Disusun Oleh: NOVITA RIZKY NUGRAHANI J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN KEBIASAAN JAJAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR DI SDN BANYUANYAR III SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang


BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

PENGARUH SARAPAN PAGI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN (Hb) PADA MURID SEKOLAH DASAR ( Studi di SDN 1 Wates, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo )

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

ISSN Vol 2, Oktober 2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

Kondisi Fisik dan Prestasi Belajar Siswa (Studi Kasus di Mts Al Asror Gunungpati Semarang)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Sistematika pengambilan contoh. Pemilihan SDN Kebon Kopi 2 Bogor. Purposive. siswa kelas 5 & 6. Siswa laki-laki (n=27)

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

PENERAPAN HASIL BELAJAR NUTRISI PADA PERILAKU GIZI SISWA SMK SANDHY PUTRA BANDUNG

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

HUBUNGAN ANTARA ENERGI SARAPAN PAGI DAN KADAR GLUKOSA DARAH DENGAN PRESTASI BELAJAR (Studi di Kelas IV dan V SD Negeri 4 Cikoneng Kabupaten Ciamis)

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

ABSTRAK. Kata kunci : Balita, Status gizi, Energi, Protein PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

Bagan Kerangka Pemikiran "##


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK SD DI PERKOTAAN DAN PEDESAAAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

HUBUNGAN TINGKAT KEPUASAN MUTU HIDANGAN DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN MAKRONUTRIEN PADA REMAJA DI BPSAA PAGADEN SUBANG

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang ditandai dengan pubertas. Remaja yang sehat adalah. remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan perkembangannya.

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI. Oleh:

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MAKAN PAGI DENGAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI PADA SISWA SD NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN KECAMATAN GATAK KABUPATEN SUKOHARJO

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD INPRES TALIKURAN KECAMATAN KAWANGKOAN UTARA

PERBEDAAN KEBIASAAN MAKAN PAGI ANTARA ANAK ANEMIA DAN NON ANEMIA DI SD NEGERI BANYUANYAR III BANJARSARI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

LEMBAR PERSETUJUAN...

HUBUNGAN STATUS GIZI TERHADAP NILAI UJIAN NASIONAL SISWA SDN MARGOMULYO III BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

METODE PENELITIAN. Yayasan Yasmina Bogor (Purposive) N= 65. Kabupaten Bogor (N = 54) Populasi sumber (N=50) Contoh penelitian (n= 30)

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HUBUNGAN ASUPAN MAKRONUTRIEN (KARBOHIDRAT, LEMAK, PROTEIN) DAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 1 POLOKARTO KAB

METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan.

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pemilihan Contoh

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

METODE PENELITIAN. n1 = = 35. n2 = = 32. n3 =

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG. Identitas Responden

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan sebagai pedoman pelaksanaan penelitian studi akhir pada Program Studi Gizi FIK UMS. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

METODOLOGI. n = (Z /2) 2 X σ 2. n = X n = 54 siswa

HUBUNGAN KESEIMBANGAN ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KONDISI FISIK ANAK SD DI KECAMATAN KOTANOPAN

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

KEBIASAAN MENGONSUMSI JAJAN TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH PENGGUNA KATERING DAN NON-KATERING

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: RUDI SETIAWAN J

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

Oleh SHOFI IKRAMINA

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara, Medan 2013

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR

BAB III METODE PENELITIAN. Cross Sectional dimana pengukuran variabel bebas dan variabel terikat

HUBUNGAN ANTARA POLA KONSUMSI PROTEIN DAN KESEGARAN JASMANI DENGAN ANGKA KESAKITAN PADA SISWA SD NEGERI KARTASURA 1 NASKAH PUBLIKASI

TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SD NEGERI 02 BALEDONO DI KECAMATAN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

Transkripsi:

PUBLIKASI KARYA ILMIAH HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA Disusun Oleh: NOVITA RIZKY NUGRAHANI J310100012 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 i

HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR SD MUHAMMADIYAH 10 TIPES SURAKARTA NOVITA RIZKY NUGRAHANI Program studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammmadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162 Email : novitariskynugrahani@yahoo.com ABSTRACT Introduction: Quality of physical fitness and breakfast habit is one of the factors which affect learning achievement. Breakfast who are thing boring or thing that troublesome. Breakfast for school children aims to suffice energy needs during the move. Objective: The aims of study is to determine the relationship between the quality in of physical fitness and breakfast habits with learning achievement children grade Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elemantary school. Methods Research: That was used as methode in this study in addition observation with cross sectional. The population of this research is students grade V Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elementary school. The number of samples were 52 children who aged 10-12 year. Data quality physical fitness was obtained with run 1000 meters and the data the of breakfast habits abtained with food recall 24-hours during 7 days. The data using is analysed with statistical Pearson Product Moment test. Results: Result of research showed by that there one no relationship the quality of of physical fitness and learning achievement with significant value amounting to 0.797 (p = 0.797> 0,05). However there is a relationship breakfast habits and learning achievement, recording value amounting to 0.022 (p = 0.022 <0,05). Conclusion and Suggestions: There is no relationship quality of physical fitness with learning achievement and there is relationship breakfast habits with learning achievement children grade Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta elemantary school.increased the physical fitness and breakfast habits in order that the achievement of health good and the increasing learning achievement. Keywords: Quality of physical fitness. breakfast habits. learning achievement. PENDAHULUAN Visi Indonesia Sehat 2015 bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dalam peningkatan kesehatan termasuk gizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kesehatan yaitu dengan perbaikan gizi terutama pada usia sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah berada pada golongan rawan yang dalam masa pertumbuhannya sangat cepat dan sangat aktif sehingga pada kondisi ini. Anak iv

harus mendapatkan makanan yang bergizi berdasarkan kuantitas dan kualitas yang tepat untuk menunjang kesehatannya, salah satunya dengan membiasakan sarapan pagi. Anakanak belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam memilih makanan yang baik, sehingga belum menjadi konsumen yang kritis dalam memilih makanan, mereka akan mudah menerima dan menyukai makanan yang juga disukai teman-temannya (Sumarwan, 2007). Permasalahan saat ini adalah kebiasaan sarapan pagi masih dianggap hal yang membosankan atau hal yang merepotkan. Menurut Depkes RI (2002) sarapan pagi yang baik terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan untuk anak-anak 20-25% dari kebutuhan energi total sehari, protein 15-25%, lemak 12-15% dan karbohidrat 60-68%. Sarapan pagi bagi anak bertujuan untuk mencukupi kebutuhan energi selama beraktivitas dan meningkatkan konsentrasi, daya ingat anak (Yusnalaini, 2004). Sarapan pagi yang mengandung zat-zat gizi dibutuhkan untuk mendukung aktivitas anak sekolah agar kebugaran jasmaninya baik. Kualitas kebugaran jasmani yang baik dapat diperoleh dari olahraga yang cukup. Kebugaran tubuh merupakan bagian penting dari pertumbuhan dan perkembangan pada anak (Atmodjo, 2008). Fungsi dari kebugaran jasmani adalah mencegah kelebihan berat badan, menjaga daya tahan paru-paru dan jantung, kekuatan dan daya tahan otot, kelentukan, komposisi tubuh yang ideal dan sehat, meningkatkan produktivitas kerja dan memiliki rasa percaya diri saat beraktivitas. Sarapan pagi yang cukup akan menjadi penunjang kebugaran tubuh sebelum melakukan aktivitas (Irianto, 2007). Kebugaran jasmani dapat diperoleh dengan cara melakukan aktivitas jasmani secara teratur, terukur dan terprogram. Hasil penelitian yang dilakukan di SDN 1 Kartasura menunjukkan bahwa sebanyak 5 responden (13,2%) mempunyai kesegaran jasmani kurang baik dan 33 responden (86,8%) mempunyai kesegaran jasmani baik (Nuraini, H, 2010). Menurut hasil penelitian lainnya, menunjukkan bahwa 47,2% anak SD mempunyai tingkat kebugaran jasmani sedang dan 25,6% mempunyai tingkat kebugaran jasmani kurang dan kurang sekali. Sarapan pagi dianggap dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar. Sarapan pagi yang mengandung karbohidrat atau glukosa yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula darah sebagai penghasil energi ke otak untuk meningkatkan konsentrasi (Khomsan, 2004). Menurut hasil survei pendahuluan tahun 2011 pada anak kelas V SD Negeri di Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo dari 4 Sekolah Dasar Negeri diperoleh data yaitu dari 128 anak sebanyak 35 siswa (27,00%) yang tidak sarapan. Penelitian lain yang dilakukan di SD Citarum Semarang kelas 1, 2, 3, dan 4 menunjukkan masih terdapat 34,83% anak SD jarang sarapan dan terdapat hubungan antara kebiasaan makan pagi dengan prestasi belajar. Penelitian yang ada telah memberikan fakta bahwa sarapan mempunyai dampak positif terhadap kemampuan kognitif, dan prestasi belajar. Menurut Purwanto (2002) prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang atau siswa berupa penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran yang diberikan oleh Guru dalam jangka waktu 5

tertentu. Penelitian yang dilakukan di MTS Al Asror Semarang pada 65 siswa menunjukkan bahwa dari 19 siswa (79,2%) mempunyai prestasi belajar yang kurang dan 5 siswa (20,8%) mempunyai prestasi belajar yang baik. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta Kecamatan Serengan Kotamadya Surakarta diketahui 26,7% siswa yang tidak terbiasa sarapan pagi dan 73,3% siswa yang terbiasa sarapan pagi. Masalah diatas penulis ingin melakukan penelitian terhadap siswa di sekolah dasar guna mengetahui hubungan kualitas kebugaran jasmani dan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitiannya menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan September 2014, sedangkan tempat penelitian dilaksanakan di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta sebanyak 52 anak. Kriteria inklusi yaitu Siswa siswi kelas V SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta, berumur 10 12 tahun, dalam keadaan sehat atau tidak sakit, bersedia menjadi responden, mampu berkomunikasi dengan baik. Pengumpulan data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden menggunakan kuesioner meliputi identitas responden, kualitas kebugaran jasmani dan kebiasaan sarapan pagi. Data sekunder meliputi data gambaran umum sekolah, nilai ulangan harian dari pelajaran pengetahuan tahun ajaran 2014 yang terdiri dari mata pelajaran PPKN, Bhs. Indonesia, Matematika, IPA, IPS. Serta data jumlah siswi di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta. Cara pengumpulan data yaitu dengan wawancara dan pencatatan. Wawancara adalah komunikasi langsung dengan responden untuk memeberikan informasi tentang data yang diperlukan. Pencatatan adalah kegiatan mencatat hasil yang diperoleh dari wawancara. Instrumen yang digunakan antara lain form identitas diri responden, form recall asupan makan, form kebugaran jasmani, program SPSS dan program nutrisurvey. Alat yang digunakan antara lain form recall 7 hari, alat tulis, stopwatch, kapur atau tali, bendera start. Pengambilan data meliputi penyebaran kuesioner yang kemudian memberikannya untuk diisi yang berisi tentang identitas responden, kebiasaan sarapan pagi dengan melakukan wawancara food recall 24 jam selama 7 hari dan mengukur kualitas kebugaran jasmani. Kualitas kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan tes lari 1000 meter. Pengukurannya yaitu responden berdiri di belakang garis start. Aba-aba siap, responden siap dengan start berdiri. Aba-aba ya, responden segera berlari dengan menempuh jarak yang ditentukan yaitu 1000 meter dan dihitung waktu lari dengan stopwatch. Alat pengukur dimatikan pada saat tubuh responden telah melewati garis finish. Catat waktu yang ditempuh. Pengolahan data dengan editing, coding, entry dan tabulating. Data yang didapatkan kemudian dianalisis. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer software 6

SPSS 17 dengan menggunakan uji Korelasi Product Moment. Interpretasi data yaitu Bila p < 0,05 berarti Ho ditolak maka ada hubungan yang signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent. Bila p > 0,05 berarti Ho diterima maka tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel independent dengan variabel dependent. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta. SD Muhammadiyah 10 terletak di desa Dipotrunan RT 02 RW XII kelurahan Tipes Kecamatan Serengan Solo. SD Muhammadiyah 10 Tipes surakarta mempunyai letak yang cukup kondusif untuk belajar. Karena jauh dari keramaian kota dan diampit oleh kampung yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat. Kegiatan belajar mengajar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta dimulai pada pukul 07.00 13.00. Sekolah tidak mempunyai halaman yang luas untuk melakukan kegiatan olahraga, sehingga kegiatan olahraga dilaksanakan di lapangan yang berdekatan dengan SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta. Kegiatan belajar mengajar dengan interaksi antara guru dan siswa.dalam proses belajar mengajar akan terjadi timbal balik artinya, tidak siswa yang belajar namun guru juga banyak memperoleh pelajaran dari interaksi ini. Siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta berasal dari keluarga berpendidikan sedang dan berekonomi menengah ke bawah, sehingga pada umumnya orang tua siswa mempunyai respon yang cukup terhadap proses belajar anak-anaknya. a. Karakteristik Sampel Penelitian 1. Distribusi Umur Responden Tabel 1. Distribusi Jenis Kelamin Responden Jenis Jumlah (%) Kelamin (n) Laki-laki 24 46,15 Perempuan 28 53,85 Jumlah 52 100 Responden dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas V SD Muhmmadiyah 10 Tipes Surakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat jenis kelamin responden. Berdasarkan tabel jumlah subjek yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24 anak (46,15%) dan yang perempuan sebanyak 28 anak (53,85%). 2. Distribusi Jenis Kelamin Responden Tabel 2. Distribusi Umur Responden Umur Jumlah (%) (n) 10 35 67,31 11 14 26,92 12 3 5,77 Jumlah 52 100 Responden dalam penelitian ini adalah siswa siswi kelas V SD Muhmmadiyah 10 Tipes Surakarta. Umur subjek dalam penelitian ini adalah yang berusia 10-12 tahun dan memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat tanggal lahir responden. Dari 52 subjek penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur sebagian besar berumur 10 tahun sebanyak 35 anak (67,31%) dan sebagian kecil berumur 12 tahun 3 anak(5,77%). 7

