BAB IV PROSES SIMULASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL DAN ANALISIS

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

BAB I PENDAHULUAN. Desain yang baik dari sebuah airfoil sangatlah perlu dilakukan, dengan tujuan untuk meningkatkan unjuk kerja airfoil

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH PENAMBAHAN ELLIPTICAL BULB TERHADAP HAMBATAN VISKOS DAN GELOMBANG PADA KAPAL MONOHULL DENGAN PENDEKATAN CFD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Prosedur Penggunaan Software Ansys FLUENT 15.0

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

BAB II DASAR TEORI Pendahuluan. 2.2 Turbin [6,7,]

BAB I PENDAHULUAN. aerodinamika pesawat terbang adalah mengenai airfoil sayap. pesawat. Fenomena pada airfoil yaitu adanya gerakan fluida yang

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

LAMPIRAN PEMBUATAN SIMULASI RUMAH TURBIN VORTEX. 1. Pembuatan model CAD digambar pada Software SolidWorks 2010.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

ANALISA PENGARUH BENTUK FOIL SECTION NOZZLE TERHADAP EFISIENSI PROPULSI PADA KAPAL TUNDA

FakultasTeknologi Industri Institut Teknologi Nepuluh Nopember. Oleh M. A ad Mushoddaq NRP : Dosen Pembimbing Dr. Ir.

BAB 4 MODELISASI KOMPUTASI dan PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

ANALISA AERODINAMIKA FLAP DAN SLAT PADA AIRFOIL NACA 2410 TERHADAP KOEFISIEN LIFT DAN KOEFISIEN DRAG DENGAN METODE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Besaran dan peningkatan rata-rata konsumsi bahan bakar dunia (IEA, 2014)

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

ecofirm SIMULASI MEKANISME PASSIVE PITCH DENGAN FLAPPING WING PADA TURBIN VERTIKAL AKSIS ARUS SUNGAI TIPE DARRIEUS STRAIGHT-BLADED BERBASIS CFD

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua fenomena aerodinamis yang terjadi pada. kendaraan mobil disebabkan adanya gerakan relative dari udara

TUGAS AKHIR. Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI KOMPUTASIONAL NACA 2412 PADA VARIASI SUDUT PENGGUNAAN SINGLE SLOTTED FLAP DAN FIXED SLOT DENGAN SOFTWARE FLUENT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

*Mohammad Renaldo Ercho. *Ir. Alam Baheramsyah, MSc. *Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS

tudi kasus pengaruh perbandingan rusuk b/a = 12/12, 5/12, 4/12, 3/12, 2/12, 1/12, 0/12 dengan Re = 3 x 10 4.

STUDI NUMERIK VARIASI INLET DUCT PADA HEAT RECOVERY STEAM GENERATOR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Komparasi Bentuk Daun Kemudi terhadap Gaya Belok dengan Pendekatan CFD

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

BAB I PENDAHULUAN. bagian yang kecil sampai bagian yang besar sebelum semua. bagian tersebut dirangkai menjadi sebuah pesawat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 7, No. 7, (2014) 1-6 1

SIMULASI PERILAKU AERODINAMIKA DALAM KONDISI STEADY DAN UNSTEADY PADA MOBIL MENYERUPAI TOYOTA AVANZA DENGAN CFD

Sulistyo Atmadi *), Ahmad Jamaludin Fitroh **) *) Peneliti Pusat Teknologi Penerbangan, Lapan **) Peneliti Kepakaran Aerodinamika, Lapan ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Disusun Oleh: SLAMET SUTRISNO JURUSAN TEKNIK PENERBANGAN

SIMULASI NUMERIK PENGARUH MULTI-ELEMENT AIRFOIL TERHADAP LIFT DAN DRAG FORCE PADA SPOILER BELAKANG MOBIL FORMULA SAE DENGAN VARIASI ANGLE OF ATTACK

SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA PADA TINGKAT PERTAMA TURBIN UAP MENGGUNAKAN CFD FLUENT

SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA PADA TINGKAT PERTAMA KOMPRESOR DALAM INSTALASI TURBIN GAS DENGAN DAYA 141,9MW MENGGUNAKAN CFD FLUENT 6.3.

SIMULASI AERODINAMIS DAN TEGANGAN PROPELER PESAWAT TIPE AIRFOIL NACA M6 MELALUI ANALISA KOMPUTASI DINAMIKA MENGGUNAKAN MATERIAL PADUAN (94% Al-6% Mg)

BAB III ANALISA KONDISI FLUIDA DAN PROSEDUR SIMULASI

Bab 3 Pengenalan Perangkat Lunak FLUENT

STUDI NUMERIK DISTRIBUSI TEMPERATUR DAN KECEPATAN UDARA PADA RUANG KEDATANGAN TERMINAL 2 BANDAR UDARA INTERNASIONAL JUANDA SURABAYA

Perubahan Hambatan Viskos Kapal Katamaran akibat Variasi Yaw Angel dengan Simulasi Numerik

Lampiran 1 CAD Drawing Hasil Optimasi Circular Hovercraft Proto X-1

Studi Numerik Pengaruh Geometri dan Desain Diffuser untuk Peningkatan Kinerja DAWT (Diffuser Augmented Wind Turbine)

TAKARIR. Computational Fluid Dynamic : Komputasi Aliran Fluida Dinamik. : Kerapatan udara : Padat atau pejal. : Memiliki jumlah sel tak terhingga

PRESENTASI TUGAS AKHIR. Oleh: Zulfa Hamdani. PowerPoint Template NRP :

BAB III CFD DAN PENDEKATAN NUMERIK

BAB 3 METODOLOGI. 40 Universitas Indonesia

BAB IV VALIDASI SOFTWARE. Validasi software Ansys CFD Flotran menggunakan dua classical flow

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

STUDI NUMERIK VARIASI TURBULENSI MODEL PADA ALIRAN FLUIDA MELEWATI SILINDER TUNGGAL YANG DIPANASKAN (HEATED CYLINDER)

Studi Numerik Karakteristik Aliran Fluida Melintasi Airfoil NASA LS-0417 yang Dimodifikasi dengan Vortex Generator

Bab 4 Perancangan dan Pembuatan Pembakar (Burner) Gasifikasi

TUGAS AKHIR ANALISIS DESAIN VERTIKAL WIND TURBIN DENGAN AIR FOIL NACA 0016 MODIFIED MENGGUNAKAN SOFTWARE ANSYS 14.5.

POWER UNTUK MENGGERAKKAN KATAMARAN

(Studi Kasus PT. EMP Unit Bisnis Malacca Strait) Dosen Pembimbing Bambang Arip Dwiyantoro, ST. M.Sc. Ph.D. Oleh : Annis Khoiri Wibowo

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini PT Pupuk Sriwijaya memiliki 4 pabrik yaitu Pusri IB

PERANCANGAN ULANG SUDU KOMPRESOR AKSIAL PADA MESIN TURBOPROPELER PT6A-27 DENGAN PUTARAN POROS RPM

PERNYATAAN. Yogyakarta, 17 Agustus Immawan Wahyudi Ahyar. iii

STUDI NUMERIK PENGARUH PANJANG RECTANGULAR OBSTACLE TERHADAP PERPINDAHAN PANAS PADA STAGGERED TUBE BANKS

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI... PERSEMBAHAN... MOTTO... KATA PENGANTAR...

SIDANG TUGAS AKHIR FITRI SETYOWATI Dosen Pembimbing: NUR IKHWAN, ST., M.ENG.

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN OBSTACLE BENTUK PERSEGI PADA PIPA TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN DAN PERPINDAHAN PANAS.

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN TINGGI AIR JATUH 2.3 M DENGAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK CFD

ANALISIS LAPISAN BATAS ALIRAN DALAM NOSEL STUDI KASUS: NOSEL RX 122

STUDI NUMERIK RADIUS VOLUTE TONGUE RUMAH KEONG PADA BLOWER SENTRIFUGAL

BAB I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

SIDANG TUGAS AKHIR KONVERSI ENERGI

Studi Numerik Pengaruh Panjang Rectangular Obstacle terhadap Perpindahan Panas pada Staggered Tube Banks

ANALISIS DAN OPTIMASI SUDU SKEA 5 KW UNTUK PEMOMPAAN

BAB 3 PEMODELAN 3.1 PEMODELAN

FORMULASI PENGETAHUAN PROSES MELALUI SIMULASI ALIRAN FLUIDA TIGA DIMENSI

ANALISIS SUDU KOMPRESOR AKSIAL UNTUK SISTEM TURBIN HELIUM RGTT200K ABSTRAK ABSTRACT

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-26

NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA AERODINAMIKA PADA BODI MOBIL BAYU SURYA MENGGUNAKAN CFD PADA SOFTWARE ANSYS 15.0

oleh : Ahmad Nurdian Syah NRP Dosen Pembimbing : Vivien Suphandani Djanali, S.T., ME., Ph.D

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

ANALISA PENENTUAN AIR GAP TERHADAP PERFORMANCE MOTOR AC APLIKASI MARINE USE. AGUNG GINANJAR M*) *) Mahasiswa Teknik Sistem Perkapalan FTK-ITS

PERANCANGAN TURBIN AKSIAL SATU TINGKAT UNTUK MESIN TURBOJET BERBASIS TURBOCHARGER T70

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kajian CFD Perbandingan Kinerja Tiga Buah Model Runner Turbin Francis

Kaji Numerik Optimasi Kinerja Rotor Savonius Dua Bilah dan Tiga Bilah

Transkripsi:

BAB IV PROSES SIMULASI 4.1. Pendahuluan Di dalam bab ini akan dibahas mengenai proses simulasi. Dimulai dengan langkah secara umum untuk tiap tahap, data geometri turbin serta kondisi operasi. Data yang ditulis hanyalah data yang digunakan dalam simulasi, data lain yang tidak diperlukan tidak ditulis. Selain itu penggunaan perangkat lunak yang dipakai tidak akan terlalu detail dibahas, hanya terbatas pada langkah langkah intinya. Simulasi turbin diawali dengan membuat model turbin serta mesh yang akan digunakan sebagai domain komputasi di dalam CATIA dan ANSYS ICEM CFD. Setelah itu simulasi dilanjutkan dengan mensimulasikan aliran udara di sekitar turbin dengan ANSYS CFX. Parameter yang dimasukkan bersumber dari data operasional turbin. Beberapa macam simulasi yang dilakukan akan dibahas di bab selanjutnya. 4.2. Data Awal Turbin uap dalam Tugas Akhir ini adalah tipe Double Flow Impulse Reaction Condensing Turbine. Turbin ini merupakan gabungan turbin tipe impuls dan reaksi dan memiliki 2 arah aliran uap yang berkebalikan. Dua tingkat pertama turbin merupakan bilah tipe impuls, sedangkan 3 tingkat terakhir merupakan tipe reaksi Simulasi dalam tugas akhir ini hanya untuk tingkat pertama saja dari konfigurasi turbin lengkap. Data yang diperlukan untuk simulasi adalah data geometri turbin serta kondisi operasionalnya. Gambar 4.1 Profil bilah stator Halaman - 34 -

Gambar 4.2 Profil bilah rotor awal (impuls) Gambar 4.3 Profil bilah rotor pengganti (50% reaksi) Bilah stator turbin mempunyai tinggi 52 mm, dengan panjang chord airfoilnya 50 mm. Jumlahnya dalam satu lingkaran penuh adalah 100 buah. Sedangkan bilah rotor turbin mempunyai panjang chord 40 mm. Tinggi bilah 60 mm dengan jumlah 178 bilah dalam 1 lingkaran penuh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 4.1 Dimensi, jumlah bilah dan panjang bilah Chord length (mm) Jumlah bilah Hub-shroud (mm) Stator 50 100 52 Rotor 40 178 60 Untuk data kondisi operasi diambil hanya beberapa data yang seperlunya saja. Data tersebut meliputi temperatur masuk stator sebesar 161.9 C, tekanan masuk stator 6.31 bar, tekanan keluar rotor sebesar 2.53 bar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut. Tabel 4.2 Data operasional yang dipakai Temperatur inlet ( C ) 161.9 Tekanan total inlet (bar) 6.31 Tekanan outlet (bar) 2.53 Halaman - 35 -

Kondisi batas inlet dan outlet : Inlet : Pressure inlet ; kondisi batas ini memberikan harga besar tekanan di daerah masuk aliran Outlet : Pressure outlet ; kondisi batas ini mmberikan harga besar tekanan di daerah keluar aliran Kondisi batas yang lain : Periodic ; kondisi batas ini mendefinisikan bahwa terjadi daerah yang berulang untuk bilah-bilah di sebelahnya sehingga tidak perlu membuat domani komputasi untuk keseluruhan model (1 lingkaran penuh). Wall ; kondisi batas ini diberikan pada semua permukaan bilah, hub dan shroud. Gambar 4.4 Kondisi batas pada domain komputasi 4.3 Berbagai kasus yang Disimulasikan [9, 10] Denga prosedur simulasi seperti yang telah dijelaskan diatas maka dikembangkan beberapa kasus. Simulasi yang dilakukan meliputi : A. Simulasi untuk meningkatkan akurasi perhitungan : 1. Simulasi dengan berbagai jumlah grid Simulasi pertama yang dilakukan adalah dengan mencoba beberapa model dengan jumlah grid yang berbeda. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana Halaman - 36 -

pengaruh jumlah grid terhadap output yang dihasilkan. Dengan mengetahui pengaruh tersebut diharapkan output dari model dengan jumlah grid tertentu dapat lebih akurat dan model yang dipilih digunakan sebagai model untuk simulasisimulasi selanjutnya. 2. Simulasi dengan model turbulensi yang berbeda Setelah didapatkan model dengan jumlah elemen tertentu maka perlu diketahui juga pengaruh pemilihan model turbulensi terhadap hasil yang didapatkan. Di ANSYS CFX Turbomachinery disediakan 4 buah model turbulensi yaitu k-epsilon, Shear Stress Transport, BSL Reynolds Stress dan SSG Reynolds Stress. Dengan melakukan simulasi untuk keempat model turbulensi tersebut dapat diketahui perbedaan hasil perhitungannya. Diharapkan dengan pemakaian model turbulensi yang sesuai simulasi selanjutnya memilki hasil yang cukup akurat dan efisien. B. Simulasi beberapa kasus diantaranya : 1. Simulasi steady dengan variasi putaran rotor Kasus pertama yang dilakukan adalah kondisi steady dengan variasi putaran rotor. Hasil yang didapatkan akan dianalisis dan dibandingkan secara aerodinamika. Dengan melakukan perbandingan tersebut diharapkan karakteristik aliran serta pengaruh putaran rotor terhadap daya maupun efisiensi dapat diketahui dan dipahami. 2. Simulasi quasi steady dengan interface frozen rotor Kasus kedua yang dikembangkan adalah simulasi dengan menerapkan interface frozen rotor. Hasil simulasi ini akan dianalisis dengan hasil simulasi steady. Dengan analisis dan perbandingan tersebut maka karakteristik aliran dapat diketahui. Hal lain yang diharapkan adalah dapat memahami dengan baik karakteristik aliran di stator dan rotor dengan interface frozen rotor. 3. Simulasi dengan kondisi unsteady Simulasi ini dilakukan setelah didapatkan hasil pada kondisi steady karena simulasi ini membutuhkan harga tebakan awal yang diambil dari kondisi steady. Simulasi unsteady dilakukan dengan perhitungan yang detailnya terdapat di bab V. Halaman - 37 -

C. Simulasi dengan melakukan perubahan pada model bilah rotor Simulasi terakhir yang dilakukan adalah dengan merubah model bilah rotor. Bilah rotor diganti dari tipe impuls dengan tipe reaksi. Setelah dilakukan simulasi unsteady, simulasi selanjutnya adalah melihat bagaimana pengaruh perubahan bilah terhadap perilaku aliran, daya serta efisiensinya. 4.4 Prosedur Simulasi Data awal yang didapatkan kemudian diolah dalam berbagi tahap. Prosedur dibagi dalam empat tahapan simulasi. Dengan adanya beberapa kali simulasi maka beberapa tahapan dibawah ini akan diulang untuk tiap simulasi. Untuk simulasi dengan melihat perubahan parameter fisik aliran ataupun jumlah mesh maka tahapan yang diulang adalah kedua atau ketiga saja. Simulasi dibagi dalam 4 tahap penting yaitu : 1. Membuat geometri turbin dengan CATIA 2. Membuat mesh sebagai domain komputasi dengan ANSYS ICEM CFD 3. Memasukkan parameter simulasi dan menjalankan solver dengan ANSYS CFX 4. Melihat hasil simulasi dengan ANSYS CFX 1. Membuat geometri bilah turbin di CATIA Untuk mendapatkan hasil perhitungan yang akurat maka domain perhitungan juga harus dibuat sedekat mungkin dengan keadaan sebenarnya. Mesh sebagai domain perhitungan dibuat dengan acuan geometri, oleh karena itu tahap pembuatan geometri juga sangat menentukan keakuratan hasil. Data awal yang didapat adalah hardcopy profil bilah turbin dan dimensinya. CATIA dipilih sebagai software untuk membuat geometri dengan alasan kelengkapan fiturnya serta kemudahan bagi pemakai untuk membuat suatu geometri dengan berbagai parameter. Berikut ini langkah pembuatan geometri di CATIA : 1. Membuat sistem koordinat baru 2. Menentukan bidang dan membuat sketsa airfoil stator dan rotor untuk hub Halaman - 38 -

3. Menetukan bidang dan membuat sketsa airfoil stator dan rotor untuk shroud 4. Mengatur orientasi bidang shroud terhadap hub untuk mengatur sudut twist 5. Membuat parameter yang digunakan untuk mempermudah modifikasi geometri seperti jumlah bilah, posisi airfoil dan sebagainya. 6. Menguhubungkan profil airfoil hub dan shroud dengan acuan sumbu rotasi 7. Membuat permukaan untuk kondisi batas 8. Menyimpan file dalam bentuk.igs agar bisa dibuka di ANSYS ICEM CFD untuk membuat mesh Keluaran dari tahapan ini adalah file geometri yang nantinya dapat dibuka di ANSYS ICEM CFD. Ada berbagai macam tipe file yang dapat diimport ke ANSYS ICEM CFD antara lain ACIS, CATIA V4, DDN, DWG, STEP/IGES dan lain sebagainya. Untuk tugas akhir ini dibuat dalam tipe file IGES atau file dengan ekstensi.igs. Dibawah ini adalah gambar hasil pembuatan geometri di CATIA V5,bagian turbin yang digambarkan domain komputasi dan batas-batasnya. Seperti dinding bilah serta daerah inlet fluida dan outlet fluida. Gambar 4.5 Pandangan 3D bilah stator dan rotor Halaman - 39 -

Gambar 4.6 Domain komputasi stator Gambar 4.7 Domain komputasi rotor impuls Gambar 4.8 Domain komputasi rotor reaksi Halaman - 40 -

