I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) pada tahun 2010, dengan masalah kesehatan). Menurut Sumiati Ahmad Mohammad, masa

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. usia lanjut di Indonesia diperkirakan antara tahun sebesar 414 %

ABSTRAK PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DIKARANG WERDHA PENELEH SURABAYA. Oleh Pipit Festi

BAB I PENDAHULUAN. dapat memngganggu aktivitas dalam kehidupan sehari-hari (Stanley and

BAB I PENDAHULUAN. System) pada vertebrata dan banyak invertebrata lainnya.otak mengatur dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH TERAPI BRAIN GYM TERHADAP PENINGKATAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI POSYANDU LANJUT USIA DESA PUCANGAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP GANGGUAN FUNGSI KOGNITIFPADA LANSIA DENGAN DEMENSIADI UPT PSLU JOMBANG. Lexy Oktora Wilda, Lica Ayu Kusuma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. dari 72 tahun di tahun 2000 (Papalia et al., 2005). Menurut data Biro Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

PENGARUH BRAIN GYM TERHADAP TINGKAT KOGNITIF LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WARGA TAMA INDRALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. (expressive) sehingga memudahkan proses mempelajari hal-hal baru, dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi lansia di dunia pada. tahun 2025 berada di negara berkembang.

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB V PEMBAHASAN. A. Hasil Belajar Pretest Pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok. Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai rerata pretest pada

Pengaruh Senam Otak Terhadap Pningkatan Fungsi Kognitif Pada Lansia Di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Sejahtera Banjarbaru

GAMBARAN STATUS MENTAL KOGNITIF PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 2025 (Depkes, 2013). Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II.TINJAUAN PUSTAKA. usia (elderly) adalah tahun, lanjut usia tua (old) adalah 75 90

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas masa depan anak dapat dilihat dari perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Antara tahun 2015 dan tahun 2050, proporsi lansia di dunia diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang masih ada di Indonesia adalah Hipotiroid.

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

MANFAAT SENAM OTAK. Zulaini *

Peningkatan Kesehatan Fisik dan Mental Lansia Melalui Aktivitas Senam di Desa Ngesrep, Kec. Ngemplak, Kab. Boyolali Abstrak LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

LAMPIRAN-LAMPIRAN 69

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertambahan jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia semakin

BAB III KERANGKA KONSEP. Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

MOTTO DAN PERSEMBAHAN...

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aspek yang mendukung siswa untuk mencapai prestasi

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

A. Bagian-Bagian Otak

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. kesempurnaan iman seorang muslim terhadap Al-Qur an adalah meyakini

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dilihat dari usia harapan hidup (UHH) (Mubarak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

SENAM OTAK MENINGKATKAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA (Brain Gym Improves Cognitive Function for Elderly)

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

PELAKSANAAN SENAM JANTUNG SEHAT UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PANTI SOSIAL TRESNA WHERDA KASIH SAYANG IBU BATUSANGKAR

BAB I PENDAHULUAN. pecahnya atau tersumbatnya pembuluh darah otak oleh gumpalan darah. 1

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Di era globalisasi sekarang ini penyakit yang berhubungan dengan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anak prasekolah adalah anak yang mempunyai pribadi berbagai macam

PENGARUH SENAM OTAK DENGAN FUNGSI KOGNITIF LANSIA DEMENSIA DI PANTI WREDHA DARMA BAKTI KASIH SURAKARTA


BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

PENGARUH PENERAPAN SENAM HOOK UPS TERHADAP TINGKAT PERCAYA DIRI ANAK KELAS DUA MIN GUWA KIDUL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini merupakan anak yang memiliki masa keemasan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode pre and

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Demensia merupakan jenis penyakit tidak menular, tetapi mempunyai. membahayakan bagi fungsi kognitif lansia.

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dibawah rata-rata, ketidakmampuan menyesuaikan perilaku, serta

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA LANSIA DENGAN GANGGUAN KOGNITIF : DEMENSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 2 CENGKARENG

BRAIN GYM BERPENGARUH TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DASAR SEHARI-HARI LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tentunya akan mengalami yang namanya penuaan. Secara. kronologi, manusia dapat dikatakan lanjut usia apabila umurnya sudah

BAB.I PENDAHULUAN. biologis, fisiologis, psikososial, dan aspek rohani dari penuaan. Penuaan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk merujuk kepada cara kita berpikir tentang dan mengevaluasi diri kita

