ORNAMEN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KOMPLEKS MAKAM RAJA-RAJA BINAMU KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB II DESKRIPSI LOKASI OBJEK PENELITIAN. Batang Hari. Candi ini merupakan peninggalan abad ke-11, di mana Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kerajinan merupakan produk yang dihasilkan manusia yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

BAB II URAIAN TEORITIS MENGENAI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Tengah berasal dari sebuah kota kecil yang banyak menyimpan peninggalan. situs-situs kepurbakalaan dalam bentuk bangunan-bangunan candi pada masa

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

PENGEMBANGAN DESA WISATA TANGGUL WETAN KECAMATAN TANGGUL - KABUPATEN

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Sumber Pustaka. sangat cemerlang dan sangat indah. Untuk menjadi kupu-kupu yang. Kupu-kupu memiliki banyak jenis dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan salah satu kota tujuan wisata di Indonesia. Selain

MATERI & TUGAS-TUGAS PERKULIAHAN ORNAMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. yang popular ialah buku Indonesische siermotieven yang disusun oleh Van Der

2015 BATIK BERMOTIF ANGKLUNG PADA TIRAI PINTU (DOOR CURTAIN PORTIERE)

1.1.1 KONDISI TEMPAT WISATA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Widayati Prihatiningsih, 2015

JOKO PRAYITNO. Kementerian Pariwisata

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah remaja di Indonesia memiliki potensi yang besar dalam. usia produktif sangat mempengaruhi keberhasilan pembangunan daerah,

BAB V KESIMPULAN. mengutamakan keterampilan tangan. Seni kriya termasuk ke dalam seni rupa terapan,

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Amalia, 2013

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dapat merubah pola hidup manusia maupun nilainilai

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB I PENDAHULUAN. Selain keberagaman kebudayaan Indonesia, juga dikenal sebagai negara

I. PENDAHULUAN. Dunia fotografi sangatlah luas, perkembangannya juga sangat pesat. Di

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

17. URUSAN WAJIB KEBUDAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membuat kalangan lain merasa dirugikan.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

ORNAMEN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DI KOMPLEKS MAKAM RAJA-RAJA BINAMU KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN Oleh: DAMAR TRI AFRIANTO Pengajar Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Dan Budaya Indonesia di Sulawesi Selatan Email: damar.tri.a@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan memberikan pemahaman tentang ornamen atau ragam hias di kompleks makam Raja-raja Binamu yang mempunyai peran penting bagi citra wisata di tempat tersebut. Analisa dalam penelitian ini diuraikan secara deskriptif kualitatif dengan pendekatan interpretatif. Pendekatan interpretatif digunakan untuk menganalisa ornamen dengan menggunakan teori komposisi ornamen Thomas Murno yang dikembangkan oleh Guntur. Hasil yang diperoleh berupa pemahaman bahwa ornamen di kompleks makam Raja-raja Binamu mengandung dua kognisi yaitu ornamen sebagai unsur dekoratif dibuktikan dengan kehadiran ornamen yang bersifat tematis repetisi seperti motif bunga parengreng. Ornamen di kompleks makam Raja-raja Binamu juga bersifat simbolik, hal ini didukung dengan adanya motif-motif fauna seperti ayam, kuda, macan dan motif penggambaran manusia. Terkait dengan potensi makam Raja-raja Binamu sebagai daya tarik wisata, kehadiran ornamen perlu adanya pemahaman dan srategi citra berupa 1) memunculkan ragam hias atau ornamen pada setiap media promosi, 2) memberikan informasi tentang jenis-jenis ragam hias atau ornamen pada buku (booklet) panduan wisata dan 3) menciptakan merchandise yang diambil dari motif-motif ornamen di kompleks makam Raja Binamu. Kata kunci:ornamen, Kompleks makam Raja-raja Binamu, daya tarik wisata sejarah. Abstract The aims of this research are to analyze and provide an understanding about the graves ornament of the Binamu kings. The analysis used in this research is descriptive qualitative through interpretative approach. Interpretative approach is used to analyze ornament by utilizing the theory of composition proposed by Thomas Murno which is then developed by Guntur. The study reveals that the ornament at the graves of Binamu kings consist of two cognitions including decorative ornament which is shown on repetitive thematics (parenreng flower) as well as symbolic ornament which is shown on animal motifs such as chicken, horse, tiger and description of human beings. To support the graves as tourism attraction, it is necessary to provide an understanding about the ornament including 1) promoting the existence of the ornament on promotion media; 2) providing information about kinds of ornament through booklets and guidebook; 3) creating merchandises that are inspired from the motifs of the Binamu kings graves. Keywords: Ornament, graves of Binamu kings, historical tourism attractions 28

