GASTER Vol. 11 No. 2 Februari Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
KONTRIBUSI PERSEPSI DAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH PEDESAAN. Lilik Hidayanti 1, Nur Lina

Lampiran Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman lain atau disebut dengan ASI Eksklusif dapat memenuhi

Kata Kunci: Sikap Ibu, Dukungan Suami, Pemberian ASI Eksklusif

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP PEMBERIAN ASI DI KELURAHAN GONDORIYO NGALIYAN SEMARANG

FAKTOR DETERMINAN RENDAHNYA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi

ASI ADALAH ANUGERAH LUAR BIASA YANG DIBERIKAN TUHAN KEPADA MANUSIA KENAPA BANYAK ORANG TUA TIDAK MEMBERIKAN ASI

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG ASI EKSKLUSIF PADA IBU BEKERJA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

Nisa khoiriah INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. data yang menggunakan pendekatan Retrospektif yaitu, melihat ke

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Luas wilayah seluruhnya yaitu 1.357,24 km 2. Puskesmas Urangagung adalah gedung Puskesmas Induk, Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

PERBEDAAN BERAT BADAN BAYI PENGGUNA ASI EKSLUSIF DENGAN ASI TIDAK EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL BANJARMASIN

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

KUESIONER FAKTOR-FAKTORYANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WALANTAKA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengelolaan progam kesehatan. Pada saat ini AKI dan AKB di Indonesia

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

PERAN SERTA SUAMI DALAM PROSES MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOGONALAN KLATEN. Sugita Dosen Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan ABSTRAK

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF BIDAN TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA0-6

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat pekerja mempunyai peranan & kedudukan yang sangat

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN DUKUNGAN MERTUA DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI PUSKESMAS SEWON I BANTUL BULAN DESEMBER 2013 JULI 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF BERDASARKAN STATUS BEKERJA IBU YANG MEMILIKI BAYI USIA 6-11 BULAN DI WILAYAH KERJAPUSKESMAS KARANGAWEN 1 KABUPATEN DEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PUTING SUSU LECET TERHADAP PENERAPAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS KEBAKKRAMAT I KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menempuh, menemui, mengarungi, menyebrangi, menanggung, mendapat,

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA DI POSYANDU AMBARSARI, GAMPING I, SLEMAN TAHUN 2015

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ikatan kasih sayang (bonding) antara ibu dan anak. Proses menyusui secara alami

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. ASI (Air Susu Ibu) adalah nutrisi terbaik untuk bayi yang baru lahir, karena memiliki

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

PERBEDAAN STATUS GIZI BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DENGAN TIDAK ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS TAROKAN KABUPATEN KEDIRI

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Hubungan Rawat Gabung Dengan Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Normal Di Irina D Bawah BLU RSUP Prof. Dr. R. D.

II. METODE PENELITIAN

Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Volume 2, Nomor 2, September 2016 ISSN X

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN IBU HAMIL DENGAN KESEHATAN JANIN TRIMESTER II DI RSIA KUMALA SIWI JEPARA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan

KARAKTERISTIK IBU MEYUSUI DALAM PEMBERIAN ASI. Danik Riawati Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

KELUARGA DENGAN SIKAP IBU DALAM MEMBERIKAN KOLOSTRUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Transkripsi:

PERBEDAAN STATUS EKONOMI DAN DUKUNGAN SUAMI ANTARA KELOMPOK IBU YANG MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DAN IBU YANG TIDAK MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS WONOGIRI II Wahyuningsih Akademi Giri Husada Wonogiri Abstrak Pendahuluan: Setiap Ibu melahirkan dianjurkan dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya, kecuali dalam kondisi tertentu, seperti adanya indikasi medis; ibu tidak ada atau ibu terpisah dari bayi. Suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran refleks pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu. Melalui survey pendahuluan di Puskesmas Wonogiri II, hanya 35,27% ibu yang menyusui secara eksklusif. Salah satu sebabnya adalah kurangnya informasi mengenai tentang ASI eksklusif baik ibu, suami dan keluarga sehingga hal ini menyebabkan kurangnya dukungan suami dalam memberikan ASI eksklusif. Tujuan: mengetahui perbedaan status ekonomi dan dukungan suami antara kelompok ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri II. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah survey dengan pndekatan kasus control. Pengambilan sampel dengan mnggunakan consecutive sampling. Sampel yang digunakan 87 responden yang terdiri dari 29 responden kasus dan 58 responden kontrol sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Penelitian menggunakan analisa data univariat, bivariat dan multivariat. Pada analisa bivariat menggunakan uji wilcoxon dan pada analisa multivariate menggunakan uji regresi logistic ganda. Hasil: Status ekonomi dan dukungan suami secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan/memprediksi keputusan responden dalam memberikan ASI eksklusif. Namun perbedaan antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan tidak memberi ASI eksklusif bukan hanya dipengaruhi oleh status ekonomi dan dukungan suami saja, melainkan ada faktor lain yakni pendidikan ibu dan pekerjaan ibu. Kesimpulan: selain dukungan suami, cakupan pemberian ASI eksklusif dipengaruhi pula oleh tingkat pendidikan ibu karena semakin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan semakin baik sehingga informasi tentang ASI eksklusif semakin banyak. Jenis pekerjaan juga berpengaruh pada pemberian ASI eksklusif. Ibu yang bekerja akan menggantikan ASI dengan susu formula selama bayi ditinggal bekerja, berbeda sedangkan pada ibu yang tidak bekerja akan memiliki banyak waktu untuk bersama anak sehingga frekwensi pemberian ASI ekslusif lebih banyak. Kata kunci: status ekonomi, dukungan suami, pemberian ASI eksklusif 38

A. PENDAHULUAN Menyusui ditengarai dapat menurunkan risiko bayi terkena infeksi akut dan penyakit kronis di masa mendatang. Karena itu, setiap Ibu melahirkan dianjurkan dapat memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif kepada bayinya, kecuali dalam kondisi tertentu, seperti adanya indikasi medis; ibu tidak ada atau ibu terpisah dari bayi (Kemenkes RI, 2012). Lancarnya proses menyusui tidak luput dari peran suami. Kehadiran suami memberikan makna tersendiri untuk sang ibu dan bayi (Ekasari, 2010). Keluarga terutama suami merupakan bagian penting dalam keberhasilan atau kegagalan menyusui, karena suami menentukan kelancaran refelks pengeluaran ASI (let down reflex) yang sangat dipengaruhi oleh keadaan emosi dan perasaan ibu (Roesli. 2007). Seperti yang telah kita ketahui bersama, ASI eksklusif sangat bermanfaat baik bagi bayi, ibu, maupun keluarga. Manfaat ASI eksklusif dipandang dari manfaat bagi bayi antara lain; ASI merupakan nutrisi dengan kualitas terbaik dan kuantitas yang cukup sampai usia bayi 6 bulan bahkan 2 tahun. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, dari penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur. ASI dapat meningkatkan kecerdasan anak, ASI dapat pula meningkatkan jalinan kasih saying antara Ibu dan bayinya (Roesli, 2007). Manfaat ASI eksklusif dipandang dari manfaat bagi ibu antara lain; dapat mencegah perdarahan post partum dan membantu involusi uterus, dan memperkecil resiko terjadinya kanker payudara. Lalu manfaat ASI eksklusif dipandang dari manfaat bagi keluarga antara lain lebih ekonomis, maksudnya tidak perlu biaya untuk membeli susu formula, ASI lebih praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol, dan dot yang harus selalu dibersihkan untuk memberi minum bagi bayi (Suradi, 2004). Mengutip Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2004 2009, Menteri Kesehatan menyatakan cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0 6 bulan), meningkat dari 58,9% (2004) menjadi 61,3% (2009). Demikian pula dengan cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif terus menerus dari usia 0 sampai 6 bulan, meningkat dari 19,5% pada tahun 2005 menjadi 34.3% pada tahun 2009. Wakil Gubernur Jawa Tengah, Dra Hj. Rustriningsih, M.Si mengatakan pemberian 39

ASI Eksklusif masih memprihatinkan. Data yang diperoleh tahun 2010 menyebutkan Ibu yang menyusui bayinya hanya sekitar 37,44% dan pada tahun 2011 mencapai 45,86 %. Di Kabupaten Wonogiri, pada tahun 2011 dari cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 42,92 %. Pemantauan kesehatan ibu dan anak dalam wilayah kerja Puskesmas Wonogiri II dilaksanakan melalui kegiatan Posyandu setiap 1 bulan sekali di masing-masing desa. Diantara keseluruhan ibu menyusui tersebut, sesuai pemantauan bidan setempat 100% ibu menyusui bayinya, dan untuk pemberian ASI eksklusif hanya sebesar 29,54 % saja. Penyebab dari kurangnya cakupan ASI eksklusif antara lain karena ibu harus kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga, adanya adat kebiasaan yang keliru tentang ASI dan kurangnya informasi tentang ASI eksklusif baik ibu, suami serta keluarga. Sehingga hal terakhir inilah yang membuat keluarga terutama suami kurang mendukung dalam pemberian ASI eksklusif (Komunikasi personel dengan KaSie Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten tanggal 10 Oktober 2012). Data tentang status ekonomi peneliti dapatkan dari 6 kelurahan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri II. Dari 6 kelurahan tersebut, peneliti tidak menemukan data tentang status ekonomi. Status ekonomi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri II disajikan dalam bentuk status keluarga dengan indikatorindikator tertentu untuk memudahkan kader mengukur tingkat kesejahteraan keluarga. Adapun hasil yang bisa peneliti sajikan adalah sebagai berikut: jumlah keluarga pra sejahtera di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri II adalah 500 KK, keluarga sejahtera I adalah 304 KK, keluarga sejahtera II adalah 1631 KK, keluarga sejahtera III adalah 7241 KK, dan keluarga sejahtera III plus adalah 754 KK. Data pemantauan ASI eksklusif di Puskesmas Wonogiri II dilakukan 6 bulan sekali pada bulan Februari dan Agustus setiap tahun. Data bulan Februari 2012, cakupan ASI eksklusif adalah 31,56 % dari 225 bayi. Sedangkan bulan Agustus 2012 cakupan ASI eksklusif sebesar 35,27 % dari 207 bayi. Dari data di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: perbedaan status ekonomi dan dukungan suami antara kelompok ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri II tahun 2013. 40

Hipotesis penelitian ini adalah Dari teori yang telah dikemukakan di atas, hipotesis yang bisa disusun adalah: (1) Ada perbedaan status ekonomi antara kelompok ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif (2) Ada perbedaan dukungan suami antara kelompok ibu yang memberikan ASI eksklusif dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif. B. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan pendekatan kasus kontrol Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Wonogiri II pada bulan Januari 2013. Populasi dalam penelitian adalah suami dari ibu menyusui baik eksklusif maupun tidak eksklusif sebanyak 207. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Consecutive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 87 responden. Penelitian ini terdiri dari 4 variabel yaitu variabel bebas yakni status ekonomi (X 1 ) dan dukungan suami (X 2 ) dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah Kelompok ibu yang memberikan ASI eksklusif (Y 1 ) dan ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif (Y 2 ). Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan data primer berupa hasil pengisian kuesioner tentang status ekonomi dan dukungan suami. Kuesioner status ekonomi mengacu dari Badan Pusat Statistik, sehingga peneliti tidak melakukan uji validitas kuesioner tentang status ekonomi. Kuesioner tentang dukungan suami diuji validitaskan di Puskesmas Wonogiri I pada tanggal 4 sampai 8 Januari 2013 dengan 30 responden. Hasil uji validitas didapatkan hasil bahwa semua item kuesioner dukungan suami valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrument penelitian Hasil data penelitian univariat disajikan dalam bentuk deskriptif. Untuk data bivariat diolah menggunakan uji wilcoxon, dan data multivariat diolah dengan uji regresi logistic ganda. C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden a. Pendidikan Suami Tabel 1. Distribusi frekwensi tingkat pendidikan suami Tingkat Pendidikan Jumlah % S3 1 orang 1.1% S1/D4 17 orang 19.6 % D3/D1 9 orang 10.4 % SMA 56 orang 64.5 % SMP 2 orang 2.2 % Dilanjutkan... 41