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Jumlah penduduk pada

EFEKTIVITAS BRAIN GYM DALAM MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia sebagai tahap akhir dari siklus kehidupan manusia, sering

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lansia merupakan seseorang dengan usia lanjut yang mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh terhadap seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh karena itu kesehatan pada lanjut usia perlu mendapatkan perhatian khusus dengan tetap memberian motivasi agar lansia dapat hidup secara produktif sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009). Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Usia permulaan tua menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang lanjut usia menyebutkan bahwa usia 60 tahun adalah usia tua (Nugroho, 2008). Proses menua dan usia lanjut merupakan proses alami yang dialami setiap orang (Atun, 2010). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Proses ini merupakan proses yang terus-menerus secara alamiah, berlangsung sejak seseorang mencapai usia dewasa, misalnya

2 dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf, dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Walaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada beberapa penyakit yang menghinggapi kaum lansia, seperti arthritis, asam urat, kolestrol, hipertensi dan penyakit jantung, selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi kognitif pada lansia juga mengalami penurunan (Nugroho 2008). Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar kurang lebih 19 juta, dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 23,9 juta (9,77%), dengan usia harapan hidup 67,4 tahun dan pada tahun 2020 diperkirakan sebesar 28,8 juta (11,34%), dengan usia harapan hidup 71,1 tahun. Berdasarkan jumlah tersebut, penduduk lansia di Indonesia termasuk terbesar keempat setelah China, India dan Jepang (Badan Pusat Statistik, 2010). Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun penurunannya, untuk mempertahankan fungsi kognitif pada lansia upaya yang dapat dilakukan adalah dengan cara menggunakan otak secara terus menerus dan di istirahatkan dengan tidur, kegiatan seperti membaca, mendengarkan berita dan cerita melalui media sebaiknya di jadikan sebuah kebiasaan hal ini bertujuan agar otak tidak beristirahat secara terus menerus (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008). Penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat meliputi berbagai aspek yaitu orientasi, registrasi, atensi dan kalkulasi, memori dan

3 juga bahasa. Penurunan ini dapat mengakibatkan masalah antara lain memori panjang dan proses informasi, dalam memori panjang lansia akan kesulitan dalam mengungkapkan kembali informasi baru atau cerita maupun kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya (Dalton, 2008). Salah satu cara untuk meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yaitu Brain Gym. Brain Gym tidak saja akan memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, tetapi juga merangsang kedua belahan otak untuk bekerja (Tammase, 2009). Brain Gym adalah kegiatan yang bertujuan untuk mempertahankan kesehatan otak dengan gerakan sederhana (Hyatt, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ranita et al (2012) brain gym yang dilakukan selama dua minggu sangat efektif dalam menurunkan stress pada anak. Menurut penelitian lain dengan judul senam vitalitas otak dapat meningkatkan fungsi kognitif pada usia dewasa muda terdapat peningkatan fungsi kognitif setelah dilakukan senam otak sebanyak tiga kali selama tiga minggu dengan nilai p < 0,05 (Lisnaini, 2012). Berdasarkan latar belakang masalah diatas peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih jauh mengenai pengaruh Brain Gym terhadap perubahan fungsi kognitif pada lansia.

4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah terdapat pengaruh Brain Gym terhadap perubahan fungsi kognitif lansia di Panti Tresna Werdha Natar Lampung Selatan? 1.3 Tujuan penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Brain Gym terhadap perubahan fungsi kognitif lansia di Panti Tresna Werdha Natar Lampung Selatan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif sebelum diberikan Brain Gym pada lanjut usia di Panti Tresna Werdha Natar Lampung Selatan. 2. Untuk mengetahui gambaran fungsi kognitif setelah diberikan Brain Gym pada lanjut usia di Panti Tresna Werdha Natar Lampung Selatan. 3. Untuk mengetahui perubahan skor kognitif sebelum dan sesudah diberikan Brain Gym pada lanjut usia di Panti Tresna Werdha Natar Lampung selatan.

5 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi Panti Tresna Werdha Natar Lampung Selatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan secara objektif mengenai penanganan pada lansia untuk mengoptimalkan fungsi kognitif dengan Brain Gym. 2. Manfaat bagi tenaga kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya mengembangkan program dalam rangka meningkatkan kesehatan lansia dengan Brain Gym sebagai salah satu cara untuk mengoptimalkan fungsi kognitif pada lansia. 3. Manfaat bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti sendiri dalam melaksanakan penelitian tentang lansia yang mengoptimalkan fungsi kognitif dengan Brain Gym. 4. Manfaat bagi peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dalam penelitian selanjutnya serta tindakan lain seperti terapi kognitif untuk mengoptimalkan fungsi kognitif pada lanjut usia.

