BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

PENGARUH ORIENTASI PASIEN BARU TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN (The Effect of New Patient Orientation to the Patient s Satisfaction Level)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

Tujuan pendidikan kesehatan

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. b. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilaku terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin. (Guided Respons), Mekanisme (mekanisme), Adaptasi (adaptation)

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB II TINJAUAN TEORI Pengertian pengetahuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide, konsep, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami bayi untuk menyusu,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk. Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. satu hal dan pengetahuan umum yang berlaku bagi keseluruhan hal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tingkah laku manusia dalam menghadapi masalah kesehatan. bukanlah tingakah laku yang acak, tetapi tingkah laku yang selektif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan. Drg. Novitasari RA,MPH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga bisa didapat dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm 3-4)

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kata kunci : Orientasi Pasien Baru, Kepuasan Pasien.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan, untuk

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

INSTRUMEN SUPERVISI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SECARA LANGSUNG PADA PERAWAT ASOSIET

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

KONSEP PENDIDIKAN KESEHATAN. Compiled by I Gede Purnawinadi Faculty of Nursing, Universitas Klabat

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan diarahkan

BAB IV HASIL FAKTOR IBU DALAM MERAWAT ANAK BALITA DENGAN DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KANKER SERVIKS SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN DI LUWUNGGEDE

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Hubungan Faktor Predisposisi dengan Cakupan IVA. Hubungan signifikan terjadi antara tingkat pengetahuan WUS dengan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Syarat Rumah Sehat secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN TEORI

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prakti prientasi pasien baru 1. Pengertian Orientasi Orientasi adalah melihat atau meninjau supaya kenal atau tahu (Purwadarminta, 1999). Dalam konteks keperawatan orientasi berarti mengenalkan segala sesuatu tentang rumah sakit meliputi lingkungan rumah sakit, tenaga kesehatan, peraturan prosedur dan pasien lain. Dalam orientasi, perawat dan pasien bekerja sama untuk menganalisa situasi sehingga mereka dapat mengenali, memperjelas dan menentukan eksistensi sebuah masalah, sehingga pasien dapat mempersiapkan diri dari keadaan cemas kea rah kondisi yang lebih konstruktif dalam menghadapi masalahnya. Pasien adalah pemakai jasa pemeliharaan kesehatan yang mempunyai citra pribadi yang mandiri yang mempunyai pilihan bebas dalam mencari dan memilih bantuan. Seorang pasien bukan lagi seorang penerima pelayanan secara pasif, tetapi seorang peserta yang aktif yang bertanggung jawab atas pilihannya dan juga memikul akibat dari pilihannya (Carpenito, 2000). Pasien baru adalah pasien yang baru datang dan didaftarkan untuk pertama kali pasien mendapat pemeriksaan dari dokter yang merawatnya. Setelah selesai di bagian penerimaan pasien baru, pasien bersama keluarganya pergi menuju ke bagian di mana dirinya ditempatkan. Orientasi terhadap pasien baru adalah pemberian informasi kepada pasien baru berkaitan dengan proses keperawatan yang akan dilakukan oleh rumah sakit. Informasi adalah pesan atau isi berita yang ingin disampaikan oleh seseorang kepada orang lain dengan harapan orang tersebut mengetahui dan mengerti akan maksud dan tujuan dari isi pesan atau berita yang disampaikan. Orientasi terhadap pasien baru merupakan usaha memberikan informasi/sosialisasi kepada pasien dan keluarga 7

8 tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pelayanan selama di rumah sakit (Ragusti, 2008). 2. Tujuan Praktik orientasi terhadap pasien baru bertujuan untuk: a. Pasien dan keluarga memahami tentang peraturan rumah sakit. b. Pasien dan keluarga memahami tentang semua fasilitas yang tersedia dan cara penggunaannya 3. Prosedur Prosedur pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru terbagi menjadi : Persiapan a. Check list orientasi pasien baru b. Kartu tunggu c. Lembar tentang tata tertib rumah sakit Prosedur kerja : a. Memberi salam pada pasien dan keluarga b. Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang semua fasilitas yang tersedia di ruang perawatan dan prosedur penggunaannya c. Menjelaskan tata tertib rumah sakit. d. Menjelaskan hak-hak dan kewajiban pasien e. Memberikan penjelasan dokter yang merawat dan perawat yang bertanggung jawab f. Memberikan kartu tunggu g. Setiap selesai melaksanakan orientasi harus tercatat pada check list dan ditandatangani oleh kedua belah pihak 4. Tahapan orientasi perawat terhadap pasien baru Tahapan pertama perawat di saat menerima pasien baru adalah melakukan orientasi, dimana perawat dan pasien bertemu sebagai dua orang asing. Pasien dan atau keluarga memiliki rasa butuh maka mencari penolong professional. Tetapi kebutuhan ini belumlah diidentifikasi atau dimengerti oleh individu-individu yang terlibat. Sebagai

9 contoh seorang gadis 16 tahun menelpon komunitas pusat kesehatan jiwa hanya karena ia merasa tertekan. Inilah tahap bahwa perawat perlu menolong pasien dan keluarga untuk memahami sesungguhnya apa yang terjadi dengan pasien (Bowhuizen, 1986). Orientasi perawat merupakan hal yang sangat penting bahwa perawat bekerjasama dengan pasien dan keluarga untuk menganalisa keadaan, sehingga mereka bersama-sama dapat memahami, menjelaskan dan menyimpulkan masalah yang ada. Tahapan orientasi ini dapat menyebabkan pasien langsung mampu menambah energy dari rasa keragu-raguan memenuhi kebutuhanya untuk lebih berani menghadapi permasalahannya. Hubungan telah dibentuk dan berlanjut lebih erat lagi sementara masalah telah identifikasi. Sementara pasien dan keluarga berdiskusi dengan perawat keputusan bersama dibuat tentang bentuk bantuan professional apa yang akan dilakukan. Perawat yang menjadi sumber yang dapat bekerja dengan pasien dan keluarga. Pada tahap orientasi perawat, pasien dan keluarga merencanakan jenis pelayanan apa yang dibutuhkan (Ragusti, 2008). Tahap orientasi secara langsung dipengaruhi oleh sikap pasien dan perawat dalam memberi dan menerima pertolongan secara timbal balik. Berkaitan dengan hal ini adalah tahap pertama maka perawat perlu menyadari tindakan pribadinya dengan pasien. Budaya, agama, ras, latar belakang pendidikan, pengalaman masa lalu, pemikiran yang berbeda dan harapan antara perawat dan pasien memainkan peran bagaimana tindakan perawat terhadap pasien. Faktor-faktor pengaruh yang sama memainkan peran dalam reaksi pasien terhadap perawat (Bowhuizen, 1986). 5. Hal hal yang perlu diperhatikan : a. Orientasi dilakukan saat pertama kali pasien datang (24 jam pertama) dan kondisi pasien sudah tenang. b. Orientasi dilakukan oleh PP (perawat primer). Bila PP tidak ada PA (Perawat asosiet) dapat memberikan orientasi untuk pasien dan keluarga, selanjutnya orientasi harus dilengkapi kembali oleh PP

10 sesegera mungkin. Hal ini penting karena PP yang bertanggung jawab terhadap semua kontrak atau orientasi yang dilakukan c. Orientasi diberikan pada pasien dan didampingi anggota keluarga yang dilakukan di kamar pasien dengan menggunakan format orientasi. Selanjutnya pasien diinformasikan untuk membaca lebih lengkap format orientasi yang ditempelkan di kamar pasien d. Setelah orientasi, berikan daftar nama tim atau badge kepada pasien dan keluarga kemudian gantungkan daftar nama tersebut pada laci pasien e. Orientasi ini diulang kembali minimal setiap dua hari oleh PP atau yang mewakili, terutama tentang daftar nama tim yang sudah diberikan, sekaligus menginformasikan perkembangan kondisi keperawatan pasien dengan mengidentifikasi kebutuhan pasien. f. Pada saat penggantian dinas (di kamar pasien), ingatkan pasien nama perawat yang bertugas saat itu, bila perlu anjurkan pasien atau keluarga melihat pada daftar nama tim. B. Praktik 1. Pengertian praktik Praktik merupakan suatu tindakan yang domain utamanya adalah sikap, namun sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (behavior). Suatu sikap dapat terwujud menjadi suatu tindakan nyata maka diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya suatu tindakan tersebut. Faktor pendukung tersebut meliputi faktor fasilitas dan faktor dukungan (Notoatmodjo, 2003). Walgito (2002) menyebutkan praktik adalah tindakan yang timbul sebagai akibat dari adanya stimulus. Lebih lanjut Walgito (2002) menjelaskan bahwa tindakan dibagi menjadi dua yaitu reflektif dan non reflektif. Tindakan yang reflektif terjadi atas reaksi secara spontan terhadap stimulus yang didapat seperti kedipan mata. Tindakan non reflektif terjadi dari adanya kendali dari pusat kesadaran atau otak.

