4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur

dokumen-dokumen yang mirip
4.10. G. IYA, Nusa Tenggara Timur

4.15. G. LEWOTOBI PEREMPUAN, Nusa Tenggara Timur

7.4. G. KIE BESI, Maluku Utara

4.12. G. ROKATENDA, Nusa Tenggara Timur

5.5. G. LAWARKAWRA, Kepulauan Banda, Maluku

4.7 G. INIELIKA, Nusa Tenggara Timur

7.5. G. IBU, Halmahera Maluku Utara

II. PENGAMATAN 2.1. VISUAL

BERITA GUNUNGAPI ENAM GUNUNGAPI WASPADA JANUARI MARET 2008

G. TALANG, SUMATERA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

6.6. G. TANGKOKO, Sulawesi Utara

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

6.2. G. AMBANG, SULAWESI UTARA

4.8. G. INIE RIE, Nusa Tenggara Timur

EVALUASI SEISMIK DAN VISUAL KEGIATAN VULKANIK G. EGON, APRIL 2008

1.1. G. PUET SAGOE, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

6.5. GUNUNGAPI MAHAWU, Sulawesi Utara

Telepon: , , Faksimili: ,

BERITA GUNUNGAPI APRIL - JUNI 2008

AKTIVITAS GUNUNGAPI SEMERU PADA NOVEMBER 2007

4.9. G. EBULOBO, Nusa Tenggara Timur

PEMANTAUAN DAN SOSIALISASI ERUPSI G. SEMERU,MEI JUNI 2008

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Kelud di Kabupaten Kediri, Blitar dan Malang, Provinsi Jawa Timur.

4.19. G. ILI WERUNG, Nusa Tenggara Timur

4.13. G. EGON, Nusa Tenggara Timur

4.14. G. LEWOTOBI LAKI-LAKI, Nusa Tenggara Timur

4.20. G. BATUTARA, Nusa Tenggara Timur

BERITA GUNUNGAPI MEI AGUSTUS 2009

KORELASI PARAMETER SUHU AIR PANAS, KEGEMPAAN, DAN DEFORMASI LETUSAN G. SLAMET APRIL - MEI 2009

Geokimia Air Danau Gunung Kelimutu Flores, Nusa Tenggara Timur Geochemistry of Kelimutu Lake Water Flores, East Nusa Tenggara

5.3. G. WURLALI, Kepulauan Banda, Maluku

KEMENTRIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Bersama ini dengan hormat disampaikan tentang perkembangan kegiatan G. Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

7.2. G. GAMKONORA, Halmahera - Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

5.6. G. LEGATALA, Kepulauan Banda, Maluku

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

ERUPSI G. SOPUTAN 2007

4.21. G. SIRUNG, Nusa Tenggara Timur

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

Jenis Bahaya Geologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

Pos Pengamatan : Pos Pengamatan G. Kaba, Desa Sumber Urip, Kec. Sambirejo, Kab. Rejanglebong, Bengkulu.

: Piek Van Bali, Piek of Bali, Agung, Gunung Api. Kab. Karangasem, Pulau Bali. Ketinggian : 3014 m di atas muka laut setelah letusan 1963

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Lamongan dan di sebelah barat Gunung Argapura. Secara administratif, Ranu Segaran masuk

6.8. G. KARANGETANG, P. Siau Sulawesi Utara

5.2. G. WETAR, Kepulauan Banda, Maluku

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

6.7. G. RUANG, Sulawesi Utara

6.3. G. SOPUTAN, Sulawesi Utara

BAB I PENDAHULUAN. daratan. Salah satu kenampakan alam yang meliputi wilayah perairan ialah sungai.

G. SUNDORO, JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

G. MARAPI, SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menyertai kehidupan manusia. Dalam kaitannya dengan vulkanisme, Kashara

G. KERINCI, SUMATERA BARAT

Beda antara lava dan lahar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

G. SUMBING, JAWA TENGAH

DEBIT AIR LIMPASAN SEBAGAI RISIKO BENCANA PERUBAHAN LUAS SUNGAI TUGURARA DI KOTA TERNATE, PROVINSI MALUKU UTARA

TEKANAN PADA ERUPSI GUNUNG BERAPI

BAB 1 PENDAHULUAN. lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Hindia-australia dan Lempeng Filipina dan. akibat pertumbukan lempeng-lempeng tersebut (Gambar 2).

