BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dunia ekonomi dan bisnis pun kian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dunia ekonomi dan bisnis pun kian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Soemarso S.R

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN PSAK NOMOR 16 TENTANG KAPITALISASI BIAYA REPARASI AKTIVA TETAP (KENDARAAN JENIS FUSO DAN PS) PADA PT. STAR CARGO SAMARINDA SYAHMI AISYAH

BAB II LANDASAN TEORITIS

KUIESIONER / DAFTAR PERTANYAAN PENERAPAN PSAK NO. 16 TERHADAP AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PTPN II (PERSERO) TANJUNG MORAWA. Tidak.

BAB I PENDAHULUAN. rugi laba. Salah satu pos dalam neraca adalah aktiva tetap. Aktiva tetap dalam

BAB 2 LANDASAN TEORITIS. Aset tetap termasuk bagian yang sangat signifikan dalam perusahaan. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fees Warren

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan transportasi merupakan hal yang tidak dapat di pungkiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam penyajian laporan keuangan. Didalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam berbagai kegiatan usaha, baik usaha jasa, dagang maupun. industri/manufaktur tujuan utama yang ingin dicapai perusahaan yaitu

BAB III PEMBAHASAN. Aktiva tetap memiliki pengertian yang berbeda-beda tapi pada prinsipnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan tentu pada dasarnya selalu berusaha untuk mencapai. tujuan didirikannya perusahaan tersebut. Untuk menunjang agar

BAB I PENDAHULUAN. mencapai laba, tujuan perusahaan mencakup: pertumbuhan yang terus-menerus,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan operasional sebuah perusahaan banyak faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor yang mencakup seluruh aspek kehidupan rakyat Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI. Henry Simamora (2000:25) mendefinisikan tentang beban :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari sudut

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Aset Tetap Definisi Aset Tetap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. adalah laba yang optimal, kelangsungan hidup yang terus-menerus dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Akuntansi dan Perlakuan Akuntansi. Pengertian akuntansi memiliki definisi yang berbeda-beda, tergantung dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar sesuai dengan kebutuhan, sehingga investasi yang dilakukan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini persaingan dalam dunia bisnis terasa semakin ketat, hal tersebut juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan yang dipimpinnya.

Aktiva tetap yang ada di perusahaan haruslah benar-benar diperhatikan karena itu bila

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya tujuan itu, setiap perusahaan mempunyai aktiva (harta/asset) tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah dana untuk perolehannya juga cukup besar, dan pembuatannya

BAB II LANDASAN TEORITIS

ANALISIS PENERAPAN METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP DAN KETERKAITANNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PG. TOELANGAN SIDOARJO

BAB III SISTEM PENGENDALIAN DAN PENGELOLAAN ASET TETAP PADA PENGADILAN NEGERI MEDAN

BAB II LANDASAN TEORI. Setiap perusahaan pada umumnya memiliki aset tetap dalam

BAB I PENDAHULUAN. laba, tujuan perusahaan mencakup pertumbuhan yang semakin baik (growth),

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT. SRI AGUNG MULIA PEKANBARU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam bidang perekonomian khususnya dalam bidang usaha

Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Pada Pt.XYZ Tanjungpinang Adelyana Agness Fakultas Ekonomi Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghasilkan output yang baik berupa barang maupun jasa. Salah satu. faktor-faktor produksi tersebut adalah aktiva tetap.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. menentukan bagaimana sederhana dan kompleknya suatu badan usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

ANALISIS PERHITUNGAN PENYUSUTAN AKTIVA TETAP BERWUJUD DAN PENGARUHNYA TERHADAP LABA RUGI PADA PT. GENDARIN INDONESIA CABANG PALEMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jasa. Menurut PSAK No.16 (2004:5) aktiva tetap adalah : Aktiva berwujud yang

BAB I PENDAHULUAN. dan sparepart serta menyediakan jasa pump oil dan gas, yang saat ini lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Siklus Akuntansi. Transaksi Bukti. Pencatatan dalam Buku Harian (Jurnal) Pencatatan ke Buku Besar. Neraca Lajur & Jurnal Penyesuaian.

