BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumber daya alam yang beragam. Potensi sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. guru kepada peserta didik. Pembelajaran biologi harus dapat menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi yang besar dalam penyediaan pangan bagi masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan biodiversitas yang sangat tinggi. Menurut Sarwono. buku The Ecology of Kalimantan-Indonesia Borneo, menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan. satunya adalah rendahnya minat belajar matematika.

I. PENDAHULUAN. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) dalam pembelajaran merupakan ciri khas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan hasil belajar yang optimal pula. Taniredja (Fira, 2013: 5)

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. menggunakan kapasitas berpikir tingkat tinggi (High Order

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dewasa ini memiliki kekurangan yang sering terjadi, dan

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan siswa untuk mencapai keterampilan berbahasa tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Keterampilan proses sains menurut Rustaman (2003, hlm. 94), terdiri dari : melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi),

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

I. PENDAHULUAN. Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah. IPA. Dalam pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL. Oleh RAHMAH NIM Telah diperiksa dan telah disetujui

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. tingkat genetika (Saptasari, 2007). Indonesia merupakan negara dengan

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang , 2014

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan mata pelajaran melalui pendekatan sciencetific learning

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang diterapkan dalam kurikulum 2013 tiap mata

I. PENDAHULUAN. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada pembelajaran dengan memperkuat

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Sementara Pasal 2, Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati (Convention

BAB 1 PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah dengan melakukan perubahan kurikulum. UU No. 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bahasa adalah alat komunikasi paling penting yang dimiliki oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

PERCEPTIONS OF STUDENTS ON THE APPLICATION OF SCIENTIFIC APPROACHES TO BIOLOGY LEARNING X SMA CLASS SENIOR HIGH SCHOOL 12 PEKANBARU

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA DI SMP SATU ATAP PULAU TUNDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MATERI KULIAH BIOLOGI FAK.PERTANIAN UPN V JATIM Dr. Ir.K.Srie Marhaeni J,M.Si

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KALOR DAN PERPINDAHANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

BAB I PENDAHULUAN. endemisitas baik flora maupun fauna di Indonesia. atau sekitar 17% dari total jenis burung di dunia. Jumlah tersebut sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 merupakan

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Azza Nuzullah Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran di kelas sangat mempengaruhi hasil belajar siswa. Terutama

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

RENCANA PEAKSANAAN PEMBELAJARAN KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR PERUBAHAN LINGKUNGAN BERBASIS REALITAS LOKAL PULAU BANGKA UNTUK MENINGKATKAN LITERASI LINGKUNGAN SISWA

Oleh. Firmansyah Gusasi

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Pendidikan yang. struktur kurikulum dan pola pembelajaran yang dilaksanakan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai diterapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

PENDAHULUAN. stabil terhadap morfologi (fenotip) organisme. Dan faktor luar (faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum seseorang

I. PENDAHULUAN. 16,9 juta ha hutan mangrove yang ada di dunia, sekitar 27 % berada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains sangat berkaitan erat dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan beberapa kontribusi penting bagi masyarakat Indonesia. sumber daya alam dan dapat dijadikan laboratorium alam.

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh, makroalga tersebut memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kawasan memiliki potensi alam yang melimpah salah satunya. adalah kawasan Tlogo Muncar Taman Nasional Gunung Merapi, yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang tersebut, tugas utama guru adalah mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar dari luas daratan, oleh karena itu dikenal sebagai negara maritim. Total

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Penekanan dari upaya

Ruri SMA Negeri 9 Kota Tangerang Selatan-Banten. Abstrak

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP 01) : 20 x Pertemuan (40 JP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

2016, No Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Jenis Invasif; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konse

BAB I PENDAHULUAN. Indonesiamemiliki hutan mangrove terluas di dunia dan juga memiliki

perlindungan bagi ikan-ikan ekonomis penting untuk memijah dan berkembang biak dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terluas di dunia sekitar ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. yang kaya. Hal ini sesuai dengan sebutan Indonesia sebagai negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran dipahami sebagai proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang beragam. Potensi sumber daya alam ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Setiap wilayah memiliki karakteristik dan potensinya masing-masing. Salah satu wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam yaitu Provinsi Gorontalo. Provinsi Gorontalo memiliki sumber daya alam berupa pegunungan, tanah berkapur, gua, hutan, pantai karang dan kawasan laut dengan biota yang beragam. Potensi lokal menurut Fauzi (2010), merupakan bagian dari sumber daya lokal/daerah tertentu yang memiliki kriteria mengandung nilai pengetahuan, teknologi dan keterampilan (skill) dalam memanfaatkannya. Potensi lokal juga merupakan hasil kreasi seni, tradisi, budaya, pelayanan, jasa, sumber daya manusia, sumber daya alam termasuk kawasan laut yang menjadi keunggulan suatu daerah. Kawasan laut Gorontalo memiliki potensi yang cukup besar, karena memiliki karakteristik yang berbeda seperti laut berkarang pada wilayah Selatan dan laut yang berpasir di wilayah Utara (Katili, 2011). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kawasan laut pelabuhan Kwandang dan wawancara dengan masyarakat setempat, kawasan laut tersebut memiliki potensi yang cukup besar untuk dimanfaatkan. Hasil laut yang terdapat di kawasan tersebut seperti beragam jenis ikan, teripang laut, kerang-kerangan, udang/lobster, rumput laut dan hasil laut lainnya. Hasil laut yang 1

paling dominan adalah kelompok ikan dengan beragam jenis. Hal ini menunjukkan kawasan tersebut memiliki keanekaragaman hayati. Convention on Biological Diversity mendefinisikan keanekaragaman hayati adalah variabilitas diantara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk interaksi ekosistem terestrial, pesisir, lautan dan ekosistem akuatik lain (Hartati, 2012). Ekosistem laut merupakan salah satu tempat yang memiliki keanekaragaman hayati yang dikenal dengan keanekaragaman hayati laut. Keanekaragaman hayati laut merupakan kekayaan hasil laut yang meliputi semua organisme yang ada di laut seperti tumbuhan dan hewan laut dengan keragaman jenisnya. Sumber daya alam berupa hasil laut ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber belajar alami. Sumber belajar alami dapat menjadi pilihan dalam mendukung proses pembelajaran, karena memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari obyek pelajarannya secara langsung. Selain itu, dengan adanya interaksi secara langsung dengan obyek yang dipelajari peserta didik mampu tidak hanya mengenali tapi juga mencari tahu, menganalisis, membuktikan dan membuat kesimpulan dengan caranya sendiri tentang obyek yang dipelajarinya sehingga secara tidak langsung bisa menjadi seorang yang telah bekerja secara ilmiah. Ilmiah yang dimaksud yaitu peserta didik tidak hanya membuat opini sendiri tanpa ada fakta, tetapi diajak untuk mencari jawaban dari sebuah permasalahan atau sebuah fenomena yang nyata atau diamati secara langsung, yang disebut sebagai scientific approach atau pendekatan ilmiah. 2

Menurut Riyono (2013), pembelajaran dengan scientific approach adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif dapat mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan ilmiah tertentu dari suatu fenomena, peristiwa atau kejadian yang ada. Pendekatan saintifik merupakan salah satu strategi pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kompetensi peserta didik dan merupakan landasan utama dalam pengembangan kurikulum 2013. Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah telah mengisyaratkan tentang perlunya proses pembelajaran yang dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan saintifik/ilmiah. Upaya penerapan pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran ini merupakan ciri khas dan menjadi kekuatan tersendiri dari keberadaan kurikulum 2013. Menurut Dirwan (2013), banyak para ahli yang menyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari sebuah fenomena atau kejadian. Pendekatan saintifik mengedepankan pengalaman personal melalui proses mengamati, menanya, menalar, dan mencoba melalui beberapa strategi seperti discovery learning dan pjoject based learning. Strategi dalam pembelajaran saintifik ini diharapkan mampu membentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik lebih maksimal. 3

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru Biologi di SMA Negeri 1 Kwandang, diketahui bahwa dalam proses pembelajaran pada umumnya guru sebagai satu-satunya sumber belajar. Sumber belajar lain yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk meningkatkan kemampuannya belum dimanfaatkan secara maksimal seperti lingkungan sekitar sekolah yang berada tidak jauh dari ekosistem laut. Guru belum menyajikan proses pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk peserta didik berinteraksi dengan obyek pelajarannya melalui pengamatan, analisis dan pemecahan masalah melalui obyek atau fenomena yang ada di lingkungannya. Selain itu, guru dalam proses pembelajaran hanya memberikan soalsoal atau LKPD. LKPD yang digunakan masih bersifat umum yang biasanya diterbitkan dan beredar secara luas. LKPD yang sering digunakan belum memberikan kesempatan kepada peserta didik agar mampu bekerja secara ilmiah untuk mengamati atau pun mengungkap suatu obyek yang ada di sekitarnya. Selain itu, LKPD umum tersebut belum memuat materi atau kegiatan yang sesuai dengan kondisi peserta didik dan potensi lokal di lingkungan sekitarnya, padahal potensi lokal di lingkungan tersebut dapat dijadikan sebagai sumber belajar alami dengan menerapkan metode ilmiah seperti mengamati, menalar, menganalisis, sampai menyimpulkan berdasarkan fakta. Guru kiranya dapat mengembangkan LKPD dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada di lingkungan peserta didik dengan menerapkan cara-cara ilmiah agar peserta didik dapat mengasah dan meningkatkan kemampuannya secara maksimal. Hal inilah yang menjadi alasan utama dalam penelitian ini dengan judul 4

Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbasis Potensi Lokal Hasil Laut dengan Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA N 1 Kwandang. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Provinsi Gorontalo memiliki potensi sumber daya alam khususnya kawasan laut yang belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar alami oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran. 2. Kurangnya pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik karena pembelajaran biologi di sekolah masih monoton dan bersifat teacher-centered. 3. Kurangnya pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengenali dan mengungkap secara ilmiah fenomena yang ada di sekitarnya. 4. Pilihan LKPD yang ada di sekolah belum sesuai dengan potensi lokal dan karakteristik sekolah, karakteristik lingkungan peserta didik serta LKPD dengan pendekatan ilmiah. 5

1.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah desain LKPD berbasis potensi lokal hasil laut dengan pendekatan saintifik pada materi pokok keanekaragaman hayati? 2. Bagaimanakah kualitas LKPD berbasis potensi lokal hasil laut dengan pendekatan saintifik pada materi pokok keanekaragaman hayati dilihat dari hasil validasi tim ahli? 3. Bagaimanakah hasil validasi praktisi dan respon peserta didik terhadap LKPD berbasis potensi lokal hasil laut dengan pendekatan saintifik pada materi pokok keanekaragaman hayati?. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menghasilkan desain LKPD biologi berbasis potensi lokal hasil laut dengan pendekatan saintifik pada materi pokok keanekaragaman hayati. 2. Untuk mengetahui kualitas LKPD biologi berbasis potensi lokal hasil laut dengan pendekatan saintifik pada materi pokok keanekaragaman hayati dari hasil validasi tim ahli. 3. Untuk mengetahui hasil validasi praktisi dan respon peserta didik terhadap LKPD biologi berbasis potensi lokal hasil laut dengan pendekatan saintifik pada materi pokok keanekaragaman hayati. 6

1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini kiranya dapat bermanfaat bagi peserta didik, guru dan juga peneliti. 1. Bagi peserta didik a. Mengetahui dan memahami potensi lokal yang ada di lingkungannya yang dipelajari dalam proses pembelajaran dengan menggunakan LKPD berbasis potensi lokal hasil laut dengan materi pokok keanekaragaman hayati. b. Mendapatkan inovasi pembelajaran terbaru dengan menggunakan LKPD berbasis potensi lokal dengan menggunakan pendekatan saintifik. 2. Bagi guru a. Mendapatkan alternatif pembelajaran biologi yang baru berupa LKPD berbasis potensi lokal dengan pendekatan saintifik. b. Mendapatkan petunjuk pembelajaran biologi dengan materi yang terdapat di sekitar lingkungan peserta didik. 3. Bagi peneliti a. Mengetahui keanekaragaman hayati khususnya hasil laut yang terdapat di Gorontalo yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar. b. Sebagai modal awal bagi peneliti selanjutnya untuk lebih lanjut meneliti keanekaragaman hayati khususnya yang terdapat di Gorontalo. 7