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis Indonesia terletak di daerah khatulistiwa dan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

G. BUR NI TELONG, NANGGROE ACEH DARUSSALAM

6.1. G. COLO (P. Una-una), Sulawesi Tengah

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

BERITA GUNUNGAPI JANUARI APRIL 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gunung api tidak dijumpai di semua tempat. Indonesia terletak pada pertemuan tiga

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

7.3. G. GAMALAMA, P. Ternate, Maluku Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara secara geografis terletak pada 1ºLintang Utara - 4º Lintang Utara dan 98 Bujur Timur Bujur

SISTEM INFORMASI BENCANA GUNUNG API (STUDI KASUS GUNUNG API SALAK JAWA BARAT)

BAB III METODA PENELITIAN

STANDAR KOMPETENSI. kehidupan manusia. 1.Mendeskripsikan keragaman bentuk muka bumi, proses pembentukan dan dampaknya terhadap kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. samudra Hindia, dan Samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan. Menurut Bakosurtanal, pulau di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

4.11. G. KELIMUTU, Nusa Tenggara Timur KETERANGAN UMUM G. Kelimutu Nama Nama Lain Nama Kawah Tipe Gunungapi Lokasi Geografis Lokasi Administratif Ketinggian Kota Terdekat : Kelimutu : Keli Mutu, Kawah Tiga Warna, dan Geli Mutu : Kawah Tiwu Ata Polo (+ 1381.5 m) terletak di sebelah timur-laut kawah kedua yaitu Tiwu Nua Muri (+ 1394.4 m), kedua kawah dipisahkan oleh dinding kawah yang tipis (lebar kl. 2.0 m). Di arah barat terletak kawah Tiwu Ata Mbupu (+ 1354.2 m). : Tipe Strato : 08 45'30" LS dan 121 50'00" BT : Kabupaten Ende, Flores - Nusa Tenggara Timur : 1384.5 meter di atas permukaan laut : Ende Pos Pengamatan Gunungapi : Kampung Kolorongo, Desa Koa Nora, Kabupaten Ende. (08 o 44 38,52 LS dan 121 o 50 12,12 BT, ketinggian lk. 851 meter di atas permukaan laut) PENDAHULUAN Cara Pencapaian Pencapaian kawah atau puncak relatif mudah yaitu melalui desa Koa Nora yang terletak pada jalan utama Ende-Maumere. Kendaraan roda empat dapat mencapai tepi kawah pada ketinggian lk. 1635 m di atas permukaan laut.

120 O BT 122 O BT U 08 O LS L.Bajo Ruteng Reo G. Anak FLORES Bajawa Ende G. Maumere 09 O LS 0 40 km Peta Lokasi G. Kelimutu, Kabupaten Ende, NTT Inventarisasi Sumberdaya Gunungapi - Potensi Energi - Potensi bahan galian golongan C - Potensi Agrobisnis Potensi Wisata Danau-danau kawah atau Telaga Tiga Warna tersebut dan keadaan alam yang indah disekitarnya, merupakan gunungapi yang menjadi objek wisata. SEJARAH LETUSAN Menurut keterangan penduduk di sekitar gunungapi ini, ketiga danau kawah telah ada sepanjang sejarah. Dinding antara kedua kawah yang terletak di sebelah timur tadinya jauh lebih besar dan sama tingginya dengan dinding lainnya. Kira-kira 80 tahun yang lalu, orang masih dapat berjalan dari Doi ke Bulu Ria melewati dinding kawah tadi. Setelah itu terjadi letusan yang melontarkan abu dan batu hingga mencapai Kampung Pemo. Karena itu dinding menjadi sempit atau boleh dikatakan hampir lenyap. Aliran lahar dan hujan abu pada waktu itu turun, hingga suasana menjadi gelap gulita. Menurut taksiran terjadinya lk. antara tahun 1869 dan 1870. Kegiatan terakhir adalah pada tahun 1968; letusan-letusan disusul dengan semprotan-semprotan air serupa geysers mencapai tinggi 10 m. Sejarah erupsi danau Kawah Tiwu Nua Muri Kooh Fai (danau hijau) dapat diringkaskan sebagai berikut : 1938 Bulan Mei - Juni terjadi kegiatan di Tiwu Nua Muri Kooh Fai. Neumann van padang (1951) mencamtumkan sebagai letusan freatik