2. Membuat mesh sebagai domain komputasi di ANSYS ICEM CFD Tujuan dari tahap ini adalah menghasilkan mesh sebagai domain perhitungan. Perangkat lunak yang digunakan adalah ANSYS ICEM CFD, prangkat lunak ini menyediakan fitur pembuatan grid secara otomatis sehingga menghemat waktu dan tenaga. Berikut ini langkah pembuatan mesh di ANSYS ICEM CFD : 1. Mengimport file geometri yang telah dibuat di CATIAFile yang diimpor adalah file hasil geometri di CATIA, bertipe.igs. File ini adalah file hasil membuat model di CATIA V5 misalnya rotor.igs setelah diimpor ke ANSYS ICEM CFD menjadi rotor.tin 2. Memperbaiki geometri bila terjadi ketidaksesuaian dengan membuat garisgaris dan titik-titik yang baru Repair geometri-buid topology adalah satu command yang digunakan untuk membuat point dan curve dari garis dan titik yang dibuat di CATIA. Perbaikan dapat berupa penggabungan beberapa garis, permukaan maupun pemisahan garis dan permukaan. Pembuatan garis dan titik yang baru biasanya diperlukan sebagai acuan dalam membuat block akan dijelaskan di nomor 4. 3. Membagi permukaan ke dalam part-part baru yang akan digunakan sebagai kondisi batas. Untuk satu bilah biasanya dibagi dalam beberapa part seperti inlet, outlet, hub, shroud, blade, dan periodic1 dan periodic2. Untuk blade bisa juga dibagi menjadi beberapa part seperi upper blade dan lower blade. 4. Menentukan pembagian blok dengan membuat titik, garis dan permukaan yang membatasinya. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan strategi bagaimana membuat blok. Blok sangat penting karena menentukan bentuk dan kualitas grid. Semakin kompleks geometri yang dimodelkan maka semakin besar juga usaha untuk membuat blok. Untuk model bilah turbin ini dibuat 5 blok untuk setiap bilahnya. Titik dan garis dibuat setelah diputuskan berapa dan bagaimana blok akan dibuat di geometri. Halaman - 41 -

5. Membuat blok dan mengasosiasikan ke geometri agar mesh yang dibuat dalam blok sesuai dengan geometri. Command yang digunakan di langkah ini adalah create block dan split block, associate vertex, curve dan surface. 6. Menentukan jumlah elemen yang akan dibuat dalam mesh untuk tiap block Command yang digunakan adalah Pre Mesh parameter-edge paremeter. Command ini digunakan untuk menentukan berapa jumlah elemen dalam tiap edge sehingga jumlah elemen keseluruhan dapat ditentukan. 7. Melihat elemen elemen sebelum terjadi mesh di Pre Mesh Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan Pre Mesh. Dengan mengaktifkan Pre Mesh kita dapat melihat bagaimana distribusi mesh di bilah turbin. Misalnya untuk daerah trailing edge dimana terdapat kemungkinan terjadi separasi aliran ataupun fenomena aliran yang lain sebaiknya grid harus lebih banyak. Untuk daerah lain yang diperkirakan tidak terjadi fenomena tertentu sebaiknya tidak perlu diperbanyak dengan pertimbangan lamanya waktu komputasi. 8. Mengatur kembali jumlah elemen dan melihat kualitas mesh yang sudah dibuat dengan kriteria tertentu Setelah melihat dan melakukan penyesuaian jumlah dan susunan grid maka grid yang dibuat harus dilihat apakah memenuhi kriteria untuk dapat dilanjutkan Command yang digunakan adalah Pre Mesh quality dengan kriteria volume dan angle. 9. Mengubah Pre Mesh menjadi Unstructured Mesh bila kualitas mesh sudah mencukupi Bila mesh yang dihasilkan dirasa mencukupi dan memenuhi kriteria maka Pre-mesh yang dihasilkan diubah menjadi mesh dengan command Convert to unstructured mesh. 10. Mengubah setting solver ke Fluent V6 atau V4 untuk mendefinisikan kondisi batas Halaman - 42 -

Untuk mendefinisikan kondisi batas, solver harus diganti dahulu ke Fluent V6. Kondisi batas yang diterapkan adalah pressure inlet, pressure outlet, wall, periodic. 11. Setelah mendefinisikan kondisi batas maka solver di setting ke ANSYS CFX. Solver yang tadinya Fluent V6 harus diubah kembali ke ANSYS CFX sehingga file output yang terbentuk bertipe.cfx5. 12. Membuat file output dalam bentuk.cfx5 Dengan command write input ANSYS ICEM CFD akan membuat file dengan ekstensi.cfx5. File bentuk ini akan digunakan sebagai input oleh ANSYS CFX. Mesh yang dihasilkan disajikan sebagai berikut : Gambar 4.9 Blok domain komputasi stator Gambar 4.10 Blok domain komputasi rotor impuls dan reaksi Halaman - 43 -

Gambar 4.11 Mesh untuk bilah stator dalam 3D Gambar 3.12 Mesh untuk bilah stator dalam 2D Gambar 3.13 Mesh untuk bilah rotor impuls dalam 3D Halaman - 44 -

Gambar 3.14 Mesh untuk bilah rotor impuls dalam 2D Gambar 3.15 Mesh untuk bilah rotor reaksi dalam 3D Gambar 3.16 Mesh untuk bilah rotor reaksi 2D Halaman - 45 -

3. Memasukkan parameter simulasi dan menjalankan solver ANSYS CFX Parameter yang menjadi masukan antara lain : ANSYS CFX-Pre : Jenis Fluida : Water vapour Fluida yang digunakan adalah uap air dengan tekanan 6.31 bar dan suhu 161.9 C. ANSYS CFX telah menyediakan berbagai macam jenis fluida, kita tinggal memilih ataupun dapat memasukkan nilai-nilai tertentu dalam penentuan jenis dan keadaan fluidanya. Untuk simulasi ini digunakan fluida uap air dengan asumsi gas ideal ( water ideal gas). Tipe simulasi : Steady dan Transien Terdapat 2 macam tipe yang dapat dipilih untuk simulasi, tipe steady digunakan untuk simulasi dimana parameter aliran yang tidak berubah terhadap waktu. Transien merupakan kondisi dimana parameter aliran berubah terhadap waktu. Tugas akhir ini akan mensimulasikan kedua kondisi tersebut. Data Model : Tekanan referensi, Heat transfer dan Model turbulensi Kondisi Batas : P Total Inlet - P Static Outlet Flow direction Interface S1 to S1 : Periodic Boundary definition : Wall (no slip) ANSYS CFX-Solver : Type of Run : Full Run Mode : Serial 4. Melihat hasil simulasi ANSYS CFX Hasil perhitungan lalu diekspor ke ANSYS CFX Post. Workspace ini digunakan untuk melihat berbagai hasil dalam kontur, vektor, streamline. Seperti misalnya vektor kecepatan dan kontur tekanan di bidang cascade. Dengan melihat hasil dalam bentuk tertentu diharapkan akan menjadi lebih mudah dipahami dan analisis akan menjadi lebih cepat. Halaman - 46 -

Salah satu contoh adalah apabila kita ingin melihat kontur properti di bidang cascade : 1. Membuat Plane (bidang) dimana kontur kecepatan ingin kita ketahui 2. Membuat Contour yang letaknya di bidang 1 3. Mengatur variabel yang ingin diketahui sepert tekanan, kecepatan ataupun Mach Number beserta jumlah kontur yang terlihat. 4. Membuat Vector ataupun Streamline di bidang lain yang ingin kita ketahui propertinya Halaman - 47 -