PENDAHULUAN Kebudayaan leluhur selalu mewariskan wacana pengetahuan bagi masa kini. Kekuatan simbolik yang terdapat di banyak warisan budaya menginterpretasikan tentang karya intelektual yang tumbuh di setiap peradaban. Indonesia mempunyai beragam hasil ekspresi kebudayaan yang memiliki pesona tersendiri. Warisan pengetahuan berupa hasil ekspresi kebudayaan menjadi bukti peradaban masa lalu yang menyimpan nilai-nilai luhur kehidupan. Salah satu wujud peninggalan peradaban dapat kita temui lewat keberadaan ornamen. Ornamen merupakan salah satu media rekam yang menyimpan informasi tentang peristiwa dan pengalaman masa lalu. Keberadaan ornamen tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur kearifan lokal dan cerminan kebudayaan setempat. Hal ini juga dijelaskan oleh Guntur (2004: 4) ornamen merupakan eskpresi gagasan, sikap, dan perilaku masyarakat selain itu ornamen juga mengusung pesanpesan sosial, moral, religi, dan bahkan politis. Ornamen sebagai bentuk produk kebudayaan telah memberikan penampilan yang indah dan estetis pada sebuah benda sehingga dapat meningkatkan penghargaan terhadap benda tersebut, baik secara spiritual dan material. Di samping itu, ornamen yang dibubuhkan pada suatu produk memiliki nilai simbolik atau mengandung pesan-pesan tertentu. Kompleks Makam Raja-raja Binamu di Kecamatan Bontoramba Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan memiliki daya pesona menarik yaitu dengan kehadiran ornamen-ornamen yang menghiasi hampir di seluruh makam yang ada di kompleks makam tersebut. Kompleks pemakaman Raja-raja Binamu tidak hanya memberi informasi tentang kepahlawanan Rajaraja yang pernah berkuasa, namun ornamen-ornamen yang melekat pada makam juga turut memberi informasi tentang kehidupan Raja-raja Binamu. Secara umum bahwa keberadaaan makam Raja-raja Binamu adalah tempat peristirahatan terakhir dan tanda legitimasi bagi suatu kerajaan dalam hal ini Kerajaan Binamu Kabupaten Jeneponto. Ornamen yang melekat di makammakam tersebut memiliki ragam hias yang berbeda-beda di setiap makamnya. Jenis ornamen yang terdapat di makam tersebut diantaranya ornamen flora seperti bunga teratai, Bunga parengreng (sulur), bunga tanri, dan motif fauna seperti singa, ayam dan kuda, juga terdapat beberapa motif-motif dari stilasi manusia. Motif-motif ornamen tersebut tersebar di beberapa kompleks makam. Kompleks pemakaman Rajaraja Binamu menjadi bukti sejarah bahwa Jeneponto pernah memiliki kerajaan besar di Sulawesi Selatan. Keberadaan warisan sejarah yang hingga kini masih bisa dijumpai tersebut secara tidak langsung memperkaya khasanah budaya di Bumi Turatea. Kompleks pemakaman Raja-raja Binamuterdapat 1250 nisan yang merupakan keturunan kerajaan Binamu. Jumlah makam yang begitu banyak disertai ornamen yang indah di 29

