TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA. atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bovidae didomestikasi dari leluhurnya yang masih liar yaitu Bos javamicus/bibos banteng atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Susilorini, dkk (2010) sapi Bali memiliki taksonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. relatif lebih kecil dibanding sapi potong lainnya diduga muncul setelah jenis sapi

I. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

PENDAHULUAN. cukup besar, tidak hanya keanekaragaman flora tetapi juga faunanya. Hal ini

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

Bibit sapi potong - Bagian 3 : Aceh

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali (Bos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

Penyimpangan Bobot Badan Dugaan Mohammad Firdaus A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p Online at :

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

SAPI RAMBON (Trinil Susilawati, Fakultas peternakan Universitas Brawijaya)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

TINJAUAN PUSTAKA. dimiliki dapat diturunkan ke generasi berikutnya. Sapi potong merupakan salah

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2841/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN SAPI PERANAKAN ONGOLE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan febuari 2013, yang berlokasi

Bibit sapi Bali SNI 7355:2008

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan dewasa kg, panjang badan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. ternak dalam suatu usahatani atau dalam suatu wilayah. Adapun ciri keterkaitan

MODEL PEMBIBITAN SAPI BALI DI KABUPATEN BARRU PROPINSI SULAWESI SELATAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Kuda (Equus caballus) yang saat ini terdapat di seluruh dunia berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan adalah ternak kambing. Kambing merupakan ternak serba guna yang

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 2389/Kpts/LB.430/8/2012 TENTANG PENETAPAN RUMPUN DOMBA SAPUDI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 359/Kpts/PK.040/6/2015 TENTANG PENETAPAN RUMPUN KAMBING SABURAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

MATERI DAN METODE PENELITIAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan sapi perah FH laktasi dengan total 100 ekor yaitu

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

Bibit sapi potong - Bagian 2: Madura

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kambing merupakan hewan-hewan pertama yang didomestikasi. oleh manusia. Diperkirakan pada mulanya pemburu-pemburu membawa

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Prosedur

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus) yang telah mengalami proses domestikasi atau penjinakan selama bertahun-tahun. Proses domestikasi yang cukup lama diduga sebagai penyebab ukuran tubuh sapi Bali lebih kecil dibanding dengan Banteng. Sapi Bali jantan dan betina dilahirkan dengan warna bulu merah bata dengan garis hitam disepanjang punggung yang disebut dengan garis belut. Setelah dewasa kelamin, warna sapi Bali jantan berubah menjadi kehitam-hitaman, sedangkan warna sapi Bali betina relatif tetap. Pada umumnya Sapi Bali tidak berpunuk, keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna putih. Sapi Bali ( Bos sundaicus) merupakan sapi yang berdarah murni karena merupakan hasil domestikasi (penjinakan) langsung dari banteng liar. Banteng liar tersebut masih dapat ditemukan dihutan Taman Nasional Bali Barat, Ujung Wetan (Jawa Timur), dan Ujung Kulon (Jawa Brat). Sapi Bali jantan dan betina dibagian tulang kanonnya memiliki warna putih dan serta memliki setengah lingkaran warna putih pada bagian pantatnya dan terdapat garis atau bulu hitam disepanjang punggungnya (Bandini, 1999). Sapi Bali telah menyebar luas diseluruh pelosok tanah air yang ada di Indonesia. Meskipun masih tetap terkonsentrasi di pulau Bali. Sampai saat ini kemurnian sapi Bali masih terjaga karena ada undang-undang yang mengatur pembatasan masuknya jenis sapi lain ke pulau Bali. Sapi Bali merupakan sapi 4

