BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang diraih oleh setiap perusahaan. Namun kenyataannya tidak semua

dokumen-dokumen yang mirip
Bisnis indonesia 04/01/2017, hal. 22 Saatnya Utak-atik Portofolio

BAB I PENDAHULUAN. selain perbankan, industri asuransi jiwa meyakinkan Indonesia bahwa asuransi

Bisnis Indonesia 19/07/2016, hal 7 Asuransi Jiwa Premi Jiwasraya Manado Tumbuh 20% EX-CC-AAJI

I. PENDAHULUAN. Kehidupan manusia akan berkembang apabila manusia itu sendiri dapat

Harian Kontan 25/02/2017, Hal. 11 Kerjasama Taspen Life dan Kementerian Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap kompetisi didalamnya. Untuk dapat bertahan dalam persaingan yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan jasa karena akan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Tentu saja Indonesia menjadi pasar yang potensial bagi perkembangan

Bisnis Indonesia 02/09/2016, hal. 21 Monopoli & Upfront Fee Bikin Ngeri EX-CC-AAJI

Media Indonesia 18/08/2016, hal. 26 AAJI Bantu Priwisata Danau Toba EX-CC-AAJI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kinerja Industri Asuransi Jiwa Kuartal III-2016:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha pada dewasa ini telah diwarnai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kepuasan..., Widiana Sasti Kirana, FISIP UI, Universitas Indonesia

MENGENAI AAJI. Kompas, 11/2, hal 2, [Foto] CEO Meeting dan HUT Ke 14 Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia

Bisnis Indonesia 26/04/2017, Hal. 22 Bancassurance Masih Jadi Andalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri asuransi jiwa di Indonesia saat ini semakin berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

Investor Daily 06/01/2017, Hal. 23 Juni, Asuransi Wajib Sampaikan Rencana Single Presence Policy

BAB I. A. Latar belakang. semakin maju semua orang cenderung untuk memikirkan dirinya dimasa depan

Bisnis Indonesia 03/02/2017, Hal. 21 Zurich Topas Rillis Proteksi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat meramalkan apa yang akan terjadi diwaktu yang akan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kontan 29/04/2016, hal.24 Hasil Investasi Jatuh, Laba Tertekan EX-CC-AAJI

Bisnis Indonesia 24/08/2016, hal. 21 Premi Kesehatan Makin Menurun

Bisnis Indonesia 07/02/2017, Hal. 21 AXA Financial Lebarkan Jangkauan

Harian Kontan 04/05/2017, Hal. 24 Ciputra Life Mulai Garap Pasar Grup Usaha

AXA Mandiri Corporate Solutions. solusi asuransi bagi perusahaan dalam mengelola kesejahteraan karyawan. AXA Mandiri Customer Care Centre

BAB 1 PENDAHULUAN. berbeda dalam hal apa yang dijual, namun sama-sama memiliki kesamaan

Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia

Tahun ini ada 5 tantangan industri asuransi jiwa

Harian Kontan 02/02/2017, Hal. 24 Tantangan Asuransi di Tahun Ayam Api

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang berfalsafah Pancasila bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Asuransi Yakin Penuhi Wajib SBN Tahun Ini

BAB 1 PENDAHULUAN. di negara maju, asuransi bukan industri sembarangan karena tidak ada bidang

Warta Ekonomi Oktober 2016, Hal. 38 Pendapatan Premi Jadi Kontributor Capaian Laba

Bisnis Indonesia 01/09/2016, hal. 21 FWD Life Siapkan Produk Baru EX-CC-AAJI

Tahun Ini Perasuransian Akan Rekrut Agen, Ini Rinciannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Perusahaan PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia)

Investor Daily - 22/11/2016, Hal. 23 Kuartal III, Investasi Asuransi Di SBN Tumbuh 44%

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang dirasakan semakin cepat telah membawa


BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri keuangan syariah yang meliputi perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah asuransi dalam bahasa Belanda adalah Verzekering dan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

