Indonesia Medicus Veterinus Juni (3) : pissn : ; eissn :

dokumen-dokumen yang mirip
Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C

Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa Burung Puyuh (Coturunix coturnix japonica) dalam Pengencer Fosfat Kuning Telur pada Suhu 4ºC

Dosis Glukosa Ideal pada Pengencer Kuning Telur Fosfat Dalam Mempertahankan Kualitas Semen Kalkun pada Suhu 5 C

Penambahan Bovine Serum Albumin pada Pengencer Kuning Telur terhadap Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Anjing

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam Dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat pada Penyimpanan 3-5 C

Lama Penyimpanan Semen Burung Puyuh pada Suhu 29ºC dengan Pengencer Fosfat Kuning Telur Terhadap Motilitas dan Viabilitas Spermatozoa

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Penambahan Fruktosa Mempertahankan Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Kalkun yang Disimpan pada Suhu 4 C

PENGARUH KOMBINASI KUNING TELUR DENGAN AIR KELAPA TERHADAP DAYA TAHAN HIDUP DAN ABNORMALITAS SPERMATOZOA DOMBA PRIANGAN PADA PENYIMPANAN 5 0 C

PENGARUH TINGKAT PENGENCERAN TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PE SETELAH PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

Penyimpanan Spermatozoa Anjing Kintamani dengan Kuning Telur dan Bovine Serum Albumin 1% Terhadap Motilitas dan Daya Hidup

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera

Kualitas semen sapi Madura setelah pengenceran dengan tris aminomethane kuning telur yang disuplementasi α-tocopherol pada penyimpanan suhu ruang

PENGGUNAAN TELUR ITIK SEBAGAI PENGENCER SEMEN KAMBING. Moh.Nur Ihsan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya, Malang ABSTRAK

BAB III MATERI DAN METODE

Kualitas Semen Ayam Kampung Pada Suhu 3-5 o c Pada Pengenceran Fosfat Kuning Telur Dengan Penambahan Laktosa

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Penambahan Streptomycin dalam Skim Kuning Telur Sebagai Pengencer terhadap Kualitas Semen Ikan Mas (Cyprinus Carpio L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda

Penambahan Vitamin C Pada Pengencer Fosfat Kuning Telur Semen Kalkun Yang Disimpan Pada Suhu 5 C

I PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara

DAFTAR ISI. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Konsep Hipotesis...

PENGARUH LEVEL GLISEROL DALAM PENGENCER TRIS- KUNING TELUR TERHADAP MEMBRAN PLASMA UTUH DAN RECOVERY RATE SPERMA KAMBING PERANAKAN ETAWAH POST THAWING

Penambahan Vitamin C Pada Pengencer Spermatozoa Babi Landrace Yang Disimpan Pada Suhu 15ºC

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP DAYA HIDUP DAN KEUTUHAN MEMBRAN PLASMA SPERMATOZOA ITIK RAMBON

TUGAS AKHIR - SB Oleh: ARSETYO RAHARDHIANTO NRP DOSEN PEMBIMBING : Dra. Nurlita Abdulgani, M.Si Ir. Ninis Trisyani, MP.

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

MUHAMMAD RIZAL AMIN. Efektivitas Plasma Semen Sapi dan Berbagai Pengencer

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pemeriksaan semen segar secara makroskopis meliputi volume, warna,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar

DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Metode Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

KARAKTERISTIK SEMEN BURUNG PUYUH. (Coturnix-Coturnix Japonica) SKRIPSI

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Kelinci Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. 2.1 Deskripsi dan Klasifikasi Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE adalah hasil persilangan antara Etawah dan kambing kacang.

BAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal

JURNAL ILMU TERNAK, JUNI 2006, VOL. 6 NO.1, 7 11

PENDAHULUAN. Domba merupakan salah satu ternak penghasil daging yang banyak diminati

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif

Madu Meningkatkan Kualitas Semen Kalkun Selama Penyimpanan

I. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan yang dihasilkan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan metode artificial vagaina (AV). Semen yang didapatkan kemudian

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.

PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian menggunakan semen kambing Peranakan Etawah

PENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari

PENGENCER BTS (BELTSVILLE THAWING SOLUTION) TERHADAP DAYA HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA BABI LANDRACE

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing

PENGARUH JENIS PENGENCER TERHADAP KUALITAS SEMEN BEKU DOMBOS TEXEL DI KABUPATEN WONOSOBO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah

3. METODE PENELITIAN

Pengaruh Perbedaan Level Krioprotektan DMA terhadap Pembekuan Sperma Ayam. Abstrak. Abstract

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian adalah semen kambing yang berasal 5 ekor kambing

PENGARUH LAMA THAWING DALAM AIR ES (3 C) TERHADAP PERSENTASE HIDUP DAN MOTILITAS SPERMATOZOA SAPI BALI (Bos sondaicus)

I PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak

PENGARUH PENGHILANGAN RAFINOSA DALAM PENGENCER TRIS AMINOMETHANE KUNING TELUR TERHADAP KUALITAS SEMEN KAMBING BOER SELAMA SIMPAN DINGIN SKRIPSI

OBJEK DAN METODE PENELITIAN. diberi lima perlakuan. Domba yang digunakan ini adalah domba lokal yang

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

PENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap

Sutiyono, S. Riyadi, dan S. Kismiati Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang ABSTRAK

PENGARUH PENGENCER SEMEN TERHADAP ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA KAMBING LOKAL PADA PENYIMPANAN SUHU 5ºC

PENGGANTIAN BOVINE SERUM ALBUMIN PADA CEP-2 DENGAN SERUM DARAH SAPI TERHADAP KUALITAS SEMEN SAPI LIMOUSIN PADA SUHU PENYIMPANAN 3-5 o C

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

Jurnal Nukleus Peternakan (Juni 2014), Volume 1, No. 1: ISSN :

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

T.L.Yusuf, R.I. Arifiantini, dan N. Rahmiwati Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor, Bogor ABSTRAK

PENGARUH JENIS PENGENCER SEMEN TERHADAP MOTILITAS, ABNORMALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA AYAM BURAS PADA PENYIMPANAN SUHU 5 o C

Pengaruh Penggunaan Tris Dalam Pengencer Susu Skim Terhadap Resistensi Spermatozoa Sapi Simmental Pasca Pembekuan

PENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN

Spermatogenesis dan sperma ternak

STUDI TERHADAP KUALITAS DAN DAYA TAHAN HIDUP SPERMATOZOA CAUDA EPIDIDIMIDIS DOMBA GARUT MENGGUNAKAN BERBAGAI JENIS PENGENCER

Pengaruh Pengencer Sintetis dan Alami Terhadap Motilitas Spermatozoa Sapi Brahman Selama Penyimpanan dalam Suhu Dingin

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik semen

Tatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada

MATERI DAN METODA. Kandang dan Perlengkapannya Pada penelitian ini digunakan dua kandang litter sebesar 2x3 meter yang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Statistik 2013 jumlah penduduk Indonesia mencapai jiwa yang akan bertambah sebesar 1,49% setiap tahunnya

Transkripsi:

Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Puyuh (Coturnix Coturnix Japonica) yang Disimpan Selama 24 Jam pada Suhu 4 C dengan Penambahan Bovine Serum Albumin pada Pengencer Fosfat Kuning Telur MOTILITY AND VIABILITY OF QUAIL (COTURNIX COTURNIX JAPONICA) SPERMATOZOA STORED FOR 24 HOURS AT 4 C WITH THE ADDITION OF BOVINE SERUM ALBUMIN IN EGG YOLK PHOSPHATE DILUENT Elyas Herybertus Tani Bina 1, Wayan Bebas 2, Made Kota Budiasa 2 1 Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan, 2 Laboratorium Reproduksi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Jln. PB. Sudirman, Denpasar, Bali; Tlp. (0361) 223791, Faks. (0361) 701808. E-mail: pujutpuput@gmail.com ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan Bovine Serum Albumin (BSA) terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa puyuh yang disimpan pada suhu 4 C selama 24 jam. Penelitian ini menggunakan 30 ekor burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) yang berumur 8 minggu. Penampungan semen menggunakan metode pemijatan kemudian diencerkan dengan pengencer kuning telur fosfat yang ditambahkan BSA dengan berbagai konsentrasi masing-masing : 0 w/v % (sebagai kontrol), 1,5 w/v %, 2 w/v %, dan 2,5 w/v %. Setelah pengenceran, semen disimpan pada suhu 4 o C selama 24 jam dan dilakukan pengamatan terhadap motilitas dan daya hidupnya. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi BSA berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa. Uji lanjutan menggunakan uji Duncan menunjukkan penambahan 2 w/v % BSA memberikan hasil yang optimal dalam mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa burung puyuh yang disimpan pada suhu 4 C selama 24 jam. Kata kunci : BSA, spermatozoa puyuh, motilitas, daya hidup ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of Bovine Serum Albumin (BSA) on motility and viability of quail spermatozoa stored at 4 C for 24 hours. This study used 30 quails (Coturnix Coturnix japonica) were 8 weeks old. Semen was collected by massage method then diluted with egg yolk phosphate dilution added with various concentrations of BSA (0 w/v % as control, 1,5 w/v %, 2 w/v % and 2,5 w/v %) and stored at 4 C. Examination on motility and viability were done after 24 hours of stored. Statistically the concentration of BSA showed significant difference (P<0,05) on motility and viability of spermatozoa. Further tests using Duncan test showed the addition of 2 w/v % BSA provides optimal results in maintaining the motility and viability of quail spermatozoa stored at 4 C for 24 hours. Keywords : BSA, quail spermatozoa, motility, viability 258

PENDAHULUAN Puyuh merupakan salah satu jenis unggas dari famili phasianidae dan genus Coturnix. Puyuh jepang (Coturnix coturnix japonica) mulai dikenal dan dipelihara di Indonesia pada akhir tahun 1979 (Menegristek, 2008). Semakin meluas dan meningkatnya perkembangan budidaya burung puyuh di Indonesia antara lain disebabkan karena meningkatnya kesadaran masyarakat atas kebutuhan protein hewani, serta diterapkannya teknologi modern pemeliharaan unggas (Siregar et al., 2007). Salah satu cara untuk meningkatkan produktifitas ternak adalah dengan memperkenalkan dan menerapkan teknologi reproduksi seperti inseminasi buatan. Menurut Toelihere (1985) terdapat beberapa faktor yang dapat menentukan kualitas semen. Faktorfaktor tersebut antara lain kadar pengencer, sifat fisik dan kimiawi bahan pengencer, cahaya, suhu dan lamanya penyimpanan. Penyimpanan semen dengan metode pendinginan pada suhu 4 C dapat menghambat aktivitas metabolisme baik fisik maupun kimia dalam kecepatan yang rendah sehingga dapat mempertahankan daya fertilitas yang optimal (Partodihardjo, 1982). Long (2006) menjelaskan pada proses pendinginan juga digunakan zat krioprotektan yang berfungsi melindungi spermatozoa dari pengaruh dingin yang berlebihan. Kejutan dingin (Cold Shock) dapat menyebabkan kerusakan pada fosfolipid membran spermatozoa dan mengakibatkan kematian spermatozoa (Parks dan Graham, 1992; Bebas et al., 2016). Untuk mengatasi hal itu perlu dilakukan penambahan krioprotektan kedalam pengencer semen. Bovine Serum Albumin merupakan krioprotektan ekstraseluler yang mempunyai peran penting untuk melindungi integritas membran sel selama proses penyimpanan pada suhu dingin (Ijaz dan Ducharme, 1995; Wahana et al., 2014). BSA mempunyai kandungan asam amino sebanyak 20 macam dan berat molekul 66kDA. Dengan penambahan BSA pada bahan pengencer kandungan asam amino atau plasma protein pada semen yang telah diencerkan diharapkan dapat mensubstitusi penurunan konsentrasi berbagai bahan yang terdapat dalam plasma sehingga dapat menjaga stabilitas membran sel spermatozoa. Wahana et al., (2014) melaporkan bahwa penambahan BSA 2 w/v % pada pengencer fosfat kuning telur dapat mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa kalkun yang disimpan pada suhu 4ºC. Adnani et al., (2012) juga melaporkan bahwa penambahan BSA 1 w/v % pada pengencer fosfat kuning telur dapat mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa anjing lokal kintamani yang disimpan pada suhu 4ºC. 259

