BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kegiatan Bank dapat dibagi menjadi perbankan ritel, berhubungan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

BAB II KERANGKA TEORI Pengertian Strategi Pemasaran One Stop Shopping. Menurut Kotler (dalam : 81)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global yang berkembang saat ini, muncul berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dibuka tetapi dapat dilihat dari munculnya produk-produk baru dengan segala

1 Universitas Kristen Maranatha

BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. yang sangat berarti pada kualitas pelayanan sehingga mempengaruhi pada tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah bank menjadikan masyarakat semakin leluasa di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat pesat. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

BAB I PENDAHULUAN. pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema. Eresto, Ecinema, Elounge, 7 KTV dan Banquet Service.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan dalam dunia bisnis di masa sekarang semakin ketat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Kepuasan Nasabah. Secara kuantitas artinya jumlah nasabah bertambah cukup signifikan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang

BAB I PENDAHULUAN. layanan yang bagus dipercaya dapat mempengaruhi nilai dan kepuasan nasabah sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga layanan internet banking serta telephone banking (Hart dan Smith,1998).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan dapat mempertahankan posisi pasarnya di tengah-tengah

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis retail merupakan jenis bisnis yang sudah lama ada di dalam pasar. Bisnis

I. PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan adalah instrumen penting dalam memperlancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia bisnis telah semakin ketat. Setiap perusahaan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank dengan pihak lain

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pelayanan menurut Kotler dan Keller (2007:42) merupakan setiap

BAB I PENDAHULUAN. atau jasa yang sebenarnya. Suatu perusahaan dapat mengambil langkah-langkah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Parasuraman et al. (1988) menyatakan bahwa kualitas pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam melakukan penelitian mengenai Pengaruh Kualitas. Pelayanan Terhadap Loyalitas Nasabah Dengan Kepuasan Nasabah Sebagai

KUALITAS PELAYANAN CUSTOMER SERVICE DAN LOYALITAS NASABAH PADA BANK BRI UNIT VETERAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan sektor pariwisata merupakan salah satu upaya yang

#13 KEPUASAN PELANGGAN

KEPUASAN PELANGGAN #12

BAB 1 PENDAHULUAN. pemulihan ekonomi Indonesia. Seiring dengan perkembangan bisnis toko ritel,

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis moneter yang melanda perekonomian Indonesia. menyebabkan industri perbankan menghadapi berbagai permasalahan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

BAB II LANDASAN TEORI

#14 KEPUASAN PELANGGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Didalam perkembangan ekonomi yang relatif lebih maju, peran. lembanga keuangan tidak dapat disampingkan. Lembaga keuangan perbankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. waktu ke waktu. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin

BEBERAPA MODEL KEBUTUHAN KONSUMEN

BAB 1 PENDAHULUAN. diperusahaan nasional maupun perusahaan asing. Perusahaan berlomba-lomba untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Layanan Kesehatan

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. bidang jasa pengiriman barang. PT. Pos Indonesia (Persero) sebagai salah satu Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Acuan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kazi Omar Siddiq dengan judul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Internet Banking dan Mobile Banking. baik dari produk yang sifatnya konvensional maupun yang baru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh dimensi-dimensi kualitas pelayanan. Berikut hasil dari penelitianpenelitian

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hal ini seperti tertuang dalam Pasal empat (4) Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memanjakan pelanggan dengan memberikan pelayanan terbaik. Para pelanggan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hal ini terutama berlaku di sektor jasa keuangan di mana deregulasi telah

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. kepuasan kepada pelanggan secara maksimal, karena pada dasarnya tujuan dari

BAB II URAIAN TEORITIS. Krisviyanti (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis pengaruh