Sindo 30/05/2017, Hal. 19 MNC Life Luncurkan Program iilucky Reseller

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian


ACE LIFE DAN BANK CTBC LUNCURKAN EMPAT PRODUK BANCASSURANCE

Republika 27/05/2016, hal. 27 (Berita Photo) BNI Life Insurance Unit Usaha Syariah Raih Penghargaan

Rakyat Merdeka 29/11/2016, Hal. 18 Asuransi Syariah Ngarep Sukuk Negara Dirilis Lebih Banyak

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB I LATAR BELAKANG

Bisnis Indonesia 02/05/2016 (KINERJA ASURANSI JIWA) Premi Diproyeksikan Tumbuh 25% EX-CC-AAJI

MENGENAI AAJI. Investor Daily, 12/2, Hal 23, Kontribusi Premi Bancassurance akan Menyamai Keagenan

1. PENDAHULUAN. diberikan kepada masyarakat dalam mengatasi risiko yang terjadi di masa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan pelanggan yang menguntungkan. Dua sasaran pemasaran adalah

Investor Daily 11/05/2016, hal. 24 Allianz Life Syariah Sasar Premi Naik 15% EX-CC-AAJI

Investor Daily 08/12/2016, Hal. 23 Prudential Dan Bank Mestika Jalin Kemitraan Strategis Baru

Majalah Investor Edisi Mei 2016, hal Pergeseran Investasi Asuransi Pasca Kewajiban SBN EX-CC-AAJI

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku keputusan pembelian dan loyalitas merek sudah lama menjadi

Kinerja Industri Asuransi Jiwa Indonesia Meningkat di Kuartal Keempat Total Pendapatan (Income) meningkat 21,7%

TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

BAB I PENDAHULUAN. stakeholdernya. Dengan melakukan komunikasi yang efektif kepada stakeholders,

Investor Daily 10/06/2016, hal. 14 (Berita Photo) Kinerja Prima BNI Life EX-CC-AAJI

BAB I PENDAHULUAN. Nilai pasar semen nasional pada semester I 2012 mencapai IDR (Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. karena ada orang yang harus tetap hidup. Sekarang ini banyak orang mulai

BAB I PENDAHULUAN. PT Asuransi Jiwa Central Asia Raya atau dikenal dengan CAR Life

BAB I PENDAHULUAN. merombak kehidupan perekonomian ke arah yang lebih maju. Hal ini dapat. terjual namun terlalu sedikit konsumen yang membeli.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. kinerja pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan bisnis, terlebih bagi perusahaan lokal. Karena semakin banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. berfokus kepada kebutuhan yang diinginkan oleh konsumen. Perusahaan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk terbesar ke-4 di

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi perorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan dunia bisnis saat ini, maka

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya yang mempunyai pikiran dan perasaan yang membedakannya

Paparan Publik PT Panin Financial Tbk 09 Desember 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Pintar, 2012, h Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 60.

BANCATAKAFUL Potensi dan Tantangan Untuk Pertumbuhan Unit Syariah

Harian Kontan 15/05/2017, Hal. 24 Kinerja Asuransi Jiwa Masih Lesu

BAB II BANCASSURANCE

BAB IV PERAN AGEN DALAM PENINGKATAN VOLUME PENJUALAN POLIS ASURANSI KERUGIAN

Jiwasraya Ditargetkan Kuasai 40% Pasar Asuransi Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pelarian nasabah oleh masyarakat telah jauh berkurang jika

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, persaingan dalam dunia usaha saat ini

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Investor Daily 16/05/2017, Hal. 23 Sequis Life Bukukan Premi Rp 2,9 Triliun

Mempertahankan arah, menjadi lebih kuat.

BAB I PENDAHULUAN. terakhir terus mengalami peningkatan. Puluhan perusahaan lokal maupun

Bisnis Indonesia 06/12/2016, Hal. 21 Mega Jiwa Dorong Bancassurance

BNI LIFE INSURANCE didirikan pada tahun 1996 yang memiliki lini bisnis

PERLINDUNGAN dan PEMBERDAYAAN NASABAH BANK DALAM ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat penjualan produk yang maksimal tentu dijadikan target penjualan oleh setiap perusahaan. Target penjualan produk ini erat kaitannya dengan tingkat keuntungan yang diraih oleh setiap perusahaan. Namun kenyataannya tidak semua produk dapat mencapai tingkat penjualan yang maksimal, karena dihadapkan pada sejumlah masalah penjualan. Sebagian masalah penjualan produk ini terungkap dari tanggungjawab eksekutif pemasaran. Dalam konteks ini persoalannya adalah bagaimana suatu produk itu berproses dalam dinamika pemasaran. (Kotler dan Amstrong, 1997 : 277) Tahap Introduksi mulai ketika produk baru pertama kali diluncurkan. Introduksi membutuhkan waktu, dan pertumbuhan penjualan cenderung lambat. Produk yang terkenal seperti kopi instan, sari jeruk beku, dan bubuk krim kopi selama bertahun-tahun berada dalam tahap hidup enggan mati tak mau sebelum memasuki tahap yang cepat. Dalam tahap ini kalau dibandingkan dengan tahap-tahap lain, perusahaan masih merugi atau berlaba kecil karena penjualan yang lambat dan biaya distribusi serta promosi yang tinggi. Banyak dana perlukan untuk menarik distributor untuk menarik mereka agar mau menumpuk sediaan. Pengeluaran promosi relatif tinggi untuk memberi tahu konsumen tentang produk baru dan mendorong agar mereka mau mencoba. Karena pada umumnya pasar belum siap untuk penyaringan 1

2 produk dalam tahap ini memfokuskan penjualan pada pembeli yang paling siap untuk membeli. (Kotler, 1997 : 327) Sebuah perusahaan mungkin menjalankan satu dari beberapa strategi pemasaran untuk memperkenalkan produk baru. Perusahaan dapat menetapkan level yang tinggi atau rendah untuk setiap variabel pemasaran, seperti harga, promosi, distribusi, dan mutu produk. Dengan hanya memperhatikan harga, dan promosi, misalnya, manajemen mungkin meluncurkan produk baru dengan harga tinggi dan pengeluaran promosi rendah. Harga tinggi mampu meraih laba kotor setinggi mungkin per unit sementara pengeluaran promosi yang rendah menjaga biaya pemasaran rendah. Strategi seperti itu masuk akal kalau ukuran pasar terbatas, ketika sebagian besar konsumen di pasar sudah mengetahui produk dan sedia membayar harga tinggi, dan kalau hanya terdapat sedikit pesaing potensial langsung. Sebaliknya, sebuah perusahaan dapat memperkenalkan produk barunya dengan harga rendah dan pengeluaran promosi tinggi. Strategi ini menjanjikan penetrasi pasar yang paling cepat dan pangsa pasar terbesar. Adalah masuk akal bila pasarnya besar dan pembeli potensialnya peka terhadap harga serta tidak menyadari keberadaan produk, pasti ada persaingan potensial yang kuat, dan biaya produksi per unit turun sejalan dengan skala produksi serta pengalaman manufaktur yang terakumulasi. (Kotler, 1997 : 327)

3 Sebuah perusahaan, terutama pelopor pasar, harus memilih strategi peluncuran yang konsisten dengan keinginan pemosisian produk. Perusahaan harus menyadari bahwa strategi awal hanyalah langkah pertama dalam rencana pemasaran yang lebih utama untuk seluruh daur hidup produk. Bila perusahaan pelopor memilih strategi peluncuran untuk melakukan Pembunuhan, dia akan mengorbankan penghasilan jangka panjang demi keuntungan jangka pendek. Ketika kemudian sang pelopor bergerak melewati tahap-tahap daur hidup, dia harus terus merumuskan penetapan harga baru, promosi, dan strategi pemasaran yang lain. (Kotler, 1997 : 328) Bila berhasil memuaskan pasar, produk baru akan memasuki tahap pertumbuhan, yang ditandai dengan cepat meningkatnya penjualan. Pembeli awal tetap membeli, dan pembeli belakangan akan mulai memikuti pemimpinnya, terutama bila mendengar berita yang mendukung. (Kotler, 1997 : 328) Penjualan adalah interaksi antara individu saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran sehingga menguntungkan bagi pihak lain. Penjualan dapat diartikan juga sebagai usaha yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang bagi mereka yang memerlukan dengan imbalan uang menurut harga yang telah ditentukan atas persetujuan bersama. (Basu Swastha, 2004 : 403) Bagi unit kerja pemasaran yang dibentuk secara khusus untuk melakukan penjualan produk secara progresif seperti misalnya Divisi Telemarketing AXA Mandiri, tuntutan tersebut kini menjadi tantangan aktual bagi divisi tersebut. Tantangan aktual ini mengacu pada kebijakan dan arah berikut :

