Citra Budaya Sunda dalam Karya-Karya Ilustrasi Onong Nugraha

dokumen-dokumen yang mirip
Citra Budaya Sunda dalam Karya-Karya Ilustrasi Onong Nugraha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

TAYUB NINTHING: TARI KREASI BARU YANG BERSUMBER PADA KESENIAN TAYUB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori/Metode Teori membuat Komik. Dalam bukunya, Scott McCloud mengatakan bahwa komik adalah

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

BAB I PENDAHULUAN. Konsep diri merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk at au penataan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Ciamis merupakan salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

BAB V KESIMPULAN. Adaptasi dalam Jêmblungan berdampak pada perubahan. garap pertunjukannya sebagai media hiburan. Adalah ngringkês

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN. pembuatan buku sebagai media sosialisasi, promosi serta publikasi, sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA INFORMASI MOTIF BATIK MERAK NGIBING

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

BAB I PENDAHULUAN. khalayak dengan menggunakan bahasa visual. Baik itu berupa tulisan,

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori

BAB IV PEMECAHAN MASALAH

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

BAB IV KONSEP DESAIN

DAFTAR DESKRIPSI MATA ACARA PROGRAMA 4 RRI BANDUNG TAHUN Warta Budya Sunda. Informatif / edukatif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB III METODE PENELITIAN

Munandar dalam Satriani (2011, hlm. 2) bahwa Kreativitas merupakan

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan suatu hasil cipta rasa dan karsa manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori Teori Desain Komunikasi Visual. Menurut Jessica Helfand dalam situs

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seperti wayang, batik, keris, angklung, reog. Wayang adalah salah satu

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan, maupun lingkungan kehidupan masyarakat. Alam dapat dikatakan. terpisahkan antara manusia dengan lingkungan alam.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn

dan menghargai keragaman dan keunikan karya seni

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

Schedule Pertemuan 2 X teori tentang apresiasi seni 4 X pemahaman materi seni 6X apresesiasi 2 X tugas 1 X ujian sisipan 1 x ujian semester

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB III DATA DAN TEORY

juga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

3. Karakteristik tari


gambar, lukisan, tabel, atau foto yang dimanfaatkan untuk memberikan penjelasan atas suatu media komunikasi visual

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

Jurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X PENGARUH MINAT MEMBACA DAN PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KETERAMPILAN BERPIDATO

BAB III METODE PENELITIAN

SOAL UAS SENI BUDAYA KLS XI TH Kegiatan seseorang atau sekelompok dalam upaya mempertunjukan suatu hasil karya atau produknya kepada

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB V PENUTUP. Kehadiran dan kepiawaian Zulkaidah Harahap dalam. memainkan instrumen musik tradisional Batak Toba, secara tidak

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

Transkripsi:

Citra Budaya Sunda dalam Karya-Karya Ilustrasi Onong Nugraha Abdulhakim Azis Joice C. Siagian Isa Perkasa dipublikasikan pada Jurnal Wacana Seni Rupa Vol. 3 No.6 Agustus Abstrak Seorang seniman dalam proses berkaryanya akan dipengaruhi oleh poa budaya dan lingkungan di mana seniman tersebut berada. Hal ini dapat dilihat pada karya-karya ilustrasi Onong Nugraha yang dimuat dalam Majalah Mangle. Ilustrasi tersebut sangat kental dengan nuansa etnis Sunda, karena memang tuntutan naskah cerita, namun jika karya tersebut dilepaskan dari konteks teks yang diilustrasikannya, karyanya masih tetap dapat mewakili budaya Sunda secara visual. Hal tersebut terlihat pada figur-figur yang divisualisasikan dan asesoris yang melengkapi figur-figur tersebut. Kata Kunci: ilustrasi, citra Sunda, setting PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Seorang seniman dalam proses berkaryanya akan dipengaruhi oleh pola budaya dan lingkungan di mana seniman tersebut berada. Hal ini dapat dilihat pada karya karya ilustrasi Onong Nugraha yang dimuat dalam Majalah Mangle. Ilustrasi tersebut sangat kental dengan nuansa etnis Sunda, karena memang tuntutan naskah cerita, namun, jika karya tersebut dilepaskan dari konteks teks yang diilustrasikannya, karyanya masih tetap dapat mewakili budaya Sunda secara visual. Hal tersebut terlihat pada figur-figur yang divisualisasikan dan asesoris yang melengkapi figur-figur tersebut. H. Onong Nugraha, lahir di Garut pada tanggal 29 Juni 1934. Memperoleh gelar Sarjana dari Fakultas Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (sekarang FSRD-ITB). Dengan latar belakangnya tersebut, sejak tahun 1963 sampai tahun 2000 1 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