b. Hasil Penelitian 1. Kualitas Kebugaran Jasmani Tabel 3. Distribusi Kualitas Kebugaran Jasmani Kualitas Kebugaran Jasmani Jumlah (n) (%) Baik 13 25 Sedang 24 46,2 Kurang 10 19,2 Kurang sekali 5 9,6 Jumlah 52 100 Berdasarkan tabel 3 diperoleh kualitas kebugaran jasmani responden diperoleh yaitu kualitas kebugaran jasmani baik sebanyak 13 anak (25%) dan kualitas kebugaran jasmani kurang sekali sebanyak 5 anak (9,6%). Kualitas kebugaran jasmani pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta berada pada kategori sedang dari keseluruhan subjek penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kualitas kebugaran jasmani kategori kurang dan kurang sekali yang disebabkan karena rendahnya asupan kalori sarapan pagi belum memenuhi standar yang diperoleh dari recall. Irianto (2007) mengungkapkan bahwa kebugaran jasmani yang belum optimal disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik, kurang motivasi diri untuk mendapatkan kebugaran jasmani yang optimal dan rendahnya asupan sarapan pagi yang belum mencukupi standar. 2. Kebiasaan Sarapan Pagi Tabel 4. Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi Kebiasaan Jumlah (%) Sarapan Pagi (n) Biasa 36 69,2 Tidak Biasa 16 30,8 Jumlah 52 100 Berdasarkan tabel 4 diperoleh kebiasaan sarapan pagi diperoleh sebanyak 36 anak (69,2%) mempunyai kebiasaan sarapan pagi dan sebanyak 16 anak (30,8%) mempunyai tidak biasa sarapan pagi. Menurut Khomsan (2004) mengungkapkan, kebiasaan sarapan pagi dikategorikan biasa jika dalam seminggu melakukan sarapan lebih dari 4 kali dan mengandung energi 20-25% dari kebutuhan total sehari. Kebiasaan sarapan pagi dikategorikan tidak biasa jika dalam seminggu melakukan sarapan kurang dari 4 kali dan mengandung energi kurang dari 20-25% dari kebutuhan total sehari dan makan pagi yang dikonsumsi mengandung zat tenaga, zat pembangun, zat pengatur. Berdasarkan hasil recall 24 jam selama 7 hari dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta melakukan sarapan pagi dengan frekuensi paling sering 4-6 kali dalam seminggu dan 3 kali dalam seminggu hanya kadang-kadang. Hasil recall 24 jam di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta sebagian besar anak sekolah mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat tenaga (karbohidrat) dalam bentuk nasi, roti dan mie. Bahan makanan yang mengandung zat pembangun (protein) yang dikonsumsi anak sekolah menurut hasil recall, seperti ikan bandeng, telur, tahu dan tempe. Menu sarapan pagi anak yang kurang bervariasi seperti anak konsumsi sarapan pagi dengan nasi putih dan telur dadar. Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh agar anak melakukan sarapan pagi. Usia 6-12 tahun (anak usia sekolah) banyak pengaruh kebiasaan makan mereka. Pengalamanpengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa takut kalau terlambat, menyebabkan anak sering menyimpang dari kebiasaan makan pagi (Moehji, 2003). Kebiasaan 8

sarapan pagi pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta memiliki kebiasaan sarapan pagi yaitu sebanyak 69,2% dari keseluruhan subjek penelitian. 3. Prestasi Belajar Tabel 5. Distribusi Prestasi Belajar Prestasi Jumlah (%) Belajar (n) Baik 49 94,2 Tidak Baik 3 5,8 Jumlah 52 100 Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan dalam mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai ujian yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar diambil dari rata-rata nilai ulangan pengetahuan Tahun ajaran 2014 yang terdiri dari mata pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika. Nilai prestasi belajar dikatakan baik jika nilai 70 dan nilai prestasi dikatakan tidak baik jika nilai < 70. SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta menggunakan kurikulum 2013. Berdasarkan tabel 11 prestasi belajar diperoleh bahwa dari 52 siswa di SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta sebanyak 49 anak (94,2%) dengan prestasi belajar baik dan sebanyak 3 anak (5,8%) dengan prestasi belajar tidak baik. Prestasi belajar pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta memiliki prestasi belajar yang baik yaitu 94,2%. Adanya pretasi belajar yang tidak baik dikarenakan kurangnya memanfaatkan waktu untuk belajar dirumah. Dalam kenyataanya masih banyak anak sekolah yang tidak belajar secara efektif. Kebanyakan anak sekolah menganggap belajar itu membosankan, sehingga banyak siswa belajar tetapi tidak memperoleh manfaat belajar itu sendiri (Slameto, 2003). 4. Korelasi Kualitas Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Belajar Tabel 6. Uji Korelasi Kualitas Kebugaran Jasmani Dengan Prestasi Belajar Variabel Jumlah Mean SD. Devia tion Kualitas Kebugaran Jasmani Prestasi Belajar Maxi mum Mini mum 52 6,77 1,04 8,55 5,03 52 76,19 4,63 90,7 69,5 P r 0,797 0,037 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa kualitas kebugaran jasmani dibagi menjadi lima kategori yaitu baik sekali, baik, sedang, kurang dan kurang sekali. Kualitas kebugaran jasmani pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta pada kategori sedang dengan mean 6,77 dan standar devisiasi 1,04. Nilai maksimum kualitas kebugaran jasmani yaitu 8,55 dan nilai minimum yaitu 5,03. Prestasi belajar pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta pada kategori baik dengan mean 76,19 dan standar deviasiasi 4,63. Nilai maksimum prestasi belajar yaitu 90,7 dan nilai minimum yaitu 69,5. 9