lokal dengan kemampuan produksi yang cukup tinggi. Upaya peningkatan produktifitas sapi Bali tidak dapat lepas dari upaya pengaturan dinamika populasi seperti tingkat kelahiran, pemotongan dan kematian (Yuliani, 2001). Menurut Sudarmono dan Sugeng (2008) menyatakan ciri -ciri sapi Bali menyerupai banteng tetapi tubuhnya berukuran lebih kecil akibat proses domestikasi diantaranya dalam dada, bentuk badannya kompak tidak berpunuk seolah-olah tidak bergelambir, bertanduk agak pendek. Dibandingkan dengan sapi-sapi lain, sapi Bali lebih agresif terutama sapi Bali jantan. Bandini (1999) menambahkan bahwa di samping ciri-ciri umum tersebut di atas, sapi Bali jantan dan betina juga memiliki ciri-ciri spesifik terlihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Ciri-ciri spesifik yang dimiliki oleh sapi Bali jantan dan betina adalah sebagai berikut No Karakter Sapi Jantan Sapi Betina 1 Warna Hitam (kecuali bagian kaki dan pantat). 2 Tanduk Keluar dari bagian kepala Mengarah kesamping atas dan membekok keatas dalam. Merah bata (kecuali bagian kaki dan pantat). Kedalam dari bagian kepala mengarah kesampaing atas membengkok keatas tengah. 3 Penampilan tubuh Tubuh lebih besar dari sapi betina, berat badan sapi dewasa rata-rata 350 kg-450 kg. Tubuh lebih kecil dari sapi betina, berat badan sapi dewasa rata-rata 250 kg-350 kg. 2.2. Ciri-ciri Fisik Sapi Bali Sapi Bali mempunyai ciri-ciri fisik yang seragam, dan hanya mengalami perubahan kecil dibandingkan nenek moyangnya yaitu banteng. Warna sapi bali jantan adalah coklat tetapi setelah berumur 12-18 bulan warnanya berubah 5

menjadi agak gelap sampai mendekati warna hitam pada saat dewasa, sapi jantan yang dikastrasi akan tetap berwarna coklat. Warna sapi betina pada saat masih muda biasanya coklat muda dengan garis hitam tipis terdapat disepanjang tengah punggungnya dan warna sapi betina ini akan tetap tidak berubah hingga dewasa. Perkembangan pada sapi Bali dapat dilihat dari ciri-ciri fenotipnya yang dapat diamati atau dilihat secara langsung, seperti tinggi, panjang, berat dan panjang bulu, warna dan pola warna tubuh, perkembangan tanduk dan sebagainya. Hardjosubroto dan Astuti, (1993) Disamping ciri-ciri umum terdapat diatas, sapi Bali juga ditemukan beberapa pola warna yang menyimpang seperti dikemukakan oleh Hardjosubroto dan Hardjosubroto dan Astuti (1999) sebagai berikut: 1. Sapi tutul adalah sapi Bali yang bertutul-tutul pada bagian tubuhnya. 2. Sapi panjut adalah sapi Bali yang ujung ekornya bewarna putih. 3. Sapi cundang adalah sapi Bali yang didahinya bewarna putih. 4. Sapi Bang adalah sapi Bali yang kaos putih pada kakinya bewarna merah. 5. Sapi injin adalah sapi Bali yang bulu tubuhnya hitam sejak kecil dan warna bulu telinga bagian dalam juga hitam, pada yang jantan sekalipun dikasih kebiri tidak terjadi perubahan warna. 6. Sapi mores adalah sapi Bali dibagian bawah perut terdapat warna hitam dan merah. Menurut Talib (1984) menyatakan sapi Bali memiliki bentuk yang relatif persegi dan simetris. Bentuk tubuh membesar kearah depan, menunjukkan 6

kesamaannya bahwa sapi bali berasal dari banteng liar. Bandini (1999) menambahkan bahwa sapi Bali memiliki ukuran lebih kecil dari banteng. Bentuk badan memanjang dan padat serta dada dalam. Bulu sapi Bali umumnya pendek, halus, dan licin, kulit berpigmen dan halus, kepala lebar dan pendek dengan dahi datar, telinga berukuran sedang dan berdiri. 2.3. Penampilan Ternak Penampilan seekor ternak merupakan hasil dari pengaruh faktor keturunan dan pengaruh komulatif dari faktor lingkungan yang dialami oleh ternak. Diwyanto (1982) menyatakan bahwa penampilan seekor hewan adalah suatu proses pertumbuhan yang berkesinambungan dalam seluruh hewan tersebut. Setiap komponen tumbuh mempunyai kecepatan pertumbuhan atau perkembangan yang berbeda-beda, karena pengaruh genetik atau lingkungan. Ukuran permukaan dan bagian tubuh hewan mempunyai banyak kegunaan, karena dapat menaksir bobot tubuh dan karkas serta memberi gambaran bentuk tubuh hewan sebagai ciri khas suatu bangsa ternak tertentu. Hardjosubroto (1994) menyatakan bahwa faktor genetik ternak menentukan kemampuan yang dimiliki oleh seekor ternak, sedangkan faktor lingkungan memberi kesempatan kepada ternak untuk menampilkan kemampuannya, ternak tidak akan menunjukkan penampilan yang baik apabila tidak dipelihara dan didukung oleh lingkungan yang baik. Sebaliknya lingkungan yang baik tidak akan menjamin penampilan, apabila ternak tidak memiliki mutu genetik yang baik. Williamson et al. (1993) menambahakan bahwa lingkungan biotik mempengaruhi penampilan sapi potong melalui tingkat efisiensinya, sapi potong 7

