BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup modern dan serba instan sudah tidak dapat lagi dipisahkan dari masyarakat sekarang ini. Dahulu, nasi selalu menjadi makanan pokok setiap pagi, sekarang, nasi dapat digantikan oleh roti. Yang dahulunya, buah-buahan menjadi bahan cemilan, sekarang roti juga ikut masuk di dalamnya. Hal ini, didukung dengan maraknya gerai-gerai roti di dalam mal, ataupun di tempat publik, seperti pasar, atau yang dijajakan menggunakan sepeda keliling. Mulai dari harganya yang murah sampai yang mahal. Dari yang dijajakan dengan sepeda, hingga ada café nya. Roti digemari karena varian rasa yang banyak, mulai dari yang biasa-biasa saja seperti coklat, vanilla, keju, hingga yang unik seperti green tea. Bahan-bahan baku yang digunakan mulai beragam, seperti roti sehat yang dibuat dari bahan arang hitam/charcoal dan kacang walnut. Superoti menjadi salah satu toko roti yang dibuka di kawasan Mal. Superoti merupakan toko roti dibawah naungan grup Matahari. Superoti diprakarsai oleh Bapak Hari Darmawan pada tahun 2004, membuka toko pertamanya di Cilegon, kawasan industri dengan target pasar awal kelas menengah kebawah, oleh sebab itu, roti-roti yang dijual berkisaran dari harga 1
Rp 3.500,-sampai Rp 7.000,-. Sekarang, Superoti telah memiliki hampir 80 cabang di Jabodetabek dan sekitarnya. Roti-roti di Superoti fresh from the oven, tidak menempel di langit-langit mulut, filling yang tidak bikin mual dan tidak mengandung bahan pengawet, oleh karenanya hanya dapat bertahan sekitar 3 hari. Sebagian besar outlet Superoti terletak di dalam Mal, dimana tidak menutup kemungkinan bahwa ada toko roti kompetitor yang memiliki visual yang lebih baik. Tetapi, Superoti dinilai belum mampu bersaing dari segi visual dalam menarik minat pengunjung mal. Dari hasil kuisioner yang telah disebarkan, dengan menghapus nama Superoti dan hanya memperlihatkan logo saja, ada sebanyak 56% masyarakat tidak menyadari bahwa logo tersebut merepresentasikan sebuah toko yang menjual produk roti. Kurang adanya hubungan antara logo dengan merek Superoti yang ditunjukkan dalam seorang bapak-bapak setengah baya yang menggunakan peci dan kain sarung, membuat masyarakat memandang Superoti sebagai Restauran Melayu atau Sunda. Hal ini didukung dengan pengenal outlet yang kurang seragam, penggunaan logo yang kurang konsisten, dan warna-warna outlet yang berbeda-beda. Melihat kasus tersebut, penulis ingin memperbaiki brand image Superoti di benak masyarakat dengan harapan Superoti dapat lebih eye catching melalui perancangan kembali identitas visual Superoti sebagai Tugas Akhir. 2
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dibahas dalam latar belakang, maka secara umum masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir ini adalah sebagai berikut. Bagaimana merancang tampilan identitas visual yang sesuai dengan brand value Superoti? 1. Media apakah yang dapat mendukung dalam perluasan atensi masyarakat terhadap Superoti? 1.3. Batasan Masalah Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan dalam Latar Belakang maupun Rumusan Masalah, maka batasan masalah dalam perancangan ulang identitas visual Superoti adalah sebagai berikut. 1. Merancang ulang identitas visual Superoti berupa logo dan pemberian tagline yang tepat untuk menarik minat pengunjung Mal. 2. Membuat tampilan media-media promosi ataupun tampilan toko. 3. Target pasar dibatasi sebagai berikut. a. Demografis : Pria dan Wanita, 30-40 tahun, SES C,D,E b. Psikografis : Kelompok konsumen dengan gaya hidup modern dan praktis, usia aktif. c. Geografis : Jakarta & Tangerang. 3
1.4. Tujuan Perancangan Tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan Tugas Akhir merujuk pada rumusan dan batasan masalah yang telah diuraikan di atas yaitu sebagai berikut. Merancang ulang identitas visual Superoti berupa media-media yang dibutuhkan untuk meningkatkan brand awareness. 1. Membuat tampilan visual pendukung brand seperti seragam, tampilan visual toko, logo, banner, alat promosi (brosur promosi, xbanner.) 1.5. Metode Penelitian Menurut Gulo (2002:116) metode pengumpulan data dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: 1.5.1. Pengamatan (Observasi) Peneliti mencatat informasi sebagaimana yang mereka temukan saat pengamatan. Dapat melalui melihat, mendengar atau merasakan dan dicatat dengan seobjektif mungkin. 1.5.2. Survei Survei adalah metode pengumpulan data dengan menggunakan/melibatkan instrument guna mendapatkan tanggapan dari responden tentang sampel. Survei terbagi dalam dua yaitu 4
kuisioner dan wawancara. Wawancara adalah ketika pewawancara bertatap muka dengan responden mengajukan pertanyaan, meminta tanggapan, dan melaporkan tanggapan secara tertulis. Sedangkan kuisioner merupakan instrument daripada pedoman untuk responden dalam memberikan tanggapannya dalam wawancara. 1.6. Metode Perancangan Menurut Landa (2006:30-37) dalam bukunya Designing Brand Experiences, metode merancang brand yang baik dibagi ke dalam 4 tahap, yakni: 1. Strategi (Riset dan analisis) Mengumpulkan data dan meriset. Mencari permasalahannya. Apabila brandnya akan baru dibentuk, maka sangat penting dalam mencari siapa targetnya, kompetitornya, apa tujuan daripada brand tersebut, dan persepsi perusahaan yang akan membangun brand. 2. Konsep Mencari konsep yang menonjolkan, mudah diingat, dan mudah terasuki ke dalam benak masyarakat. Tetapi tidak terlalu luas atau bahkan sampai terlalu berlebihan, sehingga inti dan tujuan daripada brand suatu objek tersebut jadi hilang. 5
3. Aplikasi Aplikasi dapat dilakukan ke dalam media untuk menyampaikan brand tersebut kepada masyarakat, seperti contohnya, nama, logo, tagline, merchandise, kemasan produk, interior/eksterior, media promosi dan lain lain. 4. Implementasi Dalam tahap ini, adalah bagaimana sebuah brand dapat diperkenalkan ke masyarakat dengan baik. Biasanya, dalam tahap ini juga dirancang sebuah pedoman dalam pengaplikasian brand beserta media-medianya dalam rangka untuk mendukung environmental branding. 6
1.7. Timeline 1.8. Skematika Perancangan 7