1967 Bulan September warna air danau Tiwu Nua Muri Kooh Fai berubah dari hijau menjadi putih yang sebabkan lebih banyak belerang yang diendapkan oleh tembusan fumarola atau oleh kenaikan kegiatan. 1968 Kusumadinata (1968), melaporkan terjadinya letusan dalam air Tiwu Nua Muri Kooh Fai tanggal 3 Juni. Gejala ini didahului oleh suara mendesis, disusul dengan semprotan air coklat kehitamhitaman. Di sebelah barat danau, semburan ini terjadi pada lebih dari satu tempat dan semuanya terjadi dibagian sebelah barat. Semprotan air ini mencapai ketinggian maksimum 10 m. Dilihat dari produk erupsinya yang banyak terdiri atas batuan lava maka diinterpretasikan bahwa karakter letusan G. Kelimutu lebih didominasi oleh erupsi bersifat efusif yang diselingi oleh erupsi yang bersifat eksplosif. a. Erupsi atau letusan Gunung Kelimutu merupakan letusan magmatik eksplosif yang sangat membahayakan; b. Letusan freatik sering terjadi mengingat terdapatnya air danau kawah; c. Letusan freatomagmatik dapat terjadi sedangkan letusan freatik dapat merupakan letusan pendahuluan dari suatu letusan magmatik. GEOLOGI Tubuh G. Kelimutu merupakan kerucut yang dibangun oleh endapan piroklastika hasil letusan eksplosif dan leleran lava yang efusif. Lerengnya berkembang ke arah timur dan di bagian puncak terdapat 3 (tiga) buah danau kawah dengan warna air yang berbeda. Luas ketiga kawah tersebut kira-kira 1.051.000 meter persegi dengan volume air lk. 1.292 juta m 3. Batas antara ketiga kawah tersebut adalah pematang-pematang (dinding) sempit yang mudah longsor. Dinding ini sangat terjal dengan sudut antara 60 o sampai 70 o dan disana-sini tegak lurus. Ketinggian dinding berkisar antara 50 sampai 150 m. Kawah Tiwu Ata Polo (7 Maret 2007)

Kawah Tiwu Nua Muri Kooh Fai (7 Maret 2007) Kawah Tiwu Ata Mbupu (PVMBG, Kushendratno, 7 Maret 2007) Kemmerling (1929) melakukan pengukuran terhadap kawah-kawah. Nama Tepi Kawah Tepi Danau Ukuran Ketinggian Ukuran Ketinggian Kedalaman Warna air Isi air Tiwu Ata Mbupu 850x700m 1640-1557 m 300x280 m 1400 m -67 m Biru 345.000 m 3 Tiwu Nua Muri Kooh Fai 600x380m 1548-1455 m 380x280 m 1420 m -127 m Kehijau - hijauan 501.000 m 3 Tiwu Ata Polo 600x380 m 1570-1455 m 380x280 m 1420 m -64 m Merah 446.000 m 3 GEOMAGNET Penyelidikan geomagnet di G. Kelimutu dan sekitarnya adalah untuk memperoleh gambaran sebaran anomali magnet di daerah tersebut dengan tujuan memperoleh gambaran sebaran batuan dan struktur bawah permukaan G. Kelimutu. Hampir 70 % dari luas daerah penyelidikan mempunyai harga anomali magnet rendah yang merupakan cerminan dari sebaran batuan vulkanik sebagai produk utama dari letusan G. Kelimutu. Letusan di waktu lampau yang membangun bentuk tubuh gunung itu sendiri. Daerah

anomali magnet tinggi diperkirakan merupakan daerah yang mengalami pengaruh kuat medan magnet yang ditimbulkan oleh batuan dasar granit. Struktur sesar membentang dengan arah relatif baratlaut tenggara dan barat timur, diperkirakan akan memberi dampak terhadap pertumbuhan arah kawah ke arah Tenggara. DEFORMASI Pengukuran deformasi pertama kali dilakukan di G. Kelimutu pada tahun 2007 menggunakan metode EDM dengan dua lokasi reflektor di daerah puncak dan dua lokasi instrumen di daerah kaki gunung. Lokasi titik ukur deformasi dengan metode EDM No Lokasi Kode Koordinat Ketinggian 1 Pos PGA G.Kelimutu (desa DKL0 S 08 o 44,646 dan 810 m Kolorongo) E 121 o 50,199 2 Kampung Moni DKL 1 S 08 o 45,124 dan 670 m E 121 o 51,293 3 Lereng bukit Wolo Langga DKL 2 S 08 o 45,070 dan 1126 m E 121 o 49,715 4 Di atas bukit Kp. Nua Baru DKL 3 S 08 o 45,743 dan E 121 o 50,249 1100 m DKL 0 dan DKL 1 adalah titik tempat instrumen sedangkan DKL 3 dan DKL 4 adalah tempat reflektor. GEOKIMIA Fumarola baru muncul di Mutu Loo yang berada di lereng G. Kelimutu bagian timur dimana aktivitasnya dimulai bulan Mei tahun 2006. Aktivitas fumarol pada saat ini sudah bertambah sampai ke lereng barat dimana fumarola tersebut mengeluarkan hembusan gas dengan intensitas kuat setinggi lk. 10 m dari pusat fumarola serta suara blazer dengan intensitas keras. Pembahasan dari sisi geokimia dalam hal ini kimia air sangat menarik, karena adanya tiga danau kawah dengan warna yang berbeda. Di samping itu, banyak tersebar mataair panas di lereng-lerengnya. Hasil Pemeriksaan Air di Lapangan pada bulan Juni 2007 No LOKASI Temperatur Air ( o C ) ph BAU Warna air 1 Ad. Tiwu Atopolo 29,5 2,12 Bau besi Jernih 2 AP. Toba 43,0 3,04 Bau H2S Jernih 3 As. Aemutu 20,9 1,61 Tidak berbau Jernih

4 AP. Matu loo Baru 90,4 6,81 Bau H2S sedikit Jernih 5 AP. Watugana 34,8 6,44 Tidak berbau Jernih 6 AP. Liasembe 41,5 8,9 Tidak berbau Jernih 7 AP. Kolorongo 36,7 5,73 Tidak berbau Jernih 8 AP. Aelawa 35,4 4,53 Tidak berbau Jernih 9 As. Muru Keba 20,9 4,22 Tidak berbau Jernih 10 As. Mboeli 20,3 5,76 Tidak berbau Jernih 11 AP. Jopu 35,4 2,42 Berbau H2S Jernih Catatan: Ad=air dingin, AP=air panas, As=air sungai LOKASI Kandungan relatif unsur-unsur kimia air G. Kelimutu, thn 2007 Persentase Na/1000 K/100 Mg 1/2 Cl - HCO 3 - Ad. Toba 1 2 97 38 0,00 62 AP. Toba 1 3 96 52 0,00 48 AP. Mutu Loo 2 1 97 33 16 51 SO 4 2- As. Muru Keba 1 3 96 7 89 4,00 AP. Kolorongo 1 2 97 11 85 4,00 AP. Watugana 1 2 97 26 22 52 AP. Aelawa 1 1 98 29 32 39 AP. Liasembe 1 2 97 11 88 1,00 As. Mboeli 1 1 98 25 71 4,00 AP. Jopu 1 2 97 57 0,00 43 As. Aemutu) 1 1 98 39 0,00 61 MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Visual Pengamatan visual dan cuaca yang meliputi: kenampakan gunung, warna dan tinggi asap, perubahan warna air danau, tekanan gas, suhu udara, keadaan cuaca, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan, angin. Kegempaan Seismometer penerima gempa dengan sistem radio telemetri dipasang di sebelah timur puncak G. Kelimutu pada posisi geografi 08 o 45 41,82 LS dan 121 o 50 09,54 BT, ketinggian lk. 1103 m dml. Sinyal gempa ditransmisikan dengan sistim radio pancar (RTS) ke Pos Pengamatan dan direkam dengan pencatat gempa tipe PS-2.

-8º39'09.00-8º39 09.00 121º36 18.00 121º55 00.00 KETERANGAN : : POS PGA U : TITIK UKUR EDM : STASIUN SEISMIK : KONTUR 100 m -8º53 07.50-8º53 07.50 121º36 18.00 121º55 00.00 Lokasi stasiun seismik temporer dan permanen yang terpasang di G. Kelimutu dan lokasi titik ukur EDM. Kegempaan yang terekam di G. Kelimutu didominasi oleh gempa-gempa tektonik jauh dan tektonik lokal, gempa vulkanik sangat jarang terekam di G. Kelimutu. Daerah Bahaya Berdasarkan sifat letusan G. Kelimutu, maka bahaya gunungapi yang mungkin terjadi sebagai berikut: a. Bahaya letusan berupa lontaran material-material lepas (bom vulkanik, lapilli, dan abu gunungapi), serta material batuan sampaing pada saat letusan terjadi berupa hasil gerusannya terhadap sisa kepundan maupun kawah. Jauhnya lontaran materialmaterial vulkanik tersebut tergantung pada kekuatan letusan dan ukuran serta arah angin. Umumnya bom vulkanik dan lapilli yang dilontarkan pada waktu letusan tersebar di sekeliling kawah. b. Bahaya lemparan Lumpur dan lahar. Terdapatnya telaga atau danau di dalam dasar kawah memungkinkan terjadinya lemparan/semburan Lumpur akibat letusan magmatik yang eksplosif maupun letusan

freatik. Lumpur yang dilemparkan dapat bersifat panas. Karena air yang terdapat dalam danau cukup banyak, sangat mungkin terjadinya lahar letusan atau aliran lahar. Peta daerah bahaya telah disusun oleh Kusumadinata dkk (1968) yang mencantumkan Daerah Bahaya dan Daerah Waspada. Peta ini disempurnakan oleh A. Djuhara dkk (1990) Batas-batas yang tertera dalam peta tersebut tidak mutlak tapi merupakan suatu pegangan untuk menyelematkan diri dari bahaya letusan gunungapi. Daerah Bahaya I Daerah bahaya I meliputi daerah kompleks kawah yang meluas melalui lembah lereng dan kaki bagian utara, barat, timur, selatan dan tenggara serta lembah-lembah sungainya, yang mungkin terlanda oleh jatuhan piroklastika, leleran lava, aliran abu (base surge) dan lahan primer (lahar letusan) atau aliran lahar yang dapat mematikan. Penduduk di daerah rendah sekitar Desa Koa Nora dan Wolo Waru perlu mempunyai kewaspadaan terhadap ancaman bahaya letusan Gunung Kelimutu. Daerah bahaya ini berbentuk lingkaran berjari-jari 5 km dari pusat kegiatan letusan dan dipengaruhi oleh lontaran atau lemparan bom vulkanik, lapili, pasir kasar dan aliran lahar, tergantung pada sifat dan kekuatan letusan gunungapi yang bersangkutan. Selain sifat kekuatan letusan, hembusan angin memegang peranan yang penting sehingga bentuk lingkaran dapat berubah menjadi bentuk lain misalnya elipsodial. Daerah Bahaya II Daerah bahaya II terutama meliputi daerah aliran sungai yang berhulu di bagian puncak atau tepi kawah. Bilamana lembah sungainya mempunyai topografi rendah atau landai ataupun berupa dataran, maka pad musim hujan dapat terlanda oleh lahar hujan. Luas Daerah Bahaya II lebih kurang 25 km 2, merupakan pemukiman penduduk dan lahan pertanian. Daerah ini dipengaruhi oleh bahan lontaran yang lebih halus berupa pasir kasar atau halus, abu gunungapi dan aliran lahar. Bentuk daerah ini adalah lingkaran dengan jari-jari 8 km dari titik pusat letusan dan akan berubah menjadi bentuk lain sesuai dengan arah dan kekuatan hembusan angin.

Peta Daerah Bahaya G. Kelimutu

Demografi Penyebaran pemukiman penduduk pada umumnya terdapat di sekitar lereng dan kaki sebelah selatan, tenggara dan timur gunungapi tersebut, seperti tampak dalam peta. Perkembangan perkampungan umumnya menyebar sepanjang jalan utama Endeh-Maumere dan jalan-jalan desa yang kondisinya lebih baik, serta sepanjang aliran sungai di sekitar gunungapi. Peta Daerah Bahaya G. Kelimutu memperlihatkan terdapatnya sejumlah penduduk yang bermukim di Daerah Bahaya I yang meliputi beberapa desa, terutama di lereng dan kaki bagian timur, tenggara dan selatan. Penduduk yang tinggal di daerah bahaya tersebut perlu waspada terhadap kemungkinan letusan gunungapi yang dapat membawa bencana. A.Djuhara dkk (1990) melakukan statistic jumlah penduduk terhadap masyarakat yang berdiam di daerah bahaya gunungapi seperti tertera dalam table berikut ini. No. Desa Kecamatan Jumlah Penduduk 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14 15. 16 17 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. Kaonora Woloora Moukoo Jopu Nuamurre Paru Wiwipomo Nuamulu Para Nggela Watijita Tenda Jopu Liwedetu Liselowodora Konara Nuarmora ND Va Ria Sokoria Wologai Kusulimbu Rogaria Wolodile ND Buga Woloweni Wolotololowena ND Wira Roa Watunbena Ngaluporo Wolojita Wolojita Wolojita Wolojita Wolojita Wolojita Dotosoko 77 1737 1588 2637 3549 1859 665 426 1256 756 855 751 1177 1195 152 2748 2259 1565 1642 1011 1764 1468 1460 1476 1685 650 365 175 625 425 245 J u m l a h 36.865 11

Penanggulangan Bahaya Untuk mengurangi bahaya Gunung Kelimutu pada masa mendatang, perlu dilakukan berbagai langkah sebagai berikut : 1. Meningkatkan kewaspadaan setiap adanya gejala peningkatan kegiatan Gunung Kelimutu dan memberikan penerangan kepada masyarakat terutama mereka yang bertempat tinggal disekitarnya, agar dapat mengambil langkah-langkah guna menghadapi bahaya gunungapi. Terutama Kampung Mboti, Kopo Bodeh, Wolo Air, Watu Raka, Bon Keu, Manu Kako (Gako), Koa Nora dan yang ada disekitarnya. 2. Menekan atau mengurangi jumlah pemukiman baru terutama yang mendekat kearah puncak dan sekitar lembah-lembah sungai atau jalur lahar; 3. Meningkatkan sarana komunikasi di daerah bahaya guna penyelamatan/ pengungsian penduduk bila terjadi tanda-tanda letusan besar; 4. Pengamatan secara terus menerus atau berkesinambungan dari Pos Pengamatan Gunungapi guna peramalan letusan dan bahaya gunungapi tersebut. 12

DAFTAR PUSTAKA Hidayati, S., 2007, Laporan Pengamatan Terpadu G. Kelimutu, Flores, Nusa Tenggara Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Kushendratno, 2007, Laporan Pemantauan Kegiatan Gunungapi Kelimutu, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. Kusumadinata K, 1979, Data Dasar Gunungapi, Direktorat Vulkanogi Palgunadi, S., 2001, Laporan Penyelidikan Magnet G. Kelimutu, Flores, Flores, Nusa Tenggara Timur, Pusat Vulkanogi dan Mitigasi Bencana Geologi, Bandung. 13