setiap sisi makam menjadi keunikan sehingga membuat masyarakat ingin melihat lebih dekat tentang keberadaan makam Raja-raja Binamu. Selain untuk kegiatan berziarah masyarakat, tempat tersebut kerap menjadi kunjungan pelajar dari tingkat dasar hingga menengah untuk studi sejarah dan juga beberapa mahasiswa dari perguruan tinggi memanfaatkan tempat tersebut untuk melakukan penelitian. Ornamen yang menghiasi makam Raja-raja Binamu menggambarkan suatu pencapaian tertentu di masa lalu yang patut dikagumi. Keragaman pola di setiap ornamen yang terdapat di makam Raja-raja Binamu mempunyai pesan simbolik yang harus dicari untuk mengetahui makna yang terdapat di setiap pola. Pengkajian lebih mendalam tentang kehadiran ornamen mampu mengungkapkan kehidupan masa lampu sebagai sumber inspirasi dalam menapaki masa yang akan datang. Kehadiran ornamen di kompleks makam Raja-raja Binamu mempunyai kekhasan sendiri dibanding dengan kompleks makammakam yang ada di Sulawesi Selatan. Keunikan ornamen tersebut menjadi aspek penting dalam mengembangkan kompleks makam Raja-raja Binamu sebagai alternatif daerah tujuan wisata sejarah yang ada di Sulawesi Selatan. Melalui uraian tersebut perlu kiranya dilakukan pengamatan dan telaah analitik tentang potensi ornamen di kompleks makam Raja-raja Binamu. Hal itu mendukung keberadaan kompleks makam Raja-raja Binamu sebagai daya tarik wisata khususnya bagi wisatawan yang ingin mengetahui tentang sejarah kerajaan Binamu. Pengkajian mendalam tentang keberadaan ornamen diharapkan mampu menjadi bahan referensi bagi pemangku kebijakan untuk mengembangkan kompleks makam sebagai destinasi wisata sejarah di Kabupaten Jeneponto. Kegiatan Penelitian sangat dibutuhkan sebagai wujud pelestarian pengetahuan yang ada di kompleks makam Raja-raja Binamu. Penelitian ini memfokuskan tentang peranan ornamen sebagai media daya tarik wisata sejarah di kompleks Raja Binamu Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan meliputi bagaimana bentuk dan fungsi ornamen di kompleks makam Raja Binamu dan bagaimana peranan ornamen sebagai media daya tarik wisata di kompleks makam Raja-raja Binamu. LANDASAN TEORI Penelitian pada dasarnya mensyaratkan teori yang memadai untuk mengungkap realitas di lapangan. Tjetjep Rohendi Rohidi menjelaskan bahwa teori sebenarnya merupakan sistem penjelasan yang terdiri atas konsep-konsep yang saling berkaitan satu sama lain dalam upaya menanggapi, menggambarkan, memahami, dan menjelaskan realitas (Rohidi, 2011: 145). Dengan berlandaskan teori sebuah penelitian dapat terbantu dalam analisis hingga pengungkapaan realitas di lapangan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua perspektif teori, yaitu teori yang 30

