SAMBUTAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KEHUTANAN PADA PEMBUKAAN SEMINAR BENANG MERAH KONSERVASI FLORA DAN FAUNA DENGAN PERUBAHAN IKLIM Manado, 28 Mei 2015 Yang saya hormati: 1. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Utara 2. Para Kepala Pusat Penelitian Pengembangan lingkup Kementerian Kehutanan 3. Para Nara Sumber 4. Perwakilan GIZ 5. Para Kepala UPT Kementerian Kehutanan 6. Para Akademisi 7. Para Pimpinan Perusahaan di Bidang Kehutanan, Praktisi, Penyuluh 8. Para Pejabat Struktural dan Fungsional, Tamu Undangan dan Peserta Seminar yang berbahagia 1
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua Syallom, Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga pada hari yang indah ini kita dapat hadir di tempat ini untuk mengikuti seminar Benang Merah Konservasi Flora dan Fauna dengan Perubahan Iklim. Pemilihan tema ini menurut saya sangatlah relevan mengingat bahwa akhir-akhir ini persoalan deforestasi serta degradasi lahan dan hutan telah menjadi perhatian masyarakat luas. Degradasi dan deforestasi ini mengakibatkan fragmentasi lahan serta semakin tingginya laju kehilangan flora dan fauna, sehingga solusinya perlu kita upayakan bersama. Sementara itu, upaya pengendalian perubahan iklim juga merupakan keniscayaan. 2
Topik pembahasan tentang keterkaitan perubahan iklim dan flora-fauna menjadi sangat penting, karena BPK Manado memfokuskan penelitiannya untuk konservasi flora dan fauna. Para hadirin sekalian, Pada kesempatan yang baik ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal yang penting untuk kita perhatikan bersama: 1. Kementerian Kehutanan pada tahun 2010 telah menetapkan empat belas spesies terancam punah sebagai spesies prioritas utama konservasi. Khusus di Propinsi Sulawesi Utara telah ditetapkan empat satwa endemik Sulawesi untuk ditingkatkan populasinya yaitu: Anoa (Bubalus depressicornis dan Bubalus quarlesi), Babirusa (Babyrousa babyrussa), Maleo (Macrocephalon maleo) dan Yaki (Macaca nigra) merupakan. Penetapan 4 3
Satwa Kunci tersebut harus menjadi acuan utama dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. 2. Riset untuk Peningkatan populasi spesies prioritas tersebut harus komprehensif. Tidak hanya melalui breeding tetapi juga menyangkut semua secara holistik, pembinaan habitat, pembinaan populasi dan habitat, penanggulangan konflik manusia dengan satwa liar, penertiban perburuan dan perdagangan illegal, pelatihan dan peningkatan kapasitas serta pengembangan sistem pangkalan data. Hal ini juga sesuai dengan Indikator Kinerja Program (IKP) nya Ditjen Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem (KSDAE). Apresiasi pada BPK Manado yang telah menginisiasi kegiatan konservasi Anoa dan mengembangkan Anoa Breeding Center. Diwaktu mendatang tidak hanya Anoa tetapi 4
juga 3 spesies lain yang perlu dilindungi khusus di Sulawesi Utara. 3. Selain konservasi fauna, konservasi flora Indonesia juga mendesak untuk dilakukan baik secara in-situ maupun ex-situ. Selain untuk keseimbangan ekosistem, hutan dan terutama pohon adalah penyumbang karbon terbesar. Hadirin yang saya hormati, 4. Salah satu landasan ilmiah yang penting dalam membahas isu perubahan iklim saat ini adalah laporan penilaian keempat (Fourth Assessment Report/AR4), yang diterbitkan oleh IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) pada tahun 2007. Dengan menggunakan berbagai data observasi dan hasil keluaran model iklim global, laporan tersebut menegaskan peran kontribusi kegiatan manusia (faktor antropogenik) yang bisa mengakibatkan 5
peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GHGs) di atmosfer yang mempercepat laju peningkatan temperatur permukaan rata-rata global hingga mencapai 0.74 C. Perubahan iklim juga akan mendampak pada pertanian, perikanan, kesehatan, ekonomi, serta mengancam keberadaan pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir. Karena topik perubahan iklim merupakan topik ilmiah yang perlu terus diupayakan pengembangannya, maka forum seminar ini menjadi penting dalam konteks pengendalian perubahan iklim 5. Dampak perubahan iklim terhadap peningkatan temperatur juga mengakibatkan efek berganda (multiplier efect), seperti percepatan perkembangbiakan nyamuk dan lalat. Sehingga mendorong terjangkitnya penyakit demam berdarah dan disentri. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penyakit 6
manusia disebabkan oleh hewan, dan penyakit pada hewan disebabkan oleh terganggunya keseimbangan ekosistem. Dengan demikian penanggulangan perubahan iklim harus diletakkan pada konteks konservasi dan menjaga keutuhan ekosistem, dan bukan semata-mata untuk perdagangan karbon. Hadirin yang saya hormati, 6. Topik perubahan iklim selain berbasis science dan merupakan isu pembangunan juga berdimensi internasional dan nasional. Oleh karena itu upaya pengendalian perubahan iklim tidak hanya ramai dibahas di tingkat internasional, tetapi juga menjadi penting di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dengan terbentuknya Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim 7
(Perpres 16/2015). Harus disadari pula bahwa upaya pengendalian tersebut tidak cukup hanya dilaksanakan oleh satu Direktorat Jenderal, tetapi harus merupakan upaya bersama yang bersinergi dan terintegrasi. Dalam konteks inilah maka diskusi keterkaitan antara pengendalian perubahan iklim dengan upaya menjaga keutuhan ekosistem serta konservasi flora dan fauna yang kita laksanakan hari ini harus mampu memberikan pemahaman yang sama dan rencana aksi bersama yang lebih konkrit dan dapat dirasakan masyarakat. 7. Satu hal yang sangat menarik, bahwa seminar ini diselenggarakan bertepatan diantara dua hari yang sepatutnya kita peringati bersama. Tanggal 22 Mei yang baru saja berlalu merupakan hari Biodiversitas Dunia, dan pada tanggal 5 Juni mendatang kita akan 8
memperingati hari Lingkungan Hidup Seluruh Dunia. Semangat perayaan peringatan penting tersebut harus menjadi motor untuk mengawali dan terus berperan dalam kegiatan nyata konservasi flora dan fauna demi mencegah semakin ekstrimnya perubahan iklim. Peserta yang saya hormati, Akhirnya dengan mengucapkan Bismillahirrohmanirrohim, seminar ini secara resmi saya nyatakan dibuka. Selamat berdiskusi dan berkarya, semoga seminar ini berlangsung dengan lancar sesuai harapan kita bersama. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Manado, 28 Mei 2015 Kepala Badan Prof. Dr. Ir. San Afri Awang, MSc NIP.19570410 198903 1 002 9