SKRIPSI ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA PT SURYA AGROLIKA REKSA KUANTAN SINGINGI

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan satu hal penting, yaitu arus kas. Laba perusahaan memang hal yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN TEORI. jangka waktu kurang dari 1 tahun (seperti tagihan) modal, semua milik usaha yang

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam kegiatan operasionalnya memerlukan faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan juga mempunyai tujuan yang ingin dicapai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan dunia usaha yang semakin maju perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. atau mempertanggungjawabkan. bersangkutan dengan hal-hal yang dikerjakan oleh akuntan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GHUFRON ISMAWAN B

Definisi aset tetap menurut Rudianto (2009:276) adalah :

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang tumbuh dan berkembang berdampak pada tingginya tingkat

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Praktek di PT. INTI (Persero)

BAB XVIII AKUNTANSI ASET TETAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Tujuan dari standar ini adalah untuk menggambarkan perlakuan akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan aktiva tetap seperti peralatan, mesin, tanah, gedung, kendaraan dan

AKTIVA TETAP BERWUJUD

RELEVANSI PENERAPAN HISTORICAL HUMAN RESOURCE COST UNTUK MENGUKUR SUMBER DAYA MANUSIA SEBAGAI ASET (Studi Kasus pada PT Incipna Indonesia Makassar)

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (konsumen). Untuk tujuan ini manajemen sebagai pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. diobservasikan secara langsung. Bukti keberadaan asset ini adalah dalam bentuk

AKUNTANSI AKTIVA TETAP GUNA MENDUKUNG KEWAJARAN LAPORAN KEUANGAN (STUDI KASUS PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X PG. NGADIREDJO KEDIRI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIS. Terdapat beberapa definisi mengenai analisis, yaitu:

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang dampak metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Aktiva Tetap Tanaman Menghasilkan. menghasilkan, ada beberapa defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

ANALISIS AKUNTANSI AKTIVA TETAP PADA CV. AGUNG PERKASA MANDIRI PANGKALAN KERINCI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian akuntansi Menurut Accounting Principle Board (ABP) Statement

BAB II TINJAUAN PENELITIAN. 1. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap. milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan

BAB 5 Aktiva Tetap Berwujud (Tangible - Assets)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM AKUNTANSI AKTIVA TETAP. Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Akuntansi. Dosen Pengampu: Siswanto,M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. dunia usaha yang semakin maju, seperti pada perusahaan jasa, hidupnya melalui pencapaian tujuan. Suatu tujuan akan tercapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah. Oleh karena itu ekonomi secara terus-menerus mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TOPIK PENELITIAN. aktiva tetap yang dilakukan PT. Agung Sumatera Samudera Abadi. Berdasarkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, dunia ekonomi dan bisnis pun kian hari semakin berkembang dengan pesat. Perkembangan tersebut ditandai dengan semakin ketatnya persaingan dalam merebut pasar diantara para pengusaha. Perusahaan besar, menengah, maupun kecil selalu berusaha mempertahankan eksistensinya, dalam upaya untuk mencapai tujuan perusahaan. Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mempertahankan eksistensinya, satu diantaranya adalah pemeliharaan aktiva tetap yang merupakan komponen penting dalam kegiatan perusahaan. Menurut Mulyadi (2001:591): Aktiva tetap adalah kekayaan perusahaan yang mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Aktiva tetap ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan aktiva lancar. Jika aktiva lancar dikendalikan pada saat konsumsi, lain halnya dengan aktiva tetap yang pengendaliannya dilaksanakan pada saat perencanaan perolehan aktiva tersebut. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengeluaran-pengeluaran yang bersangkutan dengan aktiva tetap. Pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan aktiva tetap yang dimaksudkan untuk menambah manfaat ekonomis pada aktiva tergolong kedalam pengeluaran modal atau capital expenditure. Dengan adanya capital expenditure, harga perolehan dan taksiran umur kegunaan aktiva tetap secara otomatis akan 1

2 berubah. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan terhadap besarnya penyusutan (depreciation) aktiva tetap yang telah ditentukan sebelumnya oleh perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2000:307): Penyusutan aktiva tetap adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap akhir periodenya. Dalam PSAK No. 16 dinyatakan bahwa setelah terjadinya capital expenditure, idealnya setiap perusahaan langsung melakukan penyesuaian terhadap beban penyusutan aktiva tetap pada aktiva yang bersangkutan. Namun pada kenyataannya tidak semudah itu, perusahaan terkadang mengalami kesulitan dalam menggolongkan pengeluaran untuk aktiva tetap, yang termasuk capital expenditure (pengeluaran modal) atau revenue expenditure (pengeluaran pendapatan). Akibat kesulitan tersebut manajemen perusahaan adakalanya keliru dan mencatat pengeluaran yang seharusnya digolongkan kedalam capital expenditure menjadi revenue expenditure, dikarenakan pengeluaran tersebut nominalnya relatif kecil namun memiliki manfaat lebih dari satu tahun. Kekeliruan dalam menggolongkan pengeluaran, tentu akan sangat berpengaruh terhadap penentuan depresiasi aktiva tetap dan perolehan laba setiap periode akuntansi. Berikut ini adalah beberapa pengeluaran yang berhubungan dengan penggunaan aktiva tetap di PO. Karunia Bakti Garut selama tahun 2005 pada kendaraan dengan type Bus Besar HINO RG 2005:

3 TABEL 1.1 Contoh Daftar Pengeluaraan Akibat Penggunaan Aktiva Tetap No Keterangan Harga Manfaat/Sifat Jenis Pengeluaran 1. Biaya pemakaian ban Rp. 9.270.000 Kurang dari satu tahun/rutin 2. Biaya overhoul Rp.47.737.393 Lebih dari satu Capital expenditure tahun 3. Biaya penggunaan Rp.41.448.028 Kurang dari satu suku cadang tahun/rutin 4. Biaya service kecil Rp. 8.467.200 Kurang dari satu tahun/rutin 5. Biaya service besar Rp. 10.195.200 Lebih dari satu Capital expenditure tahun 6. Penggantian sarung Rp. 325.000 Lebih dari satu jok tahun 7. Penggantian Gordeng Rp. 325.000 Lebih dari satu tahun 8. Cat body total Rp. 15.000.000 Lebih dari setahun Capital expenditure 9. Penggantian kaca Rp. 1.785.000 Lebih dari setahun (Sumber: Dokumen Keuangan PO. Karunia Bakti, Tahun 2005) Dari data di atas dapat diketahui bahwa tidak semua pengeluaran yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun dapat digolongkan ke dalam capital expenditure, karena nominalnya relatif kecil. Begitu juga sebaliknya, tidak semua pengeluaran yang nominalnya besar dapat digolongkan kedalam capital expenditure dikarenakan pengeluaran tersebut bersifat rutin atau dikeluarkan

4 setiap tahun. Oleh sebab itu diperlukan analisis lebih lanjut supaya penetapan penyusutan aktiva tetap dan perhitungan laba dapat dilakukan secara benar dan wajar. Yang dimaksud laba disini adalah laba kotor yang diterima perusahaan. PO. Karunia Bakti adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa transportasi. Kegiatan utama perusahaan ini adalah menjual jasa kepada konsumen dengan menyediakan kendaraan berupa bus sebagai sarana transportasi antar kota dan provinsi. Sebagaimana perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi maka penggunaan bus yang merupakan aktiva tetap dan berfungsi sebagai modal untuk menghasilkan pendapatan, menjadi sesuatu yang sangat diperhatikan. Mulai dari perolehan aktiva tetap, penyusutan, pemeliharan dan halhal lain yang dapat mempengaruhi aktiva tetap tersebut adalah hal yang penting bagi perusahaan. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka judul yang akan diambil dalam penelitian ini adalah Analisis terhadap Penetapan Capital Expenditure Sesuai PSAK No. 16 dalam Penentuan Penyusutan Aktiva Tetap dan Besarnya Laba (Studi Kasus di PO. Karunia Bakti Garut dalam Kurun Waktu 2003-2005). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan yang perlu diidentifikasi adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penetapan capital expenditure di PO. Karunia Bakti Garut

5 2. Bagaimana penentuan penyusutan di PO. Karunia Bakti Garut 3. Bagaimana penentuan besarnya laba di PO. Karunia Bakti Garut 4. Bagaimana analisis penetapan capital expenditure sesuai PSAK No. 16 5. Bagaimana analisis penentuan penyusutan sebelum dan sesudah adanya capital expenditure 6. Bagaimana analisis penentuan besarnya laba pada periode sebelum dan periode dimana terjadi capital expenditure 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan capital expenditure, penyusutan, dan laba. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penetapan capital expenditure di PO. Karunia Bakti Garut. 2. Untuk mengetahui penentuan penyusutan di PO. Karunia Bakti Garut. 3. Untuk mengetahui penentuan besarnya laba di PO. Karunia Bakti Garut. 4. Untuk melakukan analisis terhadap penetapan capital expenditure sesuai PSAK No. 16. 5. Untuk melakukan analisis terhadap penentuan penyusutan sebelum dan sesudah adanya capital expenditure. 6. Untuk melakukan analisis terhadap penentuan besarnya laba pada periode sebelum dan periode dimana terjadi capital expenditure

6 1.4 Kegunaan Penelitian Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Penulis Menambah wawasan dan memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai penerepan teori-teori akuntansi yang telah didapatkan di bangku kuliah, khususnya mengenai penyusutan aktiva tetap. 2. Perusahaan Dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan mengenai penetapan capital expenditure dan penentuan penyusutan aktiva tetap. 3. Pihak Lain Dapat dijadikan bahan perbandingan dalam penelitian lebih lanjut. 1.5 Kerangka Pemikiran Pemakaian aktiva tetap, tidak dapat dihindari oleh suatu perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa maupun produksi. Sehingga dibutuhkan perencanaan dan pengendalian aktiva tetap secara cermat. Kecermatan dalam perencanaan dan pengendalian aktiva tetap sangat diperlukan karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan operasional perusahaan itu sendiri. Sofyan Syafari Harahap (1994:48) menyatakan:

