III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga bulan April 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Mei 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Laboratorium Struktur Bahan, Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

Pembuatan Panel Beton Berbasis Perlit dan Aplikasinya sebagai Insulator Panas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui dan menjelaskan karakteristik suatu komposit beton-polimer agar dapat

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh batako beton ringan sekam

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

II.TINJAUAN PUSTAKA. sifat dan karakteristik yang berbeda dari unsur penyusunnya. Dengan perbedaan

I. PENDAHULUAN. Batu apung adalah salah satu jenis material yang berasal dari muntahan lahar

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

PENGARUH ADITIF LATEKS DAN KOMPOSISI TERHADAP KARAKTERISTIK BETON DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT (SLUDGE) INDUSTRI KERTAS TESIS.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

METODE. 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan. 3.2 Alat dan Bahan Bahan Alat

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Material, Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 10. Skema peralatan pada SEM III. METODE PENELITIAN. Untuk melaksanakan penelitian digunakan 2 jenis bahan yaitu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada September hingga Desember 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBUATAN BETON SEMEN POLIMER BERBASIS SAMPAH RUMAH TANGGA DAN KARAKTERISASINYA TESIS. Oleh ETY JUMIATI /FIS

Lampiran A. Perhitungan Untuk Menentukan Densitas

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perlakuan panas atau annealing pada lapisan sehingga terbentuk butiran-butiran

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano.

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

ANALISIS SIFAT FISIS KERAMIK BERPORI BERBAHAN DEBU VULKANIK GUNUNG SINABUNG

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2015 sampai November

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

BAB I PENDAHULUAN. serta bahan tambahan lain dengan perbandingan tertentu. Campuran bahan-bahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Kimia dan Laboratorium

3 Metodologi Penelitian

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI MAGNET PERMANEN BAO.(6-X)FE2O3 DARI BAHAN BAKU LIMBAH FE2O3

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB III METODE PENELITIAN. hingga bulan Desember Tempat pelaksanaan penelitian ini yaitu

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Diagram Alir Diagram alir penelitian selama proses penelitian dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1 dibawah ini : Mulai

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Teknik Mesin Jurusan Teknik

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

Gambar 3.1. Alat Uji Impak Izod Gotech.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

LAMPIRAN 1 HASIL PERHITUNGAN PENGUJIAN SIFAT FISIS DAN SIFAT MEKANIK

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

BAB IV. Gambar 4.1 Pasir Merapi 2. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I merk Gresik, lihat Gambar 4.2.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV DATA DAN ANALISIS

PEMBUATAN ALUMINIUM BUSA MELALUI PROSES SINTER DAN PELARUTAN SKRIPSI

(Maryati Doloksaribu)

BAB III METODE PENELITIAN. bulan agustus tahun 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Semakin besar nilai MHB, semakin menunjukan butir butir agregatnya. 2. Pengujian Zat Organik Agregat Halus. agregat halus dapat dilihat pada tabel 5.

KARAKTERISASI SIFAT MORFOLOGI DAN UNSUR KIMIA BATAKO DARI LIMBAH ABU BATUBARA DAN LIMBAH INDUSTRI KARET (RUBBER SLUDGE)

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini adalah Laboraturium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA UNILA 3.2. Bahan Baku Bahan baku yang dipergunakan untuk pembuatan panel komposit polimer antara lain: pasir sungai, batu apung, resin epoxy, thinner, katalis. 3.3. Peralatan Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan komposit polimer ini antara lain: timbangan (neraca digital), gelas ukur, spatula, cetakan sampel (pipa PVC), Universal Testing Machine (UTM), Scanning Electron Microscope (SEM) dan EDX, Ayakan (screen).

18 3.4. Variabel dan Parameter Variabel percoban pembuatan komposit polimer adalah: 1. Variasi komposisi batu apung: 0, 10, 20, 30, dan 50 % berat dari total pasir yang digunakan. 2. Variasi komposisi epoxy resin: 15, 20, dan 25 % dari berat total agregat (bahan pasir + batu apung) Parameter-parameter yang dilakukan meliputi pengujian: densitas, porositas, kuat tekan,konduktivitas thermal, kuat redam bunyi dan mikrostrukturnya. Pada tabel 3.1 sampai dengan 3.3., diperlihatkan komposisi bahan baku (pasir, batu apung dan epoxy resin) pada pembuatan komposit polimer. Tabel 3.1 Komposisi campuran bahan baku dengan epoxy resin 15 % dari total pasir dan batu apung. Kode Sampel Batu apung pasir Epoxy resin K1 0 300 45 K2 30 270 45 K3 60 240 45 K4 90 210 45 K5 150 150 45 Tabel 3.2 Komposisi campuran bahan baku dengan epoxy resin 20 % dari total pasir dan batu apung. Kode Sampel Batu apung pasir Epoxy resin L1 0 300 60 L2 30 270 60 L3 60 240 60 L4 90 210 60 L5 150 150 60

19 Tabel 3.3 Komposisi campuran bahan baku dengan epoxy resin 25 % dari total pasir dan batu apung. Kode Sampel Batu apung pasir Epoxy resin M1 0 300 75 M2 30 270 75 M3 60 240 75 M4 90 210 75 M5 150 150 75 3.5. Prosedur Pembuatan Sampel komposit Polimer Preparasi sampel komposit polimer diperlihatkan seperti pada Gambar 3.1. Pada pembuatan komposit polimer, masing-masing bahan baku, yaitu: pasir, batu apung, epoxy resin dan thinner (50% dari total berat resin) ditimbang sesuai dengan komposisi yang tercantum pada Tabel 3.1-3.3 Thiner yang dipakai biasa digunakan sebagai pengencer cat minyak dan dalam penelitian ini digunakan sebagai pengencer epoxy resin. Sedangkan jenis epoxy resin yang digunakan adalah GK (dua component adhesive). Pasir sungai Batu apung Epoxy resin Pencampuran Penimbangan Pencetakan Pengerasan Pengujian Gambar 3.1 Diagram alir proses preparasi komposit polimer.

20 Ketiga bahan baku tersebut dicampur dan diaduk dalam suatu wadah hingga tercampur merata (homogen), Selanjutnya bahan adonan ( slurry) tersebut dituangkan ke dalam cetakan yang terbuat dari pipa PVC dengan bentuk sampel berupa silinder ( diameter 2.75 cm dan tinggi 10 cm). Setelah adonan dicetak, kemudian dikeringkan untuk mengalami proses pengerasan. Sampel yang telah mengalami pengerasan kemudian dilakukan pengujian, meliputi: densitas, porositas, kuat tarik, kuat tekan, dan kuat patah, dan uji mikrostruktur. 3.6. KARAKTERISASI 3.6.1. Densitas Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material. Pengukuran densitas (bulk density) dari masing-masing komposisi yang telah dibuat, dilakukan sebagai berikut : 1. Sampel yang telah mengalami pengerasan (ageing) 2. Kemudian timbang massa sampel kering ( m K ) dengan menggunakan neraca digital. 3. sampel yang telah ditimbang, kemudian direndam di dalam air selama 24 jam untuk mendapatkan masa jenuh (m J ) 4. Sampel yang telah ditimbang, kemudian diukur massa basah dalam air ( m B ), dengan menggunakan kawat penggantung. 5. Sampel yang telah diukur massa kering, massa jenuh, dan massa dalam air, dilakukan penghitungan densitasnya menggunakan metoda Archimedes, mengacu pada standard ASTM C 134-95 dan dihitung dengan persamaan (1).

21 3.6.2. Porositas Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume lubanglubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah dari zat padat yang ditempati oleh zat padat. Pengukuran porositas dari sampel yang telah dibuat, dilakukan sebagai berikut : 1. Sampel direndam dalam air selama 24 jam sampai semua air meresap kedalam rongga pori pori sampel. 2. Sampel yang telah direndam, kemudian di timbang menggunakan neraca digital untuk mencari massa jenuhnya (m J ) 3. Selanjutnya diukur massa dalam posisi rongga terisi air, dengan cara menggantungkan sampel didalam air diatas neraca digital sehingga didapatkan massa basahnya (m B ) 4. Sampel yang telah diambil datanya selanjutnya dihitung porositasnya, menggunakan rumus (2). 3.6.3. Kuat Tekan (Compressive strength) Untuk mengetahui nilai kuat tekan, dilakukan pengujian sebagai berikut : 1. Sampel berbentuk selinder diukur diameternya, minimal dilakukan tiga kali pengulangan. Dengan mengetahui diameternya maka luas penampang dapat dihitung, A = π (d 2 /4). 2. Atur tegangan supply sebesar 40 volt, untuk menggerakkan motor penggerak kearah atas maupun bawah. Sebelum pengujian berlangsung, alat ukur (gaya) terlebih dahulu dikalibrasi dengan jarum penunjuk tepat pada angka nol.

22 3. Kemudian tempatkan sampel tepat berada di tengah pada posisi pemberian gaya, dan arahkan switch ON/OFF ke arah ON, maka pembebanan secara otomatis akan bergerak dengan kecepatan konstan sebesar 4 mm/menit. 4. Apabila sampel telah pecah, arahkan switch kearah OFF maka motor penggerak akan berhenti. Kemudian catat besarnya gaya yang ditampilkan pada panel display, saat sampel tersebut rusak. Pengukuran kuat tekan ( compressive strength) mengacu pada ASTM C 469-94 dan dapat dihitung dengan persamaan (3). 3.6.4. Konduktivitas Thermal Untuk mengetahui besarnya konduktivitas thermal dari sampel, dilakukan pengujian sebagai berikut : 1. Sampel dibuat berbentuk selinder (koin) dengan diameter sekitar 10 cm, dan tebal 1 1.5 cm, untuk memastikan dimensinya gunakan mikrometer dan jangka sorong dan diukur dimensinya minimal tiga kali pengulangan. 2. Timbang pelat alas kuningan, C dan catat massanya (m), kemudian gantungkan dengan tali penggantung, X pada statip penggantung. 3. Letakkan benda uji, di atas pelat alas tersebut, dan olesin permukaan benda uji tersebut dengan bahan pelumas agar kontak panasnya menjadi lebih baik 4. Ketel uap, S diletakkan diatas benda uji dan hubungkan dengan ketel air panas dengan menggunakan selang. 5. Masukkan termometer T1 pada lubang ketel uap dan termometer T2 pada pelat alas kuningan.

23 6. Catat kenaikan temperatur T1 dan T2 setiap dua menit sampai kondisi kesetimbangan ( stady state) tercapai. Keadaan setimbang dinyatakan apabila kenaikan temperatur berkisar 0,1 0 C selama 10 menit. 7. Apabila T1 dan T2 sudah mencapai setimbang angkat ketel uap dan panaskan pelat alas beserta benda uji dengan alat pemanas, hingga temperatur T2 naik sekitar 10 0 C. 8. Setelah temperaturnya tercapai, matikan alat pemanas dan catat penurunan temperatur T2 setiap dua menit, sehingga selisih suhunya sekitar 20 0 C. 9. Kemudian plot kurva kenaikan temperatur selama pemanasan dan penurunan temperatur sewaktu pendinginan terhadap waktu. 10. Gunakan persamaan (4) untuk menghitung tingkat konduktivitas thermal. 3.6.5. Kemampuan Redam Suara Untuk mengukur kemampuan redam suara diperlukan sinyal generator yang frekuensinya dapat diatur dan loudspeaker untuk menghasilkan suara dari sinyal generator.taraf Intensitas suara yang keluar dari loudspeaker tersebut di ukur dengan alat Sound Level Meter, kemudian suara tersebut dilewatkan melalui steorofoam yang telah dilubangi. Kemudian diukur lagi Taraf Intensitasnya ketika keluar dari steorofoam tersebut. Selisih Taraf Intensitas suara masuk dan suara keluar merupakan daya redam sampel tersebut.koefisien serap (absorpsi) adalah angka tanpa satuan yang menunjukkan perbandingan antara energy bunyi yang tidak dipantulkan (diserap) oleh material pembatas berbanding keseluruhan energi bunyi yang mengenai material pembatas,dapat dihitung dengan persamaan (5 ) (Giancoli 2001).

24 3.6.6. Analisa Mikrostruktur Bentuk dan ukuran partikel penyusun komposit polimer dapat diidentifikasikan berdasarkan data yang diperoleh dari alat ukur Scanning Electron Microscope (SEM), seperti diperlihatkan pada Gambar 3.2 Gambar 3.2 Foto alat ukur Scanning Electron Microscope (SEM). Mekanisme alat ukur SEM dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Sampel diletakkan di dalam cawan, kemudian sampel tersebut dilapisi emas. b. Sampel disinari dengan pancaran elektron bertenaga kurang lebih 20 kv sehingga sampel memancarkan elektron turunan (secondary electron) dan elektron terpantul (back scattered electron) yang dapat dideteksi dengan detector scintilator yang diperkuat sehingga timbul gambar pada layar CRT. c. Pemotretan dilakukan setelah dilakukan pengesetan pada bagian tertentu, dari objek dan perbesaran yang diinginkan sehingga diperoleh foto yang didapat diidentifikasi.