Lanjutan Tabel 1. SD 2 orang 2.2 % Jumlah 87 orang 100 % Berdasarkan sampel yang peneliti dapatkan, dari 87 responden penelitian, tingkat pendidikan suami tertinggi adalah SMA yakni 67.82%. b. Pekerjaan Suami Tabel 2. Distribusi frekwensi jenis pekerjaan suami Jenis Pekerjaan Jumlah % PNS 8 orang 9.20 Swasta 70 orang 80.50 Dagang 4 orang 4.60 Wiraswasta 3 orang 3.40 Nelayan 2 orang 2.30 Jumlah 30 orang 100 Berdasarkan sampel yang peneliti dapatkan, dari 87 responden penelitian, jenis pekerjaan suami tertinggi adalah swasta yakni 80.46%. c. Pendidikan Ibu Tabel 3 Distribusi frekwensi tingkat pendidikan ibu Tingkat Pendidikan Jumlah % S1/D4 24 orang 27.60 D3/D1 2 orang 2.20 SMA 48 orang 55.30 SMP 12 orang 13.80 SD 1 orang 1.10 Jumlah 30 orang 100 Berdasarkan sampel yang peneliti dapatkan, dari 87 responden penelitian, tingkat pendidikan ibu menyusui tertinggi adalah SMA yakni 55.30%. d. Pekerjaan Ibu Tabel 4. Distribusi frekwensi pekerjaan ibu Jenis Pekerjaan Jumlah % PNS 8 orang 9.20 Swasta 31 orang 35.60 IRT 39 orang 44.80 Wiraswasta 7 orang 8.20 Dagang 1 orang 1.10 Apoteker 1 orang 1.10 Jumlah 30 orang 100 Berdasarkan sampel yang peneliti dapatkan, dari 87 responden penelitian, pekerjaan ibu menyusui tertinggi adalah ibu rumah tangga yakni 44.80 %. 2. Analisis Data Univariat a. Dukungan Suami dalam Pemberian ASI Eksklusif Tabel 5 Distribusi frekwensi dukungan suami dalam pemberian ASI Eksklusif Dukungan Jumlah % Mendukung 70 orang 80.45 Tidak mendukung 17 orang 19.55 Jumlah 87 orang 100 Berdasarkan sampel yang peneliti dapatkan, dari 87 responden 42

penelitian, sebagian besar suami memberi dukungan pada istri yang sedang menyusui, yakni 80.45%. b. Status ekonomi dalam pemberian ASI Tabel 6 Distribusi frekwensi status ekonomi dalam pemberian ASI Dukungan Jumlah % Kelas Atas 51 orang 58.6 Kelas Menengah 36 orang 41.4 Jumlah 87 orang 100 Berdasarkan sampel yang peneliti dapatkan, dari 87 responden penelitian, sebagian besar keluarga dalam status ekonomi atas, yakni 58.60%. 3. Analisis Data Bivariat a. Distribusi frekwensi status ekonomi dalam pemberian ASI eksklusif Tabel 6 Distribusi frekwensi status ekonomi dalam pemberian ASI eksklusif Status Ekonomi ASI Eksklusif % Tidak ASI Eksklusif % N Kelas 20 resp 68.9 33 resp 56.9 53 Atas Kelas 9 resp 31.1 25 resp 43.1 34 Menengah Jumlah 29 resp 100 58 resp 100 87 Dari hasil tabulasi di atas, dapat diketahui bahwa pemberian ASI eksklusif pada status ekonomi tipe atas lebih banyak dibandingkan pemberian ASI eksklusif pada status ekonomi tipe menengah. Peneliti mengolahnya dengan uji Wilcoxon sebagai berikut: Z Asymp. Sig. (2-tailed) Pemberian ASI Eksklusif - Status Ekonomi -3,703(a),000 Hasil data statistik untuk perbedaan status ekonomi antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan kelompok ibu yang tidak memberi ASI eksklusif didapatkan nilai z hitung = -3,703. Dengan taraf kesalahan 5 %, maka harga z tabelnya 1,96. Nilai z hitung dari hasil olah data lebih besar dari z tabel, artinya Ho ditolak dan H 1 diterima, jadi ada perbedaan antara status ekonomi tipe kelas atas dan status ekonomi tipe kelas menengah antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan kelompok ibu yang tidak memberi ASI eksklusif. b. Distribusi frekwensi dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif Tabel 6 Distribusi frekwensi dukungan suami terhadap pemberian ASI eksklusif dan tidak ASI eksklusif 43

Duk. Suami % Tidak ASI Eksklusif % N ASI Eksklusif Mendukung 27 resp 93.1 51 resp 87.9 78 Tidak 2 resp 6.9 7 resp 12.1 9 mendukung Jumlah 29 resp 100 58 responden 100 87 Dari hasil tabulasi di atas dapat dilihat bahwa pemberian ASI eksklusif lebih banyak pada ibu menyusui dengan dukungan suami dibanding ibu menyusui tanpa dukungan suami. Peneliti mengolahnya dengan uji Wilcoxon sebagai berikut: Z Asymp. Sig. (2-tailed) Pemberian ASI Eksklusif - Dukungan Suami -6,731(a),000 Hasil data statistik untuk perbedaan dukungan suami antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan kelompok ibu yang tidak memberi ASI eksklusif didapatkan nilai z hitung = -6,731. Dengan taraf kesalahan 5 %, maka harga z tabelnya 1,96. Nilai z hitung dari hasil olah data lebih besar dari z tabel, artinya Ho ditolak dan H 1 diterima, jadi ada perbedaan antara suami yang mendukung dan suami yang tidak mendukung antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan kelompok ibu yang tidak memberi ASI eksklusif. 4. Analisis Data Multivariat Dalam hal ini peneliti menyajikan hasil olah data mengenai perbedaan status ekonomi dan dukungan suami antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan yang tidak memberi ASI eksklusif. Peneliti menggunakan uji regresi logistic ganda untuk menganalisis perbedaan status ekonomi dan dukungan suami antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan kelompok ibu yang tidak memberi ASI eksklusif. Dari hasil olah data, didapatkan bahwa nilai X 2 = 2.019 dengan p value 0.364. Nilai p value lebih besar dari 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa status ekonomi dan dukungan suami secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan/memprediksi keputusan responden dalam memberikan ASI eksklusif. Dari tabel terakhir dalam olah data statistik diperoleh model regresi logistic sebagai berikut: y = -1.713 + 0.572 status ekonomi + 0.727 dukungan suami 44

artinya: peluang status ekonomi tipe menengah memberi ASI eksklusif 0.572 kali dibanding status ekonomi tipe atas, jika dukungan suami sama-sama ada. Sedangkan peluang memberi ASI eksklusif bagi ibu yang mendapat dukungan suami adalah 0.727 kali dibanding ibu yang tidak mendapat dukungan suami, jika status ekonomi responden sama. PEMBAHASAN Penelitian mengenai perbedaan status ekonomi dan dukungan suami antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan yang tidak memberi ASI eksklusif ini menggunakan jenis penelitian survey dengan metode kasus kontrol. Peneliti menggunakan 87 responden yang terdiri dari 29 responden kasus dan 58 responden kontrol sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti. Data status ekonomi dan dukungan suami berasal dari data primer yang peneliti dapatkan dari hasil pengisian kuesioner. Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa status ekonomi dan dukungan suami secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan/ memprediksi keputusan responden dalam memberikan ASI eksklusif. Namun perbedaan antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan tidak memberi ASI eksklusif bukan hanya dipengaruhi oleh status ekonomi dan dukungan suami saja, melainkan ada faktor lain yakni pendidikan ibu dan pekerjaan ibu. Pada tabel 3 mengenai distribusi frekwensi tingkat pendidikan ibu, didapatkan hasil bahwa pendidikan SMA menempati urutan pertama dalam penelitian ini yakni 55,30 %. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) bahwa pendidikan berhubungan dengan pengembangan dan perubahan kelakuan seseorang melalui pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek tingkah laku lainnya. Pendidikan adalah proses belajar mengenai pola tingkah laku manusia. Dengan demikian dalam hal ini tingkat pendidikan yang cukup, akan berpengaruh pada pengetahuan ibu menyusui mengenai ASI eksklusif. Jadi meskipun status ekonomi tipe menengah atau atas dan dukungan suami ada, namun ibu tidak memberikan ASI eksklusif, menjadi bukti bahwa pengetahuan ibu menyusui masih kurang. Pada tabel 4 mengenai distribusi frekwensi jenis pekerjaan ibu didapatkan hasil bahwa 44.8 % ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan 35.6 % ibu bekerja sebagai pegawai swasta. Seperti yang diungkapkan oleh Roesli (2007) bekerja bukanlah suatu alasan untuk 45

menghentikan pemberian ASI eksklusif selama paling sedikit 4 bulan dan bila mungkin sampai 6 bulan meski cuti hamil hanya 3 bulan. Namun pada hasil penelitian, ada pula ibu rumah tangga yang tidak bisa memberikan ASI nya secara eksklusif. Kemungkinan disebabkan karena kurangnya pengetahuan sehubungan dengan tingkat pendidikan, dan kurangnya dukungan suami. Sesuai tabel 6 mengenai distribusi frekwensi status ekonomi dalam pemberian ASI eksklusif, dapat dilihat sebanyak 33 responden (56.9%) mempunyai status ekonomi tipe atas namun tidak bisa memberikan ASI eksklusif yang menurut ungkapan Roesli (2007) pemberian ASI secara eksklusif adalah menyusui bayi secara murni, tanpa diberi tambahan cairan seperti; susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan atau tambahan makanan lain seperti ; pisang, bubur susu, biskuit, nasi tim, dan lain-lain yang dianjurkan untuk jangka minimal sampai usia 4 bulan, tetapi lebih baik lagi apabila sampai usia 6 bulan. Sesuai teori dengan pemberian ASI eksklusif, aspek ekonomi juga akan semakin lebih baik, karena ASI eksklusif tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk membeli susu formula bisa untuk keperluan lainnya. Selain itu, penghematan juga dikarenakan bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit, sehingga mengurangi biaya berobat (Suradi, 2004). Pada tabel 7 mengenai distribusi frekwensi dukungan suami dalam pemberian ASI eksklusif, didapatkan hasil bahwa 51 reponden (87.9%) mendapatkan dukungan dari suami untuk menyusui secara eksklusif. Sesuai dengan ungkapan Friedman (2004) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk yakni dukungan instrumental, dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan pada harga diri dan dukungan dari kelompok sosial. Untuk dukungan instrumental Suradi (2004) menjelaskan seorang ibu perlu dukungan dan bantuan keluarga agar bisa berhasil menyusui, misalnya dengan menggantikan tugas rumah tangga untuk sementara, seperti memasak, mencuci, dan membersihkan rumah. Karena ibu dan bayi memerlukan perkenalan (baby-moon). Untuk dukungan informasional Marmi (2012) mengungkapkan penyuluhan, siaran radio, televisi, artikel di majalah atau surat kabar dapat meningkatkan pengetahuan ibu, akan tetapi tidak selalu dapat mengubah perilaku ibu. Banyak ibu yang mempunyai masalah terkadang tidak dapat mengutarakannya atau bahkan tidak dapat diselesaikan oleh petugas kesehatan. Oleh karena itu, seorang petugas 46