11 Stimulus setelah diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, pusat kesadaran baru kemudian terjadi respon melalui afektor. Tindakan yang bersifat non reflektif ini dapat dikendalikan, yang berarti tindakan non reflektif dapat diatur oleh individu dan sangat berkaitan dengan kesadaran individu yang bersangkutan (Walgito, 2002). Seorang tokoh ternama yang sangat berperan dalam teori pembelajaran perilaku adalah B.F. Skinner mempelajari hubungan antara tingkah laku dan konsekuensinya. Menurut skinner, belajar merupakan perubahan suatu tindakan (Budayasa, 1998). Prinsip yang paling penting dalam teori praktik adalah bahwa praktik akan berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi langsung dari praktik tersebut. Konsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat tindakan, sedangkan konsekuensikonsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah tindakan. Dengan kata lain, konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan akan meningkatkan frekuensi seseorang untuk melakukan tindakan yang serupa, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan menurunkan frekuensi seseorang untuk melakukan tindakan yang serupa (Budayasa, 1998). Konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan disebut penguat (reinforcer), sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan disebut hukuman (punisher). Menurut Slavin (1994) dalam Budayasa (1998) penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan dan yang tidak menyenangkan untuk mengubah praktik itu disebut pengkondisisan operan (operant conditioning). 2. Tingkatan praktik Notoatmodjo (2003) membagi tingkatan praktik meliputi : a. Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Kaitannya dengan praktik orientasi perawat terhadap pasien baru

12 adalah bagaimana perawat dapat mempersepsikan tugas dan tanggung jawabnya khususnya terhadap praktik orientasi guna menjelaskan hak dan tanggung jawab pasien selama dirawat di rumah sakit. b. Respon terpimpin Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Respon terpimpin dalam hal ini adalah prosedur kerja Standar Operasional Perawatan (SOP) dimana pada tahap awal sesuai urutan kerjanya adalah memberikan orientasi pasien dan keluarga tentang hak dan tanggung jawab pasien. c. Mekanisme Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai praktik pada tingkat tiga. Praktik orientasi terhadap pasien baru apabila dilaksanakan secara rutin maka akan menjadi kebiasaan bagi perawat dan tidak lagi menjadi beban dalam memikul taggung jawab pekerjaan. d. Adaptasi Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tingkatannya tersebut. Perawat dengan pengalamannya selama bekerja akhirnya tidak lagi membutuhkan buku panduan untuk melakukan praktik orientasi terhadap pasien baru dan bahkan dapat melakukan beberapa modifikasi agar tidak terkesan kaku dan menakutkan bagi pasien dengan tidak mengurangi atau menambahkan inti kebenarannya. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik Praktik atau tindakan nyata seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subyek. Faktor-faktor tersebut meliputi (Notoatmodjo, 2003) :

13 a. Faktor-faktor Predisposisi (predisposition faktors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya tindakan seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai, tradisi. Faktor predisposisi dalam praktik orientasi perawat ini dapat berupa pengetahuan perawat tentang arti penting orientasi dan ada hak yang harus disampaikan oleh perawat kepada pasien melalui orientasi tersebut. Pengetahuan perawat memegang peranan penting terhadap praktik orientasi pasien baru. Perawat yang tidak mengetahuai salah satu standar SOP yaitu praktik orientasi pasien baru tentunya tidak akan terlaksana pratik orientasi ini. Pengetahuan perawat sendiri tentang praktik orientasi terhadap pasien baru akan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan perawat serta pengalaman selam bekerja sebagai perawat di rumah sakit. Selain itu didukung oleh sikap perawat yang menunjukkan dukungan terhadap praktik orientasi pada pasien baru. b. Faktor pemungkin (enabling factors) adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau menfasilitasi tindakan. Artinya faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya tindakan. Faktor pemungkin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sarana yang tersedia seperti lembar yang berisikan hak-hak pasien yang harus dibacakan, atau lembar tata tertib rumah sakit yang harus dipatuhi oleh pasien. c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya tindakan. Faktor penguat disini dapat berupa dorongan yang diberikan oleh rekan kerja yang lain untuk melakukan orientasi terhadap pasien baru yaitu semua perawat melakukan hal yang sama sehingga merasa ada kewajiban yang melekat untuk melakukan orientasi terhadap pasien baru.

14 C. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini tejadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba ( Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Berdasarkan pengalaman ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Berdasarkan pengertian di atas maka pengetahuan perawat tentang orientasi pada pasien baru adalah sesuatu yang diketahui oleh perawat berkaitan dengan orientasi terhadap pasien baru yang meliputi pengenalan terhadap pasien dan keluarganya terkait dengan asuhan keperawatan yang dimulai dari pengenalan diri, tata tertib rumah sakit serta hak dan kewajiban pasien. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan dalam aspek kognitif menurut Notoatmodjo tahun 2003, dibagi menjadi 6 (enam) tingkatan yaitu : a. Tahu ( know ) Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, dari seluruh bahan yang dipelajari. Tahu ini merupakan tingkat pengertian yang paling rendah. b. Memahami (Comprehension) Memahami ini diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi ke kondisi sebenarnya. c. Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

15 d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen - komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian - bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluation) Evalusi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. 3. Pengukuran Pengetahuan Pengetahuan dapat diukur dengan wawancara atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari responden (Notoatmodjo, 2003 ). Pengukuran pengetahuan ini berkaitan dengan pengetahuan perawat tentang orientasi terhadap pasien baru, serta hal-hal yang akan disampaikan dalam orientasi tersebut. 4. Sumber sumber pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut Notoatmodjo (2003) sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Sumber pengetahuan perawat tentang pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru dapat berasal dari pendidikan dan pelatihan yang diprogramkan oleh pihak rumah sakit tempat perawat bekerja.

16 5. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003) : a. Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan, seseorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pola pengetahuan yang dimiliki. Perawat dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi diharapkan dapat memiliki pengetahuan yang lebih dari pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya terkait dengan pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru. Sistem pendidikan lama kurang mengupas tentang pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru dan hanya berfokus pada penanganan perawatan saja. Pelaksanaan orientasi pasien baru ini nantinya diharapkan pasien dapat memahami hak-hak yang bisa didapatkan serta perawat dapat memberikan asuhan keperawatan lebih professional. b. Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain - lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti

17 paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. Media masa sebagai jendela informasi dapat menjadi salah satu sumber bagi perawat untuk memahami pentingnya pelaksanaan orientasi terhadap pasien baru. c. Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal. d. Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi media dengan demikian hubungan sosial dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal. e. Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa diperoleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. Pengalaman kerja selama praktik keperawatan dapat menjadi salah satu dasar tambahnya pengetahuan perawat tentang pentingnya praktik orientasi terhadap pasien baru.

18 6. Cara memperoleh pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), cara memperoleh pengetahuan ada 2, yaitu: a. Cara tradisional atau non ilmiah. 1) Cara coba salah Cara ini adalah merupakan cara tradisional, dilakukan apabila seseorang menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba coba. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan dalam cara ini berdasarkan pada otoritas atau kekuasan, baik otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, atau otoritas ilmu pengetahuan, sehingga banyak sekali kebiasan kebiasaan dan tradisi yang dilakukan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman adalah guru terbaik, maksudnya bahwa pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang di peroleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu. 4) Melalui jalan pikir Dalam hal ini pengetahuan diperoleh dengan menggunakan penalaran atau jalan pikiran. Cara ini melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pertanyaan pertanyaan yang dikemukakan kemudian dicari hubungannya sehingga dibuat suatu kesimpulan. b. Cara modern atau cara ilmiah Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan disebut metode penelitian ilmiah yang mempunyai sifat lebih sistematis, logis dan ilmiah.

19 D. Kerangka Teori Predisposisi : Pendidikan Pengetahuan Media masa Ekonomi Hubungan sosial Pengalaman Sikap Keyakinan Praktek orientasi perawat terhadap pasien baru Enabling : sarana dan prasarana Reinforcing : - Pengetahuan dan sikap teman kerja - pasien dan keluarga - budaya, agama, ras - latar belakang pendidikan, pengalaman masa lalu - pemikiran yang berbeda dan harapan antara perawat dan pasien Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber : Modifikasi Notoatmodjo (2003), (Bowhuizen, 1986)

20 E. Kerangka konsep Variabel bebas Pengetahuan Variabel terikat Praktek orientasi perawat terhadap pasien baru Gambar 2.2 Kerangka konsep F. Variabel penelitian 1. Variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah pengetahuan perawat tentang orientasi pada pasien baru 2. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah praktik orientasi perawat terhadap pasien baru. G. Hipotesis penelitian Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik orientasi perawat pada pasien baru di Rumah Sakit Bhakti Wira Tamtama Semarang.