BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka. dapat disimpulkan bahwa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menurut Mr.A.Pitlo adalah rangkaian ketentuan-ketentuan, dimana,

BAB I PENDAHULUAN. orang lain berkewajiban untuk menghormati dan tidak mengganggunya dan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH. guna membantu menguatkan atau mengukuhkan setiap perbuatan hukum atas

A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM WARIS BW STATUS MATA KULIAH : WAJIB KONSENTRASI KODE MATA KULIAH : HKT 4013 JUMLAH SKS

BAB I PENDAHULUAN. mahkluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Boedi Harsono, Hukum Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, 2005, hlm. 560

BAB V PENUTUP. penulis laksanakan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa. diberi kewenangan untuk membuat akta-akta otentik dan sekaligus bisa

BAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, ketika seorang anggota dari

BAB IV PENUTUP. ditarik kesimpulan sebagai berikut bahwa: a. Pertimbangan Hukum Hakim terhadap Tanggung Jawab Notaris/PPAT

BAB III PENUTUP. 62 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya manusia tetap bergantung pada orang lain walaupun sampai

BAB III PERANAN NOTARIS DALAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DENGAN ADANYA SURAT KETERANGAN WARIS

BAB I PENDAHULUAN. seperti jual beli, hibah, dan lain-lain yang menyebabkan adanya peralihan hak milik

BAB I PENDAHULUAN. itu, kebijakan pembangunan pertanahan haruslah merupakan bagian yang tidak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Notaris sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah keluarga, namun juga berkembang ditengah masyarakat. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Kitab Undang-undang Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia saat ini masih terdapat beraneka sistem hukum

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENERAPAN LEGITIME FORTIE (BAGIAN MUTLAK) DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT KUH PERDATA. SULIH RUDITO / D

AKIBAT HUKUM PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemiliknya kepada pihak lain. Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENCATATAN PENGALIHAN PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMBATALAN HIBAH DAN AKIBAT HUKUMNYA TERHADAP SERTIPIKAT HASIL PERALIHAN HAK AHMAD BUDINTA RANGKUTI ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan akhir dari perjalanan kehidupan seorang manusia dan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan segala aktifitasnya berada diatas tanah.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKIBAT HUKUM TERHADAP PENGHIBAHAN SELURUH HARTA WARISAN OLEH PEWARIS SEHINGGA MELANGGAR LEGITIME PORTIE

Seorang pria yang telah 18 tahun dan wanita yang telah 15 tahun boleh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGALIHAN PERLINDUNGAN

BAB III SURAT KUASA MUTLAK PADA PERJANJIAN JUAL BELI TANAH SEBAGAI DASAR PEMINDAHAN HAK ATAS TANAH DIHUBUNGKAN DENGAN INSTRUKSI MENTERI DALAM

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemerintah. Prinsip negara hukum menjamin kepastian, ketertiban dan

II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

10. KETENTUAN TENTANG KE-PPAT-AN

HUKUM WARIS PERDATA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. tanah, padahal luas wilayah negara adalah tetap atau terbatas 1.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaanya kedua belah pihak mengacu kepada sebuah perjanjian layaknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

BAB V PENUTUP. yang berikutnya yang mendapatkan hak dalam perkawinan poligami. Suami yang

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

Judul buku: Kebatalan dan pembatalan akta notaris. Pengarang: Dr. Habib Adjie, S.H., M.Hum. Editor: Aep Gunarsa

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris menyatakan bahwa

BAB V PENUTUP. commit to user

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

KEKUATAN PEMBUKTIAN AKTA DI BAWAH TANGAN YANG TELAH MEMPEROLEH LEGALITAS DARI NOTARIS. Oleh : Lusy K.F.R. Gerungan 1

BAB V PENUTUP. kantor Notaris PPAT Wihastuti Estiningsih, SH.,MKn dan pembahasan. bangku perkuliahan.