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT PADA KANTOR KELURAHAN DESA DEMA AN KUDUS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai lembaga intermediasi, pihak perbankan membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya nasabah bank di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Perbankan Ritel Kegiatan Bank dapat dibagi menjadi perbankan ritel, berhubungan langsung dengan individu dan usaha kecil; bisnis perbankan, memberikan layanan kepada-pasar bisnis mid; perbankan korporasi, diarahkan pada badan usaha besar; swasta perbankan, jasa pengelolaan kekayaan individu prima dan keluarga, dan investasi perbankan, yang berkaitan dengan kegiatan di pasar keuangan. Sebagian besar bank yang mencari laba, perusahaan swasta. Namun, beberapa dimiliki oleh pemerintah atau organisasi nirlaba. Orang sering berpikir bahwa semua bank adalah sama dan tidak ada bedanya, tapi ini jauh dari kebenaran. Teori dasar di balik bank adalah bahwa mereka bergantung pada transformasi uang. Hal ini dapat mengubah uang antara orang melalui, uang tunai, cek atau kartu pembayaran. Transformasi lain yang mereka berikan adalah menggunakan waktu. Bank pada dasarnya mesin waktu dan mereka melakukan hal ini dengan mengambil tabungan jangka pendek dari orang-orang dan menggunakan mereka untuk membantu orang dengan pembelian jangka panjang. Sebagai contoh jika Anda memasukkan 800 di bank untuk menyimpan untuk liburan musim panas, ini dapat digunakan untuk membiayai hipotek bulan seseorang di telepon. Sebuah bank ritel akan cenderung untuk fokus pada pembayaran, pinjaman 9

jangka pendek, manajemen uang, tabungan, pinjaman jangka panjang dan hipotik. Tapi tidak semua bank ritel adalah sama, mereka umumnya dibagi menjadi kelompok-kelompok yakni: a) Bank Mortgage dan bangunan masyarakat merupakan jenis bank sederhana dalam menawarkan layanan-layanan standar. Tujuan membangun masyarakat adalah untuk awalnya mengambil deposito dan kemudian meminjamkan uang untuk hipotik. Mereka biasanya dituntut untuk memiliki account terbatas dan layanan jasa manajemen. Awalnya pemilik oleh orang-orang yang diselamatkan dengan mereka, masyarakat sekarang banyak bangunan komersial dan pasar modal terdaftar bank. Mereka sekarang dapat menawarkan layanan lebih banyak dan menawarkan giro yang bersaing dengan bank-bank tradisional. Bank yang termasuk dalam kategori ini termasuk Nationwide, Bradford dan Bingly dan Aliansi dan Leicester. b) Kliring bank atau bank universal mereka kadang-kadang dikenal. Ini adalah larges jauh dari bank-bank hipotek dan bangunan masyarakat. Mereka memiliki akses langsung ke jaringan pembayaran yang lain tidak seperti dulu. Biasanya ini adalah orang bank yang akan giro dan akan mengambil pinjaman dari. Mereka dikenal sebagai clearers karena fakta bahwa mereka dibersihkan cek. Bank-bank ini dikenal untuk menawarkan berbagai layanan yang lebih besar daripada orang lain sebagai manusia yang digunakan untuk mengelola uang melalui mereka. Sangat menarik untuk melihat bahwa sementara hipotek bank dan gedung perkantoran 10

telah memasuki pasar bank kliring, bank kliring telah pindah ke penawaran hipotik selama bertahun-tahun. Bank-bank kliring terbesar adalah Barclays, HBOS dan Lloyds TSB. A. Jenis bank ritel yakni: 1. Commercial bank : istilah yang digunakan untuk sebuah bank normal untuk membedakannya dari bank investasi. Setelah Depresi Besar, diperlukan Kongres AS bahwa bank hanya terlibat dalam kegiatan perbankan, sedangkan bank-bank investasi yang terbatas pada pasar modal kegiatan. Karena kedua tidak lagi harus berada di bawah kepemilikan terpisah, beberapa menggunakan istilah "bank komersial" untuk merujuk ke bank atau sebuah divisi dari bank yang sebagian besar berurusan dengan deposito dan pinjaman dari perusahaan atau bisnis besar. 2. Masyarakat bank : lembaga keuangan dioperasikan secara lokal yang memberdayakan karyawan untuk membuat keputusankeputusan lokal untuk melayani pelanggan dan para mitra. 3. Pembangunan masyarakat bank : bank diatur yang menyediakan jasa keuangan dan kredit untuk-melayani pasar bawah atau populasi. 4. Bank tabungan pos : tabungan bank yang terkait dengan sistem pos nasional. 5. Bank swasta : bank-bank yang mengelola aset kekayaan bersih individu tinggi. 11