6 1.5 Kerangka penelitian 1.5.1 Kerangka teori Proses menua adalah proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan suatu proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh (Atun, 2010). Proses ini merupakan proses yang terus menerus berlangsung secara alamiah, selain aspek fisiologis yang mengalami perubahan pada lansia, fungsi kognitif lansia juga mengalami penurunan (Nugroho, 2008). Brain Gym adalah serangkaian latihan berbasis gerakan tubuh sederhana. Gerakan ini dibuat untuk merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateral), meringankan atau merelaksasi belakang otak dan bagian depan otak (dimensi pemfokusan), merangsang sistem yang terkait dengan perasaan atau emosional yakni otak tengah (limbik) serta otak besar (dimensi pemusatan), untuk aplikasi gerakan Brain Gym dipakai istilah dimensi lateralis untuk belahan otak kiri dan kanan, dimensi pemfokusan untuk bagian belakang otak (batang otak dan brain stem) dan bagian otak depan (lobus frontal), serta dimensi pemusatan untuk sistem limbik (midbrain) dan otak besar (cerebral cortex) (Denisson, 2009).

7 Kerangka teori ini disusun dengan memadukan konsep-konsep serta teori yang diuraikan diatas, yakni tentang lansia, fungsi kognitif pada lansia, dan Brain Gym. Adapun kerangka teori penelitian ini adalah : Brain Gym Gerakan Sederhana Koordinasi Pikiran dan Tubuh Dimensi Lateral dan Dimensi Pemfokusan Cerebrum Dimensi Pemusatan Fungsi kognitif Gambar : 1.1 Diagram Kerangka Teori Penelitian menurut Dennison, (2009).

8 1.5.2 Kerangka konsep Kerangka konsep merupakan bagian dari kerangka teori yang akan menjadi panduan dalam pelaksanaan penelitiaan. Kerangka konsep dalam penelitiaan ini terdiri dari variabel independent (bebas), variabel dependent (terikat) dan variabel confounding (perancu). 1.5.2.1 Variabel independent (bebas) Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat atau yang mempengaruhi stimulus atau input (Sugiyono, 2013). Variabel independent dalam penelitian ini adalah terapi kognitif yakni Brain Gym yang diberikan pada lanjut usia karena terapi kognitif merupakan salah satu jenis psikoterapi yang menekankan dan meningkatkan kemampuan berpikir yang diinginkan (positif) dan merubah pikiran-pikiran yang negatif serta Brain Gym merupakan pelatihan untuk menstimulasi, merelaksasi, dan memfokuskan otak. 1.5.2.2 Variabel dependent (terikat) Variabel dependent atau terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas dan variabel ini sering disebut respon output (Sugiyono, 2013). Variabel dependent dalam penelitiaan ini adalah fungsi kognitif. Variabel dependent

9 akan diukur sebelum dan sesudah diberikan terapi kognitif yakni Brain Gym pada kelompok intervensi. Instrumen pengukuran status kognitif lansia digunakan Mini Mental Status Examination (MMSE). 1.5.2.3 Variabel confounding (perancu) Variabel confounding yang mungkin dalam penelitian ini adalah karakteristik lansia yang mengalami perubahan fisik dan psikososial. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penelitiaan ini adalah usia, perubahan fisik (sakit fisik dan lama sakit), jenis kelamin, dan perubahan aspek psikososial (pendidikan) (Kuntjoro, 2002) Peneliti mencari hubungan antara variabel independent dan dependent melalui sebuah konsep penelitian yang memuat item input berupa pelaksanaan pre-test pada responden, item proses yaitu pemberian Brain Gym pada responden dan item output berupa pelaksanaan post-test pada responden.

10 Variabel Independent Variabel Dependent Brain Gym Sebelum Sesudah Perubahan Skor Fungsi kognitif Ya Tidak Variabel Confounding : 1. Jenis kelamin 2. Tingkat pendidikan 3. Sakit fisik dan lama sakita (Kuntjoro, 2002) Gambar 1.2 : Kerangka Konsep Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

11 1.6 Hipotesis Ho : Tidak terdapat pengaruh intervensi Brain Gym terhadap perubahan fungsi kognitif pada lansia. Ha : Terdapat pengaruh intervensi Brain Gym terhadap perubahan fungsi kognitif pada lansia.