kesehatan harus mampu membuat ibu tertarik dan simpati serta berusaha mencari seseorang yang dekat atau berperan dalam kehidupan ibu. Misalnya: suami atau anggota keluarga lain dan kerabat ibu. Untuk dukungan emosional dijelaskan seuai teori bahwa produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan berbagai bentuk ketegangan emosional lainnya akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk memproduksi ASI yang baik, ibu harus dalam keadaan tenang. Sebaliknya bila suasana keluarga bahagia, penuh pengertian dan dukungan dari anggota keluarga terutama suami akan sangat membantu ibu dalam menunjang keberhasilan menyusui secara eksklusif (Marmi, 2012). Untuk dukungan pada harga diri, Roesli (2007) menjelaksan bahwa persiapan ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada pada saat kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Untuk dukungan dari kelompok sosial dijelaskan oleh teori bahwa sikap ibu menyusui dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain adat kebiasaan atau kepercayaan menyusui di daerah masing-masing, pengalaman menyusui sebelumnya atau pengalaman menyusui keluarga atau kerabat dekat, pengetahuan tentang manfaat ASI, kehamilan yang diinginkan atau tidak, dukungan dari petugas kesehatan, teman, khususnya suami terutama pada ibu yang pertama kali hamil, melahirkan dan menyusui (Marmi, 2012). D. SIMPULAN DAN SARAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H 1 diterima, artinya ada perbedaan status ekonomi dan dukungan suami antara kelompok ibu yang memberi ASI eksklusif dan kelompok ibu yang tidak memberi ASI eksklusif. Hal ini tampak dari hasil olah data statistic dengan uji regresi logistic ganda bahwa nilai X 2 = 2.019 dengan p value 0,364 lebih besar dari 0,05 yang menunjukkan hasil signifikan. Hal ini terjadi karena status ekonomi responden berbeda beda, begitu pula dukungan suami. Namun jika status ekonomi dan dukungan suami sama, hal tersebut bisa meningkatkan peluang memberikan ASI eksklusif oleh ibu menyusui. Dari hasil penelitian, sebaiknya untuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif diperlukan banyak faktor yang harus saling melengkapi, seperti dukungan suami, tingkat pendidikan ibu maupun jenis pekerjaan ibu 47

DAFTAR PUSTAKA Ekasari, E. 2010. Peran Suami sangat penting dalam keberhasilan ASI eksklusif. http://asiku. wordpress.com/2010/11/10/peran-suami-saat-proses-menyusui-2/ (Diakses pada 20 September 2012) Friedman. 2004. Keperawatan Keluarga. Jakarta. EGC Kementerian Kesehatan RI. 2012. ASI Eksklusif turunkan resiko infeksi pada bayi. http://www. depkes.go.id/downloads/profil%20kesehatan_2012%20%284%20sept%202013%29.pdf (Diakses pada 4 Desember 2012) Kementrian Kesehatan RI. 2012. Survei Sosial Ekonomi Nasional. from http://www.depkes. go.id (Diakses pada 4 Desember 2012) Marmi. 2012. ASI Saja Mama; Berilah Aku ASI Saja Karena Aku Bukan Anak Sapi. Yogjakarta. Pustaka Pelajar Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Roesli, U. (2007). ASI, Hak Asasi Anak; Untaian Bunga Rampai : Bengkel Buku ; Yogyakarta Rustriningsih. 2010. Pemberian ASI Eksklusif masih memprihatinkan. http://from www. jatengprov.go.id (Diakses pada 5 Desember 2012) Suradi, R. (2004). Bahan Bacaan Manajemen Laktasi : Perkumpulan Perinatologi Indonesia ; Jakarta 48