Lampiran 1 Pasal-Pasal KUHP Mengenai Pembuktian dengan Tulisan

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

TINJAUAN HUKUM SURAT WASIAT MENURUT HUKUM PERDATA M. WIJAYA. S / D

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat terkenal yaitu Ubi Societas Ibi Ius ( dimana ada masyarakat disana

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pilar-pilar utama dalam penegakan supremasi hukum dan atau. memberikan pelayanan bagi masyarakat dalam bidang hukum untuk

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK ANGKAT ATAS HARTA YANG DIPEROLEH DARI HIBAH SETELAH ORANG TUA ANGKATNYA MENINGGAL DUNIA RESUME TESIS

BAB IV. PEMBAGIAN WARISAN DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KUHPerdata

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Seorang yang memiliki HGB yang sudah habis masa berlakunya, maka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya mengalami 3 peristiwa penting, yaitu peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

BAB V. KOMPARASI PEMBAGIAN WARIS DAN WASIAT DALAM PERSPEKTIF KHI, CLD KHI DAN KUHPerdata

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas dan faktor produksi yang dicari oleh manusia.

NOTARIS TIDAK BERWENANG MEMBUAT SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT), TAPI BERWENANG MEMBUAT AKTA KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (AKMHT)

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

KEWENANGAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM MEMBUAT AKTA JUAL BELI TANAH BESERTA AKIBAT HUKUMNYA 1 Oleh : Addien Iftitah 2

RESUME PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERIMA WASIAT SERTA PERTANGGUNGJAWABAN OLEH NOTARIS YANG TIDAK MENDAFTARKAN AKTA WASIAT KE PUSAT DAFTAR WASIAT

BAB I PENDAHULUAN. dengan Rijksblad Kasultanan Nomor 16 Tahun 1918 juncto Nomor 23. Tahun 1925 adalah tanah Sri Sultan sebagai penguasa Kasultanan

BAB I PENDAHULUAN. tugas, fungsi dan kewenangan Notaris. Mereka belum bisa membedakan tugas mana

BAB I PENDAHULUAN. Akta-akta yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris bersifat autentik dan

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada sejak dahulu yaitu hukum Waris Adat, Hukum Waris Islam, dan hukum Waris Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK GUNA BANGUNAN. Hak guna bangunan dalam pengertian hukum barat sebelum dikonversi berasal dari hak

PERLUASAN BERLAKUNYA HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah persoalan hak atas tanah. Banyaknya permasalahan-permasalahan

BAB IV. A. Analisis Hukum Mengenai Implementasi Undang-Undang Nomor 5. Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Waris Menurut BW Bab I Pendahuluan

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

memperhatikan pula proses pada saat sertipikat hak atas tanah tersebut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

Dalam Peraturan Pemeritnah ini yang dimaksud dengan :

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017

AKTA NOTARIS SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA MISSARIYANI / D ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan obyek benda tetap berupa tanah dengan atau tanpa benda-benda yang

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENGGUNAAN SURAT KETERANGAN WARIS UNTUK PENDAFTARAN TANAH SILVANA MUKTI DJAYANTI / D ABSTRAK

Transkripsi:

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan-penjelasan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hambatan dalam pelaksanaan peralihan hak berdasarkan hibah wasiat di Kota Yogyakarta di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: a. Hambatan pertama terjadi pada kasus pembatalan akta hibah wasiat yang diputus berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta no: 20/pdt.G/2008/PN.YK faktor penghambat pelaksanaan hibah wasiat adalah pewasiat saat membuat wasiat dalam kondisi tidak cakap hukum karena telah pikun dan berusia lanjut. Ketentuan mengenai kecakapan dalam membuat suatu wasiat atau testamen diatur dalam Buku II bab 13 bagian kedua Pasal 895 s/d Pasal 912 KUHPerdata. b. Hambatan kedua yang terjadi pada kasus Putusan Pengadilan Yogyakarta no. 66/pdt.G/2003/PN.YK, faktor penghambat pelaksanaan hibah wasiat adalah perbuatan hukum hibah wasiat yang dilakukan oleh pewaris tidak dituangkan dalam akta otentik sehingga tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna. 115

116 c. Hambatan ketiga adalah kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perbuatan hukum hibah wasiat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa masyarakat beranggapan dengan membuat hibah wasiat maka serta merta beralihlah hak atas tanah yang menjadi objek hibah wasiat tersebut, seharusnya masih ada perbuatan hukum lain yang harus dilakukan untuk melaksanakan hibah wasiat tersebut setelah pewasiat meninggal dunia, yaitu dengan pembuatan akta Hibah di hadapan PPAT oleh pelaksana wasiat kepada penerima hibah wasiat. Masyarakat juga tidak mengetahui mengenai pembatasan dalam pemberian hibah wasiat yaitu bagian mutlak bagi ahli waris ab intestato atau disebut dengab istilah legitime Portie. d. Pelaksanaan terhadap aturan Pasal 112 PMNA nomor 3 tahun 1997 yang tidak jelas dan tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Dalam pelaksanaannya proses peralihan hak atas tanah/ bangunan terhadap hibah wasiat dilakukan dengan proses turun waris kepada seluruh ahli waris lalu para ahli waris baru membuat akta hibah/aphb kepada penerima hibah wasiat tersebut, sehingga tidak menggunakan akta hibah yang di tanda tangani oleh pelaksana wasiat seperti yang di amanatkan oleh pasal 112

117 PMNA nomor 3 tahun 1997 tentang pendaftaran tanah tersebut. 2. Perlindungan hukum bagi penerima hibah wasiat dalam hal pelaksana wasiat berkeberatan melaksanakan isi wasiat berkaitan dengan proses peralihan hak atas tanah di Kota Yogyakarta dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara preventif dan represif, yaitu: a. Upaya Perlindungan Hukum Preventif Upaya perlindungan hukum secara preventif dilakukan dengan memenuhi syarat-syarat formal dalam pembuatan akta otentik. Salah satu fungsi penting dari akta adalah sebagai alat pembuktian yang sah. Akta otentik merupakan alat pembuktian yang sempurna bagi pihak-pihak yang ada dalam akta dan merupakan bukti mengikat yang berarti kebenaran dari hal-hal yang tertulis dalam akta tersebut yang harus diakui oleh hakim, yaitu akta tersebut dianggap benar selama tidak ada pihak laian yang dapat membuktikan sebaliknya. b. Upaya Perlindungan Hukum Represif Upaya perlindungan hukum terhadap penerima hibah wasiat secara represif dapat dilakukan dengan cara penerima hibah wasiat mempunyai hak untuk melakukan penuntutan atas haknya yang diberikan

118 dengan Hibah wasiat berdasarkan aturan dalam Pasal 959 KUHPerdata. Notaris dapat membuat akta protes. Akta protes dibuat oleh notaris yang berbentuk berita acara yang menerangkan latar belakang seorang tersebut memperoleh haknya hingga hak tersebut tidak dapat dilaksanakan, kemudian akta protes tersebut dapat sebagai alat bukti untuk pihak tersebut mengajukan gugatan ke pengadilan negeri setempat.

119 B. Saran Adapun saran yang diberikan penulis dalam permasalahan hukum yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Saran Kepada Pemerintah Diharapkan adanya sosialisasi tentang Hukum Tanah, khususnya dalam hal pelaksanaan pendaftaran peralihan hak karena hibah wasiat kepada masyarakat baik di tingkat kecamatan maupun desa dan hendaknya aparat pendaftaran tanah dalam hal ini Kantor Pertanahan diharapkan membantu masyarakat yaitu dengan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan serta perlunya tenaga yang profesional baik teknis maupun administrasi sehingga dalam melayani masyarakat dapat dilakukan secara cepat, akurat dan profesional. 2. Saran Kepada Notaris/PPAT Notaris/PPAT dituntut agar profesional dalam menjalankan jabatannya dan tunduk pada Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris juncto Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris dan Kode Etik notaris dan memenuhi syaratsyarat formil dalam pembuatan akta agar produk akta yang dibuatnya tidak cacat hukum sehingga dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para pihak dalam akta.

120 3. Saran Kepada Masyarakat Masyarakat hendaknya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendaftaran tanah. Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak atas tanah untuk membuktikan pemilik dari hak atas tanah tersebut sehingga dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat.