin banyak pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. mengomunikasikan informasi keuangan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Judul: Pengaruh Opinion Shopping, Disclosure dan Reputasi KAP pada Opini Audit Going Concern

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri sehingga diperlukan pihak yang independen, dalam hal ini akuntan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberi mandat kepada pihak lain, yaitu agen. Agen disini melakukan semua

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB I PENDAHULUAN. informasi laporan keuangan, yang nantinya akan dinilai dan dievaluasi kinerjanya

BAB I PENDAHULUAN. (going corcern) perusahaan tersebut. Kondisi keuangan perusahaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Astuti dan Ramantha (2014) melakukan penelitian dengan judul pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyajikan suatu informasi yang relevan. Kenley dan Stubus (1972) dalam Saleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekitar tahun 2007, di Amerika Serikat terjadi krisis keuangan global

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba atau profit

BAB I PENDAHULAN. hanya untuk menghasilkan keuntungan seoptimal mungkin, tetapi juga bertujuan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB I PENDAHULUAN. dari permasalahan ekonomi. Permasalahan ekonomi yang terjadi dapat

BAB I PENDAHULUAN. (going concern) usahanya melalui asumsi going concern. Tujuan dari keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era modern seperti saat ini, banyak sekali kasus-kasus manipulasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perusahaan dituntut untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Banyak kasus manipulasi keuangan yang dilakukan oleh perusahaan membuat investor sangat berhati-hati dalam menginvestasikan modalnya sehingga penting bagi perusahaan untuk menyediakan laporan keuangan secara wajar. Investor dan pemakai laporan keuangan lain akan lebih mempercayai laporan keuangan yang dikelurkan perusahaan apabila laporan keuangan mencerminkan kinerja dan kondisi perusahaan dan telah mendapatkan pendapat wajar dari auditor. Dengan melihat laporan keuangan yang telah diaudit, pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menginvestasikan modalnya. Suharjono (2014) mengatakan investor akan lebih mudah mempercayai data atau informasi keuangan yang mencerminkan keadaan sebenarnya dari perusahaan. Haron et al. (2009) menjelaskan opini audit going concern dipengaruhi oleh pengungkapan laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan dibuat oleh manajemen, dimana laporan keuangan yang disediakan oleh manajemen harus relevan dan mencerminkan keadaan sebenarnya dari perusahaan (Suharjono, 2014). 1

Fenomena terbaru mengenai perkembangan opini audit going concern adalah fenomena auditor switching. Dampak negatif dari opini audit going concern akan mendorong manajemen melakukan pergantian auditor (auditor switching) untuk mendapatkan opini yang diinginkan. Geiger et al. (1996) menemukan bukti terjadi peningkatan pergantian auditor apabila auditor mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan yang mengalami masalah keuangan (financial distress). Apabila perusahaan terancam mendapatkan opini audit going concern maka manajemen akan berpindah ke auditor lain. Lennox (2000) menjelaskan perusahaan yang melakukan pergantian auditor menurunkan kemungkinan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan. Kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti. Dampak memburuknya kondisi ekonomi mengakibatkan meningkatnya pendapat wajar dengan pengecualian dan tidak memberikan pendapat untuk penugasan (Arma, 2013). Penilaian going concern lebih didasarkan pada kemampuan perusahaan untuk melakukan operasinya dalam jangka waktu 12 bulan ke depan. Going concern merupakan kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan usahanya dalam periode waktu yang tidak lebih dari satu tahun setelah laporan keuangan diterbitkan (SPAP, 2001). Laporan audit dengan modifikasi mengenai going concern adalah indikasi bahwa terdapat risiko perusahaan yang tidak dapat bertahan dalam bisnis dalam penilaian auditor (Arma, 2013). 2

Auditor saat mengeluarkan opini audit going concern sangat berguna bagi para pemakai laporan keuangan. Investor dapat menilai keadaan suatu perusahaan yang mana sangat berguna sebelum melakukan investasi. Investor mengharapkan auditor akan memberikan (early warning) mengenai kegagalan keuangan dari perusahaan (Chen dan Church, 1996). Dampak negatif yang timbul akibat dikeluarkannya opini audit going concern adalah turunnya harga saham, ketidakpercayaan investor, kreditur, pelanggan, dan karyawan terhadap manajemen perusahaan, dan kesulitan meningkatkan modal pinjaman. Sutedja (2010) menjelaskan opini audit going concern dikeluarkan auditor karena auditor sangsi atas kelangsungan usaha suatu entitas. Namun disisi lain auditor percaya kemungkinan besar auditor akan diganti apabila mengeluarkan opini audit going concern (Carcello dan Neal, 2003). Perlu menjadi pertimbangan bagi auditor dalam memberikan opini mengenai kelangsungan usaha perusahaan meskipun auditor tidak bertanggung jawab dalam kelangsungan usaha perusahaan. Tyas, (2011) dalam penelitiannya menjelaskan terdapat lima opini yang diberikan oleh auditor berdasarkan hasil pengauditan atas laporan keuangan, yaitu pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan tambahan bahasa penjelas (unqualified opinion with explanation language), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), dan pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Opini tersebut akan diberikan oleh auditor berdasarkan kondisi-kondisi tertentu yang harus dapat dipahami auditor dan penelitian ini akan membahas mengenai opini modifikasi mengenai going concern 3

