PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Penyaradan Kayu Dengan Traktor Terhadap Pemadatan Tanah Di Kalimantan Barat

KOMPOSISI TEGAKAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM

PERANCANGAN JALAN SAARAD UNTUK MEMINIMALKAN KERUSAKAN LINGKUNGAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : Vol.3, No.1. April (2) : 17-24

DAMPAK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DAN KONVENSIONAL TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL DI HUTAN ALAM

KERUSAKAN FISIK LINGKUNGAN AKIBAT PENYADARAN DENGAN SISTEM MEKANIS MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian USU Medan 2)

DAMPAK PEMANENAN KAYU TERHADAP TERJADINYA KETERBUKAAN LANTAI HUTAN MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

KERAGAMAN JENIS ANAKAN TINGKAT SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM

EVALUASI PENERAPAN PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING DALAM PENGELOLAAN HUTAN ALAM MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

Struktur Dan Komposisi Tegakan Sebelum Dan Sesudah Pemanenan Kayu Di Hutan Alam. Muhdi

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

KOMPOSISI JENIS SEMAI DAN PANCANG DI HUTAN ALAM TROPIKA SEBELUM DAN SESUDAH PEMANENAN KAYU

DINAMIKA PERMUDAAN ALAM AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI) MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

BAB I PENDAHULUAN. (renewable resources), namun apabila dimanfaatkan secara berlebihan dan terusmenerus

Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda Jl. A. Syahrani Samarinda Telp. (0541) Fax (0541)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

DAMPAK PEMANENAN KAYU DENGAN TEKNIK REDUCED IMPACT LOGGING TERHADAP KOMPOSISI TEGAKAN DI HUTAN ALAM TROPIKA MUHDI, S.HUT., M.SI NIP.

BAB I PENDAHULUAN. Hutan alam yang ada di Indonesia banyak diandalkan sebagai hutan produksi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi sehingga rentan terhadap terjadinya erosi tanah, terlebih pada areal-areal

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

KETERBUKAAN AREAL HUTAN AKIBAT KEGIATAN PEMANENAN KAYU DI PULAU SIBERUT KEPULAUAN MENTAWAI SUMATERA BARAT ADYTIA MACHDAM PAMUNGKAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANENAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT DI SUMATERA SELATAN (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

PEMULIHAN KEPADATAN TANAH SETELAH PEMANENAN PADA HUTAN ALAM PRODUKSI (Recovery of Soil Compaction after Logging on Natural Forest Production)*

STUDI PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU DENGAN MENGGUNAKAN TRAKTOR KOMATSU D70 LE DI HUTAN ALAM

Erosi Tanah Akibat Operasi Pemanenan Hutan (Soil Erosion Caused by Forest Harvesting Operations)

Aah Ahmad Almulqu *, Elias **, Prijanto Pamoengkas ** *

Ciri Limbah Pemanenan Kayu di Hutan Rawa Gambut Tropika. (Characteristics of Logging Waste in Tropical Peat Swamp Forest)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Tanaman Industri Hutan Tanaman Industri adalah hutan yang dibangun dalam rangka meningkatkan potensi dan kualitas

IV. METODE PENELITIAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNIK PENGANGKUTAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT (Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop.

E ROUP PUROBli\1 .IURUSAN TEKNOLOGI BASIL HUTAN E C\KULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR. Oleh :

Pembangunan Ekowisata

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Volume Pohon pada Jarak Tanam 3 m x 3 m. Bardasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, Pada sampel populasi untuk

PEMBELAJARAN PENERAPAN RIL-C DI PERUSAHAAN (PENERAPAN PRAKTEK PENGELOLAAN RENDAH EMISI DI HUTAN PRODUKSI DI AREAL PT. NARKATA RIMBA DAN PT.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBANDINGAN BESARNYA KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL PADA PEMANENAN KAYU MENGGUNAKAN METODE REDUCED IMPACT LOGGING DAN CONVENTIONAL LOGGING DI IUPHHK PT

PERBANDINGAN DAMPAK PENYARADAN MENGGUNAKAN MONOCABLE (MESIN PANCANG TARIK) DAN BULLDOZER TERHADAP KERUSAKAN TEGAKAN

RESPON PERTUMBUHAN TIGA JENIS SEMAI PADA TANAH PADAT DENI RIZKI ANANDA NASUTION

Iqbal 2, Tineke Mandang 3, E. Namaken Sembiring 4


Kenapa Perlu Menggunakan Sistem Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ) Teknik Silvikultur Intensif (Silin) pada IUPHHK HA /HPH. Oleh : PT.