Pasca tuntasnya penambahan kepemilikan saham Bank Mandiri di AXA Mandiri Financial Service (AXA Mandiri) menjadi 51%, pemasaran produk asuransi AXA akan semakin ekspansif. AXA Mandiri mengincar nasabah baru dari basis data kelompok usaha Bank Mandiri. Saat ini, tercatat sebanyak 400.000 nasabah AXA Mandiri. Nasabah kami minimal bisa 10% dari total nasabah Bank Mandiri dalam dua tahun ke depan, ujar Direktur Utama AXA Mandiri Albertus Wiroyo, Kami (26/8). Tahun 2012 mendatang, AXA Mandiri menargetkan bisa memiliki satu juta nasabah. Sekedar informasi, Bank Mandiri kini memiliki 10 juta nasabah yang tersebar di 1.180 cabang di 300 kota di Indonesia. Menurut Albertus, sinergi ini akan membantu pemasaran produk asuransi AXA Mandiri. AXA Mandiri juga berniat menggarap nasabah dari anak-anak usaha Bank Mandiri lain, seperti Mandiri Tunas Finance dan Bank Sinar Harapan-Bali. Di sisi lain, Bank Mandiri akan mendorong pemasaran produk bancassurance AXA Mandiri. Maklum, sampai hari ini kanal distribusi lewat bank mendominasi pemasaran produk asuransi jiwa AXA Mandiri, porsinya mencapai 80%. Sedangkan sisanya dipasarkan melalui telemarketing. Nanti kami akan menambah tenaga Financial Advisor yang saat ini sebanyak 1.300 orang. Ungkap Albertus. (kontan.co.id, 2010) Kebijakan dan arah perusahaan yang demikian itu agaknya layak diaktualisasikan, karena dua kekuatan di bidang perbankan dan industri asuransi bergabung menyatukan keahlian dengan membangun AXA Mandiri. Sebuah perusahaan asuransi yang bertekad menjadi pilihan nasabah. PT AXA Mandiri Financial Services (AXA Mandiri) berdiri pada Desember 2003 sebagai perusahaan joint venture antara Bank Mandiri dan AXA. Kedua perusahaan memiliki kekuatan dan keahlian besar pada bidang perbankan dan industri asuransi. Izin operasional AXA Mandiri sebagai perusahaan asuransi jiwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor S-071/MK.06/2004 tanggal 11 Februari 2004. (kontan.co.id, 2010) Sampai saat ini AXA Mandiri ini telah melayani nasabah melalui lebih dari 1.000 cabang Bank Mandiri dan 180 cabang Bank Syariah Mandiri tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai perusahaan asuransi jiwa, AXA Mandiri fokus 4