berkaitan dengan ragam hias atau ornamen dan konsep daya tarik wisata Teori yang berkaitan dengan ragam hias digunakan untuk menganalisis obyek ornamen di Kompleks Makam Raja-raja Binamu. Sedangkan teori daya tarik wisata digunakan untuk mengungkapkan ornamen sebagai media dalam menunjang pengembangan wisata sejarah di kompleks makam Raja-raja Binamu. Teori dari perspektif ragam hias atau ornamen menggunakan teori Thomas Murno yang dikembangkan dalam Guntur, menurut Murno pengorganisasian komposisi dalam karya seni dalam hal ini ornamen terdapat empat model, yaitu: komposisi yang berdasarkan kemanfaatan, komposisi yang berdasarkan representasi, komposisi yang berdasarkan ekspositori, dan komposisi yang berdasarkan tematik. Komposisi kemanfaatan dicapai melalui susunan bagian-bagian dengan cara tertentu sebagai instrumen untuk tujuan atau kegunaan aktif. Kegunaan. Sedangkan komposisi representative adalah susunan bagianbagian sebagi cara untuk menyajikan imajiniasi konkret suatu objek. Representasi dalam hal ini dibagi menjadi dua yaitu representasi yang bersifat mimetik atau imitative dan representasi yang bersifat simbolik. Lebih lanjut, komposisi ekspositori adalah penyusunan bagian-bagian untuk menata hubungan-hubungan umum, seperti hubungan sebab-akibat atau hubungan logis-makna abstrak, kuliitas pervasive, prinsip-prinsip umum atau kaidah pokok. Komposisi yang terakhir yaitu komposisi tematik, atau desain adalah suatu cara perorganisasian karya melalui repetisi, variasi, kontras, dan integrasi sifat atau karakter tertentu (Guntur, 2004: 130). Melalui perpsektif pariwisata mengacu pada salah satu konsep yang dijelaskan gunn dalam M. Liga Suryadana dan Vanny Octavia (2015) bahwa daya tarik dikategorikan memiliki sumber daya dan budaya, meliputi arkeologi, sejarah, perdagangan, hiburan, kesehatan, keagamaan, dan olahraga. Konsep ini mencoba menggarisbahwahi bahwa kehadiran makam Raja-raja Binamu memiliki unsur sejarah dan arkeologi yang menjadi salah satu daya tarik wisata. Melalui persprektif ini pula dikembangkan sebuah pandangan atas strategi-srategi yang disusun berdasarkan penelitian dan pemahaman tentang oranamen di makam Raja-raja Binamu. METODE PENELITIAN Metode penelitian dihadirkan untuk menghasilkan penelitian yang sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan jenis penelitian kualitatif untuk memberi gambaran komprehensif eksistensi ornamen makam Raja-raja Binamu sebagai daya tarik wisata. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan, observasi, studi pustaka dan dokumentasi. Metode analisis dalam penelitian ini menggunakan interpretasi analisis yaitu metode analisis dengan menafsirkan realitas dengan konsep maupun teori tertentu. 31

PEMBAHASAN Ruang Lingkup dan Tinjauan Oranamen di Kompleks Raja-Raja Binamu Seperti diketahui daya tarik wisata tidak hanya berupa eksotisme alam dan produk unik dalam suatu daerah, namun persoalan sejarah memiliki relevansi untuk setor pariwisata. Daya tarik wisata berupa aspek kesejarahan melaui peninggalannya dapat menarik kekaguman orang, dan dapat memperkaya wawasan dan pengalaman pengunjung. Kompleks makam Raja Binamu di Jeneponto selain menyimpan informasi sejarah namun memiliki pemandangan unik yaitu dengan kehadiran ornamen yang indah di sekililing makam. Soepratno (1997: 11) menjelaskan tentang pengertian ornamen. Menurutnya ornamen berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata ornare yang berarti hiasan atau perhiasan. Ragam hias atau ornamen itu sendiri terdiri dari berbagai jenis motif. Motif-motif itulah yang digunakan sebagai penghias suatu yang ingin kita hiasi. Oleh karena itu motif adalah dasar untuk menghias sesuatu ornamen. Ornamen dimaksudkan untuk menghiasi sesuatu bidang atau benda, sehingga benda tersebut menjadi indah seperti yang kita lihat pada hiasan kulit buku, piagam, kain batik, tempat bunga dan barang-barang lainnya. Lebih lanjut, Guntur (2004: 53) menjelaskan bahwa ornament merupakan seni yang menggunakan elemen-elemen dekorasi (motif) sebagai media pengeskpresiannya untuk memperindah sesuatu, baik yang bersifat dua dimensi maupun tiga dimensi. Ornamen, dengan demikian, merupakan bagian unsur universal kebudayaan yang termasuk dalam ranah seni. Kebutuhan menghias atau aktifitas ornamen di Indonesia telah berlangsung sejak lama. Menurut Van Der Hoop kebutuhan menghias tampak pada kebudayaan dong-soon atau perunggu. Pada masa itu ditemukan ragam hias atau oranamen berupa pilin berbentuk S atau pilin berganda, swastika dan meander (1949: 13). Perkenalan dengan ragam hias dengan kurun waktu yang lama tentunya telah menjadi sebuah kebudayaan. Ornamen tidak lagi sebuah kegiatan sampingan namun merupakan ekspresi kebudaayan yang telah menggakar dan memiliki maksud dan tujuan tertentu. Seperti yang disinggung dalam latar belakang, ornamen tidak hanya menempel begitu saja pada makam, namun syarat makna yang tersimpan di baliknya. Konsep dasar ornamen adalah menghias sesuatu agar menjadi lebih indah. Manifestasi perdaban yang paling tua (prasejarah) menunjukkan peran penting ornamen dalam berbagai produk kebudayaan. Artefak-artefak masa lalu dan juga masa kini tidak terlepas dari jasa ornamen (Guntur, 2004: 15). Melalui pemahaman tersebut jelas bahwa ornamen tidak cukup hanya dikonsepsikan sebagai aktivitas memperindah objek namun ada informasi-informasi tentang masa lalu dan motivasi terbentuknya ornamen. Makam Raja-raja Binamu di Jeneponto selain kepentingan 32

pragmatis sebagai tempat peristirahatan terakhir, namun dengan ornamen memiliki kepentingan lain sebagai media untuk membaca informasi-informasi yang terkait dengan kehidupan raja-raja binamu. Seperti salah satu makam di kompleks makam yaitu makam Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu yang juga merupakan raja pertama Binamu (Wawancara Supardi, 28 Mei 2016). Menurut penjelasan dari Supardi, Karaeng Palangkei Lagu dikenal raja yang menyukai sabung, ayam, raja tersebut memiliki kekuatan yang sangatlah tinggi karena mampu melawan musuh-mushnya dalam jumlah besar. Kebesaran dan kekuatan Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu tercermin dalam ornamen yang melekat pada makamnya. Ornamen yang ada dalam makam raja tersebut memilliki banyak motif diantara motifmotif di makam lainnya. Motif ornamen tersebut mulai dari motif fauna berupa macan di ujung atas makam, lalu motif kuda, ayam, anjing dan motif flora seperti menjalarannya ornamen bunga, dan beberapa juga terdapat motif geometris seperti spiral. Komposisi ornamen di Makam Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu disusun mendasarkan aspek kemanfaatan. Komposisi kemanfaat ornamen dalam hal ini memupunyai manfaat untuk informasi secara umum tentang kebesaran Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu. Hal ini terlihat komposisi ornamen dengan ukuran besar seperti macan, juga ornamen yang padat di setiap sisi makam. Kompoisi tersebut memberi manfaat membangun citra yang kuat terhadap kebesaran Raja tersebut. Komposisi representatif ornamen di makam Raja Palangkei Daeng Lagu juga memiliki dua representative yang berupa mimetic dan simbolik. Representasi mimetic hadir pada sejumlah motif flora yang berupa bunga parenreng di bagian tengah makam. Motif bunga parengreng ini merupakan bentuk imatasi bunga parengreng yang menjalar sambung-menyambung. Gambar 1. Makam Raja Karaeng Palangkei Daeng Lagu(Foto: Penulis, 2016) Gambar 2. Ornamen dengan komposisi representasi mimetik bunga parengreng (Foto: Penulis, 2016) 33