Berdasarkan pertimbangan diatas maka dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai konsentrasi BSA pada pengencer fosfat kuning telur terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa burung puyuh yang disimpan pada suhu 4 C selama 24 jam. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) sebanyak 30 ekor yang berumur 8 minggu sebagai sumber semen. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pakan burung puyuh produksi pabrik (Japfa Comfeed Indonesia), diberi makan 22-23gram per-ekor per-hari dan diberi minum ad libitum, NaCl 3%, semen burung puyuh, kuning telur ayam kampung, kanamycin, alkohol 70%, BSA (Sigma), aquabidestilata, phospat buffer saline (PBS, Sigma), pewarna Eosin Negrosin Sitrat. Peralatan yang digunakan dalam penelitian antara lain : object glass, cover glass, pipet pasteur, tabung Eppendorf 1 cc, aluminium foil, kompor listrik, mikroskop binokular, tisu, kapas, timbangan analitik, beker glass, haemocytometer, spatula, cawan petri, spuit, gelas ukur, refrigerator dan counting chamber. Penelitian diawali dengan adaptasi hewan coba terhadap lingkungan dan operator (penampung semen) selama 1 minggu. Semen ditampung sesuai dengan prosedur yang disampaikan oleh Lake (1996). Burung puyuh dipegang pada bagian sayap dan paha kemudian busa dikeluarkan dari glandula kloaka. Daerah kloaka dibersihkan dengan kertas tisu dan dilakukan pemijatan yang lembut pada regio lumbar kearah ekor. Evaluasi semen dilakukan secara makroskopis dan mikroskopis (Toelihere, 1993). Pemeriksaan makroskopis meliputi: volume, warna, kekentalan dan derajat keasaman (ph). Pemeriksaan mikroskopis meliputi: gerakan (motilitas spermatozoa), konsentrasi spermatozoa, spermatozoa hidup atau mati dan abnormalitas spermatozoa. Pengencer kuning telur fosfat dibuat dengan cara: memasukan 1 tablet buffer fosfat kedalam 100ml aquabidestilata kemudian dipasteurisasi diatas kompor listrik sampai larut sempurna, lalu didinginkan. Telur dipecahkan pada bagian tengahnya dan bagian putih telurnya dibuang. Untuk mendapatkan kuning telur yang bebas dari putih telur maka dilakukan penggelindingan kuning telur pada kertas saring steril kemudian kuning telur ditempatkan pada gelas beker dan dilakukan penusukan pada kuning telur agar kuning telur pecah. Setelah itu, kuning telur dicampurkan kedalam larutan PBS dengan konsentrasi 10%. Antibiotik kanamycin ditambahkan kedalam bahan pengencer fosfat kuning telur. Pencampuran BSA 1,5 w/v % dengan pengencer fosfat kuning telur dilakukan dengan 260

menambahkan 1,5mg BSA kedalam 100ml pengencer fosfat kuning telur. Untuk pecampuran pengencer fosfat kuning telur dengan BSA 2 w/v % dan 2,5% masing masing ditambahkan 2 mg dan 2,5 mg kedalam 100 ml pengencer fosfat kuning telur. Pengenceran semen dilakukan dengan memasukan semen ke dalam bahan pengencer. Menurut Toelihere (1993), jumlah pengencer yang digunakan ditentukan berdasarkan persamaan : vol semen x motilitas x konsentrasi 10 x 10 6 volume semen Semen yang telah diencerkan disimpan dalam refrigerator bersuhu 4 C kemudian dilakukan evaluasi terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa setelah 24 jam. Motilitas spermatozoa diamati dengan melihat pergerakan spermatozoa yang progresif. Daya hidup diamati dengan menggunakan pengecatan Eosin Negrosin Sitrat. Spermatozoa yang hidup akan terlihat bening sedangkan yang mati akan berwarna merah (Toelihere, 1993). HASIL DAN PEMBAHASAN Motilitas dan daya hidup spermatozoa akibat penambahan berbagai konsentrasi BSA yang disimpan pada suhu 4 C selama 24 jam dapat dilihat pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Burung Puyuh pada Bahan Pengencer Fosfat Kuning Telur dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi BSA yang Disimpan pada Suhu 4 C Selama 24 jam. Perlakuan Parameter T0 T1 T2 T3 Motilitas (%) 32,67 ± 4,274 a 69,00 ± 4,050 b 71,83 ± 2,714 b 45,00 ± 5,292 c Daya Hidup (%) 56,33 ± 6,713 a 81,17 ± 2,927 b 84,67 ± 3,445 b 72,33 ± 3,724 c Ulangan 6 6 6 6 Keterangan : huruf yang sama ke arah baris menunjukan tidak terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) T0 : tanpa penambahan BSA T1 : penambahan BSA 1,5 w/v % T2 : penambahan BSA 2 w/v % T3 : penambahan BSA 2,5 w/v % Berdasarkan hasil pada tabel 1.1 rata-rata motilitas spermatozoa pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 masing-masing 32,67 ± 4,274%, 32,67 ± 4,274%, 71,83 ± 2,714% dan 45,00 ± 5,292%. Daya hidup spermatozoa pada perlakuan T0, T1, T2 dan T3 masing-masing 56,33 ± 6,713%, 81,17 ± 2,927%, 84,67 ± 3,445%, 72,33 ± 3,724%. Uji statistik menunjukkan bahwa 261

perbedaan konsentrasi BSA berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap motilitas dan daya hidup spermatozoa burung puyuh. Selanjutnya dilakukan uji lanjutan dengan uji Duncan, penambahan BSA 2 w/v % pada pengencer fosfat kuning telur menunjukan rata-rata motilitas dan daya hidup spermatozoa paling tinggi diantara berbagai perlakuan namun penambahan BSA 2 w/v % tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan penambahan BSA 1,5 w/v %. Rata-rata motilitas dan daya hidup spermatozoa pada penambahan BSA 1,5 w/v % nyata lebih tinggi (P<0,05) dibandingkan dengan penambahan BSA 2,5 w/v % dan kontrol. Hal itu disebabkan pada konsentrasi 2 w/v % dan 1,5 w/v % BSA mampu berperan sebagai krioprotektan yang berfungsi untuk melindungi spermatozoa dari pengaruh cold shock. Menurut Ijaz dan Ducharme (1995) Bovine Serum Albumin merupakan krioprotektan ekstraseluler yang mempunyai peran penting untuk melindungi integritas membran sel selama proses penyimpanan pada suhu dingin. Motilitas dan daya hidup spermatozoa pada penambahan BSA 2,5 w/v % nyata lebih besar dibandingkan dengan kontrol disebabkan pada kontrol tidak digunakan BSA sehingga tidak ada krioprotektan yang melindungi spermatozoa dari pengaruh cold shock. Motilitas dan daya hidup spermatozoa pada pengencer fosfat kuning telur dengan penambahan BSA 2,5 w/v % nyata lebih kecil dibandingkan dengan penambahan BSA 2 w/v % dan 1,5 w/v %. Hal itu disebabkan penambahan BSA dalam jumlah yang banyak akan menyebabkan perubahan tekanan osmosis pengencer sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada fungsi membran sel spermatozoa. Menurut Mayesta et al., (2014) penambahan krioprotektan ekstraseluler dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan meningkatnya tekanan osmosis larutan pengencer yang tidak dapat diadaptasi dengan baik oleh spermatozoa sehingga berakibat buruk terhadap integritas membran sel spermatozoa. Pada penelitian ini penambahan BSA 2 w/v % dan 1,5 w/v % pada pengencer fosfat kuning telur merupakan konsentrasi yang dapat digunakan untuk mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa burung puyuh. Gadea (2003) melaporkan bahwa banyak peneliti menambahkan BSA ke dalam pengencer untuk mempertahankan agar kualitas semen tetap baik. BSA mempunyai kandungan asam amino sebanyak 20 macam dan berat molekul 66kDA. Dengan penambahan BSA pada bahan pengencer kandungan asam amino atau plasma protein pada semen yang telah diencerkan diharapkan dapat mensubstitusi penurunan konsentrasi berbagai bahan yang terdapat dalam plasma sehingga dapat menjaga stabilitas membran sel spermatozoa. 262

SIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persentase motilitas dan daya hidup spermatozoa burung puyuh yang disimpan selama 24 jam pada suhu 4 C meningkat dengan adanya penambahan BSA pada pengencer fosfat kuning telur. Penambahan 2 w/v % BSA merupakan dosis yang optimal untuk mempertahankan motilitas dan daya hidup spermatozoa burung puyuh. SARAN Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui fertilitas telur burung puyuh yang diinseminasi dengan semen yang disimpan pada suhu 4 C dengan penambahan BSA pada pengencer fosfat kuning telur. Disamping itu juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lama penyimpanan semen dengan penambahan BSA pada pengencer fosfat kuning telur yang disimpan pada suhu 4 C. DAFTAR PUSTAKA Adnani LPDH, Bebas W, Budiasa MK. 2012. Penambahan Bovine Serum Albumin pada Pengencer Kuning Telur terhadap Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Anjing. Indonesia Medicus Veterinus (4): 519 529. Bebas W, Pemayun TGO, Damriyasa IM, Mantik-Astawa IN. 2016. Lactose-Astaxanthin Increases Green Jungle Fowl s Sperm Motility and Reduces Sperm DNA Fragmentation During 5 C Storage. Bali Medical Journal 4(1): 152-156. Gadea, J. 2003. Pig Industry Semen Extender Used in Artificial Insemination of swine. Spanish journal of Agriculture Research 1(27): 17-27. Ijaz A and Ducharme R. 1995. Effect of various extenders and taurine on survival of stallion sperm cooled to 5 C. Theriogenology 44: 1039-1050. Lake PE. 1996. Physiology and Biochemistry of Poultry Semen. In: Mc Laren. (Ed) Advance in Reproductive Physiology. London: Logos Press. Vol. 1. Long, JA. 2006. Avian Semen Cryopreservation: What Are Biological Challenges. Poultry Science. 85: 232 236. Mayesta DMM, Trilaksana IGNB, Bebas W. 2014. Motilitas dan Daya Hidup Spermatozoa Ayam dalam Pengencer Glukosa Kuning Telur Fosfat Pada Penyimpanan 3-5ºC. Indonesia Medicus Veterinus 3(1): 43-52. Menegristek. 2008. Budidaya burung puyuh (Coturnix coturnix japonica). http://www.ristek.go.id. Tanggal akses 12 Januari 2015. Parks JE, Graham JK. 1992. Effect of Cryopreservation Procedure on Sperm Membranes. Theriogenology 38: 209-222. Partodihardjo S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara. Jakarta Siregar Z, Wahyuni TH, Chairani. 2007. Pengujian Suplementasi Mineral Esensial dalam Ransum Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, Mortalitas dengan Perbandingan Jenis Kelamin Jantan dan Betina Puyuh. Jurnal Agribisnis Peternakan 3:1-7. Toelihere MR. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung. 263

Toelihere MR. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. CV Angkasa. Bandung. Wahana AG, Budiasa MK, Bebas W. 2014. Penambahan Bovine Serum Albumin Mempertahankan Motilitas Progresif Spermatozoa Kalkun pada Penyimpanan Suhu 4 C. Indonesia Medicus Veterinus 3(4): 317-322. 264