5 memasarkan produk asuransi seperti proteksi, unit link beserta asuransi tambahan, dengan memberikan jaminan alternatif dan perlindungan yang tepat sesuai kebutuhan nasabah. Berbagai saluran distribusi melalui kantor cabang, telemarketing, dan kumpulan menjadi saluran dalam memasarkan beragam produk unggulan AXA Mandiri. Hasilnya, lebih dari 1,7 juta polis telah diterbitkan sampai dengan 2011. AXA Mandiri didukung lebih dari 1.800 Financial Advisor, 250 Telesales Officers, dan 294 karyawan yang berkomitmen menghadirkan produk dan layanan terbaik. Jumlah ini akan terus ditingkatkan seiring peningkatan kebutuhan SDM, jaringan, infrastruktur, ditambah potensi bisnis yang masih besar. (kontan.co.id, 2010) AXA Mandiri meyakini sepenuhnya bahwa teknologi informasi merupakan infrastruktur strategis yang dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam proses bisnisnya secara cepat, akuran, dan efisien. Penggunaan infrastruktur ini merupakan kunci yang memungkinkan implementasi dari sistem inovasi, mengurangi biaya, meningkatkan bargaining power, mendefinisikan kembali, meningkatkan pelayanan dan memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk-produk baru. Teknologi Informasi mempunyai peranan sangat penting dalam menjalankan operasional perusahaan, antara lain : untuk meningkatkan pelayanan kepada para nasabah AXA Mandiri, mendukung pengembangan usaha, mempermudah dan mempercepat proses kerja serta memberikan informasi manajemen yang tepat waktu, akurat untuk mendukung dalam pengambilan keputusan. (kontan.co.id, 2010)

6 AXA Mandiri juga telah menyiapkan IT Strategic Roadmap 2012-2015 untuk memberikan komitmen dalam pelaksanaan inisiatif-inisiatif yang mendukung Strategi Bisnis AMFS di 2012. Inisiatif-inisiatif yang menjadi fokus di IT Strategic Roadmap 2012, antara lain pengembangan infrastruktur untuk mendukung bisnis telemarketing dan pembangunan koneksi B2B bersama rekanan bisnis, pembangunan sistem dan jaringan infrastruktur untuk mendukung bisnis asuransi Grup dan Kesehatan, pengembangan sistem berbasiskan web dan otomatisasi untuk mendukung peningkatan volume bisnis. (kontan.co.id, 2010) Berbagai upaya yang dilakukan AXA Mandiri tersebut menjadikan AXA Mandiri sebagai telemarketing AXA Mandiri nomor 1 di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan penguasaan 45,3% pangsa pasar jalur distribusi melalui telemarketing berdasarkan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) pada tahun 2012. (www.news.bisnis.com) Selain penguasaan pangsa pasar, sebelumnya pada tahun 2009, sejak sistem pemasaran baru diluncurkan, rata-rata penjualan asuransi yang dilakukan Telesales Officers mencapai Rp. 40 Miliar perbulan. (www.entertainment.kompas.com), tidak hanya sampai disitu, tingkat penjualan Telesales Officers dari tahun ke tahun meningkat dengan sangat signifikan, sebagaimana dilansir (www.swa.co.id) bahwa tingkat penjualan premi pada tahun 2010 sebesar Rp. 275 Miliar, dan semakin meningkat yaitu pada tahun 2011 dengan penjualan premi TSO hampir Rp. 500 Miliar. Mengacu pada kebijakan bahwa pada tahun 2012 AXA Mandiri yang menargetkan bisa memiliki satu juta nasabah, dan dengan meyakini sepenuhnya bahwa teknologi informasi merupakan infrastruktur strategis yang

7 dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam proses bisnisnya secara cepat, akuran, dan efisien, maka dengan sendirinya pencapaian tingkat penjualan produk yang setinggi-tingginya menjadi tantangan yang sangat aktual. Tantangan dalam penjualan produk ini tentu menimbulkan sejumlah konsekuensi. Konsekuensi yang dimaksud bisa terkait dengan peran strategis sumber daya manusia, sumber daya perusahaan lainnya, dan bisa juga terkait dengan sumber daya teknologi yang diaplikasikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Jika dicermati secara mendalam, ternyata proses penjualan produk AXA Mandiri yang dilaksanakan oleh Divisi Telemarketing AXA Mandiri dan secara teknis dilakukan oleh Telesales Officers (TSO) tampak menunjukkan pentingnya kompetensi TSO dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi informasi untuk memikat nasabah dan mencapai omset penjualan produk yang sebanyakbanyaknya. 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah Dari uraian yang dipaparkan terungkap bahwa kompetensi Telesales Officers merupakan faktor penting dalam penjualan produk AXA Mandiri. Mengenai kompetensi ini, Spencer & Spencer (1993:9) mengatakan ada lima karakteristik kompetensi yaitu motives, traits, self-concept, knowledge, dan skills. Spencer & Spencer (1993:9) menjelaskan kelima karakteristik kompetensi tersebut berikut :

8 Motives adalah hal-hal yang secara konsisten terpikirkan oleh seseorang dan menyebabkan ia melakukan suatu tindakan. Motif dapat juga diartikan sebagai dorongan langsung perilaku dalam melakukan tindakan tertentu atau mencapai tujuan-tujuan tertentu. Misalnya kita belajar agar mendapatkan ilmu, kita bekerja dengan tujuan mendapatkan penghasilan atau pengalaman, dsb. Traits adalah karakteristik fisik dan respons-respons yang konsisten terhadap situasi yang informatif. Karena traits adalah sifat bawaan seseorang, maka dengan sendirinya traits merupakan faktor internal seseorang yang menjadi cermin karakteristik bagaimana ia berperilaku. Self-concept adalah sikap, nilai, atau citra diri seseorang. Misalnya : percaya diri, keyakinan seseorang bahwa ia dapat efektif dalam hampir setiap situasi adalah sebagian dari konsep diri seseorang. Knowledge adalah informasi yang dimiliki oleh seseorang dalam konten yang spesifik. Pengetahuan yang dimiliki seseorang adalah suatu kapasitas informasi yang terolah dari proses pendidikan dan pengalaman serta pandangan dan harapannya. Pengetahuan ini sering dijadikan tolok ukur dalam penilaian kompetensi. Skills adalah Kemampuan seseorang untuk melaksanakan suatu tugas atau pekerjaan baik secara fisik maupun mental. Dengan dukungan teori kompetensi dari Spencer & Spencer, maka ruang lingkup atau masalah yang dijadikan obyek penelitian adalah analisis motives, traits, self-concept, knowledge, dan skills Telesales Officers terhadap penjualan produk AXA Mandiri, baik secara parsial maupun secara bersama-sama.

9 1.2.2 Rumusan Masalah Berdasarkan penetapan batasan masalah tersebut, rumusan masalah diajukan dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian (research questions) sebagai berikut : 1. Apakah kompetensi komunikasi yang mencakup motives, traits, self-concept, knowledge, dan skills Telesales Officers, meningkatkan penjualan produk AXA Mandiri? 2. Bagaimana kompetensi komunikasi Telesales Officers dalam melakukan penjualan produk AXA Mandiri? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Dengan pertanyaan-pertanyaan penelitian tersebut maka penelitian dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar eksplanasi kompetensi motives, traits, self-concept, knowledge, dan skills Telesales Officers secara parsial dan secara bersama-sama terhadap penjualan produk AXA Mandiri. Dengan maksud penelitian yang demikian itu maka tujuan penelitian adalah berikut : 1. Menganalisis dan mengkonfirmasikan tingkat kompetensi komunikasi yang mencakup motives, traits, self-concept, knowledge, dan skills Telesales Officers, dalam meningkatkan penjualan produk AXA Mandiri. 2. Menjelaskan kompetensi komunikasi Telesales Officers dalam melakukan penjualan produk AXA Mandiri.

10 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari seluruh rangkaian aktivitas penelitian serta hasil penelitian adalah sebagai berikut : 1.4.1 Manfaat Teoritis Bagi perguruan tinggi, hasil penelitian diharapkan bila diterima menjadi dokumen akademik dan bermanfaat menjadi kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama pengembangan ilmu komunikasi. Bagi mahasiswa, hasil penelitian diharapkan bisa dijadikan referensi studi dan bisa mengembangkannya ke dalam suatu konsep penelitian yang mendalam dan komprehensif. 1.4.2 Manfaat Praktis Bagi pihak yang diteliti, hasil penelitian diharapkan berkenan diterima sebagai masukan oleh Divisi Telemarketing AXA Mandiri yang bermanfaat untuk meningkatkan omset penjualan produk-produk AXA Mandiri. Bagi pihak-pihak lainnya yang berkepentingan dengan hasil penelitian, diharapkan hasil penelitian bisa juga acuan praktis peningkatan efektivitas manajemen pemasaran produk-produk asuransi.