Representasi simbolik hadir dengan banyak simbol dalam makam Raja Raja Palangkei Daeng Lagu. Simbol yang muncul diantaranya adalah motif ayam pada panel pertama. Motif fauna bergambarkan ayam merupakan representasi simbolik dari kegiatan Raja Palangkei Daeng Lagu yang semasa hidupnya suka menyabung ayam. Selain ayam juga terdapat motif penggambaran manusia dengan menggunakan sejanta lengkap pada panel kedua hal ini merupakan representasi simbolik bahwa Raja Palangkei Daeng Lagu merupakan kesatria perang yang ditakuti dan terampil menggunakan peralatan perang. Pada panel ketiga terdapat motif penggambaran manusia dengan kuda, hal ini merupakan representasi simbolik bahwa dalam memimpin kerajaan dan pada saat perang Raja Palangkei Daeng menggunakan kuda sebagai kendaraannya. Komposisi ekspositori pada makam Raja Palangkei Daeng Lagu terlihat pada motif fauna yaitu macan pada sisi atas makam. Macan dalam makam tersebut dikomposisikan untuk hubungan sebab-akibat atau hubungan logis-makna abstrak yaitu menyampaikan ide-ide tentang keberanian. Macan dalam konsepsi masyarakat Sulawesi Selatan disebut macan Kebo yang artinya sebutan bagi pemimpin paling depan dalam membela kerajaannya, dalam hal ini Raja Palangkei Daeng Lagu. Gambar 4. Motif ornamen macan yang merupakan komposisi ekspositori (Foto: Penulis, 2016) Gambar 3. Panel Ornamen dengan komposisi representasi simbolik berupa motif ayam, manusia bersenjata dan penggambaran manusia dengan kuda. Motif macan yang berdiri kokoh di atas makam sejajar dengan wajah menghadap ke depan, juga terdapat motif flora yatu bunga parengreng dengan frame segitiga. Ornamen macan inilah menajdi pusat perhatian di kompleks makam Raja Binamu Ornamen macan hanya terdapat pada makam Raja Palangkei Daeng Lagu. Makam ini selalu yang pertema dikunjungi oleh wisatawan diantara makam-makam yang lain. 34

Selain ornamen yang padat dan memilkiki keunikan daripada makam yang lain, makam ini juga terdapat tulisan arab dan lontara di atasnya. Komposisi selanjutnya itu terkait dengan komposisi yang bersifat teamatik. Komposisi tematik ini dalam makam raja-raja binamu banyak terdapat pada motif-motif geometrik, dan beberapa juga terdapat pada motif naturalis. Tematik yang pertama yaitu komposisi repitisi. Komposisi ini mensyaratkan penggambaran yang diulang-ulang. Hampir seluruh makam di kompleks makam Raja Binamu terdapat motif bunga panrenreng yang tersusun secara repetisi. Gambar 6. Motif dengan tematik variasi geometrik dan naturalis (Foto: Penulis, 2016) Tematik selanjutnya yaitu tematik kontras. Tematik kontras mensyaratkan perbedaan-perbedaan yang lebih besar/kecil maupun perbedaan mencolok di antara detail, bagian, kualitas, atau peristiwa. Di kompleks makam Raja Binamu ini ditemui komposisi yang bersifat tematik kontras yaitu penggabungan dua unsur motif yang berbeda dari motif geometrik spiral dengan motif penggambaran manusia dalam gambar di bawah ini. Gambar 5. Motif dengan tematik repetisi (Foto: Penulis, 2016) Tematik selanjutnya untuk komposisi berdasarkan variasi. Komposisi variasi mensyaratkan perbedan-perbedaan antara detil, bagian, kualitas, atau peristiwa. Tematik variasi seperti halnya tematik repetisi, dibangun oleh motif-motif flora (bunga parenreng) dan kombinasi oleh motif geometrik. Gambar 7. Motif dengan tematik Kontras (Foto: Penulis, 2016) 35