yaitu opini yang dikeluarkan apabila auditor sangsi terhadap kelangsungan usaha perusahaan. Kondisi keuangan menjadi perhatian utama auditor dalam memberikan opini going concern karena semakin buruk kondisi keuangan perusahaan maka semakin besar peluang bagi perusahaan untuk mendapat opini going concern. Keahlian akuntansi dan keuangan berpengaruh pada kecenderungan berkurangnya pergantian auditor (Robinson dan Jackson, 2009). Platt dan Platt (2002) mengatakan sebelum terjadinya kebangkrutan, terdapat tahap-tahap penurunan kondisi keuangan atau disebut dengan financial distress. Amalia (2014) mengatakan tahapan financial distress inilah yang dianggap sebagai peringatan dini atas kemungkinan terjadinya kebangkrutan. Pertama, masalah akan timbul ketika auditor memberikan opini yang salah mengenai opini going concern. Masalah tersebut terjadi karena self-fulfilling prophecy yang berakibat dapat mempercepat kebangkrutan atau kegagalan dari perusahaan yang bermasalah. Kedua, tidak adanya kejelasan mengenai prosedur penetapan status going concern. Ross et al. (2002) mengatakan indikasi kebangkrutan perusahaan dapat dilihat dari apakah perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress), yaitu kondisi dimana arus kas operasi perusahaan tidak mencukupi untuk memenuhi kewajiban lancar atau mengambil langkah perbaikan. Oleh kerena itu kajian atas kondisi keuangan akan dihitung dengan menggunakan tiga proksi yaitu likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas. 4

Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya dalam jangka pendek dengan dana lancar yang tersedia (Wiagustini, 2010:76). Likuiditas dalam suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh current ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin rendah nilai current ratio menunjukkan semakin rendah kemampuan perusahaan dalam menutupi kewajiban jangka pendeknya. Behn et al. (2001), Bruynseels dan Willekens (2006) serta Mardiyah (2002) menemukan bahwa current ratio berpengaruh signifikan pada opini audit going concern. Profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan ROA yaitu seberapa efektif manajemen menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang tersedia. Semakin tinggi ROA semakin efektif pada pengelolaan aktiva perusahaan dan akan semakin baik pula prospek bisnis kedepannya. Noverio dan Dewayanto (2011) menemukan bahwa profitabilitas berpengaruh pada opini audit going concern. Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung memiliki laba yang tinggi pula dan diiringi dengan peningkatan aktiva perusahaan. Dengan adanya kondisi tersebut maka auditor tidak akan mengeluarkan opini going concern, karena auditor beranggapan bahwa perusahaan yang memiliki peningkatan laba, maka perusahaan tersebut memiliki kondisi keuangan sehat, sehingga perusahaan dianggap ada kemampuan dalam mempertahankan operasional perusahaan diperiode selanjutnya. 5

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, atau mengukur sejauh mana hutang membiayai perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Semakin tinggi rasio solvabilitas menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin buruk dan dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kelangsungan usaha perusahaan. Perusahaan yang memiliki aktiva yang lebih kecil daripada kewajibannya akan menghadapi bahaya kebangkrutan (Chen dan Church, 1992). Solvabilitas diukur dengan menggunakan debt to total assets. Hadi dkk. (2015) menemukan bahwa solvabilitas berpengaruh pada opini audit going concern. Rasio solvabilitas yang tinggi akan menyebabkan perusahaan lebih memfokuskan penggunaan modalnya untuk membayar kewajiban daripada untuk mendanai operasi perusahaannya. Hal ini menyebabkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan berkurang sehingga dapat mengancam kelangsungan usaha perusahaan. Saat perusahaan tahu akan menerima opini audit going concern, manajemen tidak jarang mengantisipasi hal tersebut dengan melakukan pergantian auditor (auditor switching). Menurut Hudaib dan Cooke (2005) klien yang diaudit akan cenderung mengganti auditor ketika mendapatkan opini audit going concern. Pergantian auditor biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bermasalah. Manajemen akan memberikan sinyal mengenai kualitas atau reliabilitas laporan keuangannya saat manajemen melakukan pergantian auditor (Bewley et al, 2008). Pergantian auditor adalah putusnya hubungan perusahaan dengan auditor lama kemudian menunjuk auditor baru untuk menggantikan auditor yang lama (Ahmed dan Hossain, 2010). Fenomena auditor switching yang dilakukan 6

perusahaan diharapkan mampu memberikan opini audit yang sesuai dengan keinginan manajemen perusahaan. Manajemen memerlukan auditor yang mampu memenuhi tuntutan pertumbuhan perusahaan yang cepat dan lebih berkualitas. Kemungkinan besar perusahaan akan mengganti auditor yang ada saat ini jika hal ini tidak bisa dipenuhi (Joher et al. 2000). Chen et al, (2005), Hudain dan Cooke (2005) dan Lennox (2000) memiliki pendapat yang sama yaitu perusahaan yang tidak melakukan pergantian audior kemungkinan perusahaan yang tidak akan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan, dibandingkan dengan perusahaan yang melakukan pergantian auditor yang kemugkinan akan mendapatkan opini audit yang tidak diinginkan. Carcello dan Neal (2003) mengatakan pemutusan hubungan kerja dengan auditor dianggap suatu hukuman atas pemberian opini audit yang tidak diinginkan perusahaan atas laporan keuangannya yang dilakukan manajemen dan berharap mendapatkan auditor yang lebih mudah diatur. Tahun 2001 di Amerika Serikat Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Anderson gagal dalam mempertahankan independensinya tehadap klien Enron. Perusahaan Enron ini menjadi bukti nyata adanya skandal akibat adanya hubungan yang terjalin lama antara auditor dengan perusahaan atau klien. KAP Arthur Anderson terlibat dalam kecurangan di Perusahaan Worldcom dan Enron karena adaya hubungan yang erat antara auditor dengan kliennya yang mengakibatkan KAP tersebut runtuh dan kehilangan independensinya. Hal ini kemudian mendorong banyak negara memberlakukan rotasi KAP secara wajib dan tidak terkecuali Indonesia. Di Indoensia hal ini di atur dalam Surat Keputusan 7

Menteri Keuangan No.17/PMK.01/2008 pasal 3 yang menjelaskan mengenai pemberian jasa audit kepada satu klien yang sama dilakukan oleh KAP yang sama selama enam tahun berturut-turut dan akuntan publik yang sama selama 3 tahun berturut-turut. Penelitian ini menggunakan variabel moderasi karena hasil penelitian sebelumnya masih kontradiktif. Variabel moderasi yang digunakan ialah auditor switching. Auditor switching digunakan karena akan lebih terlihat jelas ketergantungan auditor terhadap klien dan kondisi keuangan pada perusahaan yang melakukan pergantian auditor (auditor switching) dibandingkan perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor (auditor switching). Dalam penelitian yang dilakukan Diyanti (2010) menyatakan pergantian auditor (auditor switching) berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern yang didukung oleh penelitian Awie (2014). Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, penelitian ini bermaksud untuk meneliti opini audit going concern yang dijelaskan melalui likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas dengan auditor switching sebagai pemoderasi. Penelitian ini meneliti opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimana pengaruh likuiditas pada opini audit going concern? 8

2) Bagaimana pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern? 3) Bagaimana pengaruh solvabilitas pada opini audit going concern? 4) Bagaimana auditor switching memoderasi pengaruh likuiditas pada opini audit going concern? 5) Bagaimana auditor switching memoderasi pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern? 6) Bagaimana auditor switching memoderasi pengaruh solvabilitas pada opini audit going concern? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Mengetahui bagaimana pengaruh likuiditas pada opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014. 2) Mengetahui bagaimana pengaruh profitabilitas pada opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014. 3) Mengetahui bagaimana pengaruh solvabilitas pada opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014. 9

4) Mengetahui bagaimana pengaruh auditor switching dalam memoderasi likuiditas pada opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014. 5) Mengetahui bagaimana pengaruh auditor switching dalam memoderasi profitabilitas pada opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014. 6) Mengetahui bagaimana pengaruh auditor switching dalam memoderasi solvabilitas pada opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi penelitian pasar modal dan tambahan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap opini audit going concern pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan hasil penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk acuan bagi penelitian selanjutnya. Kemudian, hasil penelitian ini diharapkan dapat mengkonfirmasi hasil-hasil penelitian sebelumnya mengenai opini audit going concern yang masih kontradiktif. 10

2) Manfaat Praktis Bagi praktisi Kantor Akuntan Publik terutama bagi auditor, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penilaian keputusan opini audit yang mengacu pada going concern perusahaan dimasa mendatang yaitu dengan memperhatikan kondisi keuangan dari perusahaan. 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi keseluruhan diurutkan menjadi lima bab secara sistematis dan memiliki hubungan yang erat antar bab. Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I : Pendahuluan Bab I menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan penelitian. Bab II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Bab II menjelaskan mengenai landasan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian, menjelaskan hasil penelitian sebelumnya yang relevan yang dapat mendukung penelitiaan serta merumuskan hipotesis penelitian. Bab III : Metode Penelitian Bab III menjelaskan mengenai desain penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel, metode penentuan sampel, dan metode 11

pengumpulan data serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian. Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV menjelaskan mengenai gambaran umum perusahaan serta pembahasan mengenai hasil pengujian teknik analisis regresi logistik dan MRA (Moderated Regression Analysis). Bab V : Simpulan dan Saran Bab V menjelaskan mengenai simpulan dari hasil analisis serta menyampaikan saran-saran sesuai dengan simpulan yang diperoleh dari hasil penelitian. 12