SKRINING BAKTERI SELULOLITIK ASAL TANAH KEBUN PISANG (Musa paradisiaca)

dokumen-dokumen yang mirip
Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Air Panas. Isolat Murni Bakteri. Isolat Bakteri Selulolitik. Isolat Terpilih Bakteri Selulolitik. Kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

BAB 4. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGIPENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

Keragaman Bakteri Endofit Pada Kultivar Nanas (Ananas comosus (L.) Merr) Leor Dan Duri Di Kabupaten Subang

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik untuk mengetahui

METODE PENELITIAN. selesai. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium FIKKES Universitas. Muhammadyah Semarang, Jl. Wonodri Sendang No. 2A Semarang.

II. METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Tempat penelitian di laboratorium lab. Mikrobiologi, Lantai II di kampus

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel air sumur diambil di rumah-rumah penduduk

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel dilakukan di pasar di sekitar kota Bandar Lampung,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Data pengukuran kompos limbah pertanian (basah) dan sampah kota. Jerami Padi 10 3,94 60,60. Kulit Pisang 10 2,12 78,80

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli 2014 sampai dengan bulan September

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dasar dengan menggunakan metode deskriptif.

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN. deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

III. BAHAN DAN METODE

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

BABm METODA PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

LAMPIRAN. Lampiran 1. Foto Lokasi Pengambilan Sampel Air Panas Pacet Mojokerto

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

II. METODELOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2014, di

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

Uji Potensi Bakteri Selulotik dari Lahan Pertanian yang Tercemar Pestisida

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni atau pure research

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian Deskriptif. Hal ini dikarenakan tujuan

III. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Molekuler. Penelitian ini di lakukan pada Agustus 2011.

BAB III METODE PENELITIAN

Isolasi, Karakterisasi dan Uji Potensi Bakteri Penghasil Enzim Termostabil Air Panas Kerinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

Teknik Identifikasi Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB I PENDAHULUAN. Sampah berhubungan erat dengan pencemaran lingkungan yaitu sebagai

BAB II MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran I. Hasil Identifikasi/Determinasi Tumbuhan. Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. bio.unsoed.ac.id

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. unit perinatologi di Rumah Sakit Abdoel Moeloek dengan melakukan uji coliform pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Mei 2011 di Laboratorium Mikrobiologi dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

II. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif.

Materi 2: Isolasi dan Purifikasi Bakteri Simbion pada Organisme Laut

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR (TPP 1207) Disusun oleh : Dosen Pengampu

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS MIKROBA DI KAWASAN CAGAR BIOSFER GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU: SEBAGAI INDIKATOR TERHADAP TEKANAN PENGGUNAAN LAHAN

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. dan eksperimen dengan cara mengisolasi dan identifikasi mikroba endofit dari

BAB III METODE PENELITIAN. Februari sampai Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi,

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini ialah penelitian

Transkripsi:

Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Edisi Januari 2017 6 SKRINING BAKTERI SELULOLITIK ASAL TANAH KEBUN PISANG (Musa paradisiaca) Meli Astriani Dosen Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,UniversitasMuhammadiyah Palembang, Jl. Jenderal A. Yani 13 Ulu,Palembang 302663 Indonesia E-mail: meliastriani.g201@gmail.com ABSTRACT Cellulose is the most abundant biomass in nature. Utilization of organic wastes can be improved by changing the cellulose from wastes into products which have the economic value with the help of cellulolytic bacteria. Cellulolytic bacteria are bacteria that have the ability to produce cellulase. Cellulase can degrade cellulose as the substrate. The aim of this study were to obtain cellulolytic bacteria, and to provide an information about the test of cellulolytic bacterial activity. Stages of this study are as follows: isolation and purification, morphological and physiological characterization of cellulolytic bacteria, tests enzyme activity. Results showed that there were two types of cellulolitic bacteria which had been obtained, namely isolate A1 and A2 that were able to grow on CMC media and each isolate has the ability to form a clear zone of 1.3 and 1.25 mm, respectively. Isolate A1 belonged to genus Pseudomonas with enzyme activity of 1.248 unit/ml. Keywords: Biomass; Cellulolitic; Isolation; Screening; Pseudomonas. PENDAHULUAN Selulosa merupakan biomassa yang paling berlimpah di alam. Selulase adalah enzim yang sebagian besar diproduksi oleh mikroorganisme antara lain kelompok bakteri maupun jamur. Pemanfaatan enzim selulase saat ini semakin meningkat dalam kegiatan industri makanan, kertas, detergen, dan industri pertanian. Pemanfaatan serasah yang ada di tanah masih dapat dimanfaatkan menjadi produk yang bernilai ekonomis. Kompos merupakan produk yang berasal dari dekomposisi limbah organik yang mengandung selulosa dengan bantuan enzim selulase yang dimiliki oleh bakteri selulolitik (Saraswati et al, 2010; Alam et al, 2013). Berbagai sumber limbah selulosa seperti vermicomposting tandan kosong kelapa sawit (Azizah, 2013) dan sampel tanah hutan yang kaya akan serasah tumbuhan dimanfaatkan oleh bakteri selulolitik dalam mendekomposisi bahan organik (Ashwani et al, 2014). Beberapa spesies bakteri selulolitik dilaporkan berasal dari tanah antara lain Cellulomonas, Cytophaga, Pseudomonas, Bacilli, dan beberapa actinomycetes (Lederberg, 2014). Bacillus pumilis, lichniformis Bacillus, Paenibacillus dendritiformis, Bacillus cereus dan Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri hasil isolasi ampas tebu yang berpotensi sebagai bakteri selulolitik dan ethanologenic untuk menghasilkan etanol yang berperan dalam bidang bioenergi (Chaudhary et al, 2015). Serasah yang ada di tanah kebun pisang merupakan salah satu yang masih menyimpan bahan organik berupa selulosa yang banyak terdapat pada limbah pelepah pisang (Prabawati et al, 2008). Serasah ini diduga sebagai substrat bagi bakteri yang mempunyai enzim selulase (Meryandini et al, 2009). Berdasarkan informasi tersebut, penelitian ini perlu dilakukan untuk mengisolasi dan memperoleh bakteri yang berasal dari tanah kebun pisang, kemudian menyeleksi bakteri yang memiliki kemampuan penghasil enzim paling besar, serta melakukan identifikasi bakteri, selanjutnya memberikan informasi uji aktivitas bakteri selulolitik. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan. Alat yang digunakan meliputi autoklaf, batang segitiga, bunsen, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur, inkubator, jarum ose, kapas, mikro pipet, pipet serologis, plastik, rak, tabung reaksi, timbangan analitik. Adapun bahan yang digunakan, aquades, alkohol, bradford reagen, congo red reagen, CMC (Carboxyl methyl cellulosse) medium, DNS reagent, larutan NaCl 0,85%, pewarna gram (kristal violet, iodium, safranin, dan alkohol 96%), medium triftopan, medium simon sitrat, medium TSIA, medium fermentasi glukosa, medium MR-VP (Methyl Red-Voges Proskeur), dan sampel tanah.

Tahapan penelitian ini meliputi: 1. Isolasi dan Pemurnian Sebanyak 1 gram sampel dilarutkan ke dalam larutan NaCl 0,85%, kemudian dihomogenkan dengan vortex. Suspensi diambil sebanyak 1 ml lalu dilakukan pengenceran bertingkat, pengenceran terakhir (10-5 dan 10-6 ) diambil suspensi sebanyak 0,1 ml dimasukkan pada cawan yang berisi Medium CMC (Carboxyl methyl cellulosse) padat lalu ditebar dengan menggunakan batang segitiga, diinkubasi selama 2 hari sampai ditemukan koloni bakteri yang tumbuh. Tahap berikutnya adalah penghitungan koloni bakteri yang tumbuh. Setelah itu, dibuat replika plating dengan cara koloni bakteri yang tumbuh dipindahkan secara aseptis pada dua cawan yang berisi medium CMC padat. Replika plating dilakukan terus-menerus sampai didapatkan koloni murni, jika pada replika plating menunjukkan koloni yang telah murni, selanjutnya digores dengan teknik kuadran secara aseptis pada dua cawan petri dan diinkubasi selama 2 hari. 2. Karakterisasi Morfologi dan Fisiologi Bakteri a. Pembentukan Zona Bening Satu cawan petri yang terdapat koloni tunggal ditambahkan 1 ml larutan Congo Red (0,1 % w/v) sampai merata dan diinkubasi selama 15 menit pada suhu kamar. Kemudian dicuci dengan larutan NaCl 2 M sebanyak dua kali. Diamati dan diukur zona bening yang terbentuk. Indeks aktivitas selulolitik dapat diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Kasana et al, 2008) I = D zona bening - D koloni D koloni b. Pewarnaan Gram Sebanyak satu ose isolat bakteri yang berumur 24 jam diratakan pada kaca objek, kemudian difiksasi diatas bunsen, ditetesi dengan kristal violet selama 1 menit lalu dibilas dengan aquades, dikeringkan, ditetesi dengan larutan iodium selama 2 menit lalu dibilas dengan aquades, dikeringkan, kemudian warna dihilangkan dengan ditetesi alkohol 95% selama 30 detik dan dibilas dengan aquades, dikeringkan, diwarnai kembali dengan safranin selama 30 detik lalu dibilas dengan aquades, dikeringkan (Hadioetomo, 1993). c. Uji Biokimia Isolat bakteri yang terpilih selanjutnya dilakukan karakterisasi yang meliputi uji fermentasi glukosa, Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Edisi Januari 2017 7 uji TSIA, fermentasi asam campuran (uji merah metil), fermentasi butanadiol (uji Voges Proskauer), uji sitrat, uji indol, hidrolisis urea, hidrolisa gelatin, hidrolisa pati, uji indol, uji sitrat, uji H 2 S (Hadioetomo, 1993). 3. Pengukuran Aktivitas Enzim a. Pembuatan Crude Enzim Sebanyak satu ose isolat ditambahkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 40 ml CMC medium, dishaker pada inkubator bergoyang selama 3 hari. b. Pengukuran Aktivitas Enzim Selulolitik Dibuat empat perlakuan yaitu sampel, blanko, kontrol, dan standar. Crude enzim disentifugasi 10 menit pada kecepatan 12.000 rpm, lalu diambil 1 ml dan ditambahkan pada tabung sampel yang telah berisi CMC solution 1% pada tabung blanko hanya berisi 1 ml CMC solution 1%, pada tabung kontrol ditambahkan 1ml CMC solution 1% lalu diinkubasi pada temperatur 37 o C selama 30 menit. Sedangkan, pada tabung standar ditambahkan 1 ml glukosa standar dengan konsenterasi 0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 mg/ml. Ditambahkan reagen DNS 2 ml pada sampel, tabung standar, blanko, dan kontrol. Untuk blanko ditambahkan 1 ml aquades solution dan kontrol ditambahkan 1 ml crude enzim. Kemudian sampel, blanko, kontrol, tabung standar diinkubasi pada suhu 100 o C selama 15 menit. Lalu di cooling dan diukur dan diukur masing-masing absorbansinya pada panjang gelombang 540 nm. 4. Variabel pengamatan Variabel yang diamati adalah karakteristik morfologi dan fisiologis isolat bakteri, serta nilai gula pereduksi, nilai aktivitas enzim, dan kadar protein. 5. Penyajian Data Semua data yang diperoleh disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Isolasi dan Pemurnian Hasil isolasi dan pemurnian bakteri selulolitik yang diisolasi dari tanah kebun pisang dilakukan pada dua pengenceran terakhir yaitu 10-5 dan 10-6. Diperoleh jumlah bakteri yang diduga merupakan bakteri selulolitik berjumlah 6. Data ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil isolasi pada sampel tanah asal kebun pisang Asal Sampel Pengenceran Jumlah Isolat Tanah Kebun Pisang 10-5 4 10-6 2 Total Jenis Bakteri 6

Koloni yang tumbuh dipindahkan pada replika plating. Bakteri yang mampu hidup pada media CMC lalu ditandai untuk dilakukan pemurnian pada media CMC. Diperoleh 2 isolat bakteri yang mampu hidup pada media CMC setelah ditumbuhkan dengan cara digores. Isolat tersebut adalah kode A1 dan kode A2 (Gambar 2). Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Edisi Januari 2017 8 Isolat bakteri dengan kode A1 mempunyai bentuk morfologi pinggiran rata, berbentuk bulat dan berwarna putih kekuningan. Isolat dengan kode A2 menunjukkan bentuk pinggiran rata namun setelah dilakukan pemurnian dengan metode kuadran bentuk dari isolat A2 motil dengan pinggiran yang melebar pada medium CMC, koloni berwarna putih kekuningan. Pembentukan Zona Bening Bakteri selulolitik membentuk zona bening di sekeliling koloni setelah diteteskan Congo Red (Gambar 2). Kemampuan bakteri dalam Gambar 1. Hasil pemurnian bakteri menghidrolisa sululosa dinyatakan dalam bentuk indeks aktivitas selulolitik. Hal ini dengan ditunjukkan terbentuk zona bening pada isolat A1 dan A2 yaitu 1,3 dan 1,25 mm (Gambar 2). Gambar 2. Pembentukan zona bening (a) isolat bakteri dan (b) Zona bening Pewarnaan Gram Isolat yang berpotensi mempunyai nilai selulolitik yang tinggi adalah isolat dengan kode A1 yang selanjutnya akan dilakukan pewarnaan Gram untuk mengetahui jenis bakteri. Bentuk sel bakteri setelah dilakukan pewarnaan yaitu batang dan Gram negatif (Gambar 3). Gambar 3. Pewarnaan Gram isolat A1 Uji Fisiologis Pengujian secara fisiologis isolat A1 disajikan pada tabel 2. Tabel 2. Uji Fisiologis isolat A1 No Uji Hasil Keterangan 1 Indol - Tidak terbentuk cincin merah muda pada lapisan atas media 2 TSIA + Terjadi perubahan warna menjadi

Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Edisi Januari 2017 9 coklat kehitaman dan gelap 3 Metil Merah - Tidak terbentuk cincin merah pada media 4 Voges-Prokauer + Terjadi perubahan warna terdapat cincin merah pada lapisan atas media 5 Katalase + Terlihat adanya gelembung udara pada sekitar koloni 6 Fermentasi Gula - Tidak terjadi perubahan warna dan pembentukan gas pada tabung durham 7 Sitrat - Tidak terjadi perubahan warna hijau menjadi biru Pengukuran Aktivitas Enzim Hasil akhir yang diperoleh dari pengukuran aktivitas enzim selulolitik yaitu sebesar 1,248 unit/ml. B. Pembahasan Bakteri A1 dan A2 memiliki kemampuan tumbuh pada media CMC yang merupakan bakteri selulolitik sebagai pendegradasi selulosa. Hal ini dapat dilihat bahwa bakteri A1 dan A2 mampu tumbuh pada media CMC yang mengandung substrat selulosa murni yang berbentuk amorphous sehingga aktivitas enzim selulase pada substrat CMC merupakan aktivitas enzim endo-1,4-β-glukanase. Endo-1,4-β- glukanase bekerja pada rantai dalam CMC menghasilkan oligo-sakarida atau rantai selulosa yang lebih pendek (Meryandini et al, 2009). Bakteri A1 dan A2 merupakan bakteri yang berasal dari tanah. Kemampuan bakteri tumbuh pada substrat selulosa sebagian besar bakteri aerob. Bakteri yang berasal dari tanah merupakan bakteri yang hidup pada kondisi aerob. Beberapa diantaranya menggunakan selulosa jika tidak ada sumber karbon, pembentukan dan ekskresi selulosa. Aktivitas enzim selulase akan dibentuk oleh mikroorganisme, apabila selulosa merupakan satusatunya substrat. Pembentukannya dihambat oleh substrat lain maupun oleh produk pemecahan selulosa (Schlegel, 1994). Penapisan bakteri A1 dan A2 dengan pengujian degradasi medium yang ditambahkan congo red menunjukkan adanya kemampuan kualitatif selulolitik isolat dengan terbentuk zona bening di sekitar koloni (Astuty, 2012). Isolat A1 membentuk zona bening lebih tinggi dibandingkan isolat A2 yaitu sebesar 1,3 mm. Dilaporkan Zahidah & Shovitri (2013) isolat Bacillus sp. memiliki IS sebesar 1,95 mm. Kemampuan membentuk zona bening pada media CMC menunjukkan adanya enzim endo-1,4-β-glukanase yang dapat memutuskan ikatan 1,4-β-glukosida pada serat selulosa secara acak dan banyaknya amorf pada substrat tersebut menyebabkan CMC dapat dihidrolisis dengan lebih efisien (Goto et al, 1992). Identifikasi isolat A1 ditinjau dari hasil uji fisiologis, uji fermentasi gula yang mengandung glukosa. Hasil tidak mengalami perubahan warna dan tidak terbentuk gas pada tabung durham, sehingga dikatakan negatif. (Hadiotomo, 1993). Pada Uji Methyl red menunjukkan hasil negatif karena tidak terbentuknya cincin merah di permukaan atas. Uji Voges Proskauer menunjukkan hasil positif karena terbentuk cincin merah di atas permukaan setelah ditetesi reagen A+B. Uji Voges- Proskueur digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang melakukan fermentasi dengan hasil akhir 2,3 butanadiol. Bila bakteri memfermentasikan karbohidrat menjadi 2,3 butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan tersebut dalam media pertumbuhan. Uji Simmon s sitrat hasilnya negatif karena tidak terjadi perubahan warna dengan indikator adanya perubahan warna medium dari hijau menjadi biru. Hal ini kemungkinan bahwa isolat tersebut tidak memproduksi enzim citrase. Indikator bakteri mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber energi (Hadiotomo, 1995). Isolat A1 menunjukkan negatif pada uji indol. Hal ini terlihat saat dideteksi dengan penambahan reagen Kovac s ternyata tidak adanya cincin merah pada permukaan medium. Uji TSIA positif terlihat adanya perubahan warna menjadi gelap. Karakter yang teridentifikasi dari serangkaian tahap mengamati morfologi, pewarnaan gram dan dilakukan uji fisiologis ternyata isolat A1 dapat dikatakan termasuk pada genus Pseudomonas dengan ciri-ciri bentuk sel batang, gram negatif, positif katalase, negatif fermentasi glukosa dan uji indol, positif uji TSIA, negatif uji simmon s sitrat dan MR, positif uji voges proskauer. Menurut Holt et al. (1994) Pseudomonas merupakan kelompok bakteri sel batang dalam bentuk tunggal atau berkelompok. Berukuran 0,5-1,0 x 1,5-5,0 bakteri

gram negatif yang bersifat aerob, motil dengan letak flagella yang berlawanan, katalase positif, biasa ditemui pada tanah, air dan laut. Ciri genus Pseudomonas yaitu berbentuk sel tunggal, batang lurus, motil, gram negatif, dapat menggunakan H 2 atau CO sebagai sumber energi. Aerobik sejati, katalase positif (Pelczar & Chan, 2005). Kemampuan Bakteri A1 dalam menghasilkan enzim selulolitik yaitu sebesar 1,248 unit/ml. Aktivitas total selulase ditentukan dengan mengukur aktivitas campuran enzim yang menghidrolisis bahan yang mengandung selulase dan menghasilkan glukosa sebagai produk akhir. Selulase merupakan suatu kompleks multienzim yang bekerja menghidrolisis selulase menjadi glukosa. Dilaporkan Pratiwi (1994) aktivitas enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis bakteri, waktu inkubasi, interaksi bakteri dengan jenis substrat, serta interaksi substrat dan waktu KESIMPULAN Didapatkan bakteri selulolitik dengan IS paling tinggi yaitu bakteri kode A1 sebesar 1,3 mm yang tergolong dalam genus Pseudomonas dan dilanjutkan dengan pengukuran aktivitas enzim yang diperoleh sebesar 1,248 unit/ml. DAFTAR PUSTAKA [1] Alam, M.S., Sarjono, P.R., Aminin, A.L.N. (2013). Isolasi dan Karakterisasi Selulase dari Bakteri Selulolitik Termofilik Kompos Pertanian Desa Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Jurnal Sains dan Matematika, 21(2): 48-53. [2] Ashwani, K., Saida, L., Reddy, K.V. (2014). Isolation, Screening, and Characterization of Cellulolytic Bacteria from Forest Soil Sample. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences, 3(10): 679-685. [3] Astuty, E. (2012). Aktivitas Selulolitik dan Karakterisasi Aktinomiset Asal Tanah Gambut. Thesis, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. [4] Azizah, S.N. (2013). Skrining Bakteri Selulolitik Asal Vermicomposting Tandan Kosong Kelapa Sawit. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA, Universitas Jember. [5] Chaudhary N, Qazi JI, Irfan M. (2015). Isolation and Identification of Cellulolytic and Ethanologenic Bacteria from Soil. Iranian Journal of Science and Technology. Jurnal Biota Vol. 3 No. 1 Edisi Januari 2017 10 Articles in Press. http:// ijsts.shirazu.ac.ir/article_3254.html [6] Goto, M., Furukuwa, K., Hasyashida, S. (1992). An Avicel-affinity Site in an Avicel digesting Exocellulase from a Trichoderma viride Mutant. Bioscience Biotechnology Biochemistry, 56 (10): 1523-1528. [7] Hadioetomo, R.S. (1993). Mikrobiologi Dasar dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. Jakarta: PT. Gramedia. [8] Holt, J.G., Noel, R.K., Peter, H. A., James, T.S., Stanley, T.W. (1994). Bergey s Manual of Determinative Bacteriology. 9 th. New York Lippincott Williams & Wilkins. [9] Kasana, Salwan, Dhar, Dutt, Gulati. 2008. A Rapid dan Easy Method for the Detection of Microbial Cellulases on Agar Plates Using Gram s Iodine. Curr Microbiol. 57: 503 507. [10] Lederberg, J. (2014). Encyclopedia of Microbiology, Four-Volume Set. New York: Academic Press. [11] Meryandini, A., Widosari, W., Maranatha, B., Sunarti, T.C., Rachmania, N., Satria, H. (2009). Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakteristik Enzimnya. Makara Sains, 13( 1): 33-38. [12] Saraswati, R., Santosa, E., Yuniarti, E. (20 November 2016). Organisme Perombak Bahan Organik. http://balittanah.litbang.deptan.go.id /pupuk10. Pdf. [13] Schlegel. (1994). Terjemahan Mikrobiologi Umum Edisi Keenam. Yogyakarta: Gajah mada university press. [14] Pelczar, M.J dan Chan, E. (2005). Dasar- Dasar Mikrobiologi. Edisi ke-5. Jakarta: UI- Press. [15] Prabawati, S. Y., Wijaya, A. G. (2008). Pemanfaatan Sekam Padi dan Pelepah Pohon Pisang Sebagai Bahan Alternatif Pembuatan Kertas Berkualitas. Jurnal Aplikasia. 9(1): 44-56. [16] Pratiwi, A.E. (1994). Pemanfaatan Limbah Nanas untuk Produksi Enzim Selulase dari Beberapa Jenis Mikroorganisme. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor: Institut Pertanian Bogor. [17] Zahidah, D., Shovitri, M. (2013). Karakterisasi dan Potensi Bakteri Aerob sebagai Pendegradasi Limbah Organik. Jurnal Sains dan Seni Pomits, 2(1): 2337-3520.