BAB I PENDAHULUAN. tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development

dokumen-dokumen yang mirip
Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentag Keuangan Negara pasal 3 ayat (1). Pada Jurnal Dana Bergulir Edisi-6, Syarief Hasan mantan Menteri Koperasi

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh semua negara khususnya negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan utama dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia saat ini

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang terkena PHK (pengangguran) dan naiknya harga - harga kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan oleh Departemen Dalam Negeri, Program Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada umumnya juga belum optimal. Kerelawan sosial dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima, Keenam, Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, Kelima,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan yang semakin meningkat akhir-akhir ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Peranan UMKM. laju pertumbuhan ekonomi maupun penyerapan tenaga kerja.

BAB I P E N D A H U L U A N

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. banyak penduduk miskin. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kemiskinan menjadi salah satu alasan rendahnya Indeks Pembangunan

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

BAB I PENDAHULUAN. sebutan Millenium Development Goals (MDGs) yang memuat 8 program

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan penyediaan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin. memberdayakan masyarakat (BAPPENAS, Evaluasi PNPM 2013: 27).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahasan utama dalam penelitian ini. Minimnya lapangan pekerjaan, pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama masalah dalam kemiskinan yang dialami oleh setiap negara,

I. PENDAHULUAN. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan, diantaranya, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA BMT UMS DENGAN METODE CAMEL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB IV IMPLEMENTASI SPP (SIMPAN PINJAM KELOMPOK PEREMPUAN) DAN PENGARUHNYA TERHADAP PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

I. PENDAHULUAN. miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan. Beberapa

I. PENDAHULUAN. orang miskin khususnya di perdesaan terpuruk di bawah garis kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. harus diminimalisir, bahkan di negara maju pun masih ada penduduknya yang

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

I. PENDAHULUAN. Negara memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan masyarakatnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah permasalahan semua bangsa. Berkaitan dengan. masalah kemiskinan bangsa Indonesia merasa perlu mencantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

BAB I PENDAHULUAN. salah satu program percepatan penanggulangan kemiskinan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.

I. PENDAHULUAN. Kecamatan Bebandem merupakan salah satu kecamatan yang ada di. Kabupaten Karangasem. Kecamatan Bebandem memiliki masalah yang paling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketidakmampuan secara ekonomi dalam memenuhi standar hidup rata rata

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian pemerintah menurut Siregar dalam buku yang berjudul Akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari perlu berhubungan dengan manusia lain,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan mikro, diperlukan suatu sistem yang mengatur segala bentuk kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Sekilas Tentang UPK Sauyunan Kecamatan Bojongsoang

EVALUASI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PEDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARKAT. Oleh : Rahayu M.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mulai bangkit pasca krisis moneter 1997-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 1. Pengertian Usaha Kecil Menengah dan Mikro

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

I. PENDAHULUAN. pola kegiatan usaha pertanian, pola keterkaitan ekonomi desa-kota, sektor

KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 2010: PEMELIHARAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan dalam banyak hal. Baik itu dari segi pemerintahan, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BAB I PENDAHULUAN. dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan. 29,41%, tahun 2013 tercatat 29,13%, dan 2014 tercatat 28,23%.

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ukuran agregat, tingkat kemiskinan di suatu wilayah lazim digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan nasional pada usaha proaktif untuk meningkatkan peran

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan kesehatan. Dari sudut pandang politik, ini terlihat bagaimana. kesehatan yang memadai untuk seluruh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. PNPM Mandiri perdesaan sendiri merupakan program nasional

BAB I PENDAHULUAN. disalurkan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) melalui Unit Pengelola Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki persoalan kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata- Penyebaran yang merata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sampai saat ini, karena itulah program-program pengentasan

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan kepada seluruh warga bangsa dengan cara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan sturktural dan kemiskinan kesenjangan antar wilayah. Persoalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri resmi diluncurkan oleh Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Palu, Sulawesi Tengah pada 30 April 2007 yang dilaksanakan hingga tahun 2015 dan sejalan dengan target pencapaian MDGs (Millennium Development Goals). Diharapkan, dalam rentang waktu 2007 2015, kemandirian dan keberdayaan masyarakat telah terbentuk sehingga keberlanjutan program dapat terwujud ( Paket Informasi PNPM Mandiri, 2014). Simpan Pinjam untuk Perempuan atau SPP merupakan salah satu kegiatan dari PNPM Mandiri Perdesaan dengan tujuan untuk meningkatkan dan memberdayakan perempuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari dan tambahan modal usaha (Pedoman Umum PNPM Mandiri, Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2007/2008). Dana Simpan Pinjam Perempuan (SPP) termasuk dalam kategori dana bergulir sehingga pengelolaan keuangan dilakuan di tingkat UPK atau Lembaga keswadayaan masyarakat penerima dana dengan menerapkan dasar-dasar akuntansi/ pembukuan sederhana serta pengendalian yang terdiri atas kegiatan pemantauan, pengawasan, evaluasi dan pelaporan terhadap seluruh proses dan tahapan kegiatan (Panduan Palaksanaan Program PNPM, 2007). Simpan Pinjam Perempuan (SPP) adalah salah 1

2 satu kegiatan pada PNPM-MP yang merupakan integrasi dari Instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 2000 tentang Pengurustamaan Gender dalam Pembanguna Nasional, dimana inti dari instruksi tersebut adalah menciptakan peran aktif perempuan dalam rangka pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Dana bergulir tersebut merupakan alokasi dari Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang anggarannya terdiri atas (1) APBN yang merupakan ruang lingkup keuangan negara yang dikelola langsung dan (2) APBD yang merupakan ruang lingkup keuangan daerah yang dikelola secara langsung (Hariadi, 2010). Dana yang telah dianggarkan harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarkat serta tercapainya Good Governance. Hal tersebut berdasarkan Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentag Keuangan Negara pasal 3 ayat (1). Pada Jurnal Dana Bergulir Edisi-6, Syarief Hasan mantan Menteri Koperasi dan UKM menegaskan bahwa Dana Bergulir tidak sama dengan Dana Hibah, karena Dana Hibah lebih bersifat bantuan sosial yang memang tidak harus dikembalikan. Sedangkan dana bergulir harus dikembalikan, untuk itu sebelum dana bergulir tersebut di gulirkan diperlukan penilaian yang mendalam agar tingkat pengembaliannya dapat maksimal dan selajutnya dapar digulirkan ke kelompok masyarakat yang membutuhkan. Secara umum pinjaman dana bergulir adalah pinjaman PNPM Mandiri Perdesaan yang diberikan kepada masyarakat miskin melalui Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Pedoman Pelaksanaan Dana Bergulir, 2010) Pada Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 07 tentang Akuntansi Dana Bergulir, menyatakan permasalah yang ditimbulkan dari lemahnya

3 pengendalian dana bergulir pada tahun 2000 adalah (1) Kinerja pelayanan dan keuangan dana bergulir rendah dan tidak dapat diukur dengan jelas, (2) Rendahnya produktifitas dana bergulir yang disebabkan oleh masalah internal UMKM dan (3) Pengelola dana bergulir pada kementrian negara/lembaga memiliki banyak persepsi tentang dana bergulir yang dianggap sebagai bantuan sosial/ dana hibah (Komite Standar Akuntansi Pemerintahan, 2008). Menurut (Sugijanto, 2002) dalam (Susilo Prapto, 2010) yang mempengaruhi keterandalan pelaporan keuangan pemerintah adalah pengendalian akuntansinya. Karena pentingnya pengendalian akuntansi khususnya pada Dana Bergulir Simpan Pinjam Perempuan agar terciptanya laporan keuangan yang dapat diandalkan, maka penelitian ini berfokus pada pengendalian pengalokasian anggaran yang terealisasi pada kegiatan Simpan Pinjam Perempuan dari tahun 2009 sampai 2013. Mengingat alokasi dana untuk Simpan Pinjam Perempuan dibatasi maksimal 25% dari alokasi Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Sampai tahun 2014 pemanfaat PNPM Mandiri Perdesaan telah tersebar di 34 Provinsi di Indonesia, khusus untuk wilayah Jawa Timur yang memiki persentase penduduk miskin sebesar 13,62%, tecatat 20 Kabupaten, termasuk Kabupaten Nganjuk telah menjadi pelaku sekaligus pemanfaat PNPM Mandiri Perdesaan. Kecamatan Ngronggot merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur yang melaksanakan Program PNPM Mandiri dan juga memperoleh alokasi Bantuan langsung Masyarakat (BLM). Khusus untuk kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Kecamatan Ngronggot baru merealisasikan anggaranya di tahun 2009 pada empat desa dengan menyerap Bantuan Langsung Masyarakat sebesar 21,05% www.simpadu-pnpm.bappenas.go.id.

4 Kecamatan Ngronggot adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Nganjuk dengan penyebaran jumlah industri rumahan yang besar. Pada tahun 2012 tercatat 1.268 pelaku industri baik itu pengerajin tahu, pengerajin tempe, pengerajin anyaman dan pengerajin grabah atau genting. Khusus untuk indusri gerabah/ genting merupakan industri yang paling banyak pelakunya sebanyak 482 pelaku dan kecamatan Ngronggot juga dikenal sebagai sentra industri gerabah/ genting di Kabupaten Nganjuk (BPS Kabupaten Nganjuk, 2014). Melihat besarnya potensi untuk pengembangan dunia industri khususnya industi gerabah/ genting yang mayoritas pelakunya adalah wanita, maka pemberian BLM dalam bentuk dana bergulir melalui kegiatan Simpan Pinjam Perempuan sangatlah diperlukan. Besarnya alokasi BLM yang terima Kecamatan Ngronggot di tunjukkan pada bagan berikut: 800 200 2000 Gambar 1.1 ALOKASI BLM KECAMATAN NGRONGGOT BLM (dalam jutaan Rupiah) APBN BLM (dalam jutaan Rupiah) APBD 2850 2850 1188 500 480 120 63 150 150 2009 2010 2011 2012 2013 2014 TAHUN Sumber: Lampiran Surat MENKO KESRA, Daftar Lokasi dan Alokasi PNPM Mandiri-Kecamatan Ngronggot 2009-2014 (diolah) Gambar diatas menjelaskan tentang besarnya alokasi dana yang di terima Kecamatan Ngronggot dari tahun 2009 sampai 2014. Pada gambar tersebut terlihat jelas bahwa dana dari APBN memiliki porsi yang besar yaitu 80% pada tahun 2009

5 sampai 2011 dan pada tahun 2013 sampai 2014 alokasinya bertambah menjadi 95% dari total Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Tahun 2011 alikasi BLM mengalami penurunan yang cukup signifikan hal ini dikarenakan adanya krisis ekonomi di pertengahan tahun 2010 yang berdampak pada perekonomian nasional. Bermula dari Agency Theory yang menyangkut hubungan kontraktual antara dua pihak yaitu principal yaitu pemerintah bertindak sebagai UPK (Unit Pengelola Kegiatan) dan agent yang merupakan penerima atau pelaku utama dari kegiatan Simpan Pinjam Perempuan pada PNPM-MP. Pada kegiatan Simpan Pinjam Perempuan ini juga berlaku teori group lending dimana pemberian kredit kepada individu-individu yang tergabung dalam sebuah kelompok sehingga dapat memiliki akses terhadap permodalan Pada penelitian sebelumnya fokus penelitian mengenai Simpan Pinjam Perempuan (SPP) menekankan pada implementasi dan dampak PNPM secara makro ekonomi tidak sampai pada kajian akuntansinya, seperti penelitian (Anjarwati, 2009; Rachmawati, 2011; Santoso, 2012) Sedangkan untuk penelitian mengenai pengendalian akuntansi kajian yang diteliti telah menjangkau sektor publik seperti Rumah Sakit Umum Daerah (Prawatiningsih, 2007), Sekolah Menengah Pertama Negeri (Akbar, 2010) serta pada sektor privat (Desi, 2014 dan Sariyal, 2014). Karena belum adanya penelitian mengenai pengendalian akuntansi dana bergulir pada PNPM MANDIRI maka penelitian ini berjudul EVALUASI PENGENDALIAN AKUNTANSI DANA BERGULIR SIMPAN PINJAM PEREMPUAN PNPM MANDIRI PERDESAAN (studi kasus Kecamatan Ngronggot Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur)

6 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimana penerapan pengendalian akuntansi dana bergulir pada kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Ngronggot? 1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian akuntansi dana bergulir pada kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Ngronggot. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Manfaat Teoritis a. Mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang pengendalian akuntansi dana bergulir dari PNPM Mandiri Perdesaan kepada Kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) sebagai upaya untuk mengurai tingkat kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. b. Mengetahui mekanisme pengendalian akuntansi dana bergulir simpan pinjam perempuan. c. Menambah wawasan ilmu dan menambah pustaka baik tingkat program studi, fakultas, maupun universitas. d. Menambah referensi bagi penelitian selanjutnya.

7 2. Manfaat Praktis a. Mengetahui program nasional dari pemerintah untuk mengurangi kemiskinan serta pengaguran dan salah satu programnya adalah Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP). b. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kaum perempuan tentang adanya program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) dari PNPM Mandiri Perdesaan. c. Mengetahui integrasi nilai-nilai ekonomi islam pada program Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) adalah bagian dari aktifitas ekonomi islam. 1.4.Batasan Penelitian Mengingat banyaknya jenis kegiatan pada PNPM Mandiri Perdesaan yang menyangkut tentang pengentasan masalah kemiskinan maka dalam penelitian ini aspek yang dikaji secara lebih mendalam adalah tentang pengendalian akuntansi dana bergulir Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Ngronggot pada tahun 2009 sampai tahun 2013