Analisa ornamen di atas menunjukkan bahwa ornamen tidak hanya sekedar melekat untuk sebuah dekorasi makam. Namun, lebih dari itu ornamen memiliki informasi-informasi tentang kehidupan raja yang dimakamkan di sana. Serta berbagai macam bentuk dan variasi ornamen yang hadir memberikan pemahaman tentang ragam hias yang berkembang di masa itu. Ornamen Sebagai Citra dan Faktor Daya Tarik Wisata Keputusan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh kuatnya faktor-faktor pendorong (push factor) dan faktorfaktor penarik (pull factor) (Pitana & Gayatri, 2005: 66). Tentunya banyak faktor yang memotifasi perjalanan wisata. Faktor yang dominan biasanya adalah escape yang artinya ingin melepaskan diri dari lingkungan yang dirasa menjemukan atau sekedar keinginan relaksasi. Namun perkembangan lebih lanjut, perjalanan wisata tidak hanya bermuara pada aspek tersebut, namun merambah pada perjalanan wisata pengetahuan atau education. Kompleks Makam Raja-raja Binamu di Jeneponto tentunya memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata yang berbasis pengetahuan dan sejarah. Kesejarahan menjadi pusat perhatian dalam destinasi ini. Namun disisi lain selain aspek kesejarahan, ragam hias atau ornamen yang melekat pada makam-makam tersebut kiranya mampu menambah daya tarik wisata. Hal ini tentunya belum banyak kesadaran tentang ornamen sebagai daya tarik wisata. Salah satu daya pikat masyarakat ingin berkunjung di kompleks makam Raja Binamu yaitu kehadiran ornamen. Namun pemahaman tentang ornamen kadang tidak disampaikan oleh pemandu wisata dan ornamen tidak diangkat sebagai citra kompleks makam Raja Binamu. Kompleks makam Raja Binamu di Jeneponto tidak banyak mengetahui keberadaan khusus untuk meng-creat-nya sebagai destinasi wisata. Kehadirannya masih terbatas sebagai tempat kunjungan siswa sekolah dasar hingga menengah untuk studi-studi sejarah. Padahal, keindahan ornamen dan kesejarahan memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata. Untuk itu perlunya sebuah citra destinasi wisata melalui potensi dalam hal ini ornamen. Ornamen dengan segala aspek dekoratif dan keindahan ketika dicitrakan dengan metode yang benar maka mampu menajadi daya tarik wisata. Hal ini juga dijelaskan Pitana dan Gayatri (2005: 65) bahwa citra juga bisa memberikan kesan bahwa suatu destinasi kan memberikan suatu atraksi yang berbeda dengan destinasi lainnya, sehingga menambah keinginan untuk mengunjungi destinasi. Melihat kurangnya daya tarik wisata ke Kompleks Makam Raja Binamu maka melalui tulisan ini mencoba mengajukan strategi citra dengan menggunakan eksotisme ornamen yang telah di bahas pada sub awal. Gagasan yang diajukan diantaranya 1) memunculkan ragam hias atau ornamen pada setiap media promosi, artinya pada saat ini 36

kompleks Raja-raja Binamu di Jeneponto hanya dikenal sebagai makam dan wisata sejarah, namun tidak banyak yang tahu bahwa makam tersebut kaya akan ornamen yang indah dan menyimpan informasiinfomasi masa lalu. 2) memberikan informasi tentang jenis-jenis ragam hias atau ornamen pada buku (booklet) panduan wisata, sehingga ketika wisatawan berkunjung ke destinasi tidak hanya mengabadikan foto ornamen namun memahami penjelasan melalui buku atau booklet. 3) menciptakan merchandise yang diambil dari motif-motif ornamen yang ada di kompleks makam Raja Binamu. Merchandise dapat berupa variasi produk, dari mulai gantungan kunci, miniature, atau replika dst. Hal ini salah satu strategi untuk mengenalkan ragam hias atau ornamen pada wisatawan. Melalui pemahaman dan gagasan yang ditawarkan melalui strategi tersebut, diharapkan ornamen mampu menunjang citra destinasi wisata selain aspek kesejarahan yang ada dalam kompleks makam Raja Binamu di Jeneponto. PENUTUP Artefak-artefak masa lalu dan juga masa kini tidak terlepas dari keberadaan ornamen. Oranamen atau ragam hias telah mengakar pada kehidupan masyarakat Indonesia. Peristiwa dan kehidupan pada masa lalu mampu dibaca melalui ornamen. Selain sebagai media membaca peristiwa masa lalu, ornamen menawarkan keindahan yang bersugestikan pada alam. Berkaitan dengan hal ini ornamen tentuharusdikaji lebih mendalam karena memiliki potensi yang besar khususnya di bidang Pariwisata. Komplek makam Raja Binamu di Jeneponto, Sulawesi Selatan selain sebagai tempat bersejarah juga menyuguhkan eksotisme ornamen yang melekat di hampir semua makam. Keindahan ini tidak hanya memanjakan mata, namun juga memberi pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan masa lalu yang menggambarkan kejayaan kerajaan Binamu yang terkenal pemberani dan tangguh dalam mempertahankan kerajaannya. Potensi ornamen ini tentunya akanmenjadi daya pikat tersendiri bagi wisatawan yang menaruh perhatian pada jenis wisata sejarah dan edukasi. Strategi yang baik serta pemahaman ornamen yang mendalam merupakan faktor besar dalam mendukung upaya menjadikan Kompleks Makam Rajaraja Binamu sebagi destinasi wisata yang berbasis seni dan kebudayaan. Melalui analisa terkait ornamen di Makam Raja-raja Binamu dapat ditarik pemahaman bahwa ornamen di sana mengandung dua pemahaman yaitu ornamen sebagai unsur dekoratif yaitu dengan kehadiran ornamen yang bersifat tematis repetisi seperti motif bunga parengreng. Selain sebagai dekoratif ornamen di makam tersebut juga bersifat simbolik, hal ini dengan adanya motif-motif fauna seperti; ayam, kuda, macan dan motif penggamabaran manusia. Ornamen yang bersifat simbolik tersebut menjelaskan kehidupan dan kegiatan raja-raja semasa hidupnya dan memiliki pesan moral. 37

Terkait dengan potensinya sebagai daya tarik wisata, kehadiran ornamen perlu adanya pemahaman dan srategi citra berupa 1) memunculkan ragam hias atau ornamen pada setiap media promosi, 2) memberikan informasi tentang jenis-jenis ragam hias atau ornamen pada buku (booklet) panduan wisata dan 3) menciptakan merchandise yang diambil dari motifmotif ornamen yang ada di kompleks makam Raja Binamu. Melalui pemahaman ornamen sebagai karya dekoratif dan simbolik dan strategi citra wisata di harapkan Kompleks makam Raja Binamu menjadi alternatif destinasi wisata yang strategis untuk wisata berbasis, seni, sejarah dan pendidikan. Upaya untuk merealisasikan memerlukan perhatian dari seganeap pihak, baik pemerintah, masyarakat dan akademisi. Seperti diketahui wisata yang berabasis pada sejarah, pendidikan dan kebudayaan kurang mendapat perhatian dibandingankan wisata yang berbasis keindahan alam. Semarang: Cipta Prima Nusantara. Soepratno. 1997. Ornamen Ukir Tradisional Jawa II. Semarang: IKIP Semarang Press. Suryadana, M. Liga dan Vanny Octavia. 2015. Pengantar Pemasaran Pariwisata. Bandung: Alfabeta. DAFTAR PUSTAKA Guntur. 2004. Ornamen Sebuah Pengantar. Surakarta: STSI Surakarta Press. Hoop. Van Der. 1949. Indonesian Ornamenal Design. Batavia, Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Pitana, I Gede dan Putu G. Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Penerbi Andi. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2011. Metodologi Penelitian Seni. 38