mengabdikan kemampuannya di Majalah Mangle, sebagai ilustrator. Majalah Mangle merupakan satu-satunya majalah berbahasa Sunda yang mulai terbit sejak tahun 1957 di Bogor, dan pada tahun 1960 terbit di kota Bandung. Hingga saat ini Majalah Mangle tetap menjaga eksistensinya sebagai majalah Sunda, dengan jumlah tiras sekitar 6000-7000 eksemplar. Terbit berkala secara mingguan, dengan komposisi muatan meliputi berita, carpon (carita pondok = cerita pendek), carnyam (carita nyambung = cerita bersambung), autobiografi, artikel lepas tentang pola hidup, dan lain-lain. DASAR PEMIKIRAN Sebuah ilustrasi yang ditampilkan dalam sebuah majalah (dalam hal ini Majalah Mangle), memiliki fungsi sebagai pendukung estetik dan sebuah tampilan halaman cerita pendek (istilah Majalah Mangle carita pondok atau carpon) atau cerita bersambung (istilah Majalah Mangle carita nyambung atau carnyam). Selain fungsi tersebut, ilustrasi juga harus dapat mewakili karakteristik dari cerita yang ditampilkan, ada korelasi antara visual dan latar belakang cerita. Seorang ilustrator harus mampu untuk merangkai setting, penokohan, dan asesoris pendukung (misal : kostum, pelengkap di sekitar figur, kendaraan, dan lain-lain) dalam suatu bidang gambar yang juga harus didukung oleh kemampuan teknis, referensi, dan kemampuan menginterpretasi sebuah teks. PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah penelitian dirumuskan dalam pertanyaan-pertanyaan yang ingin dijawab dalam kajian ini, yaitu yang berkaitan dengan ilustrasi Onong Nugraha : a) Apakah visualisasi ilustrasi yang ditampilkan berhubungan dengan karakteristik lingkungan budaya ilustratornya? b) Apakah secara visual, ilustrasi Onong Nugraha dapat mewakili budaya Sunda? MAKSUD PENELITIAN Maksud penelitian ini adalah untuk mengkaji ilustrasi Onong Nugraha dalam kaitannya dengan citra budaya Sunda yang merupakan latar belakang lingkungan budaya ilustratornya. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Bagaimana hubungan visualisasi ilustrasi yang ditampilkan dengan karakteristik lingkungan ilustratornya. 2 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

2. Bagaimana ilustrasi Onong Nugraha mewakili budaya Sunda. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Pengembangan ilmu, yaitu dapat memberikan sumbangan untuk bahan ajar mata kuliah terkait. 2. Memberikan masukan kepada ilustrator dalam memecahkan masalah dan hambatan dalam proses berkarya. 3. Menambah referensi, sebagai data dan informasi bagi budayawan. TINJAUAN PUSTAKA KEBUDAYAAN DAN KESENIAN Rapoport (1980 : 9-10) seperti dikutip Tjetjep Rohendi Rohidi (2000 : 93) mengemukakan bahwa kebudayaan dapat dipandang sebagai latar bagi suatu tipe manusia yang bersifat normatif bagi kelompok tertentu, yang melahirkan gaya hidup tertentu yang secara tipikal dan bermakna berbeda dengan kelompok lainnya. Ia merupakan latar bagi pengejawantahan perilaku dan karya manusia yang memberikan sumbangan bagi terwujudnya suatu gaya hidup yang memiliki ciri khas. Lestarinya sumbangan itu kemudian menjadi semakin melekat dan menyatu pada kehidupan bersama, sehingga segala sesuatu yang tampil sebagai perilaku dan karya manusia itu semakin jelas kaitannya dengan kebudayaan yang didukung oleh kelompok masyarakat yang bersangkutan. Dalam menciptakan gaya hidup seperti itu, yang hanya mungkin terwujud melalui aturan aturan yang diterapkan bersama, suatu perangkat model kognitif, sistem simbol, dan beberapa pandangan dari suatu cita cita diberi bentuk. Melalui proses enkulturasi, kebudayaan ditransmisikan, yang kemudian akan memberi bentuk dalam gaya hidup, gaya bangunan, gaya seni, atau lingkungan fisik. Kesenian merupakan unsur dalam kebudayaan. Menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2000 : 93-94), dalam kesenian terdapat muatan perangkat-perangkat model kognisi, sistem simbolik, atau pemberian makna yang terjalin secara historis. Model kognisi atau sistem simbol ini digunakan secara selektif untuk berkomunikasi, melestarikan, menghubungkan pengetahuan, dan bersikap serta bertindak untuk memenuhi kebutuhan integratifnya yang bertalian dengan pengungkapan atau penghayatan estetiknya. Simbol merupakan komponen utama dalam kebudayaan dan juga kesenian. Sesungguhnya, setiap hal yang dilihat dan dialami manusia diolah menjadi serangkaian simbol yang dimengerti oleh manusia (Suparlan, 1987). Di dalam simbol, termasuk simbol ekspresif, tersimpan berbagai makna 3 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

antara lain berupa gagasan, abstraksi, pendirian, pertimbangan, hasrat, kepercayaan, serta pengalaman tertentu, dalam bentuk yang dipahami bersama - di dalam kesenian lebih tepat lagi dapat dihayati bersama. Menurut Tjetjep Rohendi Rohidi (2000 : 95) kesenian ada, berkembang, dan di bakukan di dalam dan atau melalui tradisi-tradisi sosial suatu masyarakat. KEBUDAYAAN SUNDA Suku Sunda atau Priangan merupakan salah satu etnik yang memiliki karakteristik budaya khas. Secara umum budaya Sunda dapat ditandai dengan sifat masyarakatnya yang rumah, hidup bergotong royong, pola hidup yang dijalani hampir tidak lepas dari unsur humor, nuansa musik kesenian tradisional cenderung berirama dinamis, postur dan figur khususnya kaum perempuan selalu digambarkan sebagai figur yang cantik dengan postur tubuh padat, berisi, dan berkulit putih, sehingga dikenal istilah geulis atau cantik Sunda dan moleg. Sedangkan dalam arsitektur, menurut Ahmad Hadi (1994: 56) dikenal beberapa istilah dan bentuk bangunan tempat tinggal yang hanya ditemui di daerah Jawa Barat, seperti bentuk rumah julang ngapak, tagog anjing, atau suhunan jalapong, dan bagian dari rumah seperti tepas, golodog, pawon, buruan, pakarangan, dan lain-lain. Serta istilah lain yang berkaitan dengan barang pakai, seperti lisung, jubleg atau ranggap. ILUSTRASI Media komunikasi, khususnya media cetak, jika tanpa gambar ilustrasi, tampilannya menjadi tidak menarik, membosankan, dan Ilustrasi merupakan unsur yang sangat pending dan menjadi daya tarik utama tampilan media komunikasi. Ilustrasi gambar pada sebuah karya tulis dapat membantu keefektifan komunikasi. Ilustrasi membantu keefektifan proses komunikasi, karena gambar ilustrasi dapat membantu untuk menyamakan persepsi tentang pesan yang diterima oleh penerima pesan. Penyampaian informasi yang dilengkapi dengan ilustrasi akan lebih praktis untuk menggantikan deskripsi verbal. Menurut Baldinger (1986: 120), ilustrasi adalah seni membuat gambar yang berfungsi untuk memperjelas dan menerangkan naskah. Sedangkan menurut Jan D. White (1982:110) ilustrasi adalah sebuah tanda yang tampak di atas kertas, yang mampu mengkomunikasikan permasalahan tanpa menggunakan kata. la bisa menggambarkan suasana, seseorang, dan bahkan objek tertentu. Menurut Robert Ross (1963) istilah ilustrasi dalam dunia tulisan atau buku naskah pada awalnya adalah gambar-gambar yang menjelaskan isi naskah, yang selain untuk 4 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

memperindah penampilan rupa, juga untuk menambah daya tarik desain. Kemudian ilustrasi juga memberikan kesan tertentu, yang sifatnya lebih mendalam dari sekedar unsur penjelas saja. Ilustrasi dapat mencerminkan atau menyampaikan suatu karakter khusus yang dapat memberikan makna yang tidak terlihat atau hanya terasa dan tertangkap secara tidak sadar, bahkan dapat menjadi ciri khas suatu bentuk desain tertentu. Dalam perkembangannya, ilustrasi menjadi sebuah ungkapan dari bahasa rupa, sehingga, pertimbangan estetis menjadi penting, khususnya dalam proses mengembangkan kreatif, daya imajinasi dan eksplorasi teknik, termasuk penggunaan teknologi modern dan canggih, untuk menciptakan efek-efek tertentu. Menurut Robert Ross (1963) perkembangan ini menjadikan ilustrasi sebagai suatu bentuk seni, yang tidak hanya sekedar menyampaikan pesan, tetapi dapat clinikmati sebagai suatu bentuk seni yang memiliki unsur keindahan dan kepuasan tertentu. Dinikmati dalam bentuk apresiasi yang tinggi dan mendalam, dan memiliki penafsiran yang semakin jauh. Ilustrasi gambar yang baik adalah ilustrasi yang benar, bagus, kreatif, dan komunikatif. Menurut T. Sutanto (1994: 3), pembuatan gambar ilustrasi harus benar, dalam artian bahwa gambaran ilustrasi yang dibuat bersifat logis dan sesuai dengan tujuan pembuatannya; gambar ilustrasi juga harus bagus dan menarik perhatian; kreatif; dan memunculkan hal hal yang baru serta tidak monoton; selanjutnya gambar ilustrasi harus komunikatif, agar pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh khalayak. Fungsi ilustrasi menurut Onong Nugraha (2000 : 4) antara lain (1) "melayani" cerita atau naskah, untuk menimbulkan daya tarik publik; (2) "menolong" mengangkat cerita yang kurang menarik; (3) "menghias" satu atau dua halaman kiri-kanan bersam.asama dengan huruf naskahnya; dan (4) "membuat" suasana. Meskipun keadaan rohani seorang illustrator tidak stabil, namun, untuk memulai menggambar ilustrasi, menurut Onong Nugraha (2000 : 4) perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut : (1) membaca naskah karya pengarang, sehingga diperoleh pengetahuan tentang latar belakang budaya dalam isi cerita, tempat, waktu, dan subyek pendukung lainnya; (2) menentukan tema, memilih sub tema yang menarik; dan (3) menampilkan karakter cerita dan suasananya, dengan menggunakan beberapa teknik yang sesuai. METODE PENELITIAN Untuk mengkaji citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha, digunakan metode penelitian deskriptif, yang menurut Nasir (1988 : 63) sebagai berikut : 5 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

"Metode deskriptif adalah sebuah model dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan metode deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran ataupun lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki". Sejalan dengan ciri metode desktiptif yang menitikberatkan pada observasi dan naturalistic setting, dan peneliti bertindak sebagai pengamat (Rakhmat, 1989 : 35), maka penelitian ini berusaha untuk membuat deskripsi fenomena yang diselidiki dengan cara memaparkan situasi untuk melukiskan dan mengklasifikasikan fakta atau karakteristik fenomena citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha. OBJEK PENELITIAN Untuk mengkaji bagaimana hubungan visualisasi ilustrasi Onong Nugraha dengan budaya Sunda sebagai lingkungan yang mempengaruhi ilustratornya diperlukan objek penelitian. Penelitian ini mengambil 5 (lima) buah sampel ilustrasi Onong Nugraha yang telah diterbitkan oleh Majalah Mangle, dengan maksud menemukan citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Untuk kepentingan analisis, diperlukan data primer dan sekunder yang akan dipergunakan sebagai bahan dalam penganalisisan lebih lanjut. Pengumpulan data berlangsung selama 4 bulan, yang terdiri dan tahap pendahuluan untuk pemilihan 5 (lima) objek penelitian dan tahap pengumpulan data 1 bulan kemudian pengolahan dan penganalisisan data selama 3 bulan. Data yang diperoleh terdiri dari data primer dan data sekunder, dengan menempuh beberapa teknik pengumpulan data seperti berikut ini : 1. Observasi Untuk menganalisis fakta empiris yang diteliti dalam penelitian ini, tim peneliti mengadakan pengamatan langsung terhadap gambar ilustrasi Onong Nugraha. 2. Studi Pustaka Untuk mengumpulkan data sekunder, tim peneliti membaca dan mempelajari pustaka, sehingga diperoleh kerangka teoretis yang dijadikan acuan dalam menjelaskan dan menjawab pertanyaan pertanyaan yang dikemukakan dalam mengkaji citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha. TEKNIK ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses penyusunan data yang diperoleh agar dapat 6 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

ditafsirkan, digolongkan dalam suatu pola tertentu, diinterpretasikan, kemudian disusun secara sistematis, sehingga memberikan gambaran yang bermakna tentang citra budaya Sunda dalam karya ilustrasi Onong Nugraha. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN GAMBARAN UMUM ILUSTRASI ONONG NUGRAHA Drs. H. Onong Muhamad Nugraha Sastraatmadja, lahir di Garut tanggal 29 Juni 1934 dan wafat pada tanggal 22 Februari 2001 di Bandung. Sejak duduk di bangku SMA di Bandung, pada tahun 1952, telah bekerja sebagai ilustrator majalah. Memperoleh gelar sarjana dari Institut Teknologi Bandung (sekarang Fakultas Seni Rupa dan Desain - FSRD ITB). Pengalaman beliau dalam berkecimpung di bidang ilustrasi menunjukkan keahliannya dan kepeduliannya pada latar belakang budaya Sunda. Karya-karya ilustrasi Onong Nugraha memiliki ciri khas, terutama pada suasana Sunda tempo dulu yang memunculkan sikap romantisme, ditampilkan pada kostum figur yang digambarkannya, perempuan Sunda yang cantik dan ideal, tontonan masa lalu, seperti wayang golek dan pencak silat, pasar rakyat, wajah orang-orang kampong, dan sebagainya. Setiap objek yang digambar pada karyanya `terasa hidup' dan tampak sangat Totografis'. Kelebihan Onong Nugraha adalah pada kekuatan arsir dan anatomi. Ilustrasinya mampu menghidupkan isi sebuah cerita dan memberikan imajinasi bagi pembaca, khusunya pada carnyam di majalah Mangle. Onong Nugraha mampu menggambarkan sekaligus `memainkan' pewayangan, pencak silat, penabuh gamelan, dan tari. Hal ini menunjukkan betapa dalamnya penghayatannya dalam proses pembuatan gambar. 7 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

PEMBAHASAN ketrampilannya dalam penguasaan teknis, yang dalam ilustrasi ini media pena. Gambar 1 Citra kesundaan yang muncul pada ilustrasi Gambar 1 di atas, dilihat dari figur, sikap tubuh, busana, asesoris pendukung, dan perangkat alat musik. Ilustrasi yang menggambarkan setting seorang sinden pada saat melakukan pementasan. Figur sinden sebagai tokoh, menampilkan kesan wanita Sunda yang molek dan cantik. Menggunakan busana kebaya Sunda yang khas, dengan bentuk gelung (sanggul) yang dilengkapi dengan asesoris kembang. Sedangkan para pemain musik, menggunakan baju taqwa, lengkap dengan bendo (blangkon). Sikap tubuh figur tampak menikmati dan mengikuti irama musik rebab, saron dan goong yang dinamis dan alunan suara sinden yang merdu dengan ekspresi yang menghayati lagu yang dilantunkan. Suasana dalam ilustrasi menjadi bidup' karena ditunjang oleh pemahaman Onong Nugraha tentang budaya Sunda dan Gambar 2 Kesan masyarakat Sunda diwakili oleh sikap yang ramah kepada siapa pun, diliputi oleh pengungkapan rasa gembira, suka cita, humor, dan penuh kehangatan. Kesan tersebut terasa pada tampilan ilustrasi Gambar 2. Sikap-sikap tersebut terwakili oleh visualisasi figur-figur yang tampak saling berinteraksi satu sama lain. Seeting yang ditampilkan adalah beberapa orang yang berkumpul di salah satu (yang tampaknya) warung kecil pada malam hari. Sinar lampu lampu petromax, menghidupkan suasana sehingga ekspresi sikap dalam berinteraksi dapat terlihat jelas. Citra kesurtdaan makin terasa pada visualisasi bentuk-bentuk busana kain kebaya Sunda, baju taqwa, bendo, bentuk gelung dan perangkat pendukung seperti boboko, yang biasanya berfungsi sebagai tempat nasi, serta kaleng krupuk aci. Walaupun muncul figur wanita 8 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

menggunakan mantel panjang, tetapi tetap tidak menghilangkan kesan wanita Sunda. Gambar 3 Pemahaman dan penghayatan Onong Nugraha terhadap kebudayaan dan kesenian Sunda sangat terasa pada tampilan Gambar 3. Setting yang ditampilkan adalah sebuah suasana pertunjukan wayang golek, yang biasanya dipertunjukkan pada suatu event khusus, seperti saat khitanan, perkawinan, atau acara ngaruwat. Visualisasi keseluruhan objek-objek yang tampak, sangat mewakili citra budaya Sunda. Seperti busana yang digunakan oleh figur, atau tampilan tokoh-tokoh dunia pewayangan. Wayang yang digambarkan adalah wayang golek, yang memang khas dan mewakili citra budaya Sunda. Gambar 4 Dalam Gambar 4, ilustrasi yang ingin divisualisasikan adalah sebuah proses komunikasi atau interaksi antara dua orang yang berlainan jenis kelamin, tetapi berasal dari strata atau kelompok social yang sama. Tampilan bentuk-bentuk objek, mengindikasikan figur-figur orang pedesaan di tanah Sunda, yang memiliki mata pencaharian dari bertani. Hal ini terlihat pada busana figur laki-laki yang menggunakan busana kampret, dilengkapi dengan totopong atau ikat kepala dan sarung yang digantungkan di leher, serta sarana penunjang pekerjaan berupa golok. Sedangkan figur wanita, yang tidak terlihat molek seperti yang biasa digambarkan sebagai wanita Sunda, ditampilkan seperti kebiasaan orang pedesaan yang sedang melakukan aktifitas menanam padi. Busana 9 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

yang digunakan kain kebaya singset, yang diikatkan sedemikian rupa pada bagian pinggang, untuk kepraktisan dan kelancaran dalam melakukan pekerjaan, dan kemben dialihfungsikan sebagai tutup kepala. yang kuat. Busana yang digunakan figur-figur ditampilkan resmi. Figur wanita menggunakan kebaya lengkap dengan sanggul dan kembang bagi wanita yang muda, dan wanita yang lebih tua dilengkapi dengan kerudung, yang juga berfungsi sebagai selendang. Motif kebaya dan kain yang digunakan menunjukkan perbedaan usia figur. Sedangkan figur pria, menggunakan jas dan kopiah (peci). Gambar 5 Pada Gambar 5, terlihat adanya upaya untuk menampilkan fugur-figur yang mewakili brang Sunda', dengan segala keramahannya, dan figur wanita Sunda yang sering dikonotoasikan geulis (cantik) dan moleg (berbadan sintal). Hal ini dipertegas dengan memvisualisasikan bentuk busana yang digunakan dalam pendekatan realis. Setting yang ditampilkan merupakan hal yang lazim berlaku dalam budaya Sunda, walaupun dalam keadaan yang cukup formal, tetapi tetap terlihat adanya keramahan, kehangatan, dan kekerabatan Dari uraian di atas, terlihat bahwa citra budaya Sunda begitu kental dalam karyakarya ilustrasi Onong Nugraha. Hal ini menunjukkan bahwa kebudayaan Sunda, khususnya dalam suasana tempo dulu, sebagai latar belakang pola budaya Onong Nugraha, mempengaruhi proses berkaryanya. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rapoport, kebudayaan memberikan sumbangan dalam perilaku dan karya manusia. Pengaruh budaya dalam proses berkesenian, dalam hal ini berkarya ilustrasi, sudah merupakan model kognisi atau sistem simbol bagi Onong Nugraha. Seperti yang diungkapkan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi, model kognisi atau sistem simbol ini digunakan untuk berkomunikasi, dan memenuhi kebutuhan integratiftwa dalam mengungkapan atau menghayati nilai estetik, termasuk dalam proses berkarya. Kesenian ada, berkembang, dan di bakukan di dalam dan atau melalui 10 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus

tradisi-tradisi sosial suatu masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian pada beberapa karya ilustrasi Onong Nugraha dalam kaitannya dengan citra budaya Sunda, maka disimpulkan bahwa : (1) Visualisasi dalam karya ilustrasi ditampilkan berhubungan dengan karakteristik lingkungan budaya ilustratornya. (2) Secara visual, ilustrasi Onong Nugraha dapat mewakili budaya Sunda. DAFTAR PUSTAKA Baldinger, Wallace. 1986. The Visual of Art. London : The Library Association. Hadi, Ahmad. 1997. Peperenian : Kandaga, Unak-anik, Rusiah Basa Sunda. Bandung : Geger Sunten. Inti Idayu Press. Ross, Robert, 1963. Illustration Today. Pensylvania : International Textbook. White, Jan V. 1982. Editing by Design. New York : R.R. Bowker. DOKUMEN Kumpulan foto hasil reproduksi karya ilustrasi Onong Nugraha. SUMBER-SUMBER LAIN Nugraha, Onong. 2000. "Pameran ilustrasi Onong Nugraha". Katalog Karya. Februari, 2000. Rohidi, Tjetjep Rohendi. 2002. "Lukisan Temandartgan' Jelekong Kasus Adaptasi Komunitas Lokal Sunda terhadap Perubahan". Wacana Seni Rupa. Volume 2 Nomor 4, Mei 2002. Koentjaraningrat (editor). 1984. "Kebudayaan Sunda' oleh Harsojo, dalam Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Galia Indonesia. Rakhmat, 1989. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Remadja Karya. Rosidi, Ajip. 1984. Manusia Sunda. Jakarta : 11 Wacana Seni Rupa Jurnal Seni Rupa dan Desain vol. 3, 6, Agustus