BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, karena kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting yang. satu faktor dalam memenangkan persaingan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Makanan olahan cepat saji sosis dan nugget. Daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan salah satu bentuk

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

BAB I PENDAHULUAN. Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN MENGENAI LABELISASI HALAL PADA PRODUK MAKANAN (STUDI KASUS KOTA LANGSA)

BAB I PENDAHULUAN. yang menyertainya tidak sesuai dengan ajaran syaria at. 1 Akan tetapi sulit bagi

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

BAB VII PENUTUP. A.1. Bentuk-bentuk perlindungan konsumen produk halal dan tayib dalam. hukum Islam dan sertifikasi halal MUI diwujudkan melalui:

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali

BAB I PENDAHULUAN I.1.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara yang mendapat perhatian yang lebih besar. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK TANPA LABEL HALAL DI ANEKA JAYA NGALIYAN SEMARANG

2017, No Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan Lembaran Negara

POLITIK HUKUM ISLAM DALAM REGULASI JAMINAN PRODUK HALAL ( Kajian UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal)

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

BAB VI JAMINAN KEHALALAN DAN MEKANISMENYA

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pada adanya pertambahan penduduk (Smith Adam, 1776). Dengan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PENDAHULUAN. Jumlah produk yang memperoleh sertifikat halal di Indonesia dalam kurun waktu

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara Indonesia adalah Negara hukum sebagaimana dirumuskan dalam

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

PENGARUH LABELISASI HALAL PRODUK KEMASAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditawarkan bisa meliputi barang fisik (tangible) atau meliputi barang jasa

LABEL HALAL PADA PRODUK PANGAN KEMASAN DALAM PERSPEKTIF PERLINDUNGAN KONSUMEN MUSLIM

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

BAB II KAJIAN YURIDIS TENTANG LABEL HALAL PADA MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN FASILITASI SERTIFIKASI PRODUK DAN PROSES PRODUKSI TA. 2016

BAB I PENDAHULUAN. mengeni suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label, konsumen dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

TEMA SEMINAR Ketersediaan Kuliner Halal dalam menyukseskan Visit Indonesia 2011 dan tahun selanjutnya.

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

Jurnal EduTech Vol. 3 No.2 September 2017 ISSN: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. dengan cara yang paling mudah. Namun, dalam tatanan kehidupan Islam telah

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87% beragama Islam merupakan potensi pasar yang sangat besar bagi produk-produk halal. Apabila produk dalam negeri belum mampu menerapkan sistem produksi halal, maka akan dimanfaatkan oleh produk negara lain yang telah menerapkan sistem produksi halal. Pada saat ini konsumen muslim di beberapa daerah berkecenderungan tertarik pada produk dari luar negeri karena sudah diproduksi dengan menggunakan label dan sertifikat halal yang terakreditasi dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena belum memasyarakatnya sistem produksi halal dalam negeri, maka produk impor seperti makanan, minuman, obat, kosmetika, dan produk halal lainnya akan menjadi ancaman bagi daya saing produk dalam negeri, baik dipasar lokal, nasional, maupun pasar bebas. Saat ini produk halal dari malaysia dan singapura telah masuk ke sebagian kawasan Indonesia barat, tengah dan timur dan apabila tidak segera diatasi akan mematikan pasar produk dalam negeri. 1 Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi dan menggunakan produk halal merupakan tantangan yang harus direspon oleh pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia. Sebagai contoh, pasar dalam negeri kini telah dibanjiri produk luar negeri yang berlabel halal. Sementara produk 1 Muhammmad Djakfar, Hukum Bisnis: Membangun Wacana Integrasi Perundangan Nasional dengan syariah (t.tp: UIN Maliki Press, 2013), hlm 238.

2 Indonesia yang di ekspor ke beberapa negara yang mayoritas muslim tidak dapat diterima hanya karena tidak mencantumkan label halal. Hal ini biasa terjadi karena kurangnya pengetahuan di kalangan pelaku usaha untuk berproduksi sesuai dengan standar produk halal. Namun, menurut LPPOM MUI menilai kesadaran pelaku usaha mulai meningkat secara perlahan namun belum signifikan untuk melakukan sertifikasi produk halal, meskipun sifatnya yang masih sukarela, belum menjadi kewajiban. Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) MUI Lukmanul Hakim mengungkapkan semenjak setahun setelah UU No. 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH) disahkan, kesadaran pelaku usaha perlahan mulai tumbuh, namun belum signifikan. Mengutip dari data LPPOM MUI, bila melihat dari tren sejak lima tahun terakhir, jumlah produk yang sudah disertifikasi terus menunjukkan angka kenaikkan yang signifikan. Sepanjang lima tahun terakhir, jumlah produk yang sudah mendapat izin edar dari BPOM sudah mencapai 344.967 produk. Sedangkan, produk yang sudah tersertifikasi MUI mencapai 188.691 produk. Artinya perbandingannya baru mencapai 45,3%. Akan tetapi, saat sebelum UU itu lahir, perbandingannya hanya mencapai kisaran 30% sampai 35% saja. Idealnya, menurut Lukman, paling tidak perbandingan antara jumlah produk yang sudah teregistrasi di BPOM dengan sertifikat halal yang sudah beredar bisa mencapai 85%. 2 2 Marsya Nabila., Animo Sertifikasi Produk Halal Meningkat, diakses melalui http://m.bisnis.com, (Diakses pada senin, 15 februari 2016, 16: 28 WIB)

3 Pemberlakuan labelisasi dan sertifikasi halal bertujuan untuk memenuhi tuntunan pasar (masyarakat konsumen) secara universal. Apabila tuntunan itu bisa terpenuhi, secara ekonomi, para pebisnis indonesia akan mampu menjadi tuan rumah dalam segala produk yang dibutuhkan, selain itu juga bisa melakukan persaingan di dunia perdagangan internasional. Tujuan lainnya adalah melindungi akidah konsumen, artinya dengan pemberlakuan labelisasi dan sertifikasi halal, para konsumen muslim merasa tidak ragu lagi dalam mengkonsumsi sebuah produk yang dibutuhkan, baik dalam bentuk makanan, minuman, kosmetika, obatobatan, maupun lainnya. 3 Masyarakat saat ini mengkonsumsi suatu produk tidak lagi terlalu memperhatikan kehalalan suatu produk. Mereka kebanyakan hanya berpikiran secara sempit bahwa produk yang secara langsung di produksi dari bahan baku yang tidak halal (alkohol dan babi misalnya) adalah haram. Padahal untuk memproduksi suatu produk tidak hanya berdasarkan bahan baku saja tapi juga mulai dari tata cara produksi, bahan-bahan tambahan ataupun unsur-unsur lainnya yang menyertai produksi produk tersebut juga haruslah halal. Padahal dalam ajaran syariat islam, tidak diperkenankan bagi kaum muslim untuk mengkonsumsi produk-produk tertentu karena substansi yang dikandungnya atau proses yang menyertainya. Dengan adanya label halal ini konsumen muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan mencantumkan label halal pada kemasannya. Konsumen muslim berhati-hati 3 Muhammad Djakfar, Hukum Bisnis: membangun wacana..., hlm 240

4 dalam memutuskan untuk mengkonsumsi atau tidak produk-produk tanpa label halal tersebut dan membeli produk-produk yang berlabel halal atau tidak merupakan hak konsumen itu sendiri. Dari sisi konsumen tentu saja mempunyai persepsi yang berbeda dalam memutuskan membeli suatu produk. Sebagian mungkin tidak peduli dengan kehalalan suatu produk sedangkan sebagian lainnya masih memegang teguh prinsip bahwa suatu produk harus ada label halalnya. Label halal yang terdapat pada kemasan produk, akan mempermudah konsumen untuk mengidentifikasi suatu produk. Di Indonesia penggunaan label halal sangatlah mudah ditemukan, pada produk makanan pada umumnya. Suatu produk yang tidak jelas bahan baku dan cara pengolahannya dapat saja ditempeli tulisan halal (dengan tulisan halal), maka seolah-olah produk tersebut telah halal dikonsumsi. Berikut label halal yang sering digunakan produsen untuk memberikan informasi kehalalan produknya: Gambar 1.1 Label halal tanpa ada nama lembaga yang menjaminnya Konsumen yang kurang memiliki pengetahuan tentang label halal akan beranggapan bahwa label halal ( seperti gambar diatas) yang tercantum dalam produk yang dibelinya adalah label halal yang sah. Padahal penentuan label halal pada suatu produk, tidak hanya asal tempel, harus dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan syariat islam yang melibatkan pakar dari berbagai disiplin

5 ilmu, baik agama maupun ilmu-ilmu lain yang mendukung. Di Indonesia Majelis Ulama Indonesia (MUI) adalah lembaga yang kompeten untuk melakukan penjaminan kehalalan produk dalam kerjanya peran MUI dibantu oleh LPPOM- MUI (Lembaga Pengkaji an Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika-Majelis Ulama Indonesia). Lembaga ini dibentuk untuk membentuk Majelis Ulama Indonesia dalam menentukan kebijaksanaan, merumuskan ketentuan-ketentuan,rekomendasi dan bimbingan yang menyangkut pangan, obat-obatan dan kosmetika sesuai dengan ajaran islam. Lembaga inilah yang sebenarnya berwenang memberi sertifikat halal kepada perusahaan yang akan mencantumkan label halal. Religiusitas menurut Schiffman dan Kanuk telah berperan penting dalam masyarakat Yahudi di Amerika Serikat dalam mempengaruhi keputusan membeli produk. Masyarakat Yahudi di Amerika menganggap masalah halal adalah perkara penting didalam memilih suatu produk yang akan dikonsumsinya. 4 Hal serupa juga terdapat di Indonesia berdasarkan penelitian Aisyah yang menemukan kecenderungan konsumen muslim untuk mempertimbangkan masalah kehalalan dalam memilih produk yang akan dikonsumsi. 5 Kemudian dalam pengambilan keputusan konsumen Schiffman dan Kanuk, religiusitas dimasukkan sebagai sub budaya dalam kelompok sosio-kultural yang juga memberikan pengaruh eksternal dalam proses pengambilan keputusan konsumen. 5 Dwiwiyati Astogini, dkk, Aspek Religiusitas dalam Keputusan Pembelian Produk Halal (Studi tentang Labelisasi Halal pada Produk Makanan dan Minuman Kemasan), (Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman, Vol. 13, No.1, Maret 2011), hlm. 2

6 Disinilah konsumen diharapkan bisa teliti sebelum membeli. Dalam pemilihan produk makanan konsumen sebaiknya menggunakan proses keputusan yang luas dengan tingkat keterlibatan tinggi. Salah memilih makanan akan mengakibatkan kesehatan konsumen, terutama kesehatan pencernaan yang efeknya bisa sampai jangka panjang. Salah satu hak konsumen dalam mengkonsumsi suatu produk (barang dan jasa) adalah memperoleh informasi yang benar untuk produk yang akan dikonsumsinya. Informasi bisa diperoleh konsumen melalui iklan maupun label yang tertera dalam kemasan produk. Cara yang paling mudah dilakukan untuk memilih produk halal adalah dengan melihat ada tidaknya lebel halal pada kemasannya. Produsen yang akan mencantumkan label halal harus memiliki sertifikat halal lebih dahulu. Realitas lapangan saat ini menunjukkan ketidakpahaman terhadap produk yang bersertifikat halal sangat memprihatinkan, lebh-lebih bagi para mahasiswa yang mempunyai pendidikan Agama, khususnya Mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah Angkatan 2014 STAIN Pekalongan ini beranggapan seolah-olah sertifikat/ label halal yang tertera di dalam suatu kemasan menjadi suatu yang tidak penting untuk dipahami terlebih dahulu sebelum dikonsumsi, karena tugas memahami sertifikat halal adalah Majelis Ulama Indonesia. Akibatnya ketidakpahaman semacam ini menjadikan suatu komunitas untuk tidak peduli terhadap makna sertifikat/label halal dalam produk tersebut. Sehingga atas dasar ini, dapat menjadi tolak ukur terhadap populasinya dalam memberikan contoh dalam memilih dan memilah produk halal, khususnya contoh yang baik di dalam merealisasikan wawasan Agama.

7 Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah Angkatan 2014 STAIN Pekalongan yang sebagian besar mahasiswanya secara tidak langsung mendapatkan pengajaran terhadap pemahaman produk halal dalam mengkonsumsi suatu produk, dapat menjadi perwakilan dari populasi Muslim di STAIN Pekalongan yang menjadi konsumen, dan dapat dijadikan sebagai tolak ukur terhadap aplikasi dari pemahaman mereka dan sangat tmencerminkan sejauh mana pemahaman dan kepedulian mereka sebelum mengkonsumsi produk, baik makanan, minuman, kosmetik, obat-obatan maupun produk halal lainnya. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil penelitian dengan judul PENGARUH LABEL HALAL DAN RELIGIUSITAS TERHADAP KEPUTUSAN MEMBELI MAHASISWA PRODI EKONOMI SYARIAH ANGKATAN 2014 STAIN PEKALONGAN. B. Rumusan Masalah 1. Apakah label halal berpengaruh terhadap keputusan membeli? 2. Apakah religiusitas berpengaruh terhadap keputusan membeli? 3. Apakah label halal dan religiusitas berpengaruh terhadap keputusan membeli? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan membeli. 2. Untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap keputusan membeli. 3. Untuk mengetahui label halal dan religiusitas berpengaruh terhadap keputusan membeli.

8 D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi ini: 1. Teoritis Penelitian ini diharapkan berguna sebagai bahan pertimbangan dan informasi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Disisi lain penelitian ini dapat menambah wawasan dan kepustakaan bagi pihakpihak yang berkepentingan. 2. Praktis a. Hasil penelitian memberikan pengetahuan kepada para konsumen tentang perlunya perlindungan konsumen terhadap produk berlabel halal. b. Memberikan sumbangan pemecahan masalah bagi pemerintah dalam mensosialisasikan label halal yang resmi kepada seluruh lapisan masyarakat. c. Memberikan dukungan kepada LPPOM MUI dalam masalah sosialisasi agar masyarakat dapat membedakan mana label halal yang resmi dan mana label halal yang palsu.

9 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini di bagi dalam lima bab yaitu: BAB I Pendahuluan, Berisi untuk mengantarkan permasalahan skripsi secara keseluruhan meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Pustaka, Bab ini berisi landasan teori yang berhubungan dengan penelitian, Penelitian yang Relevan, Kerangka Berpikir dan Hipotesis dalam penelitian ini. BAB III Metode Penelitian, Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini meliputi: jenis dan pendekatan penelitian, setting penelitian, variabel penelitian, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, sumber data, instrumen dan teknik pengumpulan data penelitian, serta teknik pengolahan dan analisis data. BAB IV Hasil, Analisis Data dan Pembahasan, Bab ini berisi pendeskripsian data hasil penelitian baik yang lapangan maupun penelitian pustaka. Dan pembahasan mengenai Pengaruh Label Halal dan Religiusitas terhadap Keputusan Membeli Mahasiswa Prodi Ekonomi Syariah Angkatan 2014 STAIN Pekalongan. BAB V Penutup, Bab ini berisi simpulan dan saran.