6. Off shore bank : bank yang terletak di yurisdiksi dengan rendah dan peraturan perpajakan. B. Banyak bank luar negeri pada dasarnya adalah bank-bank swasta: 1. Bank Tabungan : di Eropa, bank tabungan mengambil akarnya dalam atau kadang-kadang bahkan 18 abad ke-19. Tujuan asli mereka adalah untuk menyediakan produk dengan mudah diakses tabungan untuk semua strata populasi. Di beberapa negara, tabungan bank diciptakan pada inisiatif masyarakat; pada orang lain, individuindividu sosial berkomitmen menciptakan yayasan untuk menempatkan infrastruktur yang diperlukan. Saat ini, tabungan bank Eropa telah memelihara mereka fokus pada perbankan ritel: pembayaran, produk tabungan, kredit dan asuransi bagi individu atau perusahaan kecil dan menengah. Selain itu fokus ritel, mereka juga berbeda dari bank komersial oleh jaringan distribusi yang luas desentralisasi mereka, memberikan lokal dan regional outreach-dan pendekatan mereka tanggung jawab sosial untuk bisnis dan masyarakat. 2. Building societies dan Landesbanks : lembaga yang melakukan perbankan ritel. 3. Etika bank : bank-bank yang memprioritaskan transparansi dari semua operasi dan hanya membuat apa yang mereka anggap bertanggung jawab-investasi sosial. 12

2.1.2 Kualitas layanan Menurut Zeithaml (1990) kualitas pelayanan adalah merupakan tingkat keunggulan untuk memenuhi harapan konsumen. Dan kualitas layanan dibentuk oleh perbandingan antara ideal dan persepsi dari kinerja kualitas (Oliver, 1993). Dan masih menurut Oliver (1993) bahwa kualitas pelayanan dapat dilihat dari kepercayaan (trust) konsumen terhadap janji perusahaan. Menurut Duffy dan Ketchand (1998) kualitas meliputi penilaian konsumen terhadap inti pelayanan tersebut, pemberi layanan atau keseluruhan organisasi pelayanan. Sedangkan kualitas adalah pertimbangan umum yang berhubungan dengan produk secara umum dan diakui bahwa kualitas pelayanan menentukan kepuasan konsumen. Pada saat ini semakin banyak perhatian konsumen pada kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan (Dhammnesta,1997). Sedangkan Hurley dan Estelami (1998) menyatakan bahwa kualitas pelayanan dan kepuasan konsumen mempunyai konstruksi hubungan yang nyata dan ada hubungan sebab akibat antara keduanya. Hasil penelitian Duffy dan Ketchand (1998) menunjukkan bahwa pada umumnya pelayanan tidak mempunyai kemampuan untuk memuaskan konsumen yang sedang mempunyai problem, terlebih lagi ketepatan dalam memberikan pelayanan sangat menentukan kepuasan konsumen. Dari hasil studi Cronin dan Taylor (1992) mengemukakan bahwa kualitas layanan dibentuk oleh expectation, performance, dan disconfirmation. 13

Menurut Zeithaml et. al. (1996), kualitas layanan dapat dilihat pada dimensi kualitas pelayanan yang meliputi : 1. Reliability 2. Responsiveness 3. Assurance 4. Empathy 5. Tangibles Apabila strategi di atas dapat dilakukan, pelanggan akan dapat merasakan kepuasan atas jasa yang telah diterimanya (perceived service). Karena itu pelanggan akan dapat memiliki persepsi positif atas jasa yang bersangkutan. Parasuraman, Zeithaml dan Berry dalam Oliver (1997, p.48) mengidentifikasi sepuluh dimensi kualitas layanan meliputi : tangibles, reliability, responsiveness, competence, country, credibility, security, access, communication and understanding. Selanjutnya dari sepuluh dimensi tersebut dirangkum menjadi lima dimensi pokok yaitu : 1. Tangibles (bukti langsung), yaitu bukti fisik dari jasa yang menunjang penyampaian pelayanan. Diantaranya fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2. Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan dengan segera, akurat dan memuaskan sesuai dengan yang dijanjikan. Hal ini berarti memberikan pelayanannya secara tepat sejak pertama kalinya. 14

3. Responsiveness (daya tanggap), yaitu keinginan dan kesigapan dari para karyawan untuk membantu konsumen dalam memberikan pelayanan dengan sebaik mungkin. 4. Assurance (jaminan), yaitu kemampuan para karyawan untuk menumbuhkan rasa percaya konsumen terhadap perusahaan, berupa : a) Competence (kompetensi), artinya setiap orang dalam perusahaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang berhubungan dengan kebutuhan konsumen. b) Courtesy (kesopanan), dapat meliputi sikap sopan santun dan keramahtamahan yang dimiliki para contact personnel. c) Credibility (kredibilitas), yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya, yang mencakup : nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakteristik pribadi (contact personnel) serta interaksi dengan konsumen. d) Empathy (empati), yaitu perhatian yang tulus yang diberikan kepada para konsumen, yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan dengan konsumen, komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan para konsumen. e) Access (akses), meliputi : kemudahan untuk dihubungi dan ditemui, berarti lokasi fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu menunggu yang tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi. 15

a. Communication (komunikasi), berarti memberikan penjelasan kepada konsumen dalam bahasa yang mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan konsumen. b. Understanding or knowing the customer, yaitu usaha untuk memahami kebutuhan konsumen. Parasuraman, Zeithaml dan L. Berry (1996) menyatakan apabila pelanggan mendapatkan pelayanan yang inferior maka mereka akan mengurangi pengeluarannya terhadap perusahaan (decrease spending), naiknya ongkos biaya untuk mendapatkan pelanggan baru (cost to attract new customer), atau bahkan kehilangan penggan (lost customer). Sedangkan Richins (1983) dan Scaglione (1988) menyatakan bahwa apabila konsumen mendapat kualitas yang kurang dari perusahaan maka mereka akan menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan perusahaan atau mengurangi pembelanjaannya atau sedikit sekali membelanjakan uangnya kepada perusahaan. Ini dapat menjadi indikasi rusaknya usaha-usaha yang dilakukan perusahaan. Sejumlah penelitian yang telah dilakukan oleh Oliver (1997); Rust, Zahorik dan Keiningham (1994) telah mendapatkan hasil bahwa tujuan mengukur kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan adalah untuk mendapatkan informasi untuk meningkatkan loyalitas pelanggan.dalam persaingan yang semakin ketat, usaha untuk memberikan kualitas pelayanan yang tinggi dan menciptakan kepuasan pelanggan yang tinggi dirasakan sangat penting bagi para pengusaha, karena menurut Cronin dan Taylor 16

(1992); Teas (1993), kualitas pelayanan yang tinggi serta kepuasan pelanggan yang tinggi pada akhirnya akan menciptakan loyalitas pelanggan. 2.1.3 Kepuasan nasabah Kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai evaluasi kesadara dan kecintaan pelanggan terhadap barang atau jasa yang telah disampai kepadanya oleh produsen tertentu (Oliver pada Birgelen et. al., 2000). Kepuasan dipengaruhi oleh tingkat harapan atas kualitas jasa (Cronin dan Taylor pada Birgelen et. al., 2000). Kotler (1997), mendefinisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang kemudian didapatnya dengan harapan. Jadi tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan harapan, semakin sesuai antara kinerja atau hasil yang diperoleh dengan harapan, maka akan semakin tinggi kepuasan yang akan didapat. Kepuasan pelanggan dengan demikian dapat didasarkan tidak hanya pada penilaian pelanggan terhadap keandalan penyampaian layanan, tetapi juga dari pengalaman pelanggan dengan proses penyampaian layanan (Dimitriades 2006). Bloemer et al., (1998) menunjukkan bahwa kepuasan dari nasabah merupakan salah satu elemen penting dalam menumbuhkan munculnya loyalitas nasabah bank. Kepuasan nasabah merupakan sikap setelah proses akhir dari suatu pembelian yang dibentuk secara psikologi berdasarkan perbandingan antara apa yang diharapkan dan kenyataan yang diperoleh 17

(Ueltschy et al 2007). Terkait dengan perbankan maka nasabah akan memilih bank yang mampu untuk memberikan kepuasan, baik itu dalam aktivitas layanan maupun dalam fitur-fitur produk yang ditawarkan (Meng dan Elliot 2008). 2.1.4 Loyalitas nasabah Konsep loyalitas konsumen juga diperluas pada perusahaan jasa yang biasanya menyediakan intangible products. Para ahli berpendapat konstruk service loyalty berbeda dari brand loyalty. Beberapa alasannya adalah sebagai berikut: (1) penyedia jasa mempunyai kemampuan untuk menciptakan keterikatan loyalitas yang lebih kuat dengan klien mereka dibanding penyedia barang (Czepiel dan Gilmore 1987; Zeithaml 1981), (2) loyalitas lebih besar atau lebih lazim pada produk jasa, dibanding pada konsumen yang mengkonsumsi barang (Snyder 1986; Zeithaml 1981), (3) jasa memberikan lebih banyak kesempatan bagi interaksi personal (Czepiel dan Gilmore 1987) yang pada akhirnya akan menyediakan lebih banyak kesempatan untuk membangun loyalitas (Parasuraman et al 1985; Surprenant dan Solomon 1987), (4) risiko yang dipersepsikan biasanya lebih besar dibanding bila membeli barang (Murray 1991), (5) pada beberapa jasa, pergantian antara beberapa penyedia layanan melibatkan hambatan tertentu yang tidak ada dalam perpindahan merek saat membeli barang. (Zeithaml 1981), sebagaimana dikutip dari Gremler et al (1996). 18

Loyalitas adalah sikap dari nasabah dalam menentukan pilihannya untuk tetap menggunakan produk atau jasa dari suatu perusahaan. Sikap menentukan pilihan tersebut juga untuk membuat komitmen dan melakukan pembelian ulang pada perusahaan tersebut (Foster dan Cadogan, 2000). Bagi Foster dan Cadogan, (2000) loyalitas nasabah akan melahirkan 40 perilaku dan tindakan nasabah seperti (1). Perilaku nasabah yang bersifat memberikan rekomendasi untuk mengajak orang lain untuk melakukan pembelian atau menggunakan produk tersebut. (2). Nasabah akan melakukan aktifitas transaksi atau mempergunakan segala bentuk layanan yang ditawarkan oleh pihak perbankan. (3). Nasanah akan menjadikan perbankan tersebut sebagai pilihan pertama dalam mempergunakan jasa keuangan. (4). Word of mouth yaitu perilaku nasabah untuk membicarakan hal-hal yang bagus terhadap produk dari bank tersebut ke orang lain. Lam et.al., (2004) memberikan dasar rujukan penting pada studi ini, penelitian ini menyelidiki hubungan antara kepuasan yang diterima dengan loyalitas pelanggan. Hasil yang dicapai merupakan justifikasi penting yang menjadi rujukan bahwa hubungan kepuasan pelanggan, dengan loyalitas pelanggan adalah positip. Oleh karena itu, bagi sebagian perusahaan acapkali diidentifikasikan loyalitas pelanggan sebagai jaminan keuntungan jangka pendek dan jangka panjang bagi para perusahaan (Pfeifer dan Farris 2006). 19

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut disajikan tinjauan hasil penelitian terdahulu untuk mendukung kerangka konseptual penelitian. Adi krismanto (2009) dalam penelitiannya menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas nasabah pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Semarang Pattimura. Faktor-faktor tersebut adalah Kualitas Pelayanan, Penanganan Komplain, Pengembangan Citra Dan Kepuasan Nasabah Serta Loyalitas Nasabah. Hasil penelitian menunjukan bahwa loyalitas nasabah dapat direkomendasikan sebagai masukan bagi pihak manajemen. Peneliti percaya bahwa pendekatan yang berkaitan dengan dimensi penanganan komplain dapat membantu manajer meningkatkan loyalitas nasabah. Joko Sugihartono (2009) dalam penelitiannya menganalisis pengaruh citra, kualitas layanan dan kepuasan terhadap loyalitas pelanggan pada PT. PUPUK KALIMATAN TIMUR Sales Representative Kabupaten Grobogan. Hasil penelitian ini menunjukan loyalitas pelanggan dipengaruhi secara positif oleh citra, kualitas layanan dan reputasi perusahaan. Semakin baik citra, kualitas layanan dan reputasi perusahaan, maka semakin meningkat pula loyalitas konsumen. Andi Lesmana (2008) dalam penelitiannya menganalisis kepuasan nasabah terhadap Bank Mandiri (Persero) Tbk di bagian Ritail dan Consumer Risk Group. Hasil penelitian ini adalah peningkatan kualitas pelayanan yang diberikan oleh para petugas bank masih belum memenuhi tingkat kepuasan nasabah secara menyeluruh. 20

