ABSTRAK. Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERIKSAAN KADAR SERUM TRANSFERRIN RECEPTOR (stfr) UNTUK DIAGNOSTIK ANEMIA DEFISIENSI BESI

BAB 1 PENDAHULUAN. Defisiensi besi merupakan gangguan nutrisi yang secara umum. terjadi di seluruh dunia dan mengenai lebih kurang 25% dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. persenyawaan heme yang terkemas rapi didalam selubung suatu protein

B A B I PENDAHULUAN. pembangunan dalam segala bidang. Pertumbuhan ekonomi yang baik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan baik di negara maju maupun negara berkembang. Anemia juga masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Ketersediaan kantong darah di Indonesia masih. sangat kurang, idealnya 2,5% dari jumlah penduduk untuk

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Transferrin receptor merupakan transmembran homodimer yang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bervariasi berdasarkan usia, sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi,

Curriculum vitae Riwayat Pendidikan: Riwayat Pekerjaan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. negara berkembang yang tidak hanya mempengaruhi segi kesehatan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Anemia mempengaruhi secara global 1,62 miliar penduduk dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Transfusi darah adalah salah satu praktek klinis yang umum dilakukan pada

Ruswantriani, Pembimbing : Penny Setyawati, dr, SpPK, M. Kes

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem golongan darah ABO ditemukan oleh ilmuwan. Austria bernama Karl Landsteiner, menemukan tiga tipe

BAB II KAJIAN PUSTAKA. cadangan besi tubuh (depleted iron store) sehingga penyediaan besi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang bersifat intraseluler. mengenai organ lain kecuali susunan saraf pusat.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian ilmu penyakit dalam yang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Metabolisme Besi dan Pembentukan Hemoglobin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak dari seluruh

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Anemia

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan besarnya jumlah penderita kehilangan darah akibat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadinya anemia. Defisiensi mikronutrien (besi, folat, vitamin B12 dan vitamin

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. penyebab intrakorpuskuler (Abdoerrachman et al., 2007). dibutuhkan untuk fungsi hemoglobin yang normal. Pada Thalassemia α terjadi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Milenium Development Goals (MDG) terutama tujuan keempat dan kelima terkait

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi fungsinya untuk membawa O 2 dalam jumlah yang cukup ke

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan global bagi masyarakat dunia. Angka kejadian

Indek Eritrosit (MCV, MCH, & MCHC)

HASIL DAN PEMBAHASAN

R S. D R. H I. A B D O E L M O E L O E K B A N D A R L A M P U N G

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

PENINGKATAN NILAI PARAMETER STATUS BESI RETICULOCYTE HEMOGLOBIN EQUIVALENT SETELAH PEMBERIAN SUPLEMEN BESI INTRAVENA PADA PASIEN HEMODIALISIS REGULER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk telah terjadi di seluruh dunia. Proporsi penduduk lanjut

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Paru merupakan port d entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Kuman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung badan inklusi di darah tepi menyebabkan anemia pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikrositer hipokrom adalah gambaran morfologi sel darah merah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. satu kegawatdaruratan paling umum di bidang bedah. Di Indonesia, penyakit. kesembilan pada tahun 2009 (Marisa, dkk., 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

ABSTRAK. Dewi Tantra, 2008, Pembimbing I : Aloysius Suryawan,dr., SpOG Pembimbing II : Penny Setyawati,dr.,SpPK., M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. gizi mikro. Defisiensi besi sering ditemukan bersamaan dengan obesitas.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik-observasional dengan desain

BAB IV METODE PENELITIAN. Onkologi dan Bedah digestif; serta Ilmu Penyakit Dalam. Penelitian dilaksanakan di Instalasi Rekam Medik RSUP Dr.

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan hematologi. Pemeriksaan hematologi meliputi kadar hemoglobin,

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL) Kementerian Kesehatan RI (4),

HUBUNGAN PEMBERIAN SUPLEMEN ZAT BESI DENGAN PENINGKATAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III. Oleh: YURI SHABRINA SUSANI

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju maupun berkembang. Padahal besi merupakan suatu unsur

T E S I S BUDI ANDRI FERDIAN /IKA DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK KESESUAIAN PERHITUNGAN NILAI RATA-RATA ERITROSIT FLOW CYTOMETER DENGAN GAMBARAN POPULASI ERITROSIT PADA PEMERIKSAAN SEDIAAN APUS DARAH TEPI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi. (Hani, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar adalah program AI yang menggabungkan basis pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Anemia Defisiensi Besi (ADB)

BAB 1 PENDAHULUAN. Palang Merah Indonesia, menyatakan bahwa kebutuhan darah di. Indonesia semakin meningkat sehingga semakin banyaklah pasokan darah

PREVALENSI DAN JENIS ANEMIA PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK YANG MENJALANI HEMODIALISIS REGULER LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke secara nyata menjadi penyebab kematian dan kecacatan di seluruh

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan suatu pra eksperimental dengan tipe pre dan post

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

Gambaran Hematologi Anemia Defisiensi Besi pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. SDKI tahun 2007 yaitu 228 kematian per kelahiran hidup. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

PERBANDINGAN KADAR RET HE, FE, DAN TIBC PADA PENDERITA ANEMIA DEFISIENSI FE DENGAN ANEMIA KARENA PENYAKIT KRONIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN. Gambar 1. Megaloblastic change. 3

RINGKASAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. penyebab yang belum diketahui sampai saat ini, ditandai oleh adanya plak eritema

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Salah satu kondisi berbahaya yang dapat terjadi. pada ibu hamil adalah anemia.

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Cancer Society (2014), Leukemia adalah jenis kanker yang

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2007) dan Burden of Disease, penyakit ginjal dan saluran kemih telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

ABSTRAK Latar belakang dan tujuan penelitian: Anemia defisiensi besi (ADB) sering bersamaan dengan anemia penyakit kronis (APK) dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum. Untuk membedakan ADB dan APK kadang-kadang sulit, khususnya ketika ADB yang bersamaan dengan APK. Pada keadaan kebutuhan besi meningkat dan peningkatan proliferasi sel maka ekspresi transferrin receptor (TfR) pada membran sel meningkat. Penelitian dilakukan bertujuan mengevaluasi kegunaan serum transferrin receptor (stfr) dan indeks stfr-feritin untuk mendiagnosa ADB. Metode dan cara: Pasien dengan Hb<13 g/dl (laki-laki dewasa), Hb<12 g/dl (perempuan dewasa) dan feritin serum<15ug/l dikatakan ADB. Pasien dengan Hb<13 g/dl (laki-laki dewasa), Hb<12 g/dl (perempuan dewasa), feritin serum>15ug/l dan CRP positip dikatakan APK. Dilakukan pemeriksaan stfr dan penghitungan indeks stfr-f pada pasien ini. Keseluruhan pasien APK (total APK) dibagi dua berdasarkan nilai indeks stfr-f dengan cut-off 1,5. Kelompok APK dengan indeks stfr-f<1,5 adalah APK murni dan kelompok APK dengan indeks stfr-f >1,5 adalah kombinasi APK dengan ADB. Pemeriksaan feritin dengan menggunakan Cobas e 601 dengan prinsip electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA). Pemeriksaan CRP dengan C-Reactive protein (CRP) latex reagent set dengan prinsip aglutinasi latex. Pemeriksaan stfr dengan menggunakan Cobas c 501 dengan metode particle enhanced immunoturbidimetric. xi

Hasil: Nilai stfr dan indeks stfr-f pada ADB murni lebih tinggi dibandingkan total APK. Nilai stfr dan indeks stfr-f pada kombinasi APK dengan ADB lebih tinggi dibandingkan APK murni. Kesimpulan: Pemeriksaan stfr dan indeks stfr-f dapat membedakan ADB dengan APK. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi adanya defisiensi besi pada APK. xii

RINGKASAN Anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah klinis yang dalam beberapa keadaan relatif mudah didiagnosa dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium status besi konvensional seperti serum iron, total iron binding capacity (TIBC), saturasi transferin dan serum feritin. Serum iron mengalami variasi diurnal, nilai TIBC pada keadaan inflamasi dan hypoalbuminemia menurun, feritin berperan sebagai protein fase akut. Pewarnaan besi sumsum tulang dengan Prussian blue merupakan marker pasti, akan tetapi tidak praktis, tidak nyaman dan sulit dilakukan. Anemia defisiensi besi sering bersamaan dengan APK dan keduanya memberikan gambaran penurunan besi serum. Untuk membedakan ADB dan APK kadang-kadang sulit, khususnya pada ADB awal atau ketika ADB yang bersamaan dengan penyakit kronis. Nilai feritin serum yang lebih rendah dari 15 ug/l kemungkinan besar merupakan ADB meskipun bersamaan dengan inflamasi. Dan nilai feritin serum yang meningkat diatas normal (>150-200 ug/l) kemungkinan besar bukan ADB meskipun dengan inflamasi. Nilai feritin serum antara kedua level ini (15-150 ug/l) dan dalam keadaan inflamasi membutuhkan pemeriksaan lain untuk memastikan apakah dijumpai defisiensi besi. Sebab itu pemeriksaan parameter besi yang lain diperlukan untuk membedakannya. Transferrin receptor (TfR) merupakan protein transmembran yang berikatan dengan transferin pada proses transportasi besi. Serum xiii

Transferin receptor (stfr) yang larut dalam plasma berasal dari ektodomain yang mengalami proteolisis. Konsentrasi stfr sebanding dengan jumlah TfR yang diekspresikan pada membran sel. Pada keadaan kebutuhan besi meningkat dan peningkatan proliferasi sel maka ekspresi TfR pada membran sel meningkat. Penelitian dilakukan bertujuan mengevaluasi kegunaan stfr dan indeks stfr-f untuk mendiagnosa ADB, dilaksanakan dari tanggal 24 Maret 2010 sampai 29 Mei 2010. Subjek penelitian adalah 36 orang pasien ADB dan 36 orang APK yang berkunjung ke poliklinik Penyakit Dalam dan yang dirawat di bangsal Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan. Diagnosa ADB menurut kriteria WHO yaitu laki-laki dewasa: Hb<13 g/dl, perempuan dewasa: Hb<12 g/dl dan nilai feritin<15ug/l. Diagnosa APK dengan nilai Hb pada laki-laki dewasa <13 g/dl, perempuan dewasa Hb<12 g/dl, nilai feritin>15 ug/l dan CRP positip. Pasien yang mendapat terapi Fe, mendapat transfusi dalam 3 bulan terakhir, anemia hemolitik, anemia megaloblastik, wanita hamil, anemia dengan penyakit ginjal kronis, pasien dengan keganasan, anemia aplastik dikeluarkan dari penelitian ini. Pemeriksaan darah lengkap menggunakan alat cell dyne 3700,dan morfologi darah tepi dengan pembuatan sediaan apus darah tepi dan menggunakan pewarnaan giemsa. Pemeriksaan feritin dengan menggunakan Cobas e 601 dengan prinsip electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA). Pemeriksaan CRP dengan C-Reactive protein xiv

(CRP) latex reagent set berdasarkan prinsip aglutinasi latex. Pemeriksaan stfr dengan menggunakan alat Cobas c 501 menggunakan metode particle enhanced immunoturbidimetric assay. Nilai indeks stfr-f dihitung dengan membagi stfr terhadap log feritin. Kontrol kualitas untuk feritin dilakukan dengan elecsys PreciControl Tumor Marker 1 dan 2. Kontrol kualitas untuk pemeriksaan CRP dengan mengikutkan kontrol CRP positif dan negatif pada setiap melakukan pemeriksaan. Kontrol kualitas untuk stfr dilakukan dengan stfr Control set, dengan memakai 2 nilai konsentrasi yaitu stfr control set level 1 dan stfr control set level 2 untuk memantau akurasi assay stfr. Pada penelitian ini, nilai stfr dan indeks stfr-f kelompok ADB murni lebih tinggi dibandingkan kelompok total APK. Tetapi pemeriksaan ini tidak memberi informasi tambahan untuk membedakan ADB murni dari total APK. Karena parameter lain yaitu Hb, MCV, MCH, dan feritin juga terdapat perbedaan yang bermakna. Dengan menggunakan nilai indeks stfr-f dengan cut-off 1,5, total APK dibagi menjadi 2 bagian. Kelompok APK yang memiliki nilai indeks stfr-f <1,5 merupakan APK murni dan kelompok APK yang memiliki nilai indeks stfr-f >1,5 merupakan kombinasi APK dengan ADB. Nilai stfr dan nilai indeks stfr-f kombinasi APK dengan ADB lebih tinggi dibandingkan APK murni. Tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada parameter lain yaitu Hb, MCV, MCH, MCHC dan feritin antara kelompok APK murni dibandingkan kombinasi APK dengan ADB. xv

Nilai stfr dan indeks stfr-f kelompok ADB murni lebih tinggi dibandingkan kelompok kombinasi APK dengan ADB. Dijumpai perbedaan bermakna pada nilai stfr dan indeks stfr-f antara ADB murni dibandingkan kombinasi APK dengan ADB. Dijumpai juga perbedaan yang bermakna antara parameter yaitu Hb, MCV, MCH. MCHC dan feritin, ADB. xvi