yang mendapat pakan yang terjamin akan mampu menampilkan efisiensi penampilan secara maksimal. 2.4. Sifat Kualitatif Riyanto dan Purbowati (2009) menyatakan sifat kualitatif adalah suatu sifat individu yang dapat diklasifikasikan kedalam satu dari dua kelompok atau lebih, dan pengelompokan itu berbeda jelas sama lain. Sifat kualitaif juga dapat diartikan sebagai sifat luar yang tampak atau terlihat secara lansung seperti: 1. Umur dan jenis kelamin Umur dan jenis kelamin mempengaruhi perubahan warna sapi dari umur 12-18 bulan sampai mendekati hitam pada saat dewasa, kecuali sapi jantan yang dikastrasi tetap bewarna coklat. 2. Warna Sapi Bali jantan bewarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi Bali betina. Warna bulu sapi Bali jantan biasanya berubah dari warna merah bata menjadi coklat tua atau hitam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin. Warna hitam dapat berubah menjadi cokoat tua atau merah bata apabila sapi itu dikebiri. 3. Bentuk pertumbuhan tanduk Bentuk pertumbuhan tanduk agak dibagian luardari kepala mengarah latero-dorsal dan membelok ke dorsal-cranial. 4. Garis muka dan punggung sapi 8

Pada punggung selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor. 2.5. Sifat kuantitatif Santosa (2008). Menyatakan bahwa sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur dari ternak yang memiliki derajat dan sifat yang dapat diamati atau terlihat dari tubuh ternak itu sendiri seperti: 1. Panjang badan, diukur dengan cara membentang mistar ukur mulai dari sendi bahu (humerus) sampai benjolan tulang tapis (tuiber isch. 2. Tinggi pundak, diukur dari bagian tertinggi pundak tegak lurus sampai ketanah dengan menggunakan tongkat ukur. 3. Lingkar dada, diukur dengan cara melingkari pita ukur pada tubuh ternak tepat di belakang kaki depan. Pita ukur harus dikencangkan sehingga pita ukur pada bagian dada terasa. 4. Tinggi Pinggul, diukur dari bagian tertinggi pinggul tegak lurus sampai ketenah dengan menggunakan tongkat ukur. 5. Dalam Dada, pengukuran dilakukan dengan mengukur jarak antara titik tertinggi pundak dan tulang dada. 2.6. Pertumbuhan dan Perkembangan Tubuh Ternak Riyanto dan Purbowati (2009) menyatakan bahwa Pertumbuhan adalah perubahan bentuk atau ukuran seekor ternak yang dapat dinyatakan dengan 9

panjang, volume atau masa. Pertumbuhan dapat dinilai dengan semakin bertambahnya tinggi, panjang, ukuran lingkar dan bobot badan yang terjadi pada seekor ternak. Pertumbuhan sapi merupakan pertambahan bobot badan dan perkembangan dari bagian-bagian tubuh. Proses pertumbuhan pada sapi dimulai semenjak terjadinya pembuahan dalam uterus, lalu lahir, dan kemudian mengalami masa remaja atau pubertas hingga menjadi dewasa. Pertumbuhan yang cepat terjadi pada priode lahir hingga usia penyapihan dan pubertas (sekitar umur 10-8 bulan). Ditambahkan Pane (1986) bahwa pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu faktor yang penting dalam pemuliabiakan ( breeding). Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan umur dan dapat dilukiskan sebagai garis atau gambaran sigmoid (bentuk S). perkembangan lebih banyak ditentukan oleh perubahan proporsi berbagai bagian tubuh hewan sejak embrio hingga dewasa. Yasin (1993) menyatakan pertumbuhan ternak biasanya dinyatakan dengan adanya perubahan bobot hidup, perubahan tinggi atau panjang badan. Makin berat kenaikan bobot badan per hari makin baik pertumbuhannya. Secara genetis, pertumbuhan dibatasi sampai pada dewasa tubuh. Untuk sapi Bali biasanya bobot sesudah dewasa tubuh, terjadi karena adanya penimbunan lemak secara populer disebut penggemukan. Pertumbuhan akan menurun setelah usia pubertas sampai dewasa hingga usia jual. Sudarmono dan Sugaeng (2008) menambahkan bahwa faktor pakan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan pertumbuhan. Kekurangan pakan merupakan kendala besar dalam proses pertubuhan. Terlihat apabila dalam pakan 10

tersebut banyak zat-zat pakan maka pertumbuhan akan subur atau gemuk. Pakan harus tersedia protein yang cukup berpungsi sebagai pertumbuhan jaringan otot, apabila dalam pakan protein tidak mencukupi maka pertumbuhan tidak maksimal. 2.7. Pengukuran Tubuh Sapi Bali Santosa (2008) menyatakan bahwa pengukuran tubuh ternak dapat dipergunakan untuk menduga bobot badan seekor ternak dan seringkali digunakan sebagai parameter teknis penentuan sapi bibit. Ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya panjang badan dan lingkar dada. Lingkar dada diukur dengan pita meter melingkar dada sapi tepat dibelakang siku. Panjang badan diukur secara lurus dengan menggunakan tongkat ukur dari sendi bahu (humerus) sampai benjolan tulang tapis (tuber ischii). Tinggi pundak diukur lurus dengan tongkat ukur dari titik tertinggi pundak sampai tanah. Djagra (1994) menambahkan bahwa ukuran ukuran tubuh perlu diketahui untuk mengetahui produktivitas ternak Menurut Sudirman (2005) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa model persamaan garis regresi yang diperoleh sangat baik digunakan untuk menduga bobot badan sapi Bali jantan. Berdasarkan koefisien persamaan garis regresinya dapat diketahui bahwa perubahan bobot badan sapi Bali jantan yang berumur 3-5 tahun lebih ditentukan oleh perubahan lingkar dada dari pada perubahan panjang badanya. Bobot badan suatu ternak sangat penting diketahui karena sangat menentukan harga jual atau daya beli sapi tersebut. Sitorus (2008) menyatakan bahwa keragaman ukuran-ukuran tubuh menggambarkan tingginya kesamaan 11

morfometrik suatu kelompok dan rendahnya variasi ukuran tubuh yang menyusun kompermasi bentuk tubuh. Menurut Guntoro, (2002). Ukuran dari organ tubuh tertentu jika dikaitkan dengan umur akan menggambarkan perkembangan tubuh dan produktifitas (pertumbuhan). Adapun ukuran tubuh sapi Bali pejantan muda umur 2-3,5 tahun, panjang badan adalah 127 cm, tinggi pundak 112 cm, lingkar dada 185 cm dan untuk sapi Bali dewasa umur lebih dari 4 tahun (4-8 tahun) panjang badan 144 cm, tinggi pundak 126 cm dan lingkar dada 193 cm. sedangkan untuk ukuran tubuh sapi Bali betina muda umur 2-3,5 tahun, panjang badan adalah 116 cm, tinggi pundak 105 cm, lingkar dada 162 cm dan untuk sapi Bali betina dewasa umur lebih dari 4 tahun (4-8 tahun), panjang badan 140 cm, tinggi pundak 123 cm dan lingkar dada 170 cm. Menurut Pane (1991) Berat sapi Bali jantan dewasa sekitar 400 kg, Panjang badan 140 cm, tinggi pundak 127 cm, lingkar dada 192 cm. berat sapi Bali betina dewasa sekitar 260 kg, panjang badan 120 cm, tinggi pundak 114 cm, lingkar dada 165 cm. 12