7 Dalam masa penggunaan aktiva tetap ada tiga persoalan pokok: 1. Expenditure yaitu pengeluaran yang dikeluarkan untuk aktiva tetap tersebut 2. Depreciation yaitu alokasi harga pokok dari aktiva tetap itu sebagai akibat penggunaannya dalam kegiatan produksi 3. Penilaian kembali/revisi taksiran umur. Ketiga persoalan pokok tersebut saling berhubungan. Selama penggunaan aktiva tetap, seringkali terjadi pengeluaran yang tidak dapat dihindari oleh perusahaan. Pengeluaran tersebut timbul sebagai akibat dari adanya penurunan manfaat ekonomi suatu aktiva tetap. Pengeluaran itu terbagi menjadi dua macam yakni: a) Pengeluaran biaya (revenue expenditure) Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1999:398): adalah pengeluaran rutin yang hanya memberikan manfaat selama satu tahun berjalan. Ini diperlakukan sebagai beban yang harus diperhitungkan terhadap pendapatan. Sedangkan menurut C. Rollin Niswonger (1999:409) menyatakan bahwa: adalah biaya-biaya yang hanya menyumbangkan keuntungan dalam periode berjalan atau biaya yang muncul sebagai bagian dari proses reparasi dan pemeliharaan normal. b) Pengeluaran modal (capital expenditure) Dalam masa penggunaan aktiva tetap seringkali timbul pengeluaranpengeluaran yang cukup besar, yang ternyata dapat menambah masa manfaat dan dapat meningkatkan efisiensi aktiva tersebut. Pengeluaran semacam ini tergolong kedalam capital expenditure, seperti yang di ungkapkan oleh Zaki Baridwan (2000:272) sebagai berikut:

8 Pengeluaran modal (Capital expenditure) adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening aktiva (dikapitalisasi). Hal senada juga diungkapkan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1999:66): Capital expenditure adalah pengeluaran untuk barang modal baik yang menambah maupun yang meningkatkan nilai sebuah aktiva tetap yang ada. Sedangkan menurut C. Rollin Niswonger (1999:403) Capital expenditure merupakan biaya akuisisi aktiva tetap, yang ditambahkan ke aktiva tetap itu sendiri yang meningkatkan nilai total aktiva tetap, atau memperpanjang umur manfaatnya. Jika dilihat dari definsi di atas, pengeluaran-pengeluaran yang termasuk kategori capital expenditure harus dikapitalisasikan ke dalam harga perolehan. Hal ini berarti dengan adanya capital expenditure akan menyebabkan perubahan pada penetapan penyusutan aktiva tetap dan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Penyusutan aktiva tetap (depreciation) menurut Zaki Baridwan (2000:307) adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi. Sedangkan menurut Eldon S. Hendriksen (1996:72) menyatakan bahwa: Penyusutan merupakan suatu metode yang sistematis dan rasional untuk pengalokasian biaya ke periodeperiode yang memperoleh manfaat. Dan yang dimaksud dengan laba menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (1999:361) Laba adalah rasio pendapatan terhadap penjualan. Sedangkan Sofyan Safari Harahap mengungkapkan bahwa: Laba adalah perbedaan antara

9 realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu (Sofyan Safari Harahap, 2004:267). Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada dua faktor penting dalam menentukan penyusutan aktiva tetap yakni harga perolehan aktiva dan taksiran umur manfaat. Kedua faktor tersebut dapat berubah apabila terjadi capital expenditure. Perubahan kedua faktor tersebut tentu akan berpengaruh terhadap penentuan penyusutan aktiva tetap dan besarnya laba setiap periodenya. Untuk menunjukan kewajaran laporan keuangan, maka besarnya penyusutan aktiva tetap setiap periode harus disesuaikan dengan keadaan harga perolehan (cost) dan taksiran umur manfaat sebenarnya setelah adanya capital expenditure. 1.6 Daftar Pertanyaan 1. Bagaimana penetapan capital expenditure di PO. Karunia Bakti Garut 2. Bagaimana penentuan penyusutan di PO. Karunia Bakti Garut 3. Bagaimana penentuan besarnya laba di PO. Karunia Bakti Garut 4. Bagaimana analisis penetapan capital expenditure sesuai PSAK No. 16 5. Bagaimana analisis penentuan penyusutan sebelum dan sesudah adanya capital expenditure 6. Bagaimana analisis penentuan besarnya laba pada periode sebelum danperiode dimana terjadi capital expenditure