DAMPAK PEMANENAN KAYU DAN PERLAKUAN SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM JALUR (TPTJ) TERHADAP POTENSI KANDUNGAN KARBON DALAM TANAH DI HUTAN ALAM TROPIKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

REDUKSI EMISI KARBON MELALUI PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI Carbon Emission Reduction of Sustainable Natural Production Forest Management

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi Penelitian 3.2 Objek dan Alat Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. unsur unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air, vegetasi serta

KEPADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN OLEH FORWARDER DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN SEMAI : STUDI KASUS DI HPHTI PT

Pengeluaran Limbah Penebangan Hutan Tanaman Industri dengan Sistem Pemikulan Manual (Penilaian Performansi Kualitatif)

BAB I PENDAHULUAN. klimaks pada daerah dengan curah hujan mm per tahun, rata-rata

PAPER BIOMETRIKA HUTAN PENDUGAAN POTENSI EKONOMI TEGAKAN TINGGAL PADA SUATU PERUSAHAAN PEMEGANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) Oleh : Kelompok 4

III. METODOLOGI PE ELITIA

BADAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN INOVASI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HASIL HUTAN LATAR BELAKANG. Defisit kemampuan

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang berkaitan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDUGAAN CADANGAN KARBON PADA TUMBUHAN BAWAH DI ARBORETUM USU SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

KEPADATAN TANAH OLEH DUA JENIS FORWARDER DALAM PEMANENAN HUTAN. Matangaran, J R., dan Suwarna, U.

LAPORAN PERHITUNGAN RD, RS, PERSEN PWH, JARAK SARAD RATA RATA DI PETA BERDASARKAN METODE SACHS (1968)

Teknologi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengatur tata air, mengurangi erosi dan banjir. Hutan mempunyai

STRUKTUR DAN KOMPOSISI JENIS PERMUDAAN HUTAN ALAM TROPIKA AKIBAT PEMANENAN KAYU DENGAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

ANALISIS BIAYA DAN PRODUKTIVITAS PRODUKSI KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI (Studi Kasus : PT. Sumatera Riang Lestari-Blok I, Sei Kebaro, Kab.

MONITORING LINGKUNGAN

SINTESA HASIL PENELITIAN PENGELOLAAN HUTAN ALAM PRODUKSI LESTARI KOORDINATOR: DARWO

TEKNIK PENYARADAN KAYU

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT

PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN DAN KERUSAKAN TEGAKAN AKIBAT PRODUKSI JENIS MERBAU ( INTSIA

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERMUDAAN ALAM dan PERMUDAAN BUATAN

PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi dalam pengusahaan tanah-tanah miring. berlereng adalah erosi. Untuk itu dalam usaha pemanfaatan lahan-lahan

PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM SILVIKULTUR TEBANG RUMPANG (TR)

PERTUMBUHAN SEMAI SENGON DAN MANGIUM PADA TANAH PADAT

TINGKAT KERUSAKAN DAN KETERBUKAAN AREAL AKIBAT PENYARADAN KAYU DI HUTAN ALAM DATARAN RENDAH TANAH KERING REINALDO SAPOLENGGU

CAPAIAN OUTPUT DAN OUTCOME

BIAYA DAN PRODUKTIVITAS TREE LENGTH LOGGING DI HUTAN ALAM PRODUKSI (Cost and Productivity of Tree Length Logging in Natural Production Forest)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Silvilkultur. Hasil Hutan Kayu. Pemanfaatan. Pengendalian. Areal.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PERANCANGAN PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN (PWH) DENGAN UTILITY ANALYSIS

Penelitian dilakukan di areal HPH PT. Kiani. penelitian selama dua bulan yaitu bulan Oktober - November 1994.

KAJIAN SERBUK SABUT KELAPA (COCOPEAT) SEBAGAI MEDIA TANAM (STUDY OF COCOPEAT AS PLANTING MEDIA)

PENGGUNAAN ALAT DAN MESIN BESAR-BESAR DALAM PEMBANGUNAN HUTAN : KEUNTUNGAN, KERUGIAN DAN UPAYA MENGOPTIMALKANNYA

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

Pengertian, Konsep & Tahapan

MODEL PREDIKSI RIAP TINGGI JENIS PINUS (Pinus mercusii) PADA HUTAN RAKYAT DI TANA TORAJA

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

Transkripsi:

Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu... (Muhdi, Elias, dan Syafi i Manan) PEMADATAN TANAH AKIBAT PENYARADAN KAYU DENGAN TEKNIK PEMANENAN KAYU BERDAMPAK RENDAH DI KALIMANTAN BARAT (Soil Compaction Caused by Skidding of Reduced Impact Timber Harvesting in West Kalimantan) Muhdi*, Elias * dan Syafii Manan *** * Staf Pengajar pada Program Studi Teknologi Hasil Hutan USU Medan Jalan Trikora Ujung No. 1 Kampus USU Medan ** Staf Pengajar pada Departemen Hasil Hutan IPB Bogor *** Staf Pengajar pada Departemen Silvikultur IPB Bogor ABSTRACT This research was aimed to study the soil compaction caused by skidding of Reduced Impact Timber Harvesting (RITH) in natural forest. The research showed that the bulk density at conventional timber harvesting after skidding of deepness 0-5 cm, 10-15 cm and 25-30 cm was 1.065 g/cm 3 ; 1.062 g/cm 3 and 1.158 g/cm 3 respectively. The bulk density at reduced impact timber harvesting after skidding of deepness 0-5 cm, 10-15 cm and 25-30 cm was 0.887 g/cm 3 ; 0.969 g/cm 3 and 1.080 g/cm 3 respectively. This research indicated that the bulk density at RITH was lower than conventional timber harvesting. Key word : Soil compaction, Bulk density, Skidding, Reduced impact timber harvesting ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemadatan tanah akibat penyaradan kayu dengan teknik pemanenan kayu konvensional dan berdampak rendah (RITH) di hutan alam. Penelitian ini menunjukkan bahwa ratarata berat isi tanah pada petak pemanenan kayu konvensional setelah penyaradan kayu pada kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm masing-masing sebesar 1.065 g/cm 3 ; 1.062 g/cm 3 dan 1.158 g/cm 3. Rata-rata berat isi tanah pada petak pemanenan kayu RITH pada kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm masing-masing sebesar 0.887 g/cm 3 ; 0.969 g/cm 3 dan 1.080 g/cm 3. Penelitian ini menunjukkan bahwa berat isi tanah pada petak pemanenan kayu RITH lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata berat isi tanah pada petak pemanenan kayu konvensional. Kata kunci : Pemadatan tanah, Berat isi tanah, Penyaradan kayu, Pemanenan kayu berdampak rendah 1

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol... (Vol. 4, No. 1 Juni 2005) PENDAHULUAN D alam rangka kebijakan penge-lolaan hutan yang lestari, dipandang perlu untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan (vegetasi dan tanah) serta pengaruhnya terhadap flora dan fauna lainnya dalam rangka menjamin terpeliharanya sumberdaya hutan. Pemanenan kayu merupakan suatu kegiatan produksi dimana kayu bulat dan hasil hutan lainnya sebagai hasilnya. Pemanenan hasil hutan betapapun hatihatinya dilaksanakan, namun kerusakan terhadap vegetasi dan tanah yang timbul tidak mungkin dapat dihindari sepenuhnya. Penyaradan kayu merupakan salah satu tahap dari serangkaian kegiatan pemanenan kayu yang bertujuan untuk memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (Tpn) (Dykstra and Heinrich. 1996; Elias, 1997; Suparto, 1999). Alat penyarad dan kayu yang disarad menghendaki keleluasaan gerak yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pohon-pohon di sekitarnya. Demikian juga kontak antara alat penyarad dan kayu yang disarad dengan tanah dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pemadatan tanah akibat penyaradan kayu dengan teknik pemanenan kayu berdampak rendah di hutan alam. U ntuk mengetahui kerapatan massa tanah akibat penyaradan kayu, dilakukan pengamatan pada jalan-jalan sarad utama, cabang dan di tempat pengumpulan kayu (Tpn) yang ada pada plot permanen yang berukuran 100 m x 100 m. Pengamatan pada jalan sarad dilakukan tiga kali ulangan, dimana titik-titik pengambilan contoh tanah ditempatkan secara sistematis pada kedua sisi dan tengah jalan sarad. Kerapatan massa tanah diukur dengan menggunakan metode lobang beraturan pada kedalaman tanah masingmasing 5 cm, 15 cm dan 30 cm dengan cara mengambil contoh tanah dengan cara memasukkan cylinder soil sampler ke dalam tanah dengan bantuan palu (Idris, 1987). Contoh tanah juga diambil tiga kali ulangan dari lantai hutan yang belum terganggu dekat jalan sarad untuk mendapatkan gambaran keadaan kerapatan massa tanah sebelum kegiatan penyaradan berlangsung. Contoh uji tanah diuji di laboratorium tanah, Fakultas Pertanian Universitas Tanjung Pura, Pontianak. Data yang diambil meliputi : berat basah tanah dan berat kering tanah. Untuk melihat apakah ada perbedaan pengaruh teknik pemanenan kayu konvensional vs RITH terhadap pemadatan tanah dapat diuji dengan Uji-t, dimana teknik pemanenan kayu sebagai perlakuan dan plot sebagai ulangan. METODOLOGI PENELITIAN 2

Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu... (Muhdi, Elias, dan Syafi i Manan) H HASIL DAN PEMBAHASAN asil pengukuran berat isi tanah pada petak pemanenan kayu konvensional dan RITH disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rata-rata berat isi tanah (g/cm 3 ) pada petak pemanenan kayu konvensional dan RITH No Plot Teknik Konvensional Kedalaman tanah (cm) Teknik RITH Kedalaman tanah (cm) 0-5 10-15 25-30 0-5 10-15 25-30 I 1,339 1,157 1,236 0,918 1,094 1,051 II 1,047 1,037 1,053 0,912 0,971 1,180 III 0,819 0,993 1,185 0,831 0,842 1,020 Virgin Forest 0,696 0,839 0,912 0,713 0,794 0,959 Rataan 1,065 1,062 1,158 0,887 0,969 1,080 Tabel 1 menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan areal hutan yang tidak dilalui alat sarad (traktor), maka pada petak pemanenan kayu konvensional terjadi perubahan tahanan penetrasi yang jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pada petak pemanenan kayu RITH. Pada petak pemanenan kayu konvensional untuk kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm terjadi peningkatan nilai tahanan penetrasi rata-rata berturut-turut dari 0.695 g/cm 3 menjadi 1.065 g/cm 3, 0.839 g/cm 3 menjadi 1.062 gr/cm 3 dan dari 0.912 g/cm 3 menjadi 1.158 g/cm 3. Pada petak pemanenan kayu dengan kedalaman tanah yang sama terjadi peningkatan nilai tahan penetrasi tanah namun relatif kecil yakni dari 0.713 g/cm 3 menjadi 0.887 g/cm 3, 0.794 g/cm 3 menjadi 0.969 g/cm 3 dan dari 0.959 g/cm 3 menjadi 1.080 g/cm 3. Tabel 1 juga menunjukkan bahwa berat isi tanah rata-rata pada petak pemanenan kayu konvensional akibat penyaradan kayu pada kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm berturut-turut adalah 1.065 g/cm 3 ; 1.062 g/cm 3 dan 0.947 g/cm 3 lebih besar bila dibandingkan pada petak pemanenan kayu RITH yakni pada kedalaman 0-5 cm sebesar 0.887 g/cm 3, 10-15 cm sebesar 0.969 g/cm 3 dan pada kedalaman 25-30 cm sebesar 1.080 g/cm 3. Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa berat isi tanah rata-rata yang terjadi pada petak pemanenan kayu konvensional berkisar antara 0.809-1.339 g/cm 3 pada kedalaman tanah 0-5 cm, 0.993-1.157 g/cm 3 pada kedalaman 10-15 cm dan 1.053-1,236 g/cm 3 pada kedalaman 25-30 cm. Hal ini memperlihatkan bahwa pemadatan tanah yang lebih besar pada setiap kedalaman tanah bila dibandingkan dengan hasil pemadatan tanah yang terjadi pada petak pemanenan kayu RITH yakni masing-masing berkisar antara 0.831-0.918 g/cm 3 pada kedalaman 0-5 cm, 0.842-1.094 g/cm 3 pada kedalaman 10-15 cm dan berkisar antara 1.020-1.180 g/cm 3 pada kedalaman 25-30 cm. Bila dibandingkan 3

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol... (Vol. 4, No. 1 Juni 2005) dengan hasil penelitian Idris (1987) dimana pemadatan tanah rata-rata pada jalan sarad sebesar 1.15 g/cm 3 dengan kisaran 0.80-1.77 g/cm 3, maka hasil pemadatan tanah pada kedua petak pemanenan kayu lebih kecil. Matangaran (1995) menyatakan bahwa kondisi areal yang baik untuk pertumbuhan benih yang jatuh dan berkecambah secara alami adalah dengan batas kerapatan limbak ( bulk density ) 1.3 g/cm 3. Jika melewati batas kerapatan limbak tersebut, maka benih akan sangat terganggu pertumbuhannya, bahkan mungkin mati. Berdasarkan penelitian ini maka petak pemanenan kayu RITH masih cukup baik untuk pertumbuhan benih secara alami. Pada petak pemanenan kayu konvensional masih cukup baik untuk pertumbuhan benih secara alami tetapi pada plot I tidak demikian ( bulk density rata-rata 1.33 g/cm 3 ). Perubahan berat isi tanah dihubungkan dengan kedalaman tanah pada petak pemanenan kayu konvensional sangat besar bila dibandingkan dengan tahanan penetrasi pada tanah yang tidak terusik ( virgin forest ) terutama pada plot I dan plot II. Pada kedalaman 25-30 cm untuk plot I dan plot II masih menunjukkan perubahan yang signifikan walaupun menurun. Hal ini menunjukkan pemadatan tanah yang sangat intensif sebagai akibat lalu lintas traktor. Untuk melihat pengaruh penyara-dan kayu terhadap berat isi tanah (g/cm 3 ) pada petak pemanenan kayu konvensional dan RITH dengan kedalaman tanah yang berbeda (0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm) dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. 150% 125% Berat Isi Tanah (g/cm3) 100% 75% 50% 0-5 cm 15-10 cm 25-30 cm 25% 0% I II III Plot Virgin Forest Gambar 1. Hubungan antara kedalaman tanah terhadap kerapatan isi tanah pada petak pemanenan kayu konvensional. Gambar 1 memperlihatkan bahwa perubahan berat isi tanah ( bulk density ) pada petak pemanenan kayu konvensional sangat besar bila dibandingkan dengan berat isi tanah pada tanah yang tidak terusik ( virgin forest ). Terutama pada plot 4

Pemadatan Tanah Akibat Penyaradan Kayu... (Muhdi, Elias, dan Syafi i Manan) I dan plot II. Pada kedalaman 25-30 cm untuk plot I dan plot II masih menunjukkan perubahan yang signifikan walaupun cenderung menurun. Hal ini menun-jukkan pemadatan tanah yang sangat intensif sebagai akibat lalu lintas traktor. 150% Berat Isi Tanah (g/cm3) 125% 100% 75% 50% 25% 0-5 cm 10-15 cm 25-30 cm 0% I II III Virgin Forest Plot Gambar 2. Hubungan antara kedalaman tanah terhadap kerapatan isi tanah pada petak pemanenan kayu RITH. Gambar 2 memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan berat isi tanah ( bulk density ) di jalan sarad petak pemanenan kayu RITH bila dibandingkan dengan berat isi tanah pada tanah yang tidak terusik ( virgin forest ). Perubahan berat isi tanah ini tidak relatif kecil. Hal ini dapat dilihat bahwa pada kedalaman 10-15 cm walaupun terjadi peningkatan cenderung menurun. Pada kedalaman 25-30 cm pada ketiga plot tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini menunjukkan pemadatan tanah pada jalan sarad petak pemanenan kayu RITH tidak begitu intensif, karena traktor tidak bersentuhan langsung dengan permukaan tanah akan tetapi terhalang oleh galangan kayu. Gambar 1 dan 2 memperlihatkan bahwa akibat lalu lintas alat sarad telah menyebabkan pemadatan tanah, dimana berat isi tanah pada plot I, plot II dan plot III lebih besar dari pada tanah yang tidak terusik ( virgin forest ). Pada petak pemanenan kayu konvensional perubahan berat isi tanah terbesar terjadi pada kedalaman 10-15 cm dan cenderung menurun pada kedalaman tanah 10-15 cm dan 25-30 cm. Pada petak pemanenan kayu RITH terjadi perubahan berat isi tanah yang terjadi relatif lebih kecil. Rata-rata berat isi tanah secara umum meningkat sampai kedalaman tertentu dengan meningkatnya kedalaman tanah. Grafik memperlihatkan kenaikan berat isi tanah untuk kedalaman 0-5 cm sampai kedalaman 10-15 cm dan cenderung menurun pada kedalaman sampai 25-30 cm. Hal ini dimungkinkan karena tanah mengalami pemadatan dari permukaan tanah karena lalu lintas alat dan pada tanah yang berada di bawah permukaan mengalami akumulasi pemadatan tanah di atasnya. Akumulasi pemadatan tanah mencapai maksimum pada kedalaman 10-15 cm dan cenderung menurun pada kedalaman di bawahnya. Berat isi tanah pada jalan sarad yang dilalui dengan intensitas yang lebih tinggi, meningkatkan berat isi tanah. Rata-rata berat isi tanah pada plot I cenderung lebih besar dari plot II dan plot III serta plot II 5

Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertanian Agrisol... (Vol. 4, No. 1 Juni 2005) lebih besar dari plot III. Berat isi tanah maksimum pada masing-masing petak pemanenan kayu konvensional dan RITH berada pada plot I. Hal ini dimungkinkan karena intensitas alat penyaradan (traktor) lebih tinggi pada plot yang lebih dekat ke Tpn. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa intensitas traktor berpengaruh terhadap pemadatan tanah, dimana semakin besar intensitas lalu lintas traktor maka proses pemadatan semakin besar. Berdasarkan uji beda rata-rata berat isi tanah pada petak pemanenan kayu konvensional dan RITH menunjukkan bahwa berat isi tanah pada petak pemanenan kayu konvensional dan RITH menunjukkan perbedaan yang sangat nyata untuk kedalaman 10-15 cm dan belum menujukkan secara nyata untuk kedalaman 0-5 cm dan 25-30 cm pada tingkat kepercayaan 95%. KESIMPULAN Rata-rata berat isi tanah pada petak pemanenan kayu konvensional setelah penyaradan kayu pada kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm masing-masing sebesar 1.065 g/cm 3 ; 1.062 g/cm 3 dan 1.158 g/cm 3. Rata-rata berat isi tanah pada petak pemanenan kayu RITH pada kedalaman 0-5 cm, 10-15 cm dan 25-30 cm masingmasing sebesar 0.887 g/cm 3 ; 0.969 g/cm 3 dan 1.080 g/cm 3. DAFTAR PUSTAKA Dykstra, D. P, and R. Heinrich. 1996. Model Code of Forest Harvesting Practice. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome. Elias. 1997. State of The Art of Timber Harvesting Operations in The Tropical Natural Forest in Indonesia. Paper Presented on Exchange Meeting Between Staffts of Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia and Staffts of Shimane University, Japan 30 June 1997 in Shimane. Japan. Idris, M.M. 1987. Pengaruh Penyaradan Kayu dengan Traktor Berban Ulat terhadap Kerusakan Tegakan Tingga, Pergeseran Tanah serta Pemadatan Tanah Hutan. Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Bogor. Matangaran. 1995. Pengaruh Intensitas Penyaradan Kayu oleh Traktor Berban Ulat terhadap Pemadatan Tanah dan Pertumbuhan Kecambah Sengon (Paraserianthes falcataria) dan Meranti (Shorea sp.). Tesis Pascasarjana IPB Bogor. Bogor. Suparto, R.S. 1999. Bunga Rampai Pemanenan Kayu. Penyunting : Elias. IPB Press. Bogor. PENGGUNAAN LAHAN OPTIMAL DENGAN SISTEM AGROFORESTRI DI KAWASAN PENYANGGA TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER Studi Kasus di Kabupaten Langkat Sumatera Utara, Indonesia 6