Hasil bivariat dengan uji statistik Pearson Product Moment antara variabel kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar diperoleh nilai signifikan p 0,797. Berdasarkan hasil tersebut Ho diterima dikarenakan nilai p lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak ada hubungan kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar. Besarnya nilai koefisien korelasi antara kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar diperoleh nilai 0,037. Besarnya koefisen korelasi sebesar 0,037 berada pada rentang 0,01-0,20 yang menyatakan tingkat hubungan yang sangat lemah. Hasil ini tidak sejalan dengan Agus Mukholid (2004) dan Djamara (2002) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara kesegaran jasmani dengan prestasi belajar. Kebugaran jasmani akan mendorong siswa untuk melaksanakan tugas dalam belajar, dan mampu melakukan aktifitas lainnya tanpa ada kelelahan. Tidak ada hubungan kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar karena kualitas kebugaran jasmani tidak satu-satunya faktor yang menentukan kenaikan ataupun penurunan prestasi belajar. Asupan makan dalam sehari yang tidak sesuai dengan angka kecukupan gizi dan faktor-faktor yang mempengaruhi fisik anak seperti factor menstruasi pada kelompok perempuan, denyut nadi. Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang ada dari luar individu dan faktor internal adalah faktor yang ada dari dalam individu. Faktor internal meliputi faktor fisiologis misalnya faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor fisiologis ini memiliki peran sangat penting bagi keberhasilan belajar. Proses belajar seseorang akan terganggu jika berada pada kondisi kurang sehat, cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, mengantuk ataupun gangguan fungsi pada alat indera dan organ tubuh yang lain. Motivasi dan semangat dari orang tua atau lingkungan sekitar akan berpengaruh juga terhadap prestasi anak sekolah (Slameto, 2003). Menurut Djoko, P (2004), kualitas kebugaran jasmani dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu makan, olah raga dan istirahat. Pada dasarnya setiap orang dianjurkan untuk makan dari makan pagi sampai makan malam dengan komposisi makanan yang mengandung sumber tenaga atau energi. Energi yang didapat dapat digunakan untuk beraktivitas, belajar, berolahraga dan melakukan kegiatan yang bermanfaat. Setelah melakukan berbagai aktivitas tubuh mengalami kelelahan. Istirahat yang cukup akan memulihkan tubuh agar dapat beraktivitas kembali. Menurut Gilang (2007), kebugaran jasmani bermanfaat untuk membangun kekuatan dan daya tahan otot, meningkatkan daya tahan aerobik, meningkatkan fleksibilitas serta pembakaran kalori. Kualitas kebugaran jasmani yang diukur dengan lari jarak 1000 meter yaitu lari dengan jarak 1000 meter pada lintasan. Responden akan berlari dengan start berdiri. Alat pengukur dimatikan pada saat tubuh responden telah melewati garis finish 10

dan dicatat waktu tempuhnya. Keseriusan dalam melakukan lari 1000 meter akan mempengaruhi kualitas kebugaran jasmaninya. Daya tahan kardiorespirasi lebih banyak ditentukan oleh aktivitas fisiknya. Tetapi ada faktor lain yang juga mempengaruhinya yaitu frekuensi dan durasi latihan, umur model, intensitas dan istirahat (Irianto, 2007). Kebugaran jasmani dalam Islam penting karena jasmani adalah potensi manusia yang harus diperhatikan dengan cara memberikan hak-hak dan kebutuhannya dikembangkan sesuai dengan potensinya. Jasmani didalam Al Qur an disebut kata jims. Diterangkan dalam surat A- Baqarah ayat 247 dan surat Al Munafiqun ayat 4 yang menunjukkan bahwa dalam Islam potensi jasmani dapat dikembangkan. Nabi berkata: Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa. Tubuh yang bugar akan meningkatkan kemampuan anak untuk berfikir secara jernih, penuh kreativitas dan memiliki semangat yang tinggi sehingga mendukung pencapaian prestasi belajar yang baik (Lutan, 2001). Cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis akan memperoleh hasil yang kurang optimal. Faktor orang tua juga berpengaruh terhadap keberhasilan anak. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup kurangnya perhatian orang tua dan bimbingan orang tua akan mempengaruhi prestasi belajar anak sekolah. Keadaan sekolah tempat untuk anak belajar turut menjadi pengaruh keberhasilan belajar, contohnya metode belajar, kualitas guru pengajar, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas ruangan (Slameto, 2003). 5. Korelasi Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Tabel 7. Uji Korelasi Kebiasaan sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Variabel Jumlah Mean SD. Devia tion Kebiasaan Sarapan pagi Prestasi Belajar Maxi mu m Mini mu m 52 4,62 1,47 7 2 52 76,19 4,63 90,7 69,5 P r 0,022 0,316 Berdasarkkan tabel 7 diketahui bahwa kebiasaan sarapan pagi dibagi menjadi dua kategori yaitu biasa dan tidak biasa sarapan pagi. Kebiasaan sarapan pagi pada siswa SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta pada kategori biasa sarapan pagi dengan mean 4,62 dan standar devisiasi 1,47. Nilai 11

maksimum kebiasaan sarapan pagi yaitu 7 dan nilai minimum yaitu 2. Hasil bivariat dengan uji statistik Pearson Product Moment antara variabel kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar diperoleh nilai signifikan p 0,022. Berdasarkan hasil tersebut Ho ditolak dikarenakan nilai p lebih kecil dari 0,05 yang berarti ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar. Besarnya nilai koefisien korelasi antara kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar diperoleh nilai 0,316. Besarnya koefisen korelasi sebesar 0,316 berada pada rentang 0,21-0,40 yang menyatakan tingkat hubungan yang rendah. Sarapan pagi yang mengandung sumber karbohidrat (glukosa) merupakan sumber energi otak untuk melakukan kinerjanya yaitu meningkatkan konsentrasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Khomsan (2004) bahwa aktivitas makan pagi secara tidak langsung akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan sarapan pagi yang menyediakan karbohidrat siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Adanya kadar gula darah yang optimal maka konsentrasi belajar akan lebih baik. Asupan sarapan pagi yang menyediakan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh akan bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Kalangan ahli Kedokteran dan agama Islam menyebutkan, makan makanan yang halalan thayyiban. Diketahui dari hasil recall 24 jam rata-rata kebutuhan kalori sarapan pagi sebesar 455,98 kalori, kebutuhan protein sebesar 19,52 gram, kebutuhan lemak sebesar 47,82 gram dan kebutuhan karbohidrat sebesar 155,14 gram. Sarapan pagi akan menyumbangkan zat gizi 20-25%. Jumlah tersebut akan memenuhi kebutuhan tubuh pagi hari. Energi sekitar 2000 kalori dan protein 50 gr sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi akan menyumbangkan 400-500 kalori dan 12,5 gram protein. Sisa kebutuhan energi, protein dan gizi lainnya akan dipengaruhi makan siang, makan malam dan makanan selingan (Khomsan, 2004). Usia 10-12 tahun membutuhkan zat-zat gizi yang dibutuhkan cukup tinggi. Energi didalam tubuh berfungsi untuk pertumbuhan, yaitu untuk sintesis senyawa-senyawa yang baru. Protein memiliki fungsi untuk proses pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Protein juga berguna dalam memelihara protein yang ada dan menggunakan kembali asam amino yang diperoleh dari pemecahan jaringan untuk membangun kembali jaringan yang sama atau jaringan lain. fungsi dari karbohidrat adalah sebagai sumber energi yang fungsi utamanya adalah menyediakan energi bagi tubuh (Almatsier, 2001). Anak yang tidak sarapan pagi sebesar 30,8% rentan terhadap Hipoglikemia. Sarapan yang tidak memadai masih memungkinkan terjadinya Hipoglikemia pada anak. Untuk mencapai kondisi tubuh yang optimal di pagi hari, sarapan saja tidak cukup, diperlukan sarapan dengan menu lengkap, dalam arti harus mengandung karbohidrat, sayuran dan daging (Wiharyanti, 2006). Kurangnya tingkat konsumsi makan pagi menurut Ratnawati (2001) dapat disebabkan karena faktor ekonomi yang menengah kebawah, sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi yang dianjurkan, keadaan orang tua yang bekerja, sehingga pola makan terabaikan, pemahaman bahwa jika 12

makan pagi terlalu banyak akan menyebabkan mengantuk, kegemukan dan takut terlambat sekolah. Mencapai kebiasaan sarapan pagi yang baik seyogyanya para orang tua menyiapkan makanan yang tepat dalam penyajian. Apabila waktu di pagi hari terbatas bisa disiapkan 1-2 hari sebelumnya, bergantung pada jenis makanannya. Sehingga pada waktu akan dimakan, tinggal disiapkan. Apabila anak tidak sempat sarapan pagi, sebaiknya orang tua memberikan bekal pada anaknya sehingga dapat memakannya di sekolah (Ratnawati, 2001). Sarapan merupakan makanan khusus bagi otak dan berhubungan dengan kecerdasan mental, sehingga memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak mejadi lebih cerdas, peka dan mudah berkonsentrasi. Hasil penelitian dari Yuliartha (2009), membuktikan bahwa kebiasaan sarapan pagi berpengaruh terhadap konsentrasi anak sekolah dasar. KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan : Tidak ada hubungan kualitas kebugaran jasmani dengan prestasi belajar. Ada hubungan kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar. 2.Saran : Bagi orang tua diharapkan memperhatikan dan meningkatkan kebutuhan gizi yang dibutuhkan anak sekolah dasar khususnya pada sarapan pagi guna membantu aktivitas anak sekolah. Bagi guru diharapkan tidak mengesampingkan kebugaran jasmani yaitu dengan olahraga. Bagi siswa diharapkan siswa lebih meningkatkan sarapan pagi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan kebugaran jasmani. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Atmodjo, 2008. Kebutuhan Gizi Anak. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta Depkes RI. 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang. Dirjen. Bina Kesehatan Masyarakat : Jakarta Djamara, S. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta : Banjarmasin Djoko, P. 2004. Upaya Peningkatan Derajat Kebugaran Jasmani Dan Kesehatan. Andi Offset : Yogyakarta Gilang, M. 2007.Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SMP Kelas VIII. Jakarta: Ganeca Exact. Irianto, D.P. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan Olahragawan. Andi Offset : Yogyakarta Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Rajagrafindo: Jakarta Lutan, R. 2001.Asas-asas Pendidikan Jasmani. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat Untuk Balita dan Anak. Gramedia Pustaka : Jakarta Mukholid,A. 2004. Pendidikan Jasmani,Jakarta:Yudhistira Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Papan Sinar Sinanti : Jakarta Nuraini, R; Herawati I. 2010.Hubungan Tingkat Konsumsi Zat Besi dan Vitamin C Dengan Kesegaran Jasmani Anak Sekolah Dasar.Jurnal.UMS : Surakarta 13

Purwanto, N. 2002.Prestasi Belajar Anak Sekolah. Rineka Cipta : Jakarta Ratnawati. 2001. Sehat Pangkal Cerdas. Kompas : Jakarta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta : Jakarta Sumarwan. 2007. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Bumi Aksara : Jakarta Wiharyanti, R. 2006. Anak Yang Sarapan Daya Ingat Lebih Baik. Rineka Cipta : Jakarta Yuliartha, Dian. 2009. Hubungan Antara Makan Pagi Dengan Kemampuan Konsentrasi Belajar Anak Sekolah.Jurnal, Universitas Muhammadiyah Malang : Malang Yusnalaini. 2004. Gizi dan Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta 14