Sarun Kumar (2010) dalam penelitiannya yaitu Influence of Service Quality on Attitudinal Loyality in Private Retail Banking: An Empirical Study. Hasil penelitian ini adalah secara keseluruhan berpengaruh positif antara kualitas layanan yang dirasakan menumbuhkan sikap pelanggan loyalitas melalui kepuasan pelangan. No Nama Penelitian 1 Adi Krismanto (2009) 2 Joko Sugihartono (2009) Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Nasabah pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Semarang Pattimura Analisis Pengaruh Citra, Kualitas Layanan dan Kepuasan Terhadap Loyalitas Pelanggan pada PT.PUPUK KALIMANTAN TIMUR, Sales Representative Kabupatan Grobogan Variabel Independen: Kualitas Layanan, Penanganan Komplain, Pengembangan Citra dan Kepuasan Nasabah Variabel Dependen: Loyalitas Nasabah Variabel Independen: Citra, Kualitas Layanan dan Kepuasan Pelanggan Variabel Dependen: Loyalitas Nasabah Hasil penelitian ini menunjukkan diantaranya bahwa kualitas pelayanan berdampak positip terhadap kepuasan nasabah Hasil penelitian ini adalah loyalitas pelanggan dipengaruhi secara positif oleh citra, kualitas layanan dan reputasi perusahaan 3 Andi Lesmana (2008) 4 S arun Kumar (2010) Analisis Kepuasan Nasabah terhadap Pelayanan Bank Mandiri (Persero) Tbk di Bagian Reital dan Consumer Risk Group Influence of Service Quality on Attitudinal Loyality in Private Retail Banking: An Empirical Study Variabel Independen: Kepuasan Nasabah Variabel Dependen: Kualitas Pelayanan Variabel Independen: Service Quality Variabel Dependen: Attitudinal Loyality Tingkat kualitas pelayanan yang diberikan oleh para petugas bank masih belum memenuhi tingkat kepuasan nasabah secara menyeluruh Hasil penelitian ini adalah secara keseluruhan berpengaruh positif antara kualitas layanan yang dirasakan menumbuhkan sikap pelanggan loyalitas melalui kepuasan pelangan 21

2.3 Kerangka Konseptual Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka model kerangka konseptual yang dipakai adalah : Kualitas Layanan H 1 Loyalitas Nasabah Kepuasan Nasabah H 2 Gambar 2.1 Kerangka konseptual Gambar 2.1 menjelaskan pengaruh kualiatas layanan dan kepuasan nasabah terhadap loyalitas nasabah pada perbankan ritel. Kualitas layanan memiliki hubungan yang sangat erat dengan kepuasan nasabah. Kualitas pelayana memberikan suatu dorongan kepada nasabah untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat meningkatkan kepuasan nasabah dimana perusahaan memaksimumkan pengalaman nasabah yang menyenangkan dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang menyenangkan. Pada gilirannya kepuasan pelanggan dapat menciptakan kesetiaan atau loyalitas sikap nasabah kepada perusahaan yang memberikan kualitas yang memuaskan. 22

2.4 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan kerangka konseptual diatas, maka dalam penelitian ini, hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut. H1 : Kualitas layanan dirasakan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah pada perbankan ritel. H2 : Kepuasan nasabah dirasakan berpengaruh signifikan terhadap loyalitas nasabah pada perbankan ritel. 23