BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada penelitian ini risk estimate dinyatakan dalam rasio prevalensi (RP).

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Penelitian ini didapatkan 65 orang penderita pasca stroke iskemik dengan

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Pada periode penelitian dijumpai 41 orang penderita stroke iskemik akut

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN. sedang-berat yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian. Rerata umur

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian belah lintang (Cross Sectional) dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Telah dilakukan penelitian pada 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL PENELITIAN. 2010, didapatkan jumlah keseluruhan penderita dengan bangkitan kejang demam

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 65 orang responden pasca stroke iskemik

BAB 3 METODE PENELITIAN. Gambar 3. Rancang Bangun Penelitian N R2 K2. N : Penderita pasca stroke iskemik dengan hipertensi

BAB IV METODE PENELITIAN. Bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam. Semarang Jawa Tengah. Data diambil dari hasil rekam medik dan waktu

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Tiga puluh empat penderita stroke iskemik dengan komplikasi pneumonia

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

LAMPIRAN I KUESIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN. variabel faktor demografis, faktor risiko vaskuler, dan karakteristik infark Karakteristik Faktor Demografis Subyek

BAB. 3. METODE PENELITIAN. : Cross sectional (belah lintang)

BAB IV MEDOTE PENELITIAN. 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Saraf (Neurologi).

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Waktu: Waktu penelitian dilaksanakan pada Maret-Juli 2013.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

PENINGKATAN PERAN SISWA TERHADAP PENCEGAHAN SINDROMA METABOLIK

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Non Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD) yang semakin meningkat

1. Nama : Tgl lahir / Umur : Pekerjaan : Alamat :...

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini dijelaskan dan disajikan tentang RSUP Fatmawati Jakarta secara

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Profil kesehatan masyarakat di negara-negara industri telah berubah secara

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Diponegoro / RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSUD Kota

BAB 5 PEMBAHASAN. Penelitian telah dilakukan pada 40 pasien epilepsi yang menjalani monoterapi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. menitikberatkan pada prevalensi terjadinya DM pada pasien TB di RSUP

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Bagian/SMF Obstetri Ginekologi dan poliklinik/bangsal

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang digunakan adalah metode survey cross sectional yaitu suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

I. PENDAHULUAN. terlokalisasi pada bagian-bagian tubuh tertentu (Sudoyo, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

Penelitian ini merupakan penelitian observasional belah lintang ( ) dimana antara variabel bebas dan terikat diukur pada waktu yang. bersamaan. 3.2.

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB VI PEMBAHASAN. pemeriksaan dan cara lahir. Berat lahir pada kelompok kasus (3080,6+ 509,94

PEMERIKSAAN BIOMEDIS DAN STATUS IODIUM. Website:

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam aktifitas yang cukup seperti pada umumnya yang dianggap

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

SURAT PERSETUJUAN IKUT DALAM PENELITIAN

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

Pencegahan Tersier dan Sekunder (Target Terapi DM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Prevalensi Sindrom Metabolik yang Semakin Meningkat. mengidentifikasi sekumpulan kelainan metabolik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan cairan empedu, dinding sel, vitamin dan hormon-hormon tertentu, seperti hormon seks dan lainnya (Gondosari, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Karakteristik subyek penelitian Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga menderita sindroma metabolik. Seluruh subyek penelitian adalah pasien yang datang di RSUP Dr. Kariadi Semarang untuk kontrol (pasien lama). Dugaan adanya sindroma metabolik setelah dilakukan anamnesis dan pemeriksaan berupa pengukuran tekanan darah serta lingkar pinggang. Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium hanya dijumpai 52 pasien terbukti menderita sindroma metabolik (85,2%) dan 9 pasien tidak terbukti menderita sindroma metabolik (14,8%). Namun demikian seluruh subyek tetap digunakan untuk analisis, dimana 9 orang subyek yang tidak memenuhi kriteria sindroma metabolik digunakan sebagai reference. 61 orang diduga menderita sindroma metabolik berdasarkan anamnesis dan pemeriksaaan fisik (tekanan darah dan lingkar pinggang) Pemeriksaan laboratorium darah (kadar trigliserida, HDL dan gula darah puasa) 52 orang memenuhi kriteria sindroma metabolik NCEP ATP III tahun 2001 modif Asia: 3 komponen sindroma metabolik 9 orang memiliki 2 komponen sindroma metabolik 42

43 Karakteristik subyek penelitian ditampilkan pada tabel 4. Tabel 4. Karakteristik subyek penelitian (n=61) Karakteristik n (%) atau rerata ± SB (Min-Maks) Jenis kelamin; n (%) - Laki-laki 25 (41,0%) - Perempuan 36 (59,0%) Umur (tahun); rerata ± SB (Min-Maks) 54,6 ± 6,43 (40 64) Status pernikahan; n (%) - Menikah 55 (90,2%) - Duda/janda 6 (9,8%) Tingkat pendidikan - Tamat SD 6 (9,8%) - Tamat SLTP 8 (13,1%) - Tamat SLTA 21 (34,4%) - Tamat D3 8 (13,1%) - Tamat S1 18 (29,5%) Jenis pekerjaan - Tidak bekerja 23 (37,7%) - Buruh 1 (1,6%) - Guru 11 (18,0%) - Wiraswasta 3 (4,9%) - Pegawai 17 (27,9%) - Pensiunan PNS 6 (9,8%) Tabel 4 tampak bahwa sebagian besar subyek penelitian adalah berjenis kelamin wanita. Rerata umur subyek penelitian adalah 54,6 ± 6,43 tahun, dengan umur termuda adalah 40 tahun dan tertua adalah 64 tahun. Berdasarkan status pernikahan sebagian besar termasuk dalam kategori menikah. Tingkat pendidikan subyek penelitian sebagian besar adalah tamat SLTA dan yang paling sedikit adalah hanya tamat SD. Berdasarkan jenis pekerjaan sebagian besar menyatakan tidak bekerja, dan yang paling sedikit adalah bekerja sebagai buruh.

44 4.2. Diagnosis sindroma metabolik Diagnosis adanya sindrom metabolik dilakukan dengan kriteria NCEP ATP III tahun 2001 modifikasi Asia. Komponen kriteria tersebut adalah tekanan darah, kadar trigliserida, kadar kolesterol HDL: pria <40 mg/dl; wanita <50 mg/dl, kadar glukosa plasma puasa dan lingkar pinggang pria 90 cm dan wanita cm. Karakteristik subyek penelitian sesuai dengan kriteria sindroma metabolik menurut NCEP ATP III tahun 2001 modifikasi Asia yang ditampilkan pada tabel 3. Tabel 5. Karakteristik komponen sindroma metabolik (n=61) Komponen sindroma Rerata ± SB Minimum Maksimum metabolik Tekanan darah (mmhg) - Sistolik 150,4 ± 16,94 110 190 - Diastolik 94,9 ± 8,86 70 110 Kadar trigliserida (mg/dl) 151,9 ± 86,75 56 545 Kadar kolesterol HDL (mg/dl) 46,9 ± 10,02 27 87 Kadar glukosa plasma puasa (mg/dl) 162,5 ± 73,29 79 397 Lingkar pinggang (cm) - Pria 96,5 ± 8,34 80 113 - Wanita 90,7 ± 7,06 76 110 Data pada tabel 5 menunjukkan tekanan sistolik terendah adalah 110 mmhg dan tertinggi adalah 190 mmhg, rerata tekanan sistolik berdasarkan kriteria NCEP ATP III tahun 2001 modifikasi Asia sudah termasuk kategori abnormal. Tekanan diastolik terendah adalah 70 mmhg dan tertinggi adalah 110 mmhg, rerata tekanan

45 diastolik juga sudah termasuk kategori abnormal. Kadar trigliserida darah terendah adalah 56 mg/dl dan tertinggi adalah 545 mg/dl, berdasarkan kriteria NCEP ATP III tahun 2001 modifikasi Asia rerata kadar trigliserida subyek penelitian sudah termasuk kategori abnormal ( 150 mg/dl). Kadar kolesterol HDL terendah adalah 27 mg/dl dan tertinggi adalah 87 mg/dl, berdasarkan kriteria NCEP ATP III tahun 2001 modifikasi Asia rerata kadar HDL subyek penelitian masih termasuk kategori normal ( 40 mg/dl ). Lingkar pinggang subyek penelitian pria terkecil adalah 80 cm dan terbesar adalah 113 cm, sedangkan lingkar pinggang subyek penelitian wanita terkecil adalah 76 cm dan terbesar adalah 110 cm. Berdasarkan kriteria NCEP ATP III tahun 2001 modifikasi Asia rerata lingkar pinggang subyek penelitian pria ( 90 cm) maupun wanita ( 80 cm) termasuk kategori abnormal. Kategori komponen sindroma metabolik tekanan darah, kadar trigliserida darah, kadar HDL darah, gula darah puasa, dan lingkar pinggang serta distribusi kejadian sindroma metabolik ditampilkan pada tabel 6.

46 Tabel 6. Distribusi kategori subyek penelitian dan distribusi kejadian sindroma metabolik berdasarkan kriteria NCEP ATP III tahun 2001 modifikasi Asia Karakteristik n % Tekanan Darah - Sistolik 58 95,08 - Sistolik <130 dan atau Diastolik <85 3 4,92 Trigliserida - Trigliserida 24 39,34 - Trigliserida <150 37 60,66 Kolesterol HDL - Kolesterol HDL <40 12 19,67 - Kolesterol HDL 49 80,33 Gula Darah Puasa - Gula Darah Puasa 47 77,05 - Gula Darah Puasa<110 14 22,95 Lingkar Pinggang - Pria 57 93,44 - Pria<90 atau Wanita<80 4 6,56 Distribusi Kejadian Sindroma Metabolik - Ada Gangguan kognitif 52 85,25 - Tidak Ada Gangguan Kognitif 9 14,75 Diagnosis sindroma metabolik ditegakkan apabila dijumpai 3 atau lebih komponen tersebut diatas abnormal, berdasarkan kriteria tersebut dijumpai 52 pasien terbukti menderita sindroma metabolik (85,2%) dan 9 pasien tidak terbukti menderita sindroma metabolik (14,8%), seperti yang ditampilkan pada tabel 6. 4.3. Pemeriksaan fungsi kognitif Pemeriksaan fungsi kognitif pada penelitian ini dilakukan dengan pemeriksaan MMSE dan CDT. Hasil pemeriksaan fungsi kognitif ditampilkan pada tabel 7.

47 Tabel 7. Hasil pemeriksaan fungsi kognitif subyek penelitian (n=61) Pemeriksaan fungsi kognitif n % Tes MMSE - Fungsi kognitif terganggu < 27 37 60,7% - Fungsi kognitif normal 27 30 24 39,3% Tes CDT - Fungsi kognitif terganggu < 4 50 82,0% - Fungsi kognitif normal 4 11 18,0% Tes MMSE dan CDT - Fungsi kognitif terganggu 28 45,9% - Fungsi kognitif tidak terganggu 33 54,1% Subyek penelitian ini dianggap mempunyai gangguan kognitif apabila Tes MMSE dan CDT keduanya menunjukkan adanya gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan kriteria tersebut dijumpai 28 subyek penelitian dengan gangguan fungsi kognitif (45,9%) dan 33 pasien (54,1%) tidak ada gangguan fungsi kognitif. Karakteristik subyek penelitian dengan gangguan fungsi kognitif ditampilkan pada tabel 8.

48 Tabel 8. Distribusi status fungsi kognitif berdasarkan karakteristik subyek penelitian Status fungsi kognitif Karakteristik Ada gangguan Tidak ada gangguan p Umur (tahun) 55,9 ± 6,41 53,5 ± 6,33 0,1 Jenis kelamin - Pria 10 (16,4%) 15 (24,6%) - Wanita 18 (29,5%) 18 (29,5%) 0,4* Tingkat pendidikan - Tamat SD 2 (3,3%) 4 (6,6%) - Tamat SLTP 5 (8,2% 3 (4,9%) - Tamat SLTA 10 (16,4%) 11 (18,0%) 0,5* - Tamat D3 5 (8,2%) 3 (4,9%) - Tamat S1 6 (9,8%) 12 (19,7%) Jenis pekerjaan - Tidak bekerja 14 (23,0%) 9 (14,8%) 0,03* - Buruh 1 (1,6%) 0 (0,0%) - Guru 2 (3,3%) 9 (14,8%) - Wiraswasta 1 (1,6%) 2 (3,3%) - Pegawai 5 (8,2%) 12 (19,7%) - Pensiunan PNS 5 (8,2%) 1 (1,6%) Uji t-tidak berpasangan * Uji 2 Data pada tabel 8 menunjukkan rerata umur subyek penelitian pada kelompok dengan gangguan fungsi kognitif adalah lebih tua dibanding tanpa gangguan fungsi kognitif, namun hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut adalah tidak bermakna (p=0,1). Berdasarkan jenis kelamin pada kedua kelompok sebagian besar adalah wanita, namun demikian hasil uji statistik adalah tidak bermakna (p=0,4). Berdasarkan tingkat pendidikan pada kedua kelompok adalah tamat SLTA, namun hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut adalah tidak bermakna (p=0,5).

49 Berdasarkan jenis pekerjaan pada kelompok dengan gangguan fungsi kognitif sebagian besar adalah tidak bekerja, sedangkan pada tanpa gangguan fungsi kognitif sebagaian besar bekerja sebagai pegawai. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada jenis pekerjaan antara kelompok dengan gangguan fungsi kognitif dengan kelompok tanpa gangguan fungsi kognitif (p=0,03) 4.4 Gangguan fungsi kognitif pada penderita sindroma metabolik. Distribusi status fungsi kognitif berdasarkan status sindroma metabolik ditampilkan pada tabel 9. Tabel 9. Distribusi dan rasio prevalensi status fungsi kognitif berdasarkan status sindroma metabolik Sindroma Status fungsi kognitif metabolik Ada gangguan Tidak ada gangguan Total Ada 27 (44,3%) 25 (41,0%) 52(85,2%) Tidak ada 1 (1,6%) 8 (13,1%) 9 (14,8%) Total 28 (45,9%) 33 (54,1%) 61(100%) 2 = 5,146, df=1, p=0,023 Rasio prevalensi= 4,7 (95% CI=0,7-30,2) Data pada tabel 9 menunjukkan bahwa subyek penelitian dengan sindroma metabolik sebagian besar ada gangguan fungsi kognitif (27 dari 52 kasus) sedangkan pada subyek penelitian tanpa sindroma metabolik gangguan fungsi kognitif sebagian besar tidak ada gangguan fungsi kognitif (1 dari 9 kasus). Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada distribusi status kognitif berdasarkan status sindroma metabolik (p=0,023). Nilai rasio prevalensi adalah 4,7,

50 hal ini menunjukkan subyek penelitian dengan sindroma metabolik mempunyai risiko untuk menderita gangguan fungsi kognitif 4,7 X lebih besar dibanding yang tidak ada gangguan fungsi kognitif. Tabel 10 menampilkan besarnya risiko gangguan fungsi kognitif berdasarkan jumlah komponen sindroma metabolik. Tabel 10. Besarnya risiko gangguan fungsi kognitif berdasarkan jumlah komponen sindroma metabolik (n=61) Status fungsi kognitif Sindroma metabolik (SM) Ada gangguan Tidak ada gangguan RP (95% CI) Tidak ada 1 (1,6%) 8 (13,1%) Rujukan SM 3 komponen 14 (23,0%) 16 (26,2%) 4,2 (0,95-18,5) SM 4 komponen 11 (18,0%) 8 (13,1%) 5,2 (1,3-21,3) SM 5 komponen 2 (3,3%) 1 (1,6%) 6,0 (0,9-40,3) Total 29 (45,9%) 33 (54,1%) Tabel 10 menunjukkan subyek penelitian dengan 3 komponen sindroma metabolik mempunyai risiko mengalami gangguan fungsi kognitif sebesar 4,2 X dibanding dengan subyek yang tidak ada sindroma metabolik. Selanjutnya pada subyek dengan 4 komponen sindroma metabolik mempunyai risiko untuk mengalami gangguan fungsi kognitif sebesar 5,2 X lebih besar dibanding subyek yang tidak ada sindroma metabolik. Subyek dengan 5 komponen sindroma metabolik mempunyai risiko untuk menderita gangguan fungsi kognitif sebesar 6,0 X lebih besar dibanding subyek tanpa sindroma metabolik. Hasil analisis tersebut menunjukkan adanya

51 peningkatan risiko untuk mengalami gangguan fungsi kognitif seiring dengan bertambahnya jumlah komponen sindroma metabolik yang positif. Perbandingan distribusi komponen sindroma metabolik pada subyek penelitian berdasarkan jumlah komponen sindroma metabolik yang positif ditampilkan pada tabel 11. Tabel 11. Distribusi persentase komponen sindroma metabolik berdasarkan jumlah komponen yang positif. Komponen metabolik Tekanan darah mmhg Kadar trigliserida mg/dl sindroma Kolesterol HDL Pria <40 mg/dl, Wanita < 50 mg/dl Kadar glukosa plasma puasa 3 komponen n (%) dari total 40 orang 4 komponen n (%) dari total 19 orang 5 komponen n (%) dari total 3 orang 29 (96,7%) 19 (100%) 3 (100%) 6 (20,0%) 15 (78,9%) 3 (100%) 4 (13,3%) 5 (26,3%) 3 (100%) 23 (76,7%) 18 (94,7%) 3 (100%) Lingkar pinggang 90 cm; Wanita Pria 28 (93,3%) 19 (100%) 3 (100%) Tabel 11 tampak bahwa pada kelompok subyek dengan 3 komponen sindroma metabolik positif (n=40 orang), sebagian besar subyek memiliki tekanan darah sistolik /diastolik g sedikit adalah kolesterol HDL: Pria <40 mg/dl; Wanita < 50 mg/dl (13,3%). Pada kelompok 4 komponen sindroma metabolik positif (n=19 orang), seluruh subyek memiliki tekanan darah sistolik /diastolik dan lingkar pinggang pria / wanita

52 cm dan yang paling sedikit adalah kolesterol HDL Pria <40 mg/dl; Wanita < 50 mg/dl (26,3%). Subyek dengan 5 komponen sindroma metabolik positif (n=3 orang). Berdasarkan hasil di atas diketahui peningkatan tekanan darah dan obesitas sentral merupakan komponen yang paling banyak dijumpai. 4.5. Pengaruh komponen sindroma metabolik terhadap ganguan fungsi kognitif Pengaruh komponen sindroma metabolik terhadap gangguan fungsi kognitif ditampilkan pada tabel 12.

53 Tabel 12. Pengaruh komponen sindroma metabolik terhadap status fungsi kognitif (n=61) Komponen sindroma metabolik Sistolik 130 dan atau diastolik 85 mmhg Status fungsi kognitif Ada Tidak ada gangguan gangguan RP (95% CI) - Ya 28 (45,9%) 30 (49,2%) - 0,2 - Tidak 0 (0,0%) 3 (4,9%) Trigliserida 150 mg/dl - Ya 15 (24,6%) 9 (14,8%) 1,8 (1,04-3,0) 0,04* - Tidak 13 (21,3%) 24 (39,3%) HDL Pria < 40 mg/dl; Wanita < 50 mg/dl - Ya 5 (8,2%) 7 (11,5%) 0,9 (0,4-1,8) 0,7* - Tidak 23 (37,7%) 26 (42,6%) Gula darah puasa 110 mg/dl - Ya 23 (37,7%) 24 (39,3%) 1,6 (1,034-2,6) 0,4* - Tidak 5 (8,2%) 9 (14,8%) Lingkar pinggang pria / wanita - Ya 27 (44,3%) 30 (49,2%) 1,9 (0,3-10,6) 0,6 - Tidak 1 (1,6%) 3 (4,9%) Uji Fisher-exact; P<0,05 p Tabel 12 tampak seluruh subyek penelitian dengan gangguan fungsi kognitif mempunyai tekanan sistolik 130 mmhg dan atau diastolik 85 mmhg, sedangkan yang tidak ada gangguan fungsi kognitif sebagian besar memiliki tekanan sistolik

54 130 mmhg dan atau diastolik 85 mmhg. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan tersebut adalah tidak bermakna (p=0,2). Nilai rasio prevalensi tidak dapat dihitung oleh karena ada sel dengan nilai 0. Tabel 12 tampak subyek penelitian dengan trigliserida 150 mg/dl mempunyai risiko 1,8 X lebih besar dibanding yang kurang dari 150 mg/dl. Menimbang nilai rentang 95% CI yang tidak melingkupi angka 1 maka variabel trigliserida 150 mg/dl merupakan faktor risiko gangguan fungsi kognitif. Variabel HDL: Pria < 40 mg/dl; Wanita < 50 mg/dl mempunyai rasio prevalensi 0,9 dimana hal ini berarti variabel HDL Pria < 40 mg/dl; Wanita < 50 mg/dl merupakan faktor protektif gangguan fungsi kognitif, namun menimbang rentang nilai 95% CI yang melingkupi angka 1 maka variabel ini belum dapat disimpulkan sebagai faktor protektif atau risiko gangguan fungsi kognitif. Variabel gula darah puasa gula darah puasa 110 mg/dl mempunyai rasio prevalensi 1,6 dimana hal ini berarti 110 mg/dl merupakan faktor risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif., namun menimbang rentang nilai 95% CI yang melingkupi angka 1 maka variabel ini belum dapat disimpulkan sebagai faktor protektif atau risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif. Variabel lingkar pinggang pria / wanita mempunyai rasio prevalensi 1,9 dimana hal ini berarti lingkar pinggang pria / wanita merupakan faktor risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif, namun menimbang rentang nilai 95% CI yang melingkupi angka 1 maka variabel ini belum dapat disimpulkan sebagai faktor protektif atau risiko gangguan fungsi kognitif.