Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

dokumen-dokumen yang mirip
Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya

Skenario Kebijakan Penentuan Upah Minimum Regional (UMR) dan Dampaknya Terhadap Perkembangan Industri Padat Karya di Kota Surabaya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

Paramita Anggraini ( ) Pembimbing : Dr.Ir. Sri Gunani Partiwi. Co Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

Model Dinamik Perkembangan Perumahan dan Apartemen di Kota Surabaya

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

Keterkaitan Sektor Ekonomi di Provinsi Jawa Timur

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

M.Ikhlas Khasana ( ) Mengetahui berbagai dampak kebijakan persawitan nasional saat ini. Pendahuluan. ekspor. produksi.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping tetap mengejar akselerasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan pemerintah dapat diambil secara tepat apabila berdasar pada informasi

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Pembangunan merupakan pelaksanaan dari cita-cita luhur bangsa. desentralisasi dalam pembangunan daerah dengan memberikan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

PERKEMBANGAN EKONOMI KOTA MEDAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERKEMBANGAN EKONOMI KAWASAN PESISIR SEKITARNYA

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. melalui peningkatan pendapatan perkapita penduduk dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada

8.1. Keuangan Daerah APBD

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. indikator keberhasilan pelaksanaan pembangunan yang dapat dijadikan tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional secara makro pada hakekatnya bertujuan untuk

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Pemerintah berusaha agar semua wilayah

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan suatu perekonomian dalam satu periode ke periode

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. dalam struktur pembangunan perekonomian nasional khususnya daerah-daerah.

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

PDRB/PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA (ANALISA INPUT OUTPUT)

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BERITA RESMI STATISTIK

BAB III METODE PENELITIAN

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. (Tanuwidjaya, 2013). Sejak tahun 1969 Pemprov Bali bersama masyarakat telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dikatakan baik apabila terjadi peningkatan pada laju pertumbuhan di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

I. PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejajar dengan bangsa-bangsa maju

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya bidang ekonomi. pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR INDUSTRI MANUFAKTUR DI JAWA TIMUR SKRIPSI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. banyak belum menjamin bahwa akan tersedia lapangan pekerjaan yang memadai

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan Dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Putri Amelia dan Prof. Dr. Ir. Budisantoso Wirjodirdjo, M.Eng. Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: wirjodirdjo@gmail.com Abstrak- Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di masingmasing daerah memberikan gambaran kinerja pembangunan ekonomi dari waktu ke waktu. Besarnya nilai kontribusi PDRB, tenyata belum mampu menyerap tenaga kerja yang besar di Jawa Timur. Investasi adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengembangkan lapangan usaha. Untuk dapat mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap peningkatan nilai investasi sehingga dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja maka dilakukan penelitian yang pada subsektor industri makanan dan minuman di Jawa Timur dengan menggunakan metodologi sistem dinamik. Subsektor ini dipilih didalam penelitian karena sumbangan kontribusi yang diberikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaganya yang besar terhadap pembangunan daerah. Didalam penelitian ini akan dibahas mengenai kebijakan pemerintah terkait dengan peningkatan iklim investasi peningkatan dana infrastruktur, dana bantuan investasi oleh pemerintah serta perijinan usaha. Dari hasil simulasi model didapatkan hasil bahwa skenario kebijakan yang efektif terkait dengan peningkatan jumlah investasi dan penyerapan tenaga kerja yaitu kebijakan peningkatan dana infrastruktur. Kata Kunci- subsektor industri makanan dan minuman, sistem dinamik, tenaga kerja, investasi. I. PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan di dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Berbagai cara mulai ditempuh oleh pemerintah agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia senantiasa berkembang. Salah satunya adalah dengan membuat peraturan pemerintahan daerah yang seperti yang tertuang dalam UU No.22 Tahun 1999 tentang otonomi daerah, selain itu ada pula peraturan mengenai perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang dituliskan di UU No. 32 dan 33 tahun 2004. Dengan adanya peraturan tersebut pemerintah daerah memiliki kewenangan seluas-luasnya dalam melaksanakan pemerintahan dan pengaturan keuangan didaerahnya masing-masing. Sehingga dengan demikian diharapkan pertumbuhan di masing-masing daerah menjadi lebih optimal. PDRB di masing-masing daerah memberikan gambaran kinerja pembangunan ekonomi dari waktu ke waktu. Nilai PDRB ini memberikan gambaran yang jelas mengenai pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah secara keseluruhan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data dari lima besar pulau yang ada di Indonesia, yang memiliki nilai total PDRB atas dasar harga berlaku adalah pulau Jawa[1]. Propinsi yang memiliki nilai PDRB atas dasar harga berlaku terbesar dipulau Jawa adalah propinsi DKI Jakarta dengan nilai PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2010 sebesar Rp 862.158.910.750.000, setelah itu nilai PDRB terbesar berikutnya yaitu propinsi Jawa Timur yaitu sebesar Rp 778,455,772,460,000. Besarnya nilai PDRB atas dasar harga berlaku ini disumbang dari berbagai sektor usaha yang ada di suatu daerah tersebut yang terdiri dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih, konstruksi, perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan dan persewaan serta jasa-jasa lain. Dari sembilan sektor industri yang ada, sektor industri pengolahan adalah sektor industri yang memilki peran terpenting di dalam perkembangan di sektor-sektor yang lain. Hal ini dikarenakan banyaknya produk yang dihasilkan industri pengolahan akan mempengaruhi banyaknya produk di sektor yang lain. Sehingga dengan begitu sektor industri pengolahan sering dianggap sebagai leading sektor (sektor pemimpin dari sektorsektor yang telah ada) [2]. Apabila nilai kontribusi PDRB atas dasar harga berlaku propinsi DKI Jakarta dibandingkan dengan popinsi Jawa Timur diketahui bahwa sektor industri pengolahan merupakan sektor tiga terbesar yang memberikan kontribusi PDRB pada propinsi DKI Jakarta dan Jawa Timur. Besarnya nilai sektor industri pengolahan yang ada di DKI Jakarta lebih kecil dibandingkan dengan nilai sektor yang ada di Jawa Timur. Hal ini dikarenakan potensi luas kawasan industri yang ada di Jawa Timur lebih besar dibandingkan dengan luas kawasan industri yang ada di DKI Jakarta, yaitu sebesar 7.403,80 hektar. Dengan begitu potensi untuk melakukan kegiatan industri di Jawa Timur masih lebih terbuka lebar bila dibandingkan dengan potensi yang dimiliki oleh DKI Jakarta. Besarnya nilai kontribusi PDRB atas dasar harga berlaku yang ada disetiap sektor di Jawa Timur, tenyata belum mampu menyerap tenaga kerja yang besar di Jawa Timur. Hal ini bisa diketahui bahwa pembangunan ekonomi yang ada saat ini belum mampu untuk menciptakan kesempatan kerja yang lebih cepat dari pertambahan angkatan kerja. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa besarnya jumlah pengagguran yang ada di Jawa Timur belum terserap sepenuhnya disetiap sektor ekonomi yang ada. Subsektor industri makanan dan minuman, yang merupakan bagian dari sektor industri pengolahan selain memberikan kontribusi yang besar dalam hal pembangunan

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 2 ekonomi, sektor ini juga memberikan sumbangan kontribusi yang besar didalam penyerapan tenaga kerja. Kontribusi terhadap pembangunan ekonomi pada sektor industri pengolahan pada empat tahun berturut-turut dari tahun 2005 hingga 2008 yaitu 12.4%, 14%, 14.5, dan 15.4%. Besarnya nilai kontribusi ini diimbangi pada besarnya kontribusi penyerapan tenaga kerja yang relatif lebih besar dari nilai kontribusinya yaitu sebesar 20%, 21%, 21% dan 21%[3]. Hal ini didasarkan pada jenis industri pada subsektor industri makanan dan minuman yaitu merupakan jenis industri padat karya. Jenis industri padat karya yaitu jenis industri cenderung berorentasi pada besarnya jumlah tenaga kerja dibandingkan dengan besarnya modal yang dikeluarkan untuk pembelian teknologi baru. Apabila jenis subsektor industri ini terus dikembangkan, maka akan didapatkan penyerapan jumlah tenaga kerja yang besar. Tabel 1 Angkatan Kerja di Jawa Timur Tahun 2005 2009 Tahun Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran 2009 20338568 19305056 1033512 2008 20178590 18882277 1296313 2007 20177924 18811421 1366503 2006 19244959 17669660 1575299 Sumber: Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Timur (2009) Sedangkan bila dilihat dari potensi pasar dari hasil produksinya, produk-produk subsektor industri makanan dan minuman ini termasuk dalam kategori barang kebutuhan primer yang sering dibutuhkan oleh pelanggan. Apalagi Dengan adanya pola hidup masyarakat saat ini yang mementingkan kepraktisan dalam mengkonsumsi produkproduk yang sifatnya siap saji, membuat permintaan produk pada subsektor ini menjadi meningkat [4]. Sehingga peluang untuk dapat meningkatan hasil produksi pada subsektor inudstri makanan dan minuman yang ada di Jawa Timur ini masih besar peluangnya. Oleh karena itu penelitian kali ini berfokus pada peningkatan jumlah subsektor industri makanan dan minuman yang ada di Jawa Timur. Investasi merupakan usaha yang bisa dilakukan untuk mendukung adanya meningkatkan jumlah industri yang ada disuatu daerah. Dengan adanya kegiatan investasi industri akan dapat mempengaruhi besarnya kapasitas produksi yang dihasilkannya. Peningkatan kapasitas produksi akan dapat meningkatkan nilai output yang dihasilkan dari sektor-sektor pembangunan daerah, yang selanjutnya akan mempengaruhi besarnya nilai pertumbuhan ekonomi, yang nantinya akan dapat meningkatkan pendapatan rill yang diterima oleh masyarakat [5]. Akibat dari peningkatan pendapatan rill akan dapat mempengaruhi daya beli dari terhadap suatu barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu daerah yang nantinya taraf hidup dan kemakmuran masyarakat didalam disuatu daerah akan meningkat [6]. Sehingga akhirnya besarnya permintaan akan barang dan jasa tersebut dapat mendorong terciptanya jumlah proyek-proyek investasi yang ada disuatu daerah. Dampak lain dari peningkatan nilai investasi selain terjadinya peningkatan kapasitas produksi yaitu akan mempengaruhi kebutuhan jumlah tenaga kerja yang digunakan yang akhirnya akan berdampak pada pengurangan jumlah pengangguran. Didalam melakukan kegiatan investasi, investor selalu memiliki pertimbangan didalam menentukan keputusan investasinya. Salah satu pertimbangannya adanya iklim investasi yang dapat mendukung kemampuan berusaha. Keadaan iklim investasi yang baik tergantung dari potensi dan krisis ekonomi, yang nantinya dapat berpengaruh pada keberhasilan berinvestasi [7]. Berdasarkan data yang ada pada Komite Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) [8] diketahui bahwa provinsi Jawa Timur memiliki peringkat 6 dari 33 provinsi yang ada di Jawa Timur didalam indeks iklim investasi. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa provinsi Jawa Timur masih belum mampu menjadi propinsi pilihan utama didalam melakukan investasi. Meskipun berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk dapat meningkatan daya tarik investasi seperti kebijakan infrastruktur, regulasi mengenai perizinan usaha, regulasi mengenai perpajakkan dan lain-lain. Penjelasan diatas menunjukkan bahwa untuk dapat mendukung adanya investasi maka diperlukan adanya iklim investasi yang baik. Dengan adanya iklim yang baik akan mendukung investasi industri yang kemudian berpengaruh terhadap penyerapan jumlah tenaga kerja. Pada kenyataannya iklim investasi yang ada di daerah selalu berubah-ubah sesuai dengan keadaan perekonomi dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Akibat dari ketidak pastian dan dinamisasi ini akan dapat membuat jumlah investasi yang ditanamkan juga berubah-ubah sehingga jumlah pengangguran juga semakin tidak menentu pula. Oleh karena itu penelitian kali ini akan dibahas pengaruh investasi pada subsektor industri makanan dan minuman terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur dengan menggunakan metode pendekatan sistem dinamik. Dengan menggunakan metode ini akan dapat digambarkan perubahan iklim investasi usaha akibat dari perubahan ekonomi dan faktor-faktor daya dukung usaha sehingga nantinya dapat dilihat pengaruh investasi terhadap penyerapan tenaga kerja di Jawa Timur. Melalui penggambaran model simuasi ini juga akan dipertimbangkan adanya peraturan dan kebijakan yang berlaku saat ini baik yang telah dibuat oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah. Sehingga dengan mengetahui gambaran umum sistem, akan dapat diketahui variabel utama yang dapat mempengaruhi jumlah investasi pada subsektor industri makanan dan minuman yang kemudian dapat dilakukan kebijakan skenario atas sistem yang dibuat. II. MODEL KONSEPTUAL SISTEM DINAMIK Konseptualisasi model diawali dengan mengidentifikasi terlebih dahulu variabel-variabel yang berinteraksi dan saling mempengaruhi didalam sistem. Variabel teridentifikasi kemudian dibuat model konseptual causal loop diagram serta stock and flow diagram. 2.1 Identifikasi Variabel Identifikasi variabel didapatkan dari karakteristik dan perilaku sistem investasi pada subsektor industri makanan dan minuman yang ada di Jawa Timur. Tujuan dilakukan identifikasi variabel ini adalah untuk lebih memperdalam pengetahuan terhadap sistem yang akan diteliti. Variabelvariabel yang ada pada pada penelitian ini didapatkan dari hasil literatur-literatur yang terpercaya, brainstorming,

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 3 maupun dari lembaga-lembaga pemerintahan seperti Dinas Perindustrian Jawa Timur, Badan Penanaman Modal Jawa Timur serta Badan Pusat Statistik. 2.2 Causal Loop Diagram Causal loop diagram adalah pengungkapan tentang kejadian hubungan sebab akibat (causal relationship) ke dalam bahasa gambar dimana gambar yang ditampilkan adalah panah-panah yang saling terkait membentuk sebuah diagram sebab akibat (causal loop), dimana hulu panah mengungkapkan sebab dan ujung panah mengungkapkan akibat. Tanda positif dan negatif pada causal loop menggambarkan jenis akibat yang ditimbulkan oleh sebab. Jika hubungan tersebut searah maka tanda panah adalah positif (+), namun sebaliknya jika hubungan tersebut berlawanan arah, maka tanda panah adalah negatif [9]. Gambaran causal loop diagram pada model untuk mengetahui peningkatan investasi pada subsektor industri makanan dan minuman di Jawa Timur ditampilkan pada gambar 1 dibawah ini. 2.3.1 Model Utama Pada model utama sistem akan dapat diketahui gambaran secara umum variabel-variabel yang berpengaruh terhadap tujuan dari pembuatan model sistem investasi pada subsektor industri makanan dan minuman. Dalam hal ini, variabelvariabel utama yang berpengaruh tersebut ditampilkan dalam bentuk modul. Pada gambar 2 diketahui bahwa variabel utama yang mempengaruhi tujuan sistem yaitu modul investasi, industri, infrastruktur transportasi, tenaga kerja, daya tarik investasi, dan PDRB. 2.3 Stock Flow Diagram Stock and flow diagram dibuat berdasarkan causal loops diagram. Tujuan pembuatan stock and flow diagram adalah menggambarkan interaksi antar variabel sesuai dengan logika struktur pada software pemodelan yang digunakan. Berikut merupakan model utama sistem serta stock and flow diagram. Gambar 2 Model Utama Sistem Gambar 1 Causal Loop Diagram

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 4 2.3.2 Stock Flow Diagram Submodel Investasi Dari keenam submodel yang merupakan submodel utamamerupakan submodel investasi. Submodel ini merupakan submodel yang berpengaruh didalam tujuan sistem. Didalam submodel ini terdapat variabel laju pertambahan investasi. Variabel ini merupakan variabel yang perlu untuk ditingkatkan pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan, selain dapat menambah kemampuan kapasitas produksi yang dihasilkan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dari suatu daerah. Akibat dari banyaknya jumlah investasi yang ditanamkan di suatu daerah serta diimbangi dengan permintaan produk yang semakin meningkan akan membuat nilai tambah yang dihasilkan oleh industri tersebut menjadi meningkat. Sehingga dengan begitu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan yang ada disuatu daerahnya. Didalam gambar 3 digambarkan hubungan antarvariabel yang ada didalam submodel investasi pada subsektor industri makanan dan minuman yang ada di Jawa Timur. Gambar 4 Submodel Tenaga Kerja III. VERIFIKASI DAN VALIDASI MODEL Verifikasi model bertujuan untuk memeriksa error dan memastikan bahwa model berfungsi sesuai dengan logika obyek penelitian. Verifikasi dilakukan dengan memeriksa formulasi (equations) serta memeriksa unit (satuan) variabel dari model. Jika tidak terdapat error pada model atau pada saat running model, maka dapat dikatakan model terverifikasi. Sedangkan validasi model bertujuan menunjukan bahwa model telah dapat merepresentasikan sistem nyata. Validasi yang digunakan adalah uji struktur model, uji parameter model, uji kondisi ekstrim, dan uji perilaku model menggunakan metode Barlas[10]. Gambar 3 Submodel Investasi 2.3.3 Stock Flow Diagram Submodel Tenaga Kerja Selain submodel investasi, submodel tenaga kerja juga merupakan submodel yang berpengaruh terhadap tujuan sistem. Variabel tenaga kerja merupakan variabel yang menentukan didalam melakukan kegiatan industri. Ketersediaan jumlah tenaga kerja merupakan salah satu faktor daya tarik investor. Disisi lain banyaknya jumla pengangguran membuat beban perekonomian suatu daerah menjadi bertambah. Berdasarkan data yang ada pada babsebelumnya diketahui bahwa pertumbuhan industri yang ada di Jawa Timur ini, ternyata belum mampu mengimbangi pernyerapan yang besar pada tenaga kerjanya. Sehingga masih banyak jumlah penduduk yang masih menganggur. Untuk dapat mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap jumlah pengangguran serta penyerapan tenaga kerja pada subsektor industri makanan dan minuman, maka dapat dilihat pada gambar 4 IV. MODEL SKENARIO KEBIJAKAN Skenario perbaikan yang akan dilakukan yaitu bertujuan untuk meningkatkan model investasi industri subsektor industri makanan dan minuman sehingga mengurangi jumlah pengangguran. Beberapa skenario yang digunakan pada model ini yaitu skenario perubahan dana infrastruktur, skenario perubahan dana bantuan investasi yang diberikan oleh pemerintah serta skenario perubahan indeks perijinan daerah. Disetiap skenario yang dibuat akan dilakukan 2 skenario kembali yaitu dengan meningkatkan nilai decision variable dan menurunkan nilai decision variable. a. Perubahan Dana Infrastruktur Besarnya ketersediaan infrastruktur akan mempengaruhi besarnya biaya bahan baku yang nantinya akan berpengaruh terhadap nilai input produksi dan berpengaruh terhadap besarnya nilai tambah yang dihasilkannya, yang kemudian akan berpengaruh pada besarnya nilai investasi yang dikeluarkannya. Selain itu besarnya ketersediaan infrastruktur akan dapat mempengaruhi besarnya indeks daya tarik investasi yang ada disuatu daerah, yang kemudian akan berpengaruh pada besarnya nilai investasi yang ditanamkan. Akibat dari besarnya nilai investasi yang ada akan dapat menentukan besarnya jumlah produksi yang dihasilkan. Sehingga dengan begitu akan mempengaruhi besarnya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Berikut ini adalah skenario yang dibuat kedalam model:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 5 Tabel 2 Skenario Perubahan Dana Infrastruktur Batas Batas Variabel Kontrol Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Bawah Atas Infrastruktur 0 1 0.1 0.15 0.05 Berdasarkan hasil simulasi diketahui bahwa besarnya peluang investor dalam negeri untuk melakukan penanaman investasi pada skenario yang pertama mengalami peningkatan sebesar 2% sedangkan pada skenario yang kedua mengalami penurunan sebesar 5%. Sedangkan peluang investor asing pada skenario yang pertama mengalami peningkatan sebesar 1,3% sedangkan pada skenario kedua mengalami penurunan sebesar 3%. Sehingga dapat diketahui pula besarnya pertumbuhan investasi pada skenario 1 yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,08% dan pada skenario 2 mengalami penurunan sebesar 0,02%. Sedangkan apabila ditinjau dari segi penyerapan jumlah tenaga kerja, diketahui bahwa proporsi peningkatan jumlah tenaga kerja subsektor industri makanan dan minuman pada kondisi eksisting dan saat skenario 1 sebesar 0.55% dan saat kondisi skenario 2 terjadi penurunan sebesar 1,24%. Dan apabila untuk mengetahui jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) rata-rata setiap tahunnya, diketahui bahwa terjadi rata-rata Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada skenario pertama mengalami penurunan sebesar 0,01% dan terjadi peningkatan pada skenario kedua sebesar 0,01%. Dan dapat diketahui pula bahwa pada skenario 1, besarnya tingkat penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahunnya yaitu sebesar 0,18% dari kondisi eksisting yang ada. Sedangkan pada skenario 2 terjadi peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahunnya yaitu sebesar 0,09% dari kondisi eksisting yang ada. Dan dapat diketahui pula bahwa pada skenario 1, besarnya tingkat penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahunnya yaitu sebesar 0,183% dari kondisi eksisting yang ada. Sedangkan pada skenario 2 terjadi peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahunnya yaitu sebesar 0,413% dari kondisi eksisting yang ada. b. Perubahan Dana Bantuan Investasi Yang Diberikan Oleh Pemerintah Didalam meningkatkan jumlah investasi serta mengurangi pengangguran yang ada di Jawa Timur, pemerintah daerah memberikan bantuan kredit usaha khususnya pada kredit usaha kecil. Bantuan investasi yang diberikan oleh pemerintah akan menambah jumlaj investasi total yang ada. Akibatnya dari peningkatan jumlah investasi membuat jumlah produksi menjadi meningkat sehingga akan membuat kebutuhan jumlah tenaga kerja meningkan dan akhirnya dapat mengurangi jumlah pengangguran. Berikut ini adalah skenario yang dibuat kedalam model: Tabel 3 Skenario Perubahan Dana Bantuan Investasi Oleh Pemerintah Batas Variabel Kontrol Batas Atas Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Bawah Proporsi Bantuan 0 1 0.000017 0.000034 0.000005 Pemerintah Berdasarkan hasil simulasi diketahui bahwa besarnya peluang investasi pada investor dalam negeri untuk melakukan penanaman investasi pada skenario yang pertama mengalami peningkatan sebesar 0,001%% sedangkan pada skenario yang kedua mengalami penurunan sebesar 0,0007%. Sedangkan peluang investor asing pada skenario yang pertama mengalami peningkatan sebesar 0,0006% sedangkan pada skenario kedua mengalami penurunan sebesar 0,0004%. Sehingga dapat diketahui pula besarnya pertumbuhan investasi pada skenario 1 yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,001% dan pada skenario 2 mengalami penurunan sebesar 0.0009%. Sedangkan apabila ditinjau dari segi penyerapan jumlah tenaga kerja, diketahui bahwa proporsi peningkatan jumlah tenaga kerja subsektor industri makanan dan minuman pada kondisi eksisting dan saat skenario 1 sebesar 0.015% dan saat kondisi skenario 2 terjadi penurunan sebesar 1,2%. Dan apabila untuk mengetahui jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) rata-rata setiap tahunnya, diketahui bahwa terjadi rata-rata Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada skenario pertama mengalami penurunan sebesar 0,0004% dan terjadi peningkatan pada skenario kedua sebesar 0,0002%. Dan dapat diketahui pula bahwa pada skenario 1, besarnya tingkat penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahunnya yaitu sebesar 0,005% dari kondisi eksisting yang ada. Sedangkan pada skenario 2 terjadi peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahunnya yaitu sebesar 0,003% dari kondisi eksisting yang ada. c. Perubahan Indeks Perijinan Daerah Masalah birokrasi perizinan usaha diyakini masih menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam menciptakan daya tarik investasi. Salah satu bentuk kebijakan yang populer di tingkat daerah dalam rangka otonomi daerah adalah perizinan. Didalam sistem ini, perijinan memiliki peranan didalam peningkatan daya tarik investasi yang ada disuatu daerah. Indeks perijinan yang mempengaruhi daya tarik investasi yang ada suatu daerah. Dengan semakin meningkatnya daya tarik tersebut, akan membuat besarnya nilai investasi yang ditanamkan oleh investor menjadi besar. Sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi yang dihasilkan, yang akhirnya pada mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada subsektor industri makanan dan minuman. Berikut ini adalah skenario yang dibuat kedalam model: Tabel 4 Skenario Perubahan Indeks Perijinan Daerah Batas Variabel Kontrol Batas Atas Eksisting Skenario 1 Skenario 2 Bawah Indeks Perijinan 0 1 0.73 0.83 0.5 Berdasarkan hasil simulasi diketahui bahwa diketahui bahwa besarnya peluang investor dalam negeri untuk melakukan penanaman investasi pada skenario yang pertama mengalami peningkatan sebesar 0,43%% sedangkan pada skenario yang kedua mengalami penurunan sebesar 1,3%. Sedangkan peluang investor asing pada skenario yang pertama mengalami peningkatan sebesar 0,38% sedangkan pada skenario kedua mengalami penurunan sebesar 0,6%. Sehingga dapat diketahui pula besarnya pertumbuhan investasi pada skenario 1 yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,02% dan pada skenario 2 mengalami penurunan sebesar 1,4%. Sedangkan apabila ditinjau dari segi penyerapan jumlah tenaga kerja, diketahui bahwa proporsi peningkatan jumlah tenaga kerja subsektor industri makanan dan minuman pada kondisi eksisting dan saat skenario 1 sebesar 0.16% dan saat kondisi skenario 2 terjadi penurunan sebesar 0,36%. Dan apabila untuk mengetahui jumlah Tingkat Pengangguran Terbuka

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 6 (TPT) rata-rata setiap tahunnya, diketahui bahwa terjadi ratarata Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada skenario pertama mengalami penurunan sebesar 0,004% dan terjadi peningkatan pada skenario kedua sebesar 0,01%. Dan dapat diketahui pula bahwa pada skenario 1, besarnya tingkat penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahunnya yaitu sebesar 0,053% dari kondisi eksisting yang ada. Sedangkan pada skenario 2 terjadi peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pertahunnya yaitu sebesar 0,12% dari kondisi eksisting yang ada. V. KESIMPULAN DAN SARAN Berikut ini akan disebutkan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang berkaitan dengan penelitian berikutnya. 5.1 Kesimpulan Dari hasil simulasi dan analisis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perkembangan industri makanan dan minuman tergantung pada jumlah investasi yang ditanamkan pada subsektor industri ini. Besarnya jumlah investasi tergantung pada besarnya peluang investror asing dan investor dalam negeri untuk melakukan kegiatan investasi. Besarnya nilai peluang ini tergantung pada besarnya indeks daya tarik investasi, rasio nilai tambah pada subsektor industri makanan dan minuman serta tingkat suku bunga yang berlaku. 2. Hasil skenario perubahan dana infratsruktur yaitu menunjukkan hasil pertumbuhan investasi pada skenario 1 yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,08% dengan mengalami penurunan TPT pertahunnya yaitu sebesar 0,183% dari kondisi eksisting. Sedangkan pada skenario 2 dengan mengalami penurunan nilai dan pada skenario 2 menunjukkan penurunan hasil pertumbuhan investasi sebesar 0,02% dengan mengalami peningkatan TPT pertahunnya yaitu sebesar 0,413% dari kondisi eksisting. 3. Hasil skenario perubahan perubahan dana bantuan investasi yang diberikan oleh pemerintah yaitu menunjukkan hasil pertumbuhan investasi pada skenario 1 yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,001% dengan mengalami penurunan TPT pertahunnya yaitu sebesar 0,005% dari kondisi eksisting. Sedangkan pada skenario 2 dengan mengalami penurunan nilai dan pada skenario 2 menunjukkan penurunan hasil pertumbuhan investasi sebesar 0.0009%. dengan mengalami peningkatan TPT pertahunnya yaitu sebesar 0,003% dari kondisi eksisting. 4. Hasil skenario perubahan indeks investasi yaitu menunjukkan hasil pertumbuhan investasi pada skenario 1 yaitu mengalami peningkatan sebesar 0,02% dengan mengalami penurunan TPT pertahunnya yaitu sebesar 0,053% dari kondisi eksisting. Sedangkan pada skenario 2 dengan mengalami penurunan nilai dan pada skenario 2 menunjukkan penurunan hasil pertumbuhan investasi sebesar 1,4% dengan mengalami peningkatan TPT pertahunnya yaitu sebesar 0,12% dari kondisi eksisting. 5. Skenario yang paling berpengaruh dalam peningkatan investasi dan penyerapan jumlah tenaga kerja adalah skenario 1 yang berupa peningkatan jumlah investasi oleh pemerintah. Skenario selanjutnya yaitu skenario 3 yang berupa peningkatan proporsi indeks perijinan dan skenario berikutnya yaitu skenario 2 yaitu peningkatan dana bantuan investasi yang diberikan oleh pemerintah. 5.2 Rekomendasi Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka didapatkan rekomendasi sebagai berikut: 1. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan analisakebijakan pada skala industri tertentu seperti industri besar dan sedang atau industri mikro dan kecil. 2. Pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan penelitian yang terkait dengan sektor lain yang paling berpengaruh terhadap sektor industri makanan minuman seperti sektor perdagangan dan sektor transportasi. DAFTAR PUSTAKA [1]. BPS, Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Tahun 2010. 2010, Badan Pusat Statistik Jawa Timur. [2]. Arsyad, L., Ekonomi Pembangunan Edisi Keempat. 1999, Yogyakarta: STIE YKPN. [3]. BPS, Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Jawa Timur 2010, Jawa Timur: Badan Pusat Statistik Jawa Timur. [4]. Dewi, R. Industri Makanan dan Minuman, Tumpuan Sektor Perbankan 2009 [cited 2012 15 maret]; Available from: http://female.kompas.com/read/2009/11/14/14434822 /industri.makanan.dan.minuman.tumpuan.sektor.perb ankan. [5]. Samuelson, P., Intellectual Property Rights and the Global Information Economy. Journal of Communications of the ACM, 1995. vol 39: p. no 7. [6]. Yasin, A., I. Baihagi, and A.I. Rosyadi, Pemograman Visual 2002: Surabaya. [7]. Sarwedi, Investasi Asing Langsung di Indonesia dan Faktor yang mempengaruhinya. Jurnal Akuntasi dan Keuaangan., 2005. 4: p. 17-35. [8]. KPPOD, Pemeringkatan Iklim Investasi 33 Provinsi di Indoensia Tahun 2008. 2008: Jakarta. [9]. Muhammadi, E. Aminullah, and B. Soesilo, Analisis Sistem Dinamis: lingkungan Hidup, Sosial, Ekomoni, Manajemen. Edisi Pertama ed. 2001, Jakarta: UMJ Press. [10]. Barlas, Y., Formal aspects of model validity and validation in system dynamics. System Dynamics